Anda di halaman 1dari 86

1

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG


KA ANDAL PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA
WISATA ALAM DI TWA PANTAI PANJANG-PULAU BAAI

Oleh :
Gusman Juliadi / NPM E2A019015
Samuel Parluhutan Lbn / NPM E2A019023
Erni Suyanti / NPM E2A019011

PROGRAM STUDI PASCASARJANA (S2)


PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
Bengkulu, 21 Nopember 2020

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


2

KATA PENGANTAR

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan antara lain dilaksanakan didasarkan pada Undang Undang
No. 32 TAHUN 2009 TENTANG Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PerMen-LH No.
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusun Dokumen Lingkungan Hidup dan PerMen LH No. 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Kerangka acuan ini disusun sebagai dasar untuk menyusun dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
Dokumen ini juga sebagai laporan praktikum yang di lakukan di Taman Wisata Alam Pantai
Panjang. Tujuan penyusunan kerangka acuan ini untuk merumuskan lingkup dan kedalaman studi
ANDAL serta mengarahkan Studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.

Dengan tersusunnya Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), kami


mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dokumen ini.

Bengkulu , Nopember 2020

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

BAB II. PELINGKUPAN ............................................................................................................ 7

2.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji.......................................... 7

2.1.1. Status Studi Amdal .............................................................................................. 7

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang ............................. 7

2.1.3. Deskripsi Rencana Kegiatan ................................................................................. 7

2.1.4. Tahap Pra Konstruksi .......................................................................................... 8

2.1.5. Tahap Operasi .................................................................................................. 15

2.1.6. Tahap Pasca Operasi ......................................................................................... 19

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal ........................................................................ 19

2.3. Dampak Penting Hipotetik ........................................................................................ 26

2.5. Evaluasi Dampak Potensial .......................................................................................... 38

2.6. Batas Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian................................................................ 48

BAB III. METODE STUDY....................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 78

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


4

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang dan Pulau Baai ditunjuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 383/Kpts-II/1985 tanggal 27 Desember 1985
tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Selanjutnya
berdasarkan Paduserasi RTRW Propinsi Bengkulu melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor :
305 Tahun 1998 tanggal 14 Juli 1998, TWA Pantai Panjang – P. Baai ditunjuk kembali
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 420/Kpts-II/1999
tanggal 15 Juni 1999 seluas 967,20 Ha. Perubahan batas kawasan TWA Pantai Panjang – P.
Baai yang disahkan oleh Menteri Kehutanan tanggal 23 Januari 2009, menjadi ± 720 Ha.
Secara geografis kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai terletak diantara 102o 15’06”
- 102o 18’30” BT dan 03o48’16” – 03o58’22” LS. Berdasarkan pembagian administrasi
pemerintah, kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai terletak di 3 (tiga) wilayah Kec.
Ratu Agung, Kec. Gading Cempaka dan Kec. Kampung Melayu, Kota Bengkulu Provinsi
Bengkulu, termasuk wilayah kerja Resort KSDA Kota Bengkulu, Seksi Konservasi Wilayah II
Balai KSDA Bengkulu. Mengacu kepada Rencana Pengelolaan Kawasan TWA Pantai Panjang
dan Pulau Baai yang bersifat operasional yang memuat langkah-langkah kegiatan untuk
mencapai sasaran yang hendak dicapai selama jangka waktu sepuluh tahun, dan dapat
memberikan landasan dalam pengelolaan, baik pada tingkat pelaksana lapangan maupun
pada tingkat penentu kebijaksanan. Rencana pengelolaan tersebut merupakan hasil telaah
mendalam mengenai potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, aspek sosial
ekonomi budaya, dan telaah mengenai sarana dan prasarana yang diperlukan, sehingga
akan dicapai hubungan yang sinergis antara pihak pengelola, kawasan yang dikelola, dan
masyarakat sekitar kawasan dalam upaya mewujudkan pembangunan kawasan konservasi
yang berkesinambungan. Dimana dalam dokumen rencana pengelolaan disebutkan 4 aspek
pengelolaan dimana salah salah satunya adalah aspek kepariwisataan yaitu pemanfaatan
secara optimal potensi sumber daya alam yang bercirikan keunikan dan kekhasan alam
setempat dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan akan obyek wisata alam
dengan tetap memperhatikan lingkungan dan kelestariannya.
Aspek kepariwisataan ini dikelola dalam Blok Pemanfaatan yang merupakan kawasan yang
dipergunakan secara intensif untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa
lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan,
kegiatan penunjang budidaya. Pembangunan sarana dan prasarana seperti pondok wisata,
shelter, pos jaga, jalan, menara pengawas, dermaga, jembatan dan lain-lain untuk
kepentingan pengelolaan, rekreasi dan pelayanan, maksimal 10 % dari luas blok

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


5

pemanfaatan. Dalam hal pengembangan sarana pariswisata alam di kawasan konservasi di


wajibkan terlebih dahulu menyusun dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).

1.2. Tujuan dan Manfaat Rencana Kegiatan

1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan

Tujuan penyusunan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah


sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan mengkonfirmasikan kegiatan operasional perusahaan yang
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan
2. Memperkirakan dan mengevaluasikan dampak penting yang timbul akibat
kegiatan atau usaha terhadap lingkungan.
3. Merumuskan pengelolaan yang optimal untuk dipergunakan sebagai dasar penyusunan
dokumen amdal.

1.2.2. Manfaat Pembangunan

1. Bagi Pemerintah
a) Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengevaluasi kegiatan
pembangunan sarana prasrana wisata alam di TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai.
b) Memberikan sumbangan pendapatan daerah.
c) Sebagai perkembangan pariwisata di Provinsi Bengkulu.
2. Bagi Pemrakarsa
a) Sebagai bentuk partisipasi dalam rangka pengembangan pariwisata di Provinsi
Bengkulu.
b) Berpartisipasi melaksanakan program pembanguan daerah dalam menciptakan
lapangan pekerjaan.
3. Bagi Masyarakat
a) Tersedianya lapangan pekerjaan yang berpeluang untuk menurunkan jumlah
pengangguran.
b) Terbukanya peluang kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar areal
pembangunan.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


6

1.3. Pelaksana Studi

1.3.1. Pemrakarsa kegiatan

Identitas Penanggung jawab di AMDAL Rencana Pembangunan Sarana Prasarana Wisata


Alam di TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai adalah :
Nama Perusahaan : PT. Oke Bengkulu

Penanggung Jawab : Gusman Juliadi, SP., M.IL

Alamat Perusahaan : Jl. WR. Supratman, Gang Melati

Jabatan : Direktur Utama

1.3.2. Pelaksana Studi Amdal

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup Pasal 28 dinyatakan bahwa Penyusun Studi AMDAL wajib memiliki sertifikat
kompetensi peyusunan AMDAL. Penyusun kegiatan AMDAL Rencana Pembangunan
Sarana Prasarana Wisata Alam di TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai pada tabel 1.
Pekerjaan ini diterima oleh :
Nama Perusahaan : PT. Bengkulu Indah

Nama : Samuel Parluhutan, S.Hut., M.IL

Alamat : Perumahan Griya Pelangi Blok A. 11 Kota Bengkulu

Jabatan : Ketua Tim Penyusun

Tabel 1. Susunan Anggota Tim Penyusun Studi AMDAL


Nama Bidang Sertifikasi AMDAL

Samuel Parluhutan Lbn Ketua Tim Sertifikat KTPA LHIK


Toruan, S.Hut., M.IL 923.000283.2018
Ir. Arfananda Prasetyo Ahli Kualitas Udara Sertifikat ATPA LHIK
Siregar, MT 624.00114.2018
Trisha Artha Sitorus, Ahli Tata Lingkungan Sertifikat ATPA LHIK
S.T., M.Eng 624.00122.2018

Rosi Aprilia Evita, S.T., Ahli Tata ruang Sertifikat ATPA LHIK
M.Eng 624.00122.2018

Wildan Rahman Ghozali, Ahli Transportasi Darat -


S.T., M.Eng

Resma Wirajayanti, Ahli Kesehatan -


S.K.M., M.K.M Masyarakat

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


7

BAB II. PELINGKUPAN

2.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji

2.1.1. Status Studi Amdal

Penyusunan dokumen Amdal kegiatan Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam ini


merupakan upaya dari pemrakarsa untuk memenuhi persyaratan kegiatan yang
berwawasan lingkungan. Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam ini dapat menimbulkan
dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan baik komponen lingkungan geofisik,
kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat.
Studi Amdal ini dilakukan sebelum kegiatan Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam
dilaksanakan. Hasil dari studi Amdal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam.
Studi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan lingkungan,
geofisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat akibat adanya
kegiatan ini. Kajian analisis dampak lingkungan yang ditelaah meliputi kondisi lingkungan
sebelum kegiatan dilaksanakan atau kondisi rona lingkungan awal dan prakiraan kondisi
lingkungan setelah kegiatan dilaksanakan.
Selain itu, studi Amdal ini merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa dalam memenuhi
semuai peraturan perundangan dan peraturan yang berlaku dalam kegiatan Rencana
Pengusahaan Pariwisata Alam. Dokumen Amdal yang disusun ini akan digunakna
untuk menilai kelayakan lingkungan terkait kegiatan Rencana Pengusahaan Pariwisata
Alam.

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang

Lokasi Pengusahaan Pariwisata Alam di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung Kota
Bengkulu. Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bengkulu Tahun
2012-2032 lokasi pengusahaan Pariwisata Alam masuk pada Kawasan Lindung, tepatnya di
Kawasan Konservasi TWA Pantai Panjang-Pulau Baai, sehingga segala kegiatan yang
dilakukan pada lokasi tersebut harus memperoleh izin dari instansi yang menangani
kawasan konservasi.

2.1.3. Deskripsi Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada Blok Pemanfaatan setelah mengantongi
Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam tidak boleh melebihi 10%
dari luas areal IUPSWA dan berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkugan Hidup dan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


8

Kehutanan Nomor : P.13/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2020 tentang Pembangunan Sarana


Wisata Alam di Kawasan Hutan. Rencana Tahapan Pembangunan yang akan dilaksanakan
yaitu :

2.1.3.1. Tahap Pra Konstruksi

a. Survei dan investigasi


Kegiatan survei dan investigasi dilakukan pada lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam dan area sekitarnya. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk mengetahui kondisi rona lingkungan awal sebelum adanya kegiatan
proyek. Data-data untuk kondisi rona 0lingkungan awal tersebut diperoleh melalui
pengamatan langsung diantaranya ialah kondisi flora dan fauna, lalu lintas jalan, jenis
kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Pengusahaan Pariwisata
Alam. Selain itu, metode sampling dilakukan sesaat atau periodik melalui
pengambilan sampel komponen lingkungan hidup untuk kemudian dapat dianalisis
lebih lanjut di laboratorium, misalnya pengambilan sampel air, udara, dan lainnya.
Adapun metode wawancara menggunakan kuisioner melalui tanya jawab secara
langsung kepada penduduk setempat untuk mendapatkan tanggapan dan
persepsinya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam untuk pengamatan komponen sosial ekonomi
dan budaya serta komponen pendukung lainnya.

b. Pengurusan Perizinan
Terkait dengan rencana kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam, selaku
pemrakarsa akan melakukan kegiatan pengurusan perijinan pembangunan dan
operasional. Perizinan/ legalitas terkait dengan rencana kegiatan Pengusahaan
Pariwisata Alam di areal IUPSWA yang sudah dimiliki dan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perizinan yang ada

No Jenis Perizinan Nomor dan Tanggal


1. Informasi Kesesuaian RTRW Nomor : 010/7086/VI/B11-DPU-TR/2017
Provinsi Bengkulu Tanggal : 16 Juni 2017
2. Persetujuan Prinsip Izin Usaha Nomor : 5/1/PP-UPSWA/PMDN/2017
Penyediaan Sarana Wisata Alam Tanggal : 11 April 2017
a.n PT. Noor Alif Bencoolen
3. Pertimbangan Teknis Izin Usaha Nomor : 5.2452/K.10/TU/PPG/12/2016
Pengusahaan Sarana Wisata Alam Tanggal : 28 Desember 2016
(IUPSWA) TWA Pantai Panjang
Pulai Baai Reg.91, Kota Bengkulu

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


9

4. Surat Keterangan Kesesuaian Nomor : 522/760/IV.1 Tanggal : 05 Mei


Lokasi dengan Peta Indikatif 2017
Penundaan Pemberian Izin Baru
(PIPPIB)
5. Fotocopy KTP Pemrakarsa Nomor : 6402062712810003
6. Akta Notaris Pendirian Perseroan Nomor : 42 Tanggal : 31 Desember 2015
Terbatas PT. Noor Alif Bencoolen
7. Keputusan Menteri Hukum dan Nomor : AHU-0000246.AH.01.01 Tahun
Hak Asasi Manusia Republik 2016 Tanggal : 05 Januari 2016
Indonesia
8. Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 1831/2682/08-04/PK/III/2016
Tanggal : 03 Maret 2016
9. Tanda Daftar Perusahaan Nomor : 0832/BPPTPM/2016 Tanggal : 03
Maret 2016
10. Izin Gangguan (HO) Nomor : 0747/BPPTPM/2016 Tanggal : 11
Februari 2016
11. Surat Keterangan Usaha Nomor : 500/16/02.01/2016 Tanggal : 28
Januari 2016
12. NPWP Perusahaan dan Pimpinan
13. Rekomendasi Alat Pemadam Api Nomor : 364.5/0575/BPPTPM/2016
Ringan (APAR) Tanggal : 29 Januari 2016

2.1.3.2. Tahap Konstruksi


a. Rekrutmen Tenaga Kerja
Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja saat proses pembangunan sarana pariwisata alam dan sarana pendukung
lainnya. Perekturan tenaga kerja diutamakan bagi masyarakat sekitar area proyek
agar masyarakat ikut ambil andil dan merasakan manfaat dari pembangunan sarana
pariwisata alam. Rencana jumlah tenaga kerja yang akan direkrut untuk kegiatan
konstruksi berjumlah 50 orang. Adapun kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualifikasi Tenaga Kerja


No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Orang
1. Tenaga Ahli Struktur : 3
Konsultan-Pengawas-Pelaksana
2. Tenaga Ahli Asitektur 3
Konsultan-Pengawas-Pelaksana
3. Tenaga Ahli Landskap 3
Konsultan-Pengawas-Pelaksana
4. Petugas Security/Keamanan Proyek 4
5. Tenaga Kerja Sipil adan Arsitektur
a. Tukang batu dan kenek 10
b. Tukang kayu dan kenek 22
c. Tukang besi dan kenek 10
d. Tukang kaca dan alumunium 5
Total 50
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
10

b. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk kegiatan pembangunan sarana pariwisata alam dan sarana
pendukung lainnya, dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan tanaman
bawah yang mengganggu, dan tidak diperkenanankan untuk melakukan penebangan
pada saat penyiapan lahan.
c. Mobilisasi dan Demobilisasi Kendaraan, Peralatan dan Alat Berat
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material dilakukan dluar jam-jam
sibuk lalu lintas, pengaturan jadwal harus dilakukan dengan tujuan menghindari
kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Pariwisata disamping pengaturan kecepatan
kendaraan, mobil pengangkut bahan material yang menimbulkan debu (pasir, semen,
bata ringan) diharuskan menggunakan terpal penutup. Kecepatan kendaraan
pengangkut material sekitar peroyek dibatasi hingga ≤ 20 km/jam. Rata-rata ritase
kendaraan yang keluar masuk lokasi kegiatan pada tahap konstruksi diperkirakan
sebanyak 4 unit/hari. Bahan-bahan/material diupayakan didatangkan dari sekitar
lokasi kegiatan dan wilayah Bengkulu oleh kontraktor yang sudah memiliki izin,
sehingga memungkinkan jalan yang ditempuh tidak terlalu jauh. Pada saat mobilisasi
alat-alat dan bahan-bahan/material, jalur transportasi yang dilewati adalah Jalan
Raya Pariwisata. Terdapat beberapa jenis alat-alat berat dan peralatan konstruksi
pada tabel 3. Wajib dilaporkan oleh kontraktor dan dilakukan sertifikasi oleh dinas
terkait sebelum dipergunakan untuk kegiatan konstruksi diantaranya excavator,
genset, dan peralatan safety dan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, serta mendapatkan izin pengoperasian alat berat dari dinas terkait.
Tabel 3. Peralatan Konstruksi
No Jenis Peralatan Jumlah
1 Lift Barang 3 unit
2 Mobil Crane 4 unit
3 Excavator 2 unit
4 Dump Truck 6 unit
5 Concrete Mixer/ Molen 5 unit
6 Concrete Vibrator 5 unit
7 ARC Welding Machine 3 unit
8 Bars Cutter 5 unit
9 Bars Bending 5 unit
10 Passenger Hoist 2 unit
11 Hand Stamper 2 unit
12 Diesel Generator Set 3 unit
13 Water pump 4 unit
14 Air compressor 2 unit
15 Scaffolding 5250 set
16 Waterpass 5 unit
17 Theodolite 5 unit
18 Auto Level 5 unit
19 Mobil Operasional 1 unit
20 Mobil Pick up 1 unit
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
11

d. Pembangunan Fasilitas Konstruksi


1) Menyediakan Barak/Bedeng
Barak pekerja dibangun menggunakan material kayu dan triplek untuk tempat
tinggal pekerja yang berasal dari luar daerah selama proyek berlangsung dan
lokasi barak pekerja/bedeng ini ditempatkan pada posisi/lokasi di luar
bangunan/gedung yang akan dibangun dengan tujuan supaya tidak mengganggu
kegiatan konstruksi, dan setelah pekerjaan konstruksi selesai, bangunan
barak/bedeng ini dibongkar.
2) Membangun Fasilitas Air Bersih dan Limbah Cair dan Listrik
Sumber air bersih tahap konstruksi menggunakan air sumur dangkal yang akan
digali di lokasi lokasi proyek dan fasilitas penampungan limbah cair domestik
pekerja menggunakan septictank yang dibangun sementara di lokasi tapak
proyek, serta sumber energi listrik berasal dari genset. Prakiraan kebutuhan air
bersih tahap konstruksi disajikan pada Tabel 4. dan prakiraan timbulan limbah
cair tahap konstruksi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Prakiraan Kebutuhan Air Bersih

Tabel 5. Prakiraan Timbulan Limbah Cair Domestik

3) Membangun Tempat Penampungan Limbah Padat/Sampah


Di lokasi tapak proyek disediakan tempat penampungan sampah berupa tong
sampah dan TPS terdiri dari 3 jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik dan
sampah konstruksi, disesuaikan dengan limbah padat/sampah yang ada pada

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


12

tahap konstruksi. Sampah domestic (organik dan anorganik) pekerja berupa


bungkus makanan, minuman, bungkus rokok, sisa makanan dan sisa minuman,
sedangkan sampah konstruksi berupa bungkus/kemasan material seperti bungkus
semen, kaleng cat, potongan plastik, potongan kayu, potongan besi, potongan
kabel listrik/paralon dan sebagainya. Prakiraan timbulan limbah padat domestik
pekerja disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Prakiraan Timbulan Limbah Padat Domestik

4) Pembangunan Sarana, Prasarana dan Utilitas Wisata Alam


Pembangunan Sarana, Prasarana dan Utilitas Wisata Alam terbagi menjadi 2
zonasi, mencakup :
a) Areal Konservasi Alam
Merupakan areal yang akan tetap dipertahankan keutuhan dan keasliannya
sebagai ekosistem hutan tropis berupa hutan mangrove dan hutan pantai
secara alami. Difungsikan sebagai areal berhutan alami yang akan merupakan
sebagai: areal pembelajaran lingkungan dan konservasi alam, areal bermain
dan piknik, areal perkemahan. Areal ini mencakup areal berhutan, semak
belukar dan terbuka yang akan ditata dan direhabilitasi untuk menciptakan
tutupan hutan secara alami. Areal ini dilengkapi prasarana jalan setapak,
papan interpretasi, papan informasi, papan petunjuk, shelter- istirahat
temporer yang memudahkan pengunjung menikmati dan mempelajari seluruh
aspek kehidupan flora fauna dan ekosistemnya dengan mudah, nyaman dan
amam, tanpa mengganggu dan mempengaruhi proses ekosistem yang ada.
Areal ini dikembangkan untuk kegiatan wisata minat khusus atau kegiatan
petualangan dengan pemanduan dan interpretasi oleh petugas dalam
kelompok pengunjung antara lima hingga sepuluh orang. Areal ini akan
dilengkapi dan didukung dengan program penelitian, pendidikan, dan kesadar-
tahuan mengenai lingkungan dan konservasi alam.
b) Areal Sarana Prasarana Wisata Alam
Merupakan areal yang dikembangkan khusus untuk prasarana jalan wisata
memanfaatan jalan wisata yang sudah ada, jalan setapak, jalan sepeda,
jembatan, lokasi pemandangan (view point), akomodasi pondok wisata, pusat
informasi pengunjung, pusat layanan wisata alam, restaurant, convention hall
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
13

dan hotel, akses lalu-lintas jalan kaki, bersepeda maupun kendaraan.


Mengingat kontur tapak untuk bangunan sarana wisata alam tersebut
umumnya tidak selalu datar, maka bangunan sarana wisata alam tersebut
dibuat berbentuk bangunan panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur
permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya,
bangunan disangga menggunakan tiang dan pondasi penyangga dan
bangunan penahan tanah (turap) agar tanah tidak longsor. Bangunan split-
level dan sengkedan merupakan hasil pertimbangan dan alternative segi
konstruksi (struktur, konstruksi dan bahan bangunan) dan dari segi
penggunaan (keamanan, kesehatan, ekonomi,kebutuhan ruang, dan
sebagainya.
Beberapa sarana prasarana yang akan dibangun mencakup :
- Areal kedatangan (welcome sites) meliputi Pembangunan Pintu
Gerbang/Pintu Masuk, Pembangunan Pusat Infrormasi Wisata (Tourist
Information Center), Sarana Parkir Pengunjung, Tempat Ibadah,
Pembangunan Pos Penjaga, Pembangunan Pos Tiket Pengunjung,
Pembangunan Kantor dan Pembangunan Pertokoan/Souvenir.
- Areal Pusat Taman Rekreasi (Recreation Park) meliputi Pembangunan
Shelter, Pembangunan Papan Informasi, Pembangunan Toilet Umum,
Pembangunan Dapur Umum dan Pembangunan Fasilitas Outbond.
- Areal Pusat Pendidikan Konservasi dan Petualangan (Education and
Adventure Park) meliputi Pembangunan Track Mangrove, Pembangunan
Shelter dan Pembangunan dermaga jetty.
- Areal Akomodasi (Accomodation Sites) meliputi Pembangunan Pondok
wisata (Cottage), Pembangunan Hotel, Lobby, Restaurant, Ruang Rapat,
dan Kolam Renang.
c) Utilitas Wisata Alam
Merupakan utilitas/sarana pendukung yang akan melengkapi kepentingan
untuk pelayanan pengunjung berwisata alam, mencakup:
- Jalan Wisata
Merupakan peningkatan jalan wisata yang telah ada dan kondisi sudah
rusak, untuk ditingkatkan dengan penggunaan paving blok. Jalan dua jalur
selebar 6 meter dengan pendestrian 0,5 meter kirikanan jalan dengan lebar
keseluruhan jalan 7,00 meter dan panjang keseluruhan 3.000 meter dari
pintu gerbang ke areal blok akomodasi pengujung. Jalan tersebut hanya
diperuntukan untuk kendaraan kecil, dan kendaraan besar seperti bus dan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


14

truck harus diparkir di luar areal IUPSWA di depan pintu gerbang memasuki
areal IUPSWA.
- Jalan Setapak
Merupakan peningkatan dan pembuatan jalan setapak yang ada dan yang
baru, lebar 1,00 meter dengan panjang 2.000 meter, berupa jalan setapak
untuk pejalan kaki dan bersepeda lengkap dengan jembatan dan jetty.
Kedua jalan setapak tersebut memiliki jalur terpisah dan beberapa titik-titik
pertemuan. Kedua jenis jalan setapak tersebut dibuat sistem satu arah (SSA)
dalam beberapa klaster, sesuai kepentingan untuk klaster petualangan dan
interpretasi. Jalan setapak tersebut menghubungkan semua fasilitas dan
obyek wisata alam yang dikembangkan.
- Areal Parkir
Merupakan areal parkir yang berada di ruang publik pada pintu gerbang,
khusus untuk kendaraan besar seperti bus wisata, dengan luas 5.000 m2.
- Rumah Genset, Genset dan Jaringan Listrik
Dibangun 1 unit dengan setiap unitnya seluas 100 m2, dengan luas
keseluruhan 200 m2. Fasilitas di setiap unitnya yang tersedia berupa rumah
genset dilengkapi didalamnya sebuah generator berkekuatan 10.000 kW
berserta panel distribusi listrik, tangka persediaan bahan bakar-solar, serta
berfungsi secara otomatis dalam waktu tiga menit setelah pemadaman aliran
lisrik PLN. Jaringan listrik akan dibangun di dalam tanah, sehingga tidak
merusak pemandangan dan lansekap yang ada.
- Sumur Bor, Tower Air dan Jaringan Pipa Air
Dibangun 1 unit dengan setiap unitnya seluas 100 m2, dengan luas
keseluruhan 200 m2.Fasilitas di setiap unitnya berupa rumah pompa air
dengan tower air setinggi 3 meter dan tangki air berkapasitas 30 m3. Di
dalam rumah pompa terdapat sebuah mesin pompa air listrik, yang
beroperasi pada jam-jam tertentu. Jaringan pipa air akan dibangun di dalam
tanah, sehingga tidak merusak pemandangan dan lansekap yang ada.
- Instalasi dan Jaringan Gas
Instalasi dan jaringan pipa gas dibangun sebanyak satu unit
dengan luas 100 m2, terhubungkan dengan jaringan pipa gas
umum yang digunakan oleh masyarakat di sekitarnya. Instalasi
jaringan gas dipergunakan untuk kegiatan di areal piknik-barbeque
dan areal perkemahan. Di lokasi pondok wisata, hotel dan ruang
pertemuan selain jaringan gas tersebut juga ada khusus dengan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


15

jaringan gas LPG untuk small kitchen. Jaringan gas akan


dibangun di dalam tanah, sehingga tidak merusak pemandangan
dan lansekap yang ada.
- Shelter
Dibangun sebanyak 10 unit shelter masing-masing seluas 4½ m2, tersebar
di beberapa lokasi untuk kegiatan rekreasi, outbond dan bumi perkemahan.
Terletak pada lokasi-lokasi strategis dengan pemandangan yang indah dan
menarik ke arah laut, dilengkapi informasi yang memberi petunjuk,
interpretasi dan peringatan.
- Papan Informasi
Disediakan 30 unit papan informasi yang tersebar di beberapa tempat
strategis dan pengunjung, berupa 10 unit papan nama, 10 unit papan
peringatan/larangan dan interpretasi, 10 unit papan petunjuk/rambu
petunjuk lalu-lintasPapan informasi tersebut didesain secara khusus
melengkapi informasi yang diperlukan pengunjung selama berada di dalam
areal wisata alam.

2.1.3.3. Tahap Operasi

a. Rekrutmen Tenaga Kerja


Penerimaan tenaga kerja dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian bidang
keahlian, tingkat pendidikan dan minat untuk bekerja sebagai tenaga keamanan,
kebersihan, tenaga administrasi di taman wisata alam. Pada tahap operasional
terdapat tenaga kerja di pariwisata alam sebesar 25 orang. Rincian tenaga kerja
pengelola taman wisata alam disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Spesifikasi Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja Lokal

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


16

b. Aktivitas pengunjung dan karyawan


Pada tahap operasi, akan terdapat kegiatan yang signifikan yaitu mobilitas dan
aktivitas pengunjung taman wisata alam dan karyawan. Mobilisasi dan aktivitas
pengunjung dan karyawan terjadi terkait dengan aktivitas keluar masuk ke areal
Taman Wisata Alam. Diperkirakan puncak mobilitas harian terjadi pada siang hari
dan malam hari. Sementara puncak mobilitas mingguan terjadi pada akhir
pekan/weekend dan hari libur (peak season).
c. Sumber dan Penggunaan Air Bersih
Sumber air bersih pada tahap operasional TWA bersumber dari deep well (sumur
tanah dalam) dan jaringan PDAM apabila jaringan air PDAM sudah masuk ke
areal TWA. Air bersih dari deep well (sumur tanah dalam) dialirkan melalui saluran
pipa menuju rumah pompa air, kemudian didistribusikan ke tiap unit bangunan dan
area di kawasan TWA. Perkiraan kebutuhan air bersih tahap operasional
selengkapnya disajikan Tabel 8.
Tabel 8. Kebutuhan Air Bersih

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Wisata Alam


Pemeliharaan lokasi usaha akan dilakukan dengan melalui penataan lansekap
areal usaa Pemeliharaan sarana dan prasarana wisata alam akan dilakukan secara
teratur dan periodik serta menyesuaikan dengan kepentingannya, sehingga
diharapkan semua fasilitas sarana dan prasarana wisata alam akan dapat berfungsi
dan dapat digunakan secara optimal. Untuk kepentingan pemeliharaan,
perawatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana wisata alam, perusahaan akan
melengkapi dengan peralatan dan personil yang terlatih, serta mengupayakan
seminimal atau tidak ada complain dari pengunjung yang mempergunakan
sarana dan prasarana wisata alam tersebut.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


17

e. Pengelolaan Limbah
1) Limbah Padat Organik dan Anorganik
Pengelolaan sampah mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Akan disediakan 3 orang petugas
khusus yang menangani semua sampah dan limbah dari kegiatan wisata
alam, termasuk kontrol jaringan utilitasnya dan disediakan 2 unit mobil
kebersihan. Ilustrasi tempat sampah sementara (TPS) lima jenis disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Contoh Tempat Sampah Terpilah

Perkiraan perhitungan volume limbah/sampah padat pada tahap operasional yang


didasarkan kepada SNI 19-3964-1994 (2,5 liter/org/hari atau 0,0025
3 3
m /orang/hari), sebesar 0,88 m /hari. Rincian volume timbulan limbah/sampah
padat tahap operasional disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Prakiraan Timbulan Limbah/Sampah Padat

Pengelolaan limbah padat (organik dan anorganik) diawali dengan


melakukan pemilahan sampah menjadi lima jenis (sampah organik, anorganik
daur ulang, anorganik guna ulang, anorganik residu dan sampah B3), kemudian

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


18

dilakukan pengumpulan sampah di tong sampah dan TPS. Sampah organik


dikelola bekerja sama dengan pihak ketiga yang bergerak dalam pembuatan
kompos, sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis (daur ulang dan
guna ulang) dikelola bekerjasama dengan pihak ketiga sedangkan sampah
anorganik yang tidak memiliki nilai ekonomis (residu) bekerjasama dengan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bengkulu untuk lokasi pembuangan
sampah dan jadwal pengangkutan sampah sesuai dengan
kesepakatan/perjanjian kedua belah pihak.
2) Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah cair ( Black Water dan Grey Water)
menggunakan instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) dengan penyaring
biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang
dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki
sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan,
hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi. Kotoran diproses
penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap melalui tiga
kompartemen.
Tabel 10. Prakiraan Timbulan Limbah Cair

3) Limbah Padat dan Cair B3


Pengelolaan limbah padat B3 dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan dan
penyimpanan di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) limbah padat B3
seperti bekas lampu, kaca, baterai, botol aerosol pembasmi serangga dan
lainnya.Sedangkan limbah cair B3 seperti bekas oli ditampung/dikumpulkan di
dalam tong tempat limbah cair B3 dan disimpan di tempat pembuangan sampah
limbah cair B3.Untuk selanjutnya baik limbah padat B3 dan limbah cair B3 akan
diserahkan kepada pihak ketiga yang bergerak dibidang jasa pengumpulan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


19

limbah B3 dan memiliki izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
4) Limbah Restoran
Limbah padat restoran pengelolaannya dilakukan bersamaan dengan limbah
padat dari seluruh sarana dan prasarana wisata alam, sedangkan pengelolaan
limbah cair restoran dilakukan dengan membangun grease trap untuk
menyaring/ memisahkan lemak yang terdiri dari beberapa bak penyaringan
sebelum air limbah masuk/dialirkan kedalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).

2.1.3.4. Tahap Pasca Operasi

a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa dengan
masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa adanya
penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat berdiskusi langsung
dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan pasca operasi. Pihak
pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk mengembalikan kualitas lahan
pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat dapat menyaksikan dan
berpartisipasi dalam proses reklamasi lahan.
b. Pelepasan Tenaga Kerja
Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah selesai pula tugas dari pemanfaatan
pariwisata alam, sehingga dilakukan pelepasan tenaga kerja oleh perusahaan.
Tenaga kerja yang dilepas oleh perusaan diperkirakan mencapai 25 orang.
c. Rehabilitasi Lahan
Lahan bekas operasional pengembangan sarana prasarana wisata alam yang
merupakan lahan kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai
dikembalikan menjadikan Kawasan Konservasi Alam, dengan melakukan kegitaan
rehabilitasi terhadap lahan tersebut.

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak

Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Angung


Kota Bengkulu akan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup baik di wilayah
studi maupun lingkungan sekitar wilayah studi. Kondisi rona lingkungan hidup awal

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


20

sebelum adanya proyek perlu dilakukan pengamatan guna untuk mengetahui besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri tersebut. Komponen rona lingkungan
hidup awal antara lain meliputi komponen geo-fisik-kimia, lingkungan biologi, lingkungan
tata ruang, lingkungan social ekonomi budaya dan lingkungan kesehatan masyarakat.
a. Komponen Geo Fisik Kimia
1) Topografi
Kawasan TWA Pantai Panjang-Pulau Baai berada di pinggi pantai sehingga memiliki
kontur yang datar dengan ketinggian tempat 0-3 mdpl dengan kemiringan 0-5 %.
2) Geologi dan Jenis Tanah
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
dengan kadar garam yang cukup tinggi dan dibeberapa bagian masih dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Lahannya merupakan jenis tanah regosolalluvial-
organosol, dengan tekstur berpasir, solum tanah tipis, top soilnya berketebalan
sekitar 0,5 cm, dan sangat peka abrasi air laut. Struktur geologinya memberikan
daya dukung tanah yang cukup baik, dengan formasi batuan sedimen kuartener
terumbu karang dan tersier-neagon.
3) Iklim
Berdasarkan data Statistik Kota Bengkulu Tahun 2016, dan menurut pembagian tipe
iklim F.H Schmidt dan Ferguson dikategorikan dalam tipe iklim A (Q=0,9-7,7%),
dengan jumlah curah hujan rata-rata 283 mm/bulan dan jumlah hari hujan 17,25
hari/bulan, jumlah curah hujan tertinggi pada bulan November-Desember setiap
tahunnya mencapai 758-795 mm/bulan dan jumlah hari hujan 26-28 hari/bulan,
dan terrendah pada bulan Juni-Juli setiap tahunnya mencapai 79-72 mm/bulan dan
jumlah hari hujan 8-11 hari/bulan. Suhu udara rata-rata berkisar dari 18-21 oC
dengan rata-rata suhu udara maksimum antara 30–33 0C dan rata-rata suhu udara
minimum antara 22-23 0C, kelembaban relatif rata-rata berkisar 86,75%, dengan
kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember setiap tahunnya, yaitu 87% dan
kelembaban udara terrendah pada bulan Februari setiap tahunnya, yaitu 81%.
4) Hidrologi
Lokasi rencana usaha/kegiatan berada dekat dengan muara Sungai Jenggalu dan
beberapa anak sungai antara lain Sungai Lempuing. Merupakan daerah pantai
berpasir putih, yang berhutan 236 Ha, dan tidak berhutan 484 Ha (
Citra Landsat 2003)
b. Komponen Biologi
1) Ekologi

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


21

Areal dalam rencana tata letak sarana prasarana wisata alam ini merupakan bagian
dari ekosistem hutan pantai dan hutan mangrove, yang didominasi vegetasi jenis
Cemara laut, Waru laut, Bakau, Mangga laut, Nyamplung, Api api, Mahang, Terap,
Nibung, Pulai, Laban, Medang, Dadap dll. Merupakan habitat dari Babi hutan, Kera
ekor panjang, Tupai tanah, Musang, Codot, Biawak, Ular, Kura-kura, Kadal,
berbagai jenis burung seperti Kacer, Murai batu, Kutilang, Merbah, Punai, Terkukur,
Raja udang, Elang laut, dan lain-lain.
2) Flora
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai mempunyai tiga formasi tipe ekosistem, yaitu
vegetasi penyusun hutan pantai, yaitu formasi cemara laut yang didominasi dengan
Casuarina equisetifolia, formasi campuran yaitu formasi bakung laut dan
rerumputan dengan vegetasi dominan Ipomoea prescaprae, Pandanus tectorius
(pandan laut) dan Scaevola frutescens (babakoan) dan formasi hutan mangrove
berupa Rhizophora sp. Dan Sonneratia alba.
3) Fauna
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai memilik berbagai macam burung air, yaitu cangak
abu (Ardea sp), burung kuntul (Egretta sp), dara laut (Sterna sp), sekedidi (Calidris
sp), cekakak (Halcyon sp), elang laut (Haliatus sp); beberapa jenis mammalia yaitu
babi hutan (Sus scrofa), kera ekor Panjang (Macaca fascicularis), tupai ( Tupaia sp);
beberapa jenis reptilia, seperti biawak air (Varanus salvatoria) dan ular sawa
(Python reticulatus); dan fauna penghuni ekosistem pantai dan laut seperti ketam
(Ocypode sp), umang-umang (Pagurus sp), remis (Veneridae), ubur ubur dan ikan
glodok (Oxudercinae sp) serta jenis ikan lainnya.
c. Komponen Sosial Ekonomi budaya
1) Geografis
Lokasi rencana usaha/kegiatan berada di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu
Agung, Kota Bengkulu. Secara geografis Kecamatan Ratu Agung berbatasan dengan
Utara – Kecamatan Sungai Serut; Selatan – Kecamatan Gading Cempaka; Timur -
Kecamatan Ratu Samban; Barat - Kecamatan Gading Cempaka.
Kecamatan Ratu Agung terletak di bagian Timur Kota Bengkulu, ibu kota Bengkulu.
Luas wilayah Kecamatan Ratu Agung mencapai lebih kurang 892 hektar atau 8,92
Kilometer persegi. Ibu Kota Kecamatan Ratu Agung terletak di Kelurahan Nusa
Indah. Kecamatan Ratu Agung terdiri dari 8 Kelurahan, 177 Rukun Tetangga (RT)
dan 41 Rukun Warga (RW).

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


22

Luas wilayah Kelurahan Lempuing sebesar 1,8 km2 dengan jarak antara Kelurahan
Lempuing dengan ibukota Kecamatan Ratu Agung adalah 2 km. sebagaimana
tersaji dalam Tabel 11. dan Tabel 12.
Tabel 11. Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Ratu Agung

Sumber : BPS Kota Bengkulu

Tabel 12. Jarak Antar Kelurahan dengan Ibu Kota Kecamatan Ratu Agung (Km)

Sumber : BPS Kota Bengkulu

2) Sosial
- Demografi
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan
banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.
Penduduk Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2016 mencapai 50.346 jiwa,
sedangkan pada tahun 2015 mencapai 49.228 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk
Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2016 sebesar 95. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Jumlah
penduduk dan rasio jenis kelamin per-kelurahan dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin per Kelurahan di Kecamatan
Ratu Agung

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


23

Sumber : BPS Kota Bengkulu


- Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, pada tahun 2016 di Kecamatan Ratu Agung memiliki
gedung sekolah negeri sebanyak 23 yang terdiri dari Gedung gedung Taman
Kanak-kanak (TK), gedung Sekolah Dasar (SD), gedung Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan gedung Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tabel 14. Jumlah Sekolah di Kecamatan Ratu Agung

Sumber : BPS Kota Bengkulu


Tabel 15. Jumlah Murid, Guru dan Rasio di Kecamatan Ratu Agung

Sumber : BPS Kota Bengkulu


Tabel 16. Angka Partisipasi sekolah di Kota Bengkulu

Sumber : BPS Kota Bengkulu

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


24

- Agama
Pada Kecamatan Ratu Agung terdapat beberapa tempat ibadah, dapat dilihat
pada tabel 17.
Tabel 17. umlah Tempat Peribadatan di Kecamatan Ratu Agung

Sumber : BPS Kota Bengkulu

- Kelembaga kemasyarakatan dan Adat Kebiasaan


Kelembaga kemasyarakatan yang ada di desa-desa sekitar Kawasan hutan TWA
Pantai Panjang-Pulau Baai, umumnya terdiri dari lembaga formal dan nonformal.
Lembaga formal yang ada adalah lembaga yang dibentuk dan dibina oleh
pemerintah untuk membantu kelancaran pembangunan desa, seperti LMD, LKMD,
Karang Taruna dan PKK.
Adapun kegiatan lembaga formal ini umumnya dipimpin dan diarahkan oleh para
Kepala Desa dan di bantu oleh apparat pendukungnya. Sedangkan lembaga non
formal umumnya terbentuk secara turun temurun berdasarkan keadaan adat
istiadat dan agama yang dianut penduduk desa tersebut. Adapun aktifitas
lembaga non formal biasanya terbatas pada kegiatan adat dan keagamaan.
Bentuk kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat desa meliputi kegiatan
gotong-royong untuk memelihara kebersihan, usaha tani, dan kegiatan sosial
kemasyarakatan lainnya. Untuk kegiatan yang bersifat non formal terutama yang
berkaitan denagn adat istiadat dipimpin oleh tetua adat sedangkan untuk
keagamaan dipimpin oleh tokoh agama.
Kegiatan adat dan kebiasaan sehari-hari merupakan cermin dari nilai budaya yang
dianut masyarakatnya. Nilai budaya dan norma yang berlaku sangat dipengaruhi
oleh keyakinan dan agama yang dianut. Pada masyarakat pendatang yang
banyak bermukim tidak lagi terdapat adat dan budaya yang spesifik karena
proses akulturasi telah berlangsung lama serta agama yang dianut pada
umumnya islam. Sehingga adat dan kebiasaan yang berlangsung dipengaruhi
oleh ajaran agama. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berasal dari
berbagai etnis di desa-desa tersebut dapat hidup saling berdampingan secara
harmonis.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


25

- Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu tolak ukur dalam pencapaian
pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Ratu Agung. Pada tahun 2016 terdapat
Satu Rumah Sakit Swasta, 3 Puskesmas dan 6 Puskesmas Pembantu di wilayah
Kecamatan Ratu Agung. Sedangkan fasilitas kesehatan lainnya yakni puskesmas
pembantu dan poskesdes sebanyak 2 dan 6.
Tabel 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Ratu Agung

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu


Tabel 19. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Bengkulu

2.3. Kegiatan Sekitar Lokasi Rencana

Lokasi rencana kegiatan berada di kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai, tepatnya di
Kelurahan Lempuing Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, dimana di sekitar kawasan di
sisi pantai terdapat kegiatan penangkapan ikan dan objek wisata masyarakat setempat,
sedangkan di sisi darat terdapat permukiman penduduk, maupun usaha mikro berupa toko
kelontong, warung makan.

2.4. Hasil Pelibatan Masyarakat


Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal), sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disusun dengan melibatkan masyarakat melalui
pengumuman dan konsultasi publik. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomer 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa
dalam tahapan Amdal masyarakat wajib untuk dilibatkan. Pengikutsertaan masyarakat
tersebut dilakukan melalui pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi
publik yang dilakukan sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan. Melalui proses
pengumuman dan konsultasi publik, masyarakat dapat memberikan saran, pendapat dan
tanggapan yang disampaikan secara tertulis.
Pelaksanaan pengikutsertaan masyarakat dalam rangka kegiatan Amdal Rencana
Pembangunan Sarana Prasarana Pariwisata Alam adalah sebagai berikut :

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


26

a) Pemasangan pengumuman Studi Amdal berupa pengumuman di Surat Kabar


b) Pemasangan pengumuman Studi Amdal berupa pengumuman dalam bentuk leaflet di
desa-desa terkena dampak.
c) Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dan Konsultasi Publik dilakukan secara langsung, yang
dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 25 Nopember 2020 dilakukan proses sosialisasi
dan konsultasi atas Pembangunan Sarana Prasarana Pariwisata Alam di Kelurahan
Lempuing Acara ini diadakan di kantor Lurah Lempuing dimulai pukul 09.00 WIB.
Undangan yang hadir terdiri atas Lurah Lempuing, Danramil, Kapolsek, BLH Kota
Bengkulu, Tokoh masyarakat serta perwakilan masyarakat sekitar.

2.5. Dampak Penting Hipotetik


Dampak potensial adalah dampak yang diperkirakan berpotensi timbul akibat adanya
rencana kegiatan Rencana Pembangunan Sarana Prasarana Pariwisata Alam melalui
identifikasi interaksi antara komponen rencana kegiatan dengan komponen lingkungan di
lokasi tersebut. Dampak yang berpotensi timbul diinventarisasi tanpa memperhatikan besar
kecil atau penting tidaknya dampak sehingga menghasilkan daftar dampak potensial.
Alat bantu yang digunakan dalam proses identifikasi dampak potensial ini menggunakan
kombinasi matriks dan bagan alir. Interaksi antara komponen rencana kegiatan dengan
komponen lingkungan ditunjukkan oleh matriks (Tabel 20) sedangkan bagan alir
menampilkan urutan-urutan kejadian dampak yaitu dampak primer dan turunannya
(sekunder, tersier, dst) sebagaiman terlihat pada Gambar 2 sd. Gambar 4. Selanjutnya
dampak dampak potensial tersebut ditampilkan ditabulasikan beserta dengan sumber
dampaknya seperti tercantum pada Tabel 21.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


27

Tabel 20. Matriks Interaksi Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan

Komponen Lingkungan
Keterangan
Komponen Kegiatan Fisik-Kimia Biologi Sosekbud-Kesehatan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6

Tahapan Pra-Konstruksi Fisik Kimia


1. Penurunan Kualitas Udara
a. Sosialisasi X X
2. Peningkatan Kebisingan
b. Pengurusan Perizinan X X 3. Penurunan
Kualitas/Kuantitas Air
Tahapan Konstruksi Tanah
a. Rekrutmen Tenaga Kerja X X X X 4. Peningkatan Abrasi dan
Sedimentasi
b. Penyiapan Lahan X X X X X X X X X
5. Peningkatan volume
c. Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan dan X X X X X X sampah padat
Peralatan Berat 6. Perubahan Bentang Alam

d. Pembangunan Fisik Bangunan X X X X X X X X X X X X


Biologi
e. Aktivitas Basecamp X X X X 1. Perubahan Tutupan Lahan
f. Demobilisasi Tenaga Kerja, Bahan X X X X X 2. Hilangnya Flora
dan Peralatan Berat 3. Hilangnya Fauna
4. Gangguan Biota Laut
g. Pembuatan Danau Buatan X X X X

h. Pembangunan Dermaga Jetty X X Sosekbud-Kesehatan


Tahapan Operasi 1. Kegiatan Ekonomi Lokal
2. Tingkat Penganguran
a. Rekrutmen Tenaga Kerja X X
3. Kepadatan Lalu Lintas
b. Pengelolaan Limbah Padat dan X X X X X X X X X 4. Kesehatan Masyarakat
Cair 5. Keresahan Masyarakat
c. Keamanan Pengunjung X X 6. Perubahan Persepsi
Masyarakat
d. Keselamatan Pengunjung X

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


28

e. Kegiatan Wisata X X X X X

f. Kendaraan Pengunjung X X X X

Tahapan Pasca Operasi

a. Sosialisasi X X

b. Pelepasan Tenaga Kerja X X X

c. Pengembalian Lahan X

d. Rehabilitasi Lahan X X X

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


29

Gambar 2. Bagan Alir Pelingkupan

a. Deskripsi Rencana DAMPAK PENTING DAMPAK PENTING


Kegiatan DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK HIPOTETIK TERKELOLA
1. Pra Konstruksi
2. Konstruksi Fisik Kimia Fisik Kimia 1. Penurunan Kualitas Udara
3. Operasi 1. Penurunan Kualitas 2. Peningkatan Kebisingan
1. Penurunan Kualitas Udara
4. Pasca Operasi 2. Peningkatan Kebisingan Udara 3. Penurunan Kualitas/
3. Penurunan 2. Peningkatan Kebisingan Kuantitas Air Tanah
Kualitas/Kuantitas Air 3. Penurunan 4. Peningkatan Abrasi dan
Kualitas/Kuantitas Air Sedimentasi

Identifikasi Dampak Potensial


Tanah

Evaluasi Dampak Potensial


4. Peningkatan Abrasi dan Tanah 5. Peningkatan Volume
b. Deskripsi Rona Sedimentasi 4. Peningkatan Abrasi dan Sampah Padat
Lingkungan Awal 5. Peningkatan volume Sedimentasi 6. Perubahan Tutupan Lahan
1. Fisik-Kimia sampah padat 5. Peningkatan Volume 7. Tingkat Pengangguran
2. Biologi 6. Perubahan Bentang Alam Sampah Padat 8. Kesehatan Masyarakat
3. Sosekbus- 6. Perubahan Bentang 9. Keresahan Masyarakat
Kesehatan Alam 10. Perubahan Persepsi
Biologi
Masyarakat
1. Perubahan Tutupan Lahan
Biologi
2. Hilangnya Flora
3. Hilangnya Fauna 1. Perubahan Tutupan
4. Gangguan Biota Laut Lahan
c. Kegiatan Lain disekitar 2. Hilangnya Flora
lokasi proyek/kegiatan 3. Hilangnya Fauna
Sosekbud-Kesehatan
4. Gangguan Biota Laut
1. Kegiatan Ekonomi Lokal
2. Tingkat Penganguran
3. Kepadatan Lalu Lintas Sosekbud-Kesehatan DAMPAK TIDAK PENTING
4. Kesehatan Masyarakat 1. Tingkat Penganguran HIPOTETIK
5. Keresahan Masyarakat 2. Kesehatan Masyarakat
d. Saran, Pendapat dan 6. Perubahan Persepsi 3. Keresahan Masyarakat
tanggapan masyarakat Masyarakat 1. Kegiatan Ekonomi Lokal
4. Perubahan Persepsi 2. Kepadatan Lalu Lintas
Masyarakat

Metode : Metode :
Matriks Sederhana 1. Diskusi Antar Pakar
2. Studi Pustaka
3. Survei Lapangan
4. Profesional judgment
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL 5. Konsultasi Publik
30

2.5.1. Tahap Pra Konstruksi


a. Survei dan Investigasi
Pengadaan survey dan investigasi dilakukan oleh tim surveyor dan investigasi. Kegiatan
tersebut menimbulkan dampak keresahan masyarakat setempat. Dari keresahan yang
timbul tersebut dapat menimbulkan perubahan persepsi dan sikap masyarakat.
b. Sosialisasi ke Masyarakat
Setelah melakukan survei dan investigasi dilanjutkan dengan pelaksanaan sosialisasi
yang mengundang tokoh masyarakat setempat, pimpinan daerah setempat serta
pihak berwenang lainnya. Pihat tersebut akan dikumpulkan dan diberikan informasi
mengenai detail rencana pembangunan sarana prasarana wisata alam. Masyarakat
dapat berperan langsung dalam pembangunan sarana prasarana wisata alam seperti
menjadi tenaga kerja, divisi keamanan dan lainnya serta berperan tak langsung dengan
memberikan saran dan tanggapan mengenai pengembangan wisata. Jika proses
sosialisasi tidak terlaksana dengan baik makan akan menimbulkan perubahan persepsi
dan menimbulkan keresahan masyarakat.
c. Pengadaan Tanah
Lahan yang merupakan lokasi pembangunan sarana prasarana wisata alam merupakan
Kawasan hutan pantai TWA Pantai Panjang dan Pulaua Baai yang telah mendapatkan
izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas 20 hektar. Dengan
adanya pemberian izin ini menimbulkan persepsi buruk kepada masyarakat, bahwa
hanya pengusaha saja yang dapat diberikan izin mengelolaan Kawasan wisata,
sedangkan masyarakat selalu dilarang oleh petugas masuk atau mengambil sesuatu
dari Kawasan hutan tersebut. Selain itu akan menyebabkan perubahan ekosistem
pantai, yang akan menyebabkan abrasi pantai semakin tinggi.

2.5.2. Tahap Konstruksi


a. Rekruitmen Tenaga Kerja
Proses rekruitmen tenaga kerja dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
dan mendukung kelancaran proses konstruksi pembangunan sarana prasarana
wisata alam. Keperluan rekruitmen tenaga kerja ini terdiri dari tenaga ahli khusus,
sedang dan tenaga kasar seperti operator alat berat, tenaga ahli konstruksi dan
pengawas. Klasifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan konstruksi
dilakukan oleh pihak pelaksana proyek (kontraktor) yang diharapkan dapat
memperhatikan sumberdaya manusia yang ada di daerah lokal. Selain itu, untuk
mendukung keberlangsungan konstruksi, rekruitmen tenaga kerja diharapkan selalu
memperhatikan dan memprioritaskan terserapnya tenaga kerja lokal khususnya

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


31

masyarakat di sekitar wilayah tapak proyek, dengan tetap memperhatikan kebutuhan


tenaga kerja dan ketentuan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. JumIah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk tahap konstruksi pembangunan sarana prasarana wisata alam
diperkirakan mencapai 50 orang.
Proses rekruitmen tenaga kerja dalam tahap konstruksi dapat menimbulkan dampak
pada penurunan tingkat pengangguran. Adanya tenaga kerja pendatang akan
berdampak terhadap kegiatan ekonomi Iokal yang dapat meningkatkan pendapatan
warga di sekitar proyek karena tenaga kerja tersebut perlu memenuhi kebutuhan sehai
hari selama kegiatan pembangunan industri dilaksanakan. Namun, kegiatan ini juga
dapat menimbulkan keresahan masyarakat jika dalam mekanisme perekrutan tidak
terdapat transparansi dan hanya mengakomodir sebagian kecil tenaga kerja Iokal.
Penurunan tingkat pengangguran dan keresahan masyarakat tersebut bisa
menimbulkan adanya perubahan persepsi dan sikap masyarakat.
b. Aktivitas Basecamp
Aktivitas basecamp sebagai tempat kerja dan tempat tinggal tenaga kerja pada tahap
konstruksi akan berdampak terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan :
1) Bangunan basecamp yang dıgunakan sebagaı bangunan untuk ternpat tingggal
dan aktivitas pekerja seperti kantor, gudang, penginapan pekerja dan
perbengkelan alat berat dapat merubah kesan kehijauan pemandangan, sehingga
mengakibatkan kenyamanan lingkungan dapat terganggu di sekitar lokasi tapak
proyek. Setelah selesainya kegiatan konstruksi, bangunan ini akan dibongkar atau
dihilangkan dan akan digunakan kembali sesuai peruntukannya.
2) Munculnya limbah domestik dari aktivitas basecamp dengan jurnlah tenaga
kerja 50 orang dan perbengkelan yang dapat mencemari lingkungan. Aktivitas
basecamp dapat menimbulkan keresahan masyarakat, perubahan persepsi dan
sikap masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan strategi penanganan dampak negatif
dari aktivitas basecamp dengan menyediakan sarana pengolahan limbah
sementara yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar wilayah
proyek.
c. Mobilisasi Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
Pada mobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan dapat berpotensi menimbuIkan
peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan sebagai akibat dari
penggunaan kendaraan dalam mobilitas material dan peralatan. Mobilisasi tenaga kerja
untuk tenaga kerja 50 orang, bahan dan peralatan yang digunakan akan disesuaikan
dengan kebutuhan material, jumlah dan jenisnya berdasarkan jadwal dan rencana kerja
yang telah dibuat. Untuk kebutuhan material bahan bangunan seperti semen, besi,

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


32

aspal dan bahan pendukung lainnya. Pengadaan bahan dapat dilakukan dengan cara
membeli langsung kepada pengusaha setempat atau mitra kontraktor di sekitar
wilayah tapak proyek. Selain itu untuk memenuhi pasokan/ketersediaan bahan dapat
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui kerjasama dengan penduduk
lokal di sekitar wilayah tapak proyek.
Kegunaan alat berat yang digunakan untuk pemindahan dan pengangkutan bahan
dalam jumlah besar yang dapat membantu para tenaga kerja dalam proses
pembangunan sarana prasarana wisata alam pada tahap konstruksi sepetti Buldozer,
Crane, Excavator, Loader, Back Hoe, Truk Molen serta peralatan pendukung lainnya.
Kondisi jalan akses menuju lokasi tapak proyek merupakan lokasi jalan arteri di Kota
Bengkulu. Selain itu, kurangnya akses jalan menuju lokasi proyek menyebabkan
kepadatan lalu lintas disekltar jalan yang sudah ada. Sehingga keadaan tersebut dapat
menganggu aktivitas masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Akibatnya terjadi perubahan persepsi dan sikap
masyarakat pada tahap konstruksi.
d. Persiapan Lahan Pada Tapak Proyek
Proses persiapan lahan pada tapak proyek dengan adanya aktivitas penggalian tanah
serta pemerataan tanah akan menimbulkan debu dan kebisingan yang mengakibatkan
peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan. Persiapan lahan mangadakan
kegiatan berupa pengerukan lapisan tanah dan pembersihan lapisan tanah. Dengan
adanya kegiatan pembersihan lahan maka timbul penghilangan tanaman, dan
dengan adanya pengerukan timbul adanya reduksi juga fauna yang berupa biota
darat. Kegiatan tersebut juga menimbulkan perubahan tutupan lahan yang ada
disekitar lokasi wilayah tapak proyek, sehingga pelaksana kegiatan harus menyiapkan
rencana kegiatan sebaik mungkin untuk menjaga kondisi lingkungan dan untuk
meminimalisir dampak yang mungkin timbul.
e. Pembangunan Fisik Gedung, Jalan serta Sarana dan Prasarana
Proses pembangunan fisik gedung sarana prasarana seperti pembangunan gedung
sarana prasarana wisata alam hingga penyediaan layanan sosial seperti tempat ibadah.
Dari pembangunan tersebut menghasilkan kadar debu dan kebisingan yang
cukup tinggi sehingga berdampak pada peningkatan kadar debu dan peningkatan
kebisingan saat pembangunan konstruksi gedung dapat menimbulkan polusi udara.
Dengan adanya proyek pembangunan menyebabkan memperkecilnya akses jalan
menuju lokasi proyek yang menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu lintas. Warga
sekitar dapat memasok kebutuhan material sehingga mengakibatkan penurunan tingkat
pengangguran. Dengan adanya penurunan tingkat pengangguran dan penurunan
kualitas udara dapat merubah persepsi dan sifat masyarakat.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


33

f. Demobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan


Kegiatan demobilitasi bahan adalah kegiatan yang tujuannya untuk memanfaatkan
bahan sisa dari tahap konstruksi yang dimungkinkan dapat digunakan pada tahap
operasi yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang memungkinkan
mencemari lingkungan. Kegiatan demobilisasi peralatan dilakukan kegiatan
pengembalian peralatan yang sudah tidak digunakan setelah pembangunan selesai.
Dalam kegiatan demobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan akan berdampak
dalam penurunan tingkat pengangguran masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek.
Karena adanya kegiatan ekonomi lokal yang menurun, akan menimbulkan keresahan
masyarakat dan perubahan persepsi serta sikap masyarakat.

2.5.3. Tahap Operasi


a. Rekruitmen Tenaga Kerja
Proses rekruitmen tenaga kerja akan diawasi oleh pejabat daerah. Rekrutmen tenaga
kerja operasional dapat mengurangi tingkat pengangguran terutama di sekitar lokasi
rencana kegiatan, karena rekrutmen kni diutamakan bagi penduduk atau
masyarakat lokal, dimana sistem poin tinggi didapat apabila pelamar berasal dari
daerah sekitar pabrik. Hal ini juga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi berupa
penyediaan makanan, minuman, ataupun kontrakan untuk pekerja yang berasal dari
daerah cukup jauh. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik maka dapat dengan
efektif mengurangi keresahan masyarakat sehingga dapat mengantarkan persepsi dan
sikap masyarakat yang positif terhadap industri.
b. Kegiatan Pengelolaan Limbah
1) Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat (organik dan anorganik) diawali dengan
melakukan pemilahan sampah menjadi lima jenis (sampah organik, anorganik daur
ulang, anorganik guna ulang, anorganik residu dan sampah B3), kemudian
dilakukan pengumpulan sampah di tong sampah dan TPS. Sampah organik
dikelola bekerja sama dengan pihak ketiga yang bergerak dalam pembuatan
kompos, sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis (daur ulang dan
guna ulang) dikelola bekerjasama dengan pihak ketiga sedangkan sampah
anorganik yang tidak memiliki nilai ekonomis (residu) bekerjasama dengan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bengkulu untuk lokasi pembuangan
sampah dan jadwal pengangkutan sampah sesuai dengan
kesepakatan/perjanjian kedua belah pihak.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


34

2) Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah cair ( Black Water dan Grey Water) menggunakan
instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) dengan penyaring biologis (biological
filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus
untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara
bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau
tidak rembes, tahan korosi. Kotoran diproses penguraian secara biologis dan
filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen.
3) Limbah Padat dan Cair B3
Pengelolaan limbah padat B3 dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan dan
penyimpanan di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) limbah padat B3
seperti bekas lampu, kaca, baterai, botol aerosol pembasmi serangga dan
lainnya.Sedangkan limbah cair B3 seperti bekas oli ditampung/dikumpulkan di
dalam tong tempat limbah cair B3 dan disimpan di tempat pembuangan sampah
limbah cair B3.Untuk selanjutnya baik limbah padat B3 dan limbah cair B3 akan
diserahkan kepada pihak ketiga yang bergerak dibidang jasa pengumpulan
limbah B3 dan memiliki izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
4) Limbah Restoran
Limbah padat restoran pengelolaannya dilakukan bersamaan dengan limbah padat
dari seluruh sarana dan prasarana wisata alam, sedangkan pengelolaan limbah
cair restoran dilakukan dengan membangun grease trap untuk menyaring/
memisahkan lemak yang terdiri dari beberapa bak penyaringan sebelum air limbah
masuk/dialirkan kedalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
c. Fasilitas Pendukung Lainnya
Pemakrasa menyediakan fasilitas pelayanan umum seperti masjid dan toilet umum
akan menghasilkan limbah domestik. Jika tidak ditangani dapat menimbulkan beban
pencemaran khususnya sumber air permukaan yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas air permukaan. Pembangunan fasilitas umum ini dimanfaatkan masyarakat
menjadi hal yang menguntungkan bagi masyarakat sehingga dapat menimbulkan
persepsi dan sikap masyarakat kearah positif.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


35

2.5.4. Tahap Pasca Operasi


a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa dengan
masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa adanya
penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat berdiskusi langsung
dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan pasca operasi. Pihak
pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk mengembalikan kualitas lahan
pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat dapat menyaksikan dan berpartisipasi
dalam proses reklamasi lahan. Kegiatan sosialisasi ini diharapkan untuk menghindarkan
persepsi masyarakat terkait kewajiban pemrakarsa untuk reklamasi lahan pasca
operasi, sehingga diharapkan dengan adanya sosialisasi ini dapat mengurangi
keresahan masyarakat dan mencegah pergeseran persepsi dan sikap masyarakat.
b. Pelepasan Tenaga Kerja
Peningkatan pengangguran disebabkan oleh pelepasan tenaga kerja karena izin usaha
yang sudah selesai. Angka pengangguran yang meningkat tentunya berdampak pada
keresahan masyarakat tentang kelanjutan mata pencaharian tenaga kerja pasca
industri. Pemrakarsa merencanakan tenaga kerja tersebut untuk kegiatan reklamasi
lahan. Dengan pemanfaatan kembali tenaga kerja maka masyarakat dapat memberikan
respon berupa persepsi dan sikap masyarakat yang positif.
c. Ahli Fungsi Lahan
Lahan bekas operasional pengembangan sarana prasarana wisata alam yang
merupakan lahan kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai dikembalikan
menjadikan Kawasan Konservasi Alam, dengan melakukan kegitaan rehabilitasi
terhadap lahan tersebut.
Tabel 21. Daftar Dampak Potensial

KEGIATAN DAMPAK POTENSIAL DP/DS/DT


PRA KONSTRUKSI
Sosialisasi 1) Keresahan Masyarakat DT
2) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Pengurusan Perizinan 1) Keresahan Masyarakat DT
2) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
KONSTRUKSI
Rekrutmen Tenaga Kerja 1) Kegiatan Ekonomi Lokal DS
2) Tingkat Penganguran DP
3) Keresahan Masyarakat DT

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


36

4) Perubahan Persepsi Masyarakat DT


Penyiapan Lahan 1) Penurunan Kualitas Udara DP
2) Peningkatan Kebisingan DP
3) Peningkatan Abrasi dan Sedimentasi DP
4) Perubahan Tutupan Lahan DP
5) Hilangnya Flora DP
6) Hilangnya Fauna DP
7) Gangguan Biota Laut DP
8) Keresahan Masyarakat DT
9) Perubahan Persepsi Masyarakat DT

Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan 1) Penurunan Kualitas Udara DP


dan Peralatan Berat
2) Peningkatan Kebisingan DP
3) Perubahan Tutupan Lahan DP
4) Kepadatan Lalu Lintas DP
5) Keresahan Masyarakat DT
6) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Pembangunan Fisik Bangunan 1) Penurunan Kualitas Udara DP
2) Peningkatan Kebisingan DP
3) Penurunan Kualitas/Kuantitas Air DP
Tanah
4) Peningkatan volume sampah padat DP
5) Perubahan Tutupan Lahan DP
6) Hilangnya Flora DP
7) Hilangnya Fauna DP
8) Gangguan Biota Laut DP
9) Kegiatan Ekonomi Lokal DS
10) Kepadatan Lalu Lintas DP
11) Keresahan Masyarakat DT
12) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Aktivitas Basecamp 1) Penurunan Kualitas/Kuantitas Air DS
Tanah
2) Peningkatan volume sampah padat DP
3) Keresahan Masyarakat DT
4) Perubahan Persepsi Masyarakat DS
Demobilisasi Tenaga Kerja, 1) Penurunan Kualitas Udara DP
Bahan dan Peralatan Berat

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


37

2) Peningkatan Kebisingan DP
3) Kepadatan Lalu Lintas DP
4) Keresahan Masyarakat DT
5) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Pembuatan Danau Buatan 1) Perubahan Bentang Alam DP
2) Perubahan Tutupan Lahan DP
3) Hilangnya Flora DP
4) Hilangnya Fauna DP
Pembangunan Dermaga Jetty 1) Perubahan Bentang Alam DP
2) Gangguan Biota Laut DP
OPERASI
Rekrutmen Tenaga Kerja 1) Kegiatan Ekonomi Lokal DP
2) Tingkat Penganguran DP
Pengelolaan Limbah Padat dan 1) Penurunan Kualitas/Kuantitas Air DP
Cair Tanah
2) Peningkatan volume sampah padat DP
3) Perubahan Tutupan Lahan DP
4) Hilangnya Flora DP
5) Hilangnya Fauna DP
6) Gangguan Biota Laut DP
7) Kesehatan Masyarakat DS
8) Keresahan Masyarakat DT
9) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Keamanan Pengunjung 1) Kesehatan Masyarakat DS
2) Keresahan Masyarakat DP
Keselamatan Pengunjung 1) Keresahan Masyarakat DP
Kegiatan Wisata 1) Peningkatan volume sampah padat DP
2) Kegiatan Ekonomi Lokal DP
3) Tingkat Penganguran DP
4) Kepadatan Lalu Lintas DP
5) Perubahan Persepsi Masyarakat DS
Kendaraan Pengunjung 1) Penurunan Kualitas Udara DP
2) Peningkatan Kebisingan DS
3) Kepadatan Lalu Lintas DP
4) Kesehatan Masyarakat DS
PASCA OPERASI
Sosialisasi 1) Keresahan Masyarakat DS

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


38

2) Perubahan Persepsi Masyarakat DT


Pelepasan Tenaga Kerja 1) Tingkat Penganguran DP
2) Keresahan Masyarakat DS
3) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Pengembalian Lahan 1) Perubahan Tutupan Lahan DP
Rehabilitasi Lahan 1) Perubahan Tutupan Lahan DP
2) Kegiatan Ekonomi Lokal DS
3) Tingkat Penganguran DS

Keterangan : DP = Dampak Primer, DS = Dampak Sekunder, DT = Dampak


Tersier

2.6. Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan dampak- dampak yang
memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesis) dampak (dari dampak
yang tidak perlu dikaji). Hasil evaluasi tersebut akan menghasilkan Dampak Penting
Hipotetik (DPH) yang selanjutnya akan dikaji dalam dokumen ANDAL. Penentuan dampak
potensial menjadi dampak penting hipotetik dilakukan melalui proses evaluasi dengan
kriteria tertentu. Beberapa cara untuk mengevaluasi dampak potensial adalah sebagai
berikut:
a. Dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak
tersebut dengan cara-cara yang megacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP)
tertentu, pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis
tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau standar internasional.
b. Dengan menguji berdasarkan kriteria evaluasi dampak potensial yang mengacu
pada Panduan Pelingkupan dalam AMDAL dari Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu
1) Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan
2) Apakah komponen lingkungan masyarakat tersebut memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (bilai social dan ekonomi) dan
terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) sehingga perubahan besar
pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada
kehidupan masyarakat dan keutuhan ekosistem? Hal ini dapat dilihat dari hasil
kunjungan lapangan.
3) Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan
tersebut? Hal ini dapat dilihat dari hasil konsultasi/sosialisasi dengan masyarakat

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


39

4) Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
oleh dampak tersebut?
Hal ini dapat dijawab dengan mempelajari peraturan-peraturan yang menetapkan
baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya.
c. Dengan pertimbangan lain adanya dampak yang pengelolaanya sudah menjadi
bagian dari rencana kegiatan.
Teknik yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial pada kegiatan AMDAL Rencana.
Pembangunan sarana prasarana wisata alam ini adalah dengan menggunakan kombinasi
kriteria evaluasi pada poin 2 dan poin 3. Setiap dampak potensial dipilah menggunakan 4
pertanyaan diatas. Jika salah satu pertanyaan dijawab dengan ‘ya’, maka dampak
potensial tersebut termasuk DPH yang akan dikaji dalam ANDAL. DPH kemudian
diklasifikasikan menjadi DPH yang terkelola dan tidak terkelola, terkelola adalah dampak
yang pengelolaanya sudah menjadi bagian dari rencana kegiatan yang akan dibahas juga
dalam ANDAL. Sebaiknya jika seluruh pertanyaan menghasilkan jawaban ‘tidak’, maka
dampak itu dapat dieliminasi dan tidak perlu dikaji dalam ANDAL tetapi bisa dibahas
pada dokumen RKL RPL jika memang diperlukan dalam upaya pengelolaan dan
pemantauan. Tabel evaluasi dampak potensial menjadi DPH disajikan dalam Tabel 22.
Selanjutnya tabulasi daftar DPH ditunjukkan pada Tabel 23.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


40

Tabel 22. Evaluasi Dampak Potensial menjadi Dampak Penting Hipotetik

Kriteria Penapisan
Dikaji
Permen LH No.
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak Pedoman Pelingkupan DPH Dalam
16/2012
Andal
1 2 1 2 3 4

Komponen Fisik-Kimia
1 Penurunan Kualitas Udara Tahap Konstruksi
Udara
a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya
b) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya
dan Peralatan Berat

c) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya


d) Demobilisasi Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat

Tahap Operasi

a) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

2 Peningkatan Udara Tahap Konstruksi


Kebisingan
a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat

c) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya


d) Demobilisasi Tenaga Kerja, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Bahan dan Peralatan Berat

Tahap Operasi

a) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

3 Penurunan Air Tanah Tahap Konstruksi


Kualitas/Kuantitas Air
a) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


41

Tanah b) Aktivitas Base Camp Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Tidak

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

4 Peningkatan Abrasi Garis Pantai Tahap Konstruksi


dan Sedimentasi
a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya

5 Peningkatan volume Tanah Tahap Konstruksi


sampah padat
a) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

b) Aktivitas Base Camp Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

6 Perubahan Bentang Tanah dan Tahap Konstruksi


Alam Biota air
a) Pembuatan Danau Buatan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya DPH Ya

b) Pembangunan Dermaga Jetty Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya


Komponen Biologi

1 Perubahan Tutupan Tanah Tahap Konstruksi


Lahan
a) Penyiapan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya
b) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat

c) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

Tahap Pasca Operasi

a) Pengembalian Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Rehabilitasi Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


42

2 Hilangnya Flora Flora Tahap Konstruksi

a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya


b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

3 Hilangnya Fauna Fauna Tahap Konstruksi


a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya

b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

4 Gangguan Biota Laut Biota Laut Tahap Konstruksi


a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Pembangunan Dermaga Jetty Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya DPH Terkelola Ya
Cair

Komponen Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan

1 Kegiatan Ekonomi Masyarakat Tahap Konstruksi


Lokal
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

Tahap Operasi

a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

Tahap Pasca Operasi

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


43

a) Rehabilitasi Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

2 Tingkat Masyarakat Tahap Konstruksi


Pengangguran
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak DPH Terkelola Ya

Tahap Operasi
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak DPH Terkelola Ya

Tahap Pasca Operasi


a) Pelepasan Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak DPH Terkelola Ya
b) Rehabilitasi Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

3 Kepadatan Lalu Masyarakat/ Tahap Konstruksi


Lintas Pemakai Jalan
a) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat
b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Demobilisasi Tenaga Kerja, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Bahan dan Peralatan Berat

4 Kesehatan Masyarakat Tahap Operasi


Masyarakat
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya DPH Terkelola Ya
Cair

b) Keamanan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

c) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

5 Keresahan Masyarakat Tahap Pra-Konstruksi


Masyarakat
a) Sosialisasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pengurusan Perizinan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

Tahap Konstruksi

a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


44

d) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

e) Aktivitas Basecamp Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

b) Keamanan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

c) Keselamatan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya


Tahap Pasca Operasi

a) Sosialisasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pelepasan Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

6 Perubahan Persepsi Masyarakat Tahap Pra-Konstruksi


Masyarakat
a) Sosialisasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pengurusan Perizinan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Konstruksi

a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat

d) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

f) Aktivitas Basecamp Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah PAdat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair

Tahap Pasca Operasi

a) Sosialisasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak

b) Pelepasan Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


45

Tabel 23. Daftar Dampak Potensial dan Dampak Penting Hipotetik

Tahapan Kegiatan Kompenen Lingkungan Dampak

DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) dan DPH Terkelola


1. Konstruksi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Penurunan Kualitas/Kuantitas Air
Tanah
Peningkatan Abrasi dan
Sedimentasi
Peningkatan Volume Sampah
Padat
Perubahan Bentang Alam
Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Hilangnya Flora
Hilangnya Fauna
Gangguan Biota Laut
Sosial Ekonomi Budaya dan Tingkat Pengangguran
Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2. Operasi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas/Kuantitas Air
Tanah
Peningkatan Abrasi dan
Sedimentasi
Peningkatan Volume Sampah
Padat
Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Hilangnya Flora
Hilangnya Fauna
Gangguan Biota Laut
Sosial Ekonomi Budaya dan Tingkat Pengangguran
Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
3. Pasca Operasi Sosial Ekonomi Budaya dan Tingkat Pengangguran
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
46

Kesehatan
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
DAMPAK TIDAK PENTING HIPOTETIK (DTPH)
1. Prakonstruksi Sosial Ekonomi Budaya dan Keresahan Masyarakat
Kesehatan
Perubahan Persepsi Masyarakat
2. Konstruksi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Gangguan Biota Laut
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Kepadatan Lalu Lintas
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
3. Operasi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
4. Pasca Operasi Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Tingkat Pengangguran
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


47

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


48

1.7. Batas Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian

1.7.1. Batas Wilayah Studi


Kaitan antara rencana Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam dengan lingkungan
sekitarnya memungkinkan terjadinya dampak pada ruang tertentu, selama periode
waktu tertentu serta berpengaruh pada komponen lingkungan tertentu pula. Batas
teknis studi Amdal merupakan kumulatif dari keempat batas studi (Batas Proyek, Batas
Ekologis, Batas Sosial, dan Batas Administratif).
a. Batas Proyek
Batas Proyek ini merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan
pembangunan sarana prasarana wisata alam akan dilakukan, termasuk kegiatan pada
tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap, operasi, dan tahap pasca operasi yang
dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan pembangunan. Berdasarkan izin lokasi yang telah
diperoleh, pembanguan berada di lahan seluas 20 ha yang terletak di Kelurahan
Lempuing, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak yang
diprakirakan timbul dengan adanya rencana pembangunan sarana prasarana wisata
alam, mengikuti masing-masing media lingkungan dimana proses alami yang
berlangsung dalam ruang tersebut diprakirakan mengalami perubahan mendasar.
Dalam hal ini media lingkungan yang diprakirakan mengalami perubahan adalah
sungai, udara, tanah atau lahan dan pantai. Media lingkungan terseut mengalami
perubahan karena prakiraaan terjadinya dampak perubahan bentang alam,
peningkatan laju erosi, peningkatan kadar debu, serta perubahan kualitas air.
c. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan pembangunan sarana
prasarana wisata alam yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi
sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu sesuai dengan proses dan dinamika
sosial. Batas ini pada dasarnya adalah ruang dimana masyarakat terkena dampak
lingkungan yang diprakirakan timbul dari rencana pembangunan tersebut yaitu pada
Keluraha Lempuing.
d. Batas Administratif
Batas administratif ini merupakan wilayah administrasi yang mencakup batas proyek,
batas ekologis, dan batas sosial. Batas administrasi ini diperlukan untuk
mengarahkan pemrakarsa atau tim penyusun Amdal untuk dapat melakukan
koordinasi pada lembaga pemerintah tersebut, baik untuk koordinasi administratif,
pengumpulan data rona lingkungan, dan dalam koordinasi lainnya. Batas administratif
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
49

studi Amdal kegiatan pembangunan sarana prasarana wisata alam ini adalah
Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.
e. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan gabungan dari batas proyek, batas ekologis, batas
sosial, dan batas administratif. Dari masing-masing bata tersebut diplotkan pada peta
yang kemudian di overlay sehingga dapat ditarik garis luar gabungan ke empat batas
tersebut, sehingga batas wilayah studi masih dalam satu kelurahan yaitu Kelurahan
Lempuing.
1.7.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak
penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan rangkaian kegiatan
dalam pembangunan sampai dengan selesainya kegiatan pembangunan sampai kegiatan
pasca operasi. Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
atau dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini dirancang selama 35
tahun, dengan rincian tahap pra konstruksi selama 1 tahun, tahap pembangunan kontruksi
4 tahun, dan tahap operasi selama 30 tahun.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


50

BAB III. METODE STUDY

1.1. Metodologi Pengumpulan Dan Analisis Data Secara Umum


Metode pengumpulan dan analisis data dalam Studi Amdal kegiatan pembangunan Sarana
Prasarana Wisata Alam bertujuan untuk :
1. Mengamati, mengkaji, dan mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan
terkena dampak penting dari kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam.
2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang diperkirakan akan
terkena dampak penting dari kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam.
3. Mengamati, mengkaji, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang
diperkirakan akan terkena dampak penting dari lingkungan hidup sekitarnya.
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan
Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam.
Pendekatan studi yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah secara
deskriptif dan analitik, dengan melalui tahapan berikut :
1. Melakukan studi lapangan.
2. Mengumpulkan data melalui narasumber/instansi yang terkait.
3. Melakukan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi Pembangunan dan
Pengembangan Sarana Prasarana Wisata Alam dengan alat bantu kuisioner di wilayah
yang tercakup dalam batas wilayah studi.
4. Penelitian lapangan.
5. Metode evaluasi dengan matrik untuk melakukan identifikasi dampak dan untuk
menyajikan besaran dan derajat kepentingannya.
6. Kajian pustaka.
7. Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) didekati dengan mengamati
kemungkinan-kemungkinan timbulnya perubahan lingkungan yang terkait dengan
kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam, baik pada tahap pra kontruksi,
kontruksi, operasi dan pasca operasi. Kajian tentang perubahan- perubahan yang terjadi
diamati dari besar kecilnya hubungan timbal balik antara komponen kegiatan dan
komponen lingkungan yang terkena dampak penting. Hasil studi Amdal kegiatan
Pembangunan sarana wisata alam dipergunakan sebagai arahan untuk membuat
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


51

1.1.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi wilayah studi dan sekitar wilayah studi
yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak, sehingga kondisi atau rona lingkungan
hidup awal pada lokasi-lokasi masyarakat yang kemungkinan terkena dampak dapat
terukur/teramati, maka besaran dampak di wilayah studi dapat diprakirakan. Parameter
yang disajikan dalam metode terbagi menjadi dua jenis yaitu parameter untuk gambaran
rona lingkungan dan parameter yang terkena dampak dan dianggap penting. Parameter
untuk gambaran rona awal lingkungan disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan
pengumpulan data yang didapat. Sedangkan parameter yang dianggap penting karena
terkena dampak maka dilakukan analisis data setelah terkena dampak. Komponen
lingkungan dan parameter harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode pengumpulan
dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.
a. Geofisik-Kimia
Analisis lingkungan geofisik kimia mencakup komponen lingkungan perubahan
bentang alam, peningkatan kadar debu, dan peningkatan kebisingan. Metode
pengumpulan dan analisis data untuk lingkungan geofisik kimia adalah :
1) Perubahan Bentang Alam
Parameter yang dijadikan acuan dalam menganalisis besarnya perubahan bentang
alam adalah Analisis morfologi yang berkaitan dengan lereng relief.
Metode Pengumpulan Data
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih
menekankan data bentuk lahan dan proses geomorfologi yang terjadi.
Pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi
yaitu dilakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan beberapa parameter
bentuk lahan meliputi topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang
bekerja serta klimatologi. Data sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap
dari peta topografi sebagai sumber data untuk digunakan dalam mengkaji
fisiografi daerah penelitian yaitu di Iokasi kegiatan pembangunan sarana
prasarana wisata alam.
Metode Analisis Data
Data hasil pengamatan dibandingkan dengan kondisi bentang alam sebelum
sarana prasarana wisata alam dibangun dan kondisi setelah selesai dibangun.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder
berupa Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk
memperbaiki atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


52

pengukuran kemiringan lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas


geologi. Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan
data pokok dari Peta Rupa Bumi. Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan
Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite ( grid system) dengan
menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000.
Metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi yaitu dengan
cara peta dibagi kedalam beberapa grid. Masing-masing grid ditarik garis diagonal
yang paling banyak terpotong oleh garis tinggi (kontur) hitung panjang diagonal
(L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N). Dapat dihitung
menggunakan rumus:

Dengan demikian diperoleh data kemiringan lereng masing-masing grid, maka


peta lereng dapat disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng. Hasil pemetaan
kemudian dicek di lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi
sampel, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui kelas kemiringan lereng
dan topografi daerah penelitian.

2) Peningkatan Kadar Debu


Parameter yang digunakan untuk analisis peningkatan kadar debu akibat kegiatan
pembersihan dan pengupasan Iahan, kegiatan pembangunan dan pengangkutan
material, serta akibat kegiatan pengangkutan dan penimbunan tanah penutup
adalah besarnya jumlah kadar debu dalam udara ambien yang terjadi. Penentuan
titik sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin yang
dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kadar debu di udara ambien
merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan dan akan
diambil dari lokasi rencana kawasan pembangunan Sarana Prasarana Wisata
Alam.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data peningkatan kadar debu dilakukan melalui pengambilan
sampel kualitas udara, yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai kualitas lingkungan kadar debu di wilayah studi. Sampel kualitas
lingkungan yang telah diambil selanjutnya akan dilakukan pengujian dan analisis

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


53

di laboratorium. Pengambilan sampel dan pengujiannya dilakukan dengan


bekerjasama dengan lembaga yang telah memiliki akreditasi. Lokasi
pengambilan sampel berada di wilayah studi, yaitu di lokasi studi serta
lingkungan di sekitarnya yang diperkirakan terkena dampak dan mengalami
perubahan lingkungan. Komponen lingkungan kadar debu yang diperiksa
berdasarkan titik lokasi rencana pengambilan sampel yang diambil di sekitar
lokasi rencana pembangunan dan di lokasi permukiman penduduk
terdekat.
Metode Analisis Data
Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya perubahan kadar
debu adalah baku mutu udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak. Baku
mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau
komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Sedangkan baku mutu emisi
sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.
Pedoman baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Metode analisis parameter
debu dilihat dalam Tabel 25.
Tabel 25. Metode Analisis Kadar Debu Udara Ambien

Hasil pengukuran kualitas udara ambien, terutama pada parameter debu yang
diperkirakan akan mengalami perubahan dengan adanya kegiatan pengerukan
lahan atau kegiatan konstruksi pembangunan yang berpengaruh terhadap kadar
zat dalam udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

3) Peningkatan Kebisingan
Parameter yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kebisingan adalah
tingkat kebisingan yang terjadi. Penentuan tingkat kebisingan dan hubungannya
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
54

dengan reaksi masyarakat atau individu biasanya menyangkut penentuan level


kebisingan yang dapat diterima atau direkomendasjkan dan pengaruh dari level
kebisingan yang tinggi. Rentang intensitas suara adalah 0 dB sampai dengan 150
dB dimana kebisingan normal dalam kehidupan sehari-hari berkisar antara 55 dB
sampai 63 dB.
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan jarak antara
sumber kebisingan di lokasi tapak rencana kegiatan terhadap lingkungan kerja
atau permukiman masyarakat yang diperkirakan akan terdampak. Data tingkat
kebisingan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan
dan akan diambil dari lokasi rencana kawasan pembangunan sarana wisata alam.
Metode Pengumpulan Data
Kebisingan diukur secara langsung menggunakan alat Sound Level Meter di Iokasi
yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku
mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Baku tingkat kebisingan mengacu pada Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, dimana baku mutu kebisingan diklasifikasikan
berdasarkan peruntukan kawasan atau lingkungan kesehatan, yaitu seperti yang
terlihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Baku Mutu Tingkat Kebisingan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


55

Metode Analisis Data


Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya tingkat kebisingan
adalah baku mutu tingkat kebisingan sesuai dengan Kep. Men. LH No. 48 tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, dimana hasil perhitungan dikonversi
menjadi skala kualitas lingkungan. Metode evaluasi yaitu dengan cara menghitung
nilai LSM dan dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang
ditetapkan dengan toleransi + 3 Db (A).
Tabel 27. Metode Analisis Tingkat Kebisingan

b. Hidrologi
1) Debit Air Permukaan/Kuantitas Air
Menentukan debit air permukaan akan digunakan untuk mendeskripsikan potensi
peningkatan terjadinya banjir akibat adanya pembangunan Sarana Prasarana
Wisata Alam.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara
perkiraan menggunakan FJ.Mock melalui data iklim dan data panjang serta Iuasan
dimensi sungai. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan
referensi terkait dengan studi sebelumnya dengan pengukuran Iaju air
permukaan.
Metode Analisis Data
Analisis data untuk mengetahui perubahan kuantitas air berfungsi untuk
mengetahui potensi ketersediaan air melalui debit air permukaan, serta potensi
peningkatan limpasan permukaan sebagai dampak kegiatan.
Pmaks : Pmin x 100%
Pmaks = debit puncak maksimum, Pmin = debit puncak minimum

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


56

2) Penurunan Kualitas Air


Metode yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah metode analisis
kimia yang bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang berada
dalam air sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor KEP.02/MenKLH/1998 tentang Pedoman Penentapan Baku Mutu
Lingkungan.
Metode Penqumpulan Data
Pada data kualitas air tanah yang diambil dari contoh air tanah di wilayah proyek
dengan parameter kualitas air sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/lX/1990, yaitu air bersih yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari dimana kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila masak. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada tiga titik
sampel yaitu di titik sebelum lokasi proyek, di lokasi proyek dan setelah lokasi
proyek. Sampel air bersih di ambil sebanyak satu titik yaitu air bersih yang
digunakan penduduk di sekitar rencana lokasi pembangunan.
Metode Analisis Data
Sampel yang berhasil diambil kemudian diuji di laboratorium agar dapat diketahui
kandungan zat pada air, kemudian dianalisis dengan membandingkan standard
baku mutu perairan sehingga diketahui tingkat pencemaran perairan tersebut.
Tabel 28. Parameter Kualitas Air (Air bersih dan badan air) yang akan Diteliti serta
Metode Analisis/Pengukuran yang Digunakan
Parameter Satuan Metode Analisis Tingkat Lokasi
Pengukuran Ketelitian Analisis
SIFAT FISIK
Suhu Air °C SNI 06.6989.25.2005 0,1 °C In situ
Residu Terlarut mg/l SNI 06.6989.25.2005 1 mg/l -
Padatan Tersuspensi mg/l SNI 06.6989.25.2004 1 mg/l Lab induk
Total

SIFAT KIMIA
pH mg/l SNI 06.6989.11.2004 0,01 In Situ

DO mg/l APHA 4500/0.2005 0,05 mg/l In Situ

Nitrogen – Amonia mg/l SNI 06.6989.30.2005 0,01 mg/l Lab Induk


(N-NH3)
Nitrogen – Nitrit (N- mg/l SNI 06.6989.9.2004 0,0021 Lab Induk
NO2)

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


57

Nitrogen – Nitrat mg/l APHA 2005.4500-NO3- 0,0019 Lab Induk


(N-NO3) -B
Fosfor – Total (P- mg/l APHA 4500-P.D.2005 0,001 Lab Induk
Total)
Klorida (Cl2) mg/l SNI 6989.19.2009 0,986 Lab

Sulfat (SO4) mg/l SNI 6989.20-2009 0,0693 Lapang


Lab Induk

BOD mg/l SNI 6989.72.2009 0,05 Lab Induk

COD mg/l SNI 6989.2.2009 3,0431 Lab Induk

Besi (Fe) mg/l SNI 6989.4.2009 0,0037 Lab Induk

Mangan (Mn) mg/l SNI 6989.5.2009 0,0491 Lab Induk

Tembaga (Cu) mg/l SNI 6989.6.2009 0,0153 Lab Induk

Cadmium (Cd) mg/l SNI 6989.16.2009 0,001 Lab Induk


Seng (Zn) mg/l SNI 6989.7.2009 0,0075 Lab Induk

Krom (Cr) mg/l SNI 6989.53.2005 0,003 Lab Induk

Mercuri (Hg) mg/l APHA 3500 - Hg.2005 0,0001 Lab Induk

Timbal (Pb) mg/l SNI 6989.8.2009 0,0036 Lab Induk


Sianida (CN) mg/l SNI 19-6964.6-2003 0,001 Lab Induk

Fluorida (F) mg/l SNI 06-6989.29.2005 0,01 Lab Induk

Khlorin bebas mg/l Chlor Test Kit 0,01 Lab Induk

Belerang sebagai mg/l APHA.4500-S2D/2005 0,001 Lab Induk

Kimia Organik
H2S
Minyak dan Lemak µg/l SNI.06.6989.10.2004 0,5 Lab Induk

Deterjen sebagai µg/l SNI 06.6989.26.2005 1,0


(M/L)
Senyawa Fenol µg/l SNI 06.6989.21.2004 0,005
MBAS
Biologi
sebagai fenol
Benthos Coloni Counter

Plankton Coloni Counter

Total Coliform MPN/100 Multiple Tube SM

ml
Sumber: Perda Prov Jatim No. 29221.B.Ed.22.2012
Tahun 2008 Kelas III dan PERMENKES RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


58

c. Penurunan Kualitas Udara


Metode Pengumpulan Data
Data diambil dan dikumpulkan melalui pengambilan sampel kualitas udara dan
kemudian diperoleh informasi mengenai kualitas lingkungan kadar debu di wilayah
studi. Sampel kualitas lingkungan yang telah diambil selanjutnya akan dilakukan
pengujian dan analisis di laboratorium. Sampel udara diuji dengan bekerjasama
dengan lembaga yang telah memiliki akreditasi. Lokasi pengambilan sampel
berada sebelum, di wilayah studi dan setelah lokasi wilayah studi yang diperkirakan
terkena dampak dan terjadi perubahan.
Metode Analisis Data
Baku mutu yang menjadi dasar pengukuran udara adalah Peraturan
Pemerintah No.56 Tahun 1996. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas
atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Sedangkan
baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau
beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam
udara ambien. Sampel udara yang telah diambil akan diuji ke laboratorium untuk
diketahui jenis kandungan yang ada diudara dan kemudian dibandingkan dengan
standar baku mutu.
Tabel 29. Parameter yang akan Diteliti serta Metode Analisis yang Digunakan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


59

d. Sosial Ekonomi Dan Budaya


Bagian-bagian lingkungan yang akan di analisis mencakup komponen lingkungan
demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Analisis lingkungan sosial mengacu
pada KepKa Bapedal No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
Dalam Penyusunan Amdal. Parameter yang dianalisis pada komponen ini adalah
jumlah dan pertumbuhan penduduk. Metode pengumpulan dan analisis data untuk
lingkungan sosial yaitu, data pendukung untuk analisis sosial ekonomi dan budaya
adalah terkait dengan data demografi kependudukan, dimana komponen demografi
merupakan komponen pokok yang digunakan sebagai dasar dalam analisis dampak
sosial lainnya.
Metode Pengumpulan Data
Data yang didapatkan adalah data series jumlah penduduk di wilayah studi, minimal
series 5 tahun. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang ada pada
instansi terkait, yaitu BPS, kantor desa atau kantor kelurahan. Kebutuhan data
kependudukan secara series ini diperlukan dalam analisis proyek penduduk pada
masa mendatang.
Metode Analisis Data
Analisis untuk kependudukan dalam studi ini pada dasarnya adalah analisis prakiraan
jumlah penduduk atau proyek penduduk pada masa yang akan datang dengan
metode yang sesuai. Pemilihan metode proyek penduduk ini djdasarkan pada
karakteristik Perubahan dan pertumbuhan jumlah penduduk dari waktu ke waktu.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk proyeksi penduduk adalah sebagai
berikut:
Model Linear Arimatik
Pertumbuhan penduduk secara linear aritmatik merupakan pertumbuhan penduduk
dengan jumlah sama setiap tahun. Dinyatakan dalam rumus :

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


60

Model Geometrik
Pertumbuhan penduduk yang terbentuk secara geometrik merupakan
pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga majemuk. Angka
pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Dinyatakan dalam
rumus :

Model Eksponensial
Pertumbuhan penduduk secara eksponensial merupakan pertumbuhan penduduk
secara terus menerus dengan angka pertumbuhan konstan. Dinyatakan
dengan rumus:

Untuk menentukan pilhan model proyeksi penduduk yang akan digunakan dengan
hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi.

Model Deviasi
Metode proyeksi penduduk yang menghasilkan standar deviasi yang paling kecil
adalah metode yang dipilih.

Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Jumlah Penduduk
X = Rata-rata jumlah penduduk
n = Jumlah data
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
61

Koefisien Korelasi
Metode yang digunakan pada perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang
menghasilkan koefisien paling mendekati 1 adalah metoda yang terpilih dalam
memprakirakan jumlah penduduk pada masa mendatang.
Komponen dalam lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang mengalami
perubahan signifikan atau terkena dampak proyek adalah perekonomian lokal dan
regional, serta persepsi dan Sikap masyarakat. Parameter yang dianalisis adalah
kesempatan kerja, kesempatan usaha, pendapatan serta persepsi dan Sikap
masyarakat terhadap proyek.
a. Kegiatan ekonomi lokal
Metode Pengumpulan
Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis peningkatan pendapatan ini berupa
data primer. Data primer didapatkan dari responden melalui wawancara secara
terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance).
Responden ditentukan dengan cara menggunakan metode purposive random
sampling. Menurut Paton (1990), purposive sampling umumnya digunakan untuk
penelitian kualitatif, dimana pemilihan responden lebih didasarkan pada kriteria
khusus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta kurang menekankan pada
sifat representativitas dalam pengambilan sampel.
Data sekunder didapatkan dari beberapa instansi terkait pada tingkat
pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten. Responden yang diambil meliputi
anggota masyarakat dari berbagai kelompok, seperti tokoh formal dan informal,
para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga sertabeberapa kelompok profesi
atau mata pencaharian.
Metode Analisa
Metode deskriptif analisis dipilih untuk menganalisis data yang didasarkan pada
pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang diperoleh dari beberapa
kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, dapat diperoleh data dari
hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci.
Untuk data yang bersifat kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk
deskripsi dan untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan
dalam bentuk tabulasi.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


62

b. Keresahan Masyarakat
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dan data primer.
Untuk mendapatkan data primer dari penelitian di lapangan observasi dan
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara ( interview
guidance) terhadap responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang
terarah/terfokus (indepth interview) terhadap beberapa informan kunci ( key
person) seperti tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama yang dianggap
sangat berpengaruh dalam masyarakat. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil
penelitian sosial budaya yang pemah dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi
proyek, serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian ini. Adapun
parameter sosial budaya yang akan dite liti adalah proses sosial dalam masyarakat
yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama), (b) proses disosiatif (konflik
sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi sosial.
Metode Analisis Data
Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang didasarkan pada
pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang diperoleh dari kuisioner
yang dibagikan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari hasil wawancara
terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci. Untuk data yang
bersifat kualitatif, analisis data akan dipaparkan dalam bentuk deskripsi dan
untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.

c. Persepsi dan Sikap Masyarakat


Metode pengumpulan
Jenis data yang dibutuhkan untuk analisis sosial ekonomi dan sosial budaya ini
secara garis besar berupa data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari responden melalui wawancara secara terfokus dengan
menggunakan pedoman wawancara ( intetview guidance). Responden ditentukan
dengan metode purposive random sampling. Menurut Paton (1990), purposive
sampling umumnya digunakan untuk penelitian kualitatif, dimana pemilihan
responden lebih didasarkan pada kriteria khusus dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta kurang menekankan pada sifat representativitas dalam
pengambilan sampel.
Responden yang diambil merupakan anggota masyarakat dari berbagai kelompok,
seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


63

serta bebrapa kelompok profesi atau mata pencaharian. Data sekunder diperoleh
dari instansi terkait pada tingkat pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten.
Metode Analisis Data
Tingkat persepsi responden dapat dilihat melalui indikator-indikator yang tercermin
dalam pertanyaan di kuisioner. Tingkat pengetahuan atau tingkat persepsi adalah
skor nilai yang dapat dicapai oleh responden sebelum maupun sesudah
masyarakat telah mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai rencana
proyek. Penilaian atau Skoring menggunakan rata-rata nilai skor (Mean) dan
standar deviasi dengan persamaan sebagai berikut:

d. Kesehatan Masyarakat
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui:
- observasi/pengamatan lapangan
- wawancara dengan menggunakan kuisioner
- wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kunci
- penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat
setempat
- pengumpulan data sekunder.
Berbagai data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, macam
pelayanan kesehatan, sarana sanitasi (jamban, sarana pengolahan air limbah),
kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih
dan atau air sumur penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat
baik preventif maupun kuratif dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat. Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara
khusus dan selanjutnya digabung bersama kuesioner sosial-ekonomi dan budaya.
Data kualitatif diambil sendiri oleh peneliti yang bergabung bersama aspek sosial-
budaya.
Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis kondisi kesehatan masyarakat
adalah metode evaluatif, khususnya untuk mengetahui tingkat pelayanan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


64

kesehatan di wilayah studi. Tingkat pelayanan kesehatan ini dapat didasarkan


pada Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Kesehatan dalam suatu wilayah.
Untuk analisa aspek kesehatan masyarakat menggunakan metode analogi
yang didukung oleh data hasil kuisioner maupun data sekundar dari puskesmas
setempat. Jenis penyakit yang digunakan sebagai indikator dalam analisa ini
adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), alergi serta diare. ISPA
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang
menyerang saluran pernafasan atas (hidun g dan pangkal tenggorok). Penyakit
ini ditularkan melalui udara ( airbone infection). Oleh karena itu, angka kejadian
penyakit ISPA (prevalensi) akan meningkat seirin g dengan meningkatnya tingkat
pencemaran udara di lingkungan tersebut. Selain ISPA, alergi juga bisa
ditimbulkan akibat terjadinya pencemaran udara. Jenis penyakit yang dapat
dijadikan indikator untuk menganalisis dampak terhadap kesehatan masyarakat
adalah meningkatnya jenis penyakit yang dominan di daerah tersebut selain
ISPA dan alergi adalah Diare yang disebabkan karena penurunan kualitas
lingkungan akibat genangan ataupun pencemaran terhadap air permukaan/air
sumur penduduk. Data aspek kesehatan masyarakat yang didasarkan pada data
tima belas penyakit tertinggi digunