Anda di halaman 1dari 16

A.

PENDAHULUAN

Semua orang diwajibkan untuk memeluk agama Islam yang


merupakan agama yang Haq, satu-satunya agama yang diterima oleh Allah
rabbul ‘alamiin. Setelah memeluk agama Islam maka semua orang Islam
diwajibkan untuk menjalankan syari’at Islam secara utuh dan menyeluruh
agar ia selamat dunia dan akhirat.
Akan tetapi dengan hanya menjalankan syari’at saja, hamba yang taat
masih belum puas hatinya masih belum merasakan ketenangan dan
keindahan, oleh sebab itu ia berusaha mencari jalan untuk lebih dekat dan
sangat dekat sekali dengan Tuhannya untuk mencapai puncak kebahagiaan di
dunia sebelum akhirnya ia melihat wajah Tuhanya di surga kelak. Jalan
itulah yang ditempuh oleh orang-orang sufi dan sebahagian orang sufi ada
yang memiliki murid serta ajaran secara terorganisir maka inilah yang disebut
dengan Tarikat.
Tarikat merupakan perjalanan seorang salik menjuju Tuhan dengan
cara menyucikan diri atau perjalanan yang ditempuh oleh seseorang untuk
dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat mungkin.
Untuk lebih jelasnya permasalahan Tarikat ini, maka pemakalah
mencoba membahas Tarikat ini yang mencakup: pengertian Tarikat, asal usul
Tarikat, perkembangan Tarikat di Indonesi, kode etik Tarikat dan tata cara
pelaksanaan Tarikat.

B. PENGERTIAN TARIKAT
Tarikat (Tariqah jamaknya Taraa’iq). Secara etimologi berarti: (1)
jalan, cara (al-khaifiyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3) mazhab, aliran,
haluan (al-mazhab); (4) keadaan (al-halah); (5) pohon kurma yang tinggi (an-
nakhlah at-tawilah); (6) tiang tempat berteduh, tongkat payung (‘amud al-
mizalah); (7) yagn mulia, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum); (8) goresan
atau garis pada sesuatu (al-khat fi asy-syay)1

1
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtisar Baru van Houve, 2003), h.66
1
Jamil Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang
terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat. 2
Selanjutnya pengertian tarikat berbeda-beda menurut tinjauan masing-
masing: di kalangan Muhaddisin tarikat digambarkan dalam dua arti yang
asasi. pertama : Menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih
dahulu (lancar), dan kedua : Didasarkan pada sistem yang jelas yang dibatasi
sebelumnya.
Selain itu tarikat juga diartikan sekumpulan cara-cara yang bersifat
renungan, dan usaha inderawi yang mengan-tarkan pada hakikat, atau sesuatu
data yang benar.3
Selanjutnya istilah tarikat lebih banyak digunakan para ahli tasawuf,
Mustafa Zahri dalam hal ini mengatakan; Tarikat adalah jalan atau petunjuk
dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi'in dan tabi'it
tabi'in turun-temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada
masa kita ini.
Lebih khusus lagi tarikat di kalangan sufiyah berarti sistem dalam
rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang
tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan memperbanyak
zikir dengan penuh ikhlas semata - mata untuk mengharapkan bertemu
dengan dan bersatu secara ruhiah dengan Tuhan. Jalan dalam tarikat itu antara
lain terus-menerus berada dalam zikir atau ingat terus kepada Tuhan, dan
terus-menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.4
Dalam pada itu Harun Nasution mengatakan tarikat ialah jalan yang
harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan
Tuhan.5 Hamka mengatakan bahwa di antara makhluk dan khaliq itu ada
perjalanan hidup yang harus ditempuh. Inilah yang kita katakan tarikat.6

2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.269
3
Ibid
4
Ibid, h. 270
5
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Pers, 1978), h.89
6
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Pustaka Panji
Masyarakat, 1984),h.104
2
Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut di atas, kiranya
dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan tarikat adalah jalan yang
bersifat spiritual bagi seorang sufi yang di dalamnya berisi amalan ibadah dan
lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai
penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarikat ini ditunjukan untuk
memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Tuhan.

C. ASAL USUL TARIKAT

Tarikat berakar dari pengalaman seorang sufi-ahli tasawuf dalam


mengajarkan ilmunya kepada orang lain, pengajaran mana yang kemudian
7
dikembangkan pengikutnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan
selanjutnya, tarikat, sebagai disebutkan Harun Nasution, mengandung arti
organisasi (tarikat), yang mempunyai syaikh, upacara ritual dan bentuk zikir
tertentu.8
Guru dalam tarikat yang sudah melembaga itu selanjutnya disebut
Mursyid atau Syaikh, dan wakilnya disebut Khalifah. Adapun pengikutnya
disebut murid. Sedangkan tempatnya disebut ribath atau zawiyah atau
taqiyah. Selain itu tiap tarikat juga memiliki amalan atau ajaran wirid tertentu,
simbol-simbol kelembagaannya, tata tertibnya dan upacara-upacara lainnya
yang membedakan antara satu tarikat dengan tarikat lainnya. Menurut
ketentuan tarikat pada umumnya, bahwa seorang Syaikh sangat menentukan
terhadap muridnya. Keberadaan murid di hadapan gurunya ibarat mayit atau
bangkai yang tak berdaya apa-apa. Dan karena tarikat itu merupakan jalan
yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka orang yang
menjalankan tarikat itu harus menjalankan syariat dan si murid harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:9
1. Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.

7
Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), h.264
8
Harun Nasution, op.cit, h.89
9
Abuddin Nata, op.cit, h.271-272
3
2. Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk meng-ikuti jejak
dan guru; dan melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
3. Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai
kesempurnaan yang hakiki.
4. Berbuat dan mengisi waktu seefisien mungkin dengan se-gala wind dan
doa guna pemantapan dan kekhusuan dalam mencapai maqomat (stasiun)
yang lebih tinggi. Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan
yang dapat menodai amal.

Ciri-ciri tarikat tersebut merupakan ciri yang pada umum-nya dianut


setiap kelompok, sedangkan dalam bentuk amal dan wiridnya berbeda-beda.
Dengan ciri-ciri tarikat yang demikian itu tidak mengherankan jika ada
pendapat yang mengatakan bahwa tarikat sebenarnya termasuk dalam ilmu
mukasyafah, yaitu ilmu yang dapat menghasilkan pancaran nur Tuhan ke
dalam hati murid-muridnya, sehingga dengan nur itu terbukalah baginya
segala sesuatu yang gaib daripada ucapan-ucapan nabinya dan rahasia-rahasia
Tuhannya. Ilmu ini dilakukan dengan cara riadah/ latihan dan mujahadah.
Dengan demikian, tarikat mempunyai hubungan substansial dan
fungsional dengan tasawuf. Tarikat pada mulanya berarti tata cara dalam
mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk sekelompok yang
menjadi pengikut bagi seorang syaikh. Kelompok ini kemudian menjadi
lembaga - lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan
aturan-aturan sebagaimana disebutkan di atas. Dengan kata lain, tarikat
adalah tasawuf yang melembaga. Dengan demikian tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarikat itu adalah cara dan jalan
yang ditempuh seseong dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Inilah hubungan antara tarikat dan tasawuf.10
Dalam penamaan suatu Tarikat diambil dari nama pimpinan kelompok
belajarnya. Berikut ini akan dirincikan nama-nama Tarikat, para pendiri dan
pusatnya:11
10
Ibid
11
Ensiklopedi, op cit, h. 67
4
NAMA
NO PENDIRI BERPUSAT DI
TARIKAT
1 ADHAMIAH Ibrahim bin Adham Damaskus,Suriah
2 AHMADIYAH Mirza Ghulam Ahmad Qadiah, India
3 ALAWIYAH Abu Abbas Ahmad bin Mustafa al-Alawi Mostaganem, Aljazair
4 ALWANIYAH Syekh Alwan Jiddah, Arab Saudi
5 AMMARIAH Ammar Bu Senna Constantine, Aljazair
6 ASYAQIYAH Hasanuddin Istanbul, Turki
7 ASYRAFIAH Asyraf Rumi Chin Iznik, Turkis
8 BABAIAH Abdul gani Adrianopel(Edirne),Turki
9 BAHRAMIYAH Hajji Bahrami Ankara, Turki
10 BAKRIYAH Abu Bakar Wafai Aleppo, Suriah
11 BEKTASYI Bektasyi Veli Kir Sher, Turki
12 BISTAMIYAH Abu Yazid al-Bistami Jabal Bistam, Iran
13 GULSYANIAH Ibrahim Gulsyani Kairo, Mesir
14 HADDAIAH Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Hijaz, Arab Saudi
al-Haddad
15 IDRISIAH Sayid Ahmad bin Idris bin Muhammad bin Ali Asir, Arab Saudi
16 IGHITBASYIAH Syamsuddin Magnesia, Yunani
17 JALWATIAH Pir Uftadi Bursa, Turki
18 JAMALIAH Jamaluddin Istanbul, Turki
19 KABRAWIAH Najmuddin Khurasan
20 KADIRIAH Abdul Qadir al-Jailani Baghdad, Irak
21 KHALWATIAH Umar al-Khalwati Kayseri, Turki
22 MAULAWIAH Jalaluddin al-Rumi Konya, Anatolia
23 MURADIAH Murad Syami Istanbul, Turki
24 NAKSYABANDIAH Muhammad bin Muhamad bin al-Uwaisy Qasri Arifan, Turki
al-Bukhari naqsyabandy
25 NIYAZIAH Muhammad Niyaz Lemnos, Yunani
26 NI’MATALLAHIAH Syah Wali Ni’matillah Kirman, Iran
27 NURBAKHSYIAH Muhammad Nurbakh Khurasan, Iran
28 NURUDDINIAH Nuruddin Istanbul, Turki
29 RIFAIAH Sayid Ahmad al-Rifa’i Baghdad, Irak
30 SADIYAH Sa’dudin Jibawi Damaskus, Irak
31 SAFAWIAH Syafiuddin Ardabil, Iran
32 SANUSIAH Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusi Tripoli, Libanon
33 SAQATIAH Sirri Saqati Baghdad, Irak
34 SIDDIQIAH Kiai Mukhtar Mukti Jombang, Jawa Timur
35 SINAN UMMIAH Alim Sunan Ummi Alwal, Turki
36 SUHRAWARDIAH Abu an-Najib as-Suhrawardi dan Syihabuddin Baghdad, Irak
Abu Hafs Umar bin Abdullah as-Suhrawardi

5
37 SUNBULIAH Sunbul Yusuf Bulawi Istanbul, Turki
38 SYAMSIAH Syamsuddin Madinah, Arab Saudi
39 SYATTARIAH Abdullah as-Syattar India
40 SYAZILIAH Abul Hasan Ali as-Syazilli Mekah, Arab Saudi
41 TIJANIAH Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad at-Tijani Fes, Maroko
42 UMM SUNANIAH Syekh Umm Sunan Istanbul, Turki
43 WAHABIAH Muhammad bin Abdul Wahhab Nejd, Arab Saudi
44 ZAINIAH Zainuddin Kufah, Irak

Dilihat dari historisnya, kapan dan Tarikat mana yang mula-mula


timbul sebagai lembaga, sulit diketahui karena tiadanya artifact sejarah yang
jelas. Namun selain yang termaktub di atas, ada juga Tarikat yang pernah
muncul dan telah hilang saat ini, yaitu12 :
1. Tarikat Junaidiyah, Tarikat ini dinisbatkan kepada Junaid.
2. Tharikat Muhasabiyah, dinisbatkan kepada al-Muhasibi
3. Tarikat Qushariah, dinisbatkan kepada Hamdun al-Qashar.

D. TARIKAT YANG BERKEMBANG DI INDONESIA


Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarikat ini merupakan
kelanjutan dari pengikut-pengikut sufi yang terdahulu. Perubahan tasawuf ke
dalam tarikat sebagai lembaga dapat dilihat dari perseorangannya, yang
kemudian berkembang menjadi tarikat yang lengkap dengan simbol-simbol
dan unsurnya sebagaimana disebutkan di atas.
Tarikat Shuhrawardiyah (w. 1168 M.) misalnya dinisbahkan pada
Diya al-Din Abu Najib al-Suhrawardi. Qadariyah dinisbahkan pada Abdul
Qadir Jaelani (w.1166 H.) Rifaiyah dinisbahkan pada Ahmad Ibn al-Rifa'i (w.
1182), Jasafiyah dinisbahkan pada Ahmad al-Jasafi (w.1166 M.) Sadziliyah
dinisbahkan pada Abu Madyan Shuhaib (w. 1258), Mauliyah dinisbahkan
pada Jalaluddin Rumi (w.1273).
Dari sekian banyak aliran tarikat tersebut terdapat sekurang-
kurangnya tujuh aliran tarikat yang berkembang di Indonesia, yaitu tarikat

12
Ahmad bin Abdul Aziz Al-Husaini, As-Shufiah, Al-Ghazu Al-Mudammir
(terjemah),Pustaka Sunnah,Jakarta, 2004, h.154-155
6
Qadariyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Samma-niyah, Khalwatiyah, al-
Hadad, dan tarikat Khalidiyah.13
Tarikat Qadiriyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-
1166) dan ia sering pula disebut al-Jilli. Tarikat ini banyak tersebar di dunia
Timur, Tiongkok, sampai ke pulau Jawa. Pengaruh tarikat ini cukup banyak
meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada
acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa Arab. Berisi
riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani sebanyak empat
puluh episode. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar mendapatkan berkah
dengan sebab keramatnya.14
Selanjutnya tarikat Rifa'iyah didirikan oleh Syaik Rifa'i. Nama
lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Abbas. Meninggal di Umm Abidah
pada tanggal 22 Jumadil Awal tahun 578 H. bertepatan dengan tanggal 23
September tahun 1106 M. Dan ada pula yang mengatakan bahwa ia
meninggal pada bulan Rajab tahun 512 H. bertepatan dengan bulan
November tahun 1118 M. di Qaryah Hasan. Tarikat ini tanyak tersebar di
daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Ciri
tarikat ini adalah penggunaan tabuhan rabana dalam wiridnya, yang diikuti
dengan tarian dan permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong
senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu. Permainan debus ini
berkembang pula di daerah Sunda, khususnya Banten, Jawa Barat.15
Adapun tarikat Naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin
al-Uwaisi al-Bukhari (727-791 H). la biasa disebut Naqsyabandi diambil dari
kata naqsyaband yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan
lukisan kehidupan yang gaib-gaib.Tarikat ini banyak tersebar di Sumatera,
Jawa, maupun Sulawesi. Ke daerah Sumatera Barat, tepatnya daerah Mi-
nangkabau, tarikat ini dibawa oleh Syaikh Ismail al-Khalidi al-Kurdi,

13
Abbuddin Nata, op.cit, h.273
14
Ibid
15
Ibid, h.274
7
sehingga dikenal dengan sebutan Tarikat Naqsyaban-diah al-Khaiidiyah.
Amalan tarikat ini tidak banyak dijelaskan ciri-cirinya.16
Selanjutnya tarikat Samaniyah didirikan oleh Syaikh Sa-man yang
meninggal dalam tahun 1720 di Madinah. Tarikat ini banyak tersebar luas di
Aceh, dan mempunyai pengaruh yang dalam di daerah ini, juga di Palembang
dan daerah lainnya di Sumatera. Di Jakarta tarikat ini juga sangat besar
pengaruh-nya, terutama di daerah pinggiran kota. Di daerah Palembang orang
banyak yang membaca riwayat Syaikh Saman sebagai tawassul untuk
mendapatkan berkah. Ciri tarikat ini bisa diketahui dari zikirnya dengan suara
keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz lailaha illa
Allah. Juga terkenal dengan nama ratib saman yang hanya memper-gunakan
perkataan "hu", yang artinya Dia (Allah). Syaikh Saman ini juga mengajarkan
agar memperbanyak shalat dan zikir, kasih pada fakir miskin, jangan
mencintai dunia, menukar akal ba-syariyah dengan akal robaniyah, beriman
hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas.17
Selanjutnya tarikat khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397
M) di Khurasan dan merupakan cabang dari tarikat Suhrawardi yang
didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi yang meninggal tahun 1167 M.
Tarikat Khalwatiyah ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf Al-
Khalwati al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Tarikat ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari
tarikat ini sangat sederhana dalam pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa
dari, tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui tujuh tingkat,
yaitu peningkatan dari nafsu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmairmah,
radhiyah, mardiyah dan nafsu kamilah.18
Adapun tarikat al-Haddad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi
bin Muhammad al-Haddad. Beliau lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak
di Hadramaut pada malam Senin, 5 Safar tahun 1044 H. 16 Beliau pencipta
ratib haddad dan dianggap sebagai salah seorang wali qutub dan arif dalam
16
Ibid
17
Ibid, h.275
18
Ibid
8
ilmu tasawuf. Beliau juga banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf,
di antaranya kitab yang berjudul Nashaihud Diniyah (Nasihat-nasihat
Agama), dan al'Mu awanah fi Suluk Thariq Akhirah (Panduan mencapai
hidup di akhirat). Tarikat Haddad banyak dikenal di Hadramaut, Indonesia,
India, Hijaz, Afrika Timur, dan lain-lain.19
Selanjutnya tarikat Khalidiyah adalah salah satu cabang dari tarikat
Naqsyabandiyah di Turki, yang berdiri pada abad XIX. Pokok-pokok tarikat
Khalidiyah dibangun oleh Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Khalidi. Tarikat ini
berisi tentang adab dan zikir, tawassul dalam tarikat, adab suluk, tentang saik
dan maqamnya, tentang ribath dan beberapa fatwa pendek dari Syaikh
Sulaiman al-Zuhdi- al-Khalidi mengenai beberapa per-soalan yang diterima
dari bermacam-macam daerah. Tarikat ini banyak berkembang di Indonesia
dan mem-punyai Syaikh Khalifah dan Mursyid yang diketahui dari beberapa
surat yang berasal dari Banjarmasin dan daerah-daerah lain yang dimuat
dalam kitab kecil yang berisi fatwa Sulaiman az-Zuhdi Al-Khalidi.20

E. KODE ETIK TARIKAT


Dalam dunia Tarikat, karakter muridnya sangat dipengaruhi oleh
otoritas mursyid atau gurunya sehingga ia dapat membentuk sesuai dengan
sasaran yang ingin dicapai, dominasi seorang guru sangat terasa. Oleh
karena itu Tarikat adalah sarana perjalanan menuju Allah maka harus ada
pola hubungan yang ketat antara guru dan murid untuk terciptanya suatu
disiplin dalam kehidupan bersama. Komitmen seorang murid tidak hanya
cukup dengan belajar dan beramal, tetapi juga diharuskan menjaga tata
krama dan loyalitas kepada guru agar ilmu yang didapat itu mendapat
berkat. Dari sekian banyak aturan dan pola hubungan dalam Tarikat, dapat
dirumuskan dalam beberapa hal yang penting, antara lain:21
1. Ketaatan dan kepatuhan kepada guru, secara utuh, baik sewaktu berada
dilingkungan Ribath maupun tempat lain.
19
Ibid, h.276
20
Ibid
21
Rivay Siregar, Loc.cit
9
2. Menjaga dan mengawal kehormatan guru, baik secara sedang
berhadapan maupun berjauhan, semasa guru masih hidup maupun
sesudah meninggalnya.
3. Murid dilarang membantah ajaran guru walaupun bertentangan dengan
pendapatnya, apa ajaran guru harus diikuti.

Selain itu seorang murid diwajibkan mengikuti aturan-aturan dasar


Tarikat, antara lain22 :
1. Mempelajari syariat Islam sedaya upaya, baik berkenaan dengan
akidah, ibadah, maupunmuamalah.
2. Tidak boleh mencari-cari keringanan dalam beribadah
3. Mengisi waktu dengan wirid dan do’a sebanyak mungkin agar selalu
ingat kepada Allah
4. Mengendalikan hawa nafsu, karena hawa nafsu dapat merusak
kesucian jiwa
5. Menghidari segala sesuatu yang merangsang hawa nafsu.

Sedangkan seorang guru atau syekh harus memiliki kriteri-kriteria


tertentu, yaitu:23
1. Alim dan ahli dalam memberikan tuntunan kepada murid-muridnya
dalam ilmu pengetahuan agama yang pokok;
2. Mengenali segala sifat-sifat kesempurnaan hati dan hal-hal yang
berkaitan denganya;
3. Memiliki rasa belas kasih terhadap kaum muslimin, terutama terhadap
murid-muridnya;
4. Pandai penyimpan rahasia murid-muridnya;
5. Tidak menyuruh murid-muridnya kecuali terhadap sesuatu yang layak
dikerjakan;
6. Tidak menyalah gunakan amanat murid-muridnya;

22
Ibid
23
Ensiklopedi Islam, op.cit, h.66-69
10
7. Tidak terlalu banyak bergaul dan bercengkrama dengan murid-
muridnya;
8. Mengusahakan agar segala ucapanya bersih dari pengaruh nafsu dan
keinginan;
9. Lapang dada dan ikhlas;
10. Memerintah berkhalwat kepada murid-murid yang memperlihatkan
kebesaran dan ketinggian hati karena terlalu dekat bergaul denganya;
11. Memelihara kehormatan diri dan kepercayaan murid-muridnya;
12. Memberikan petunjuk untuk memperbaiki keadaan murid-muridnya;
13. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh terjadinya kebanggaan
rohani yang timbul pada murid-muridnya yang masih dalam proses
pendidikan;
14. Melarang murid-muridnya banyak berbicara dengan teman-temannya
kecuali sangat penting;
15. Menyediakan tempat berkhalwat;
16. Menjaga diri agar murid-muridnya tidak melihat keadaanya dan sikap
hidupnya yang dapat mengurangi rasa hormat mereka;
17. Mencegah muridnya banyak makan;
18. Melarang muridnya berhubungan degan syekh dari Tarikat lain jika
akan membahayakan;
19. Melarang muridnya sering berhubungan dengan para pejabat, yang
dapat membangkitkan nafsu duniawi;
20. Menggunakan kata-kata lembut, menarik dan memikat di dalam
khotbah-khotbahnya;
21. Segera memenuhi undangan orang yang mengundang dengan penuh
perhatian;
22. Bersikap tenang dan sabar ketika duduk bersama murid-muridnya;
23. Memperlihatkan akhlak yang mulia ketika murid-muridnya datang
bertamu;
24. Memperhatikan keadaan murid-muridnya dengan menanyakan
muridnya yang hadir dalam pertemuan mereka
11
F. TATA CARA PELAKSANAAN TARIKAT
Pengamal Tarikat berkeyakinan, bahwa kualitas iman mengalami
pasang surut seirama dengan tinggi rendahnya dorongan hawa nafsu.
Selama manusia berada pada situasi jiwa yang labil, pasti ia tidak bisa
terbebas dari kemungkinan-kemunkinan buruk seperti, tidak merasa was-
was karena ditimpa musibah. Untuk terbinanya jiwa yang tenang dan
selalu ingat kepada Allah, diperlukan adanya “Wirid” yakni amalan
sunnat yang dilakukan secara teratur dengan bacaan dan cara-cara tertentu.
Setiap Tarikat memiliki wirid tertentu sesuai dengan tradisi
masing-masing. Namun yang paling banyak di gunakan adalah lafaz wirid
istighfar, wirid shalawat, dan wirid zikir.
Adapun tata cara pelaksanaan Tarikat antara lain:24
1. Zikir, yaitu ingat yang terus-menerus kepada Allah dalam hati serta
menyebutkan namanya dengan lisan. Zikir ini berguna sebagai alat
kontrol bagi hati, ucapan dan perbu-atan agar tidak menyimpang dari
garis yang sudah ditetap-kan Allah.
2. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illa Allah dengan gaya, gerak dan
irama tertentu.
3. Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu
diiringi dengan bunyi-bunyian (instrumentalia) seperti memukul
rabana.
4. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan
bacaan-bacaan tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
5. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu mela-kukan zikir
yang tertentu.
Selain itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan
tarikat sebagaimana disebutkan di atas perlu mengadakan latihan bathin,
riadah dan mujahadah (perjuangan kerohanian)25.

24
Abuddin Natta, op.cit, h.276-277
25
Ibid
12
G. WASHILAH DAN RABITHAH
Dalam istilah Tarikat dikenal kata washilah atau tawashul yang
berarti hubungan atau penghubung, dalam hal ini dimaknai yang
menghubungkan seseorang agar dapat bertemu dengan Allah. Keyakinan
adanya penghubung ini didasari oleh pemahaman analogis terhadap
peristiwa isra’ dan mi’raj nabi Muhammad SAW, menurut pemahaman
mereka nabi diperantarai oleh malaikat Jibril untuk bertemu dengan Allah,
dan kata washilah yang termaktub di dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat
35 diartikan sebagai perantara serta tabarruq atau mohon restu. Misalnya
seorang murid berdo’a : “ya Allah aku mohon padamu atas berkah
Rasulullah SAW dab restu guruku, karuniailah daku ilmu al-Ma’rifat”.
Sedangkan rabithah diartikan sebagai ikatan atau pertalian. Secara
fungsional pengertiannya ada tiga macam, yaitu:1) rabithah wajib, 2)
rabithah sunnat dan 3) rabithah mubah26.
Rabitah wajib meski dilakukan, jika tidak maka amalan yang
dilakukan tidak sah, seperti menghadap kiblat saat shalat. Dalam hal ini
ka’bah berfungsi sebagai rabithah, sedangkan hakekat yang disembah
adalah Allah.
Suatu amalan akan lebih sempurna dengan rabithah sunnat,
contohnya shalat berjamaah adalah sunnat, dalam tata tertibnya seorang
makmum disunnatkan memperhatikan imamnya, imam dan makmum sama
sama menyembah Allah, dan fungsi imam disini adalah sebagai rabithah.
Adapun di dalam rabithah mubah bisa diambil contoh dalam hal
seorang murid yang meniru gerakan atau gaya gurunya dalam melaksanakan
ritual “perjumpaan dengan Allah”
H. SULUK DALAM TARIKAT
Secara bahasa makna suluk hampir sama dengan tarikat, yakni
cara mendekatkan diri kepada tuhan. Namun dalam pelaksanaannya dapat
dibedakan dengan jelas, tarekat masih bersifat konseptual, sedangkan suluk
sudah bersifat teknis operasional. Karena itu secara terminologi suluk

26
Ibid. h. 278
13
diartikan latihan atau riadhah berjenjang dalam rangka tazkiyatun nafs dalam
waktu tertentu dalam bimbingan guru tarikat. Orang yang mengikuti suluk
dinamakan salik.
1. Macam-macam suluk
Dalam pelaksanaan suluk, terdapat berbagai macam metode yang
dilakukan oleh para salik, antara lain :
a. Suluk zikir, dengan berzikir dan melaksanakan ibadah sunnat lainnya
dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan ibadah.
b. Suluk riadhah, berupa latihan fisik dan psikis untuk membangun
ketahanan jasmani dan rohani seperti mengurangi makan dan minum,
mengurangi masa tidur, sedikit bicara dan lain-lain.
c. Suluk penderitaan, yaitu suluk yyang dijalani melalui berbagai
rintangan dan kesulitan yang menuntut keuletan dan keberanian,
kesabaran dan ketabahan, seperti berkelana ke daerah atau tempat
tertentu.
d. Suluk pengabdian, berupa pengabdian sesama manusia atau
menumbuhkan jiwa solidaritas dan cinta sesama makhluk tuhan27.

Jika dilihat dari sisi yang lain, suluk terbagi menjadi :


a. Suluk tazkiyatun nafs, yaitu penyucian jiwa dari berbagai sifat dan
kecenderungan yang jelek/ nafsul amarah dan nafsul lawamah.
b. Suluk qalbu (hati) suluk, yaitu pembebasan hati dari kecenderungan
pada kenikmatan kehidupan duniawi.
c. Suluk sirr, yaitu pengosongan pikiran dan persepsi yang dapat
melemahkan dan mengganggu ingatan kepada Allah
d. Suluk ruh, yaitu pencerahan ruh, mengisi jiwa dengan visi ilahiyah
melalui pendalaman rasa cinta kepada Allah SWT.

2. Aktivitas dalam suluk

27
Ibid .h. 282
14
Dalam melaksanakan aktivitas suluk, ada beberapa hal yang meski
dijalani, antara lain:
a. Tahkim, berupa peneguha tekat melalui ikrar di hadaan mursyid
sebagai pernyataan kesediaan secara sukarela untuk mengikuti setiap
kegiatan dalam suluk.
b. Himmah, membangun optimisme dan keteguhan mental spiritual agar
mampu mengikuti seluruh kegiatan secara ikhlas dan sungguh-
sungguh tanpa keraguan
c. Berbekal takwa, kesanggupan diri meninggalkan setiap kemaksiatan
serta mengerjakan kebajikan baik bersifat lahiriyah maupun batiniah.
d. Melaksanakan syari’at,
e. Khalwat, semedi atau menyendiri dalam saat-saat tertentu untuk
mendapatkan suasana yang kondusif dalam pengembaraan spiritual.
f. Zikir
g. Mentaati guru.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Husaini, Ahmad bin Abdul Aziz, As-Shufiah, Al-Ghazu Al-Mudammir


(terjemah),Pustaka Sunnah, Jakarta, 2004

15
Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru, 2003

Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, Pustaka Panji Masyarakat,


Jakarta, 1984

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Pers, 1978

Siregar, Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2002

16

Anda mungkin juga menyukai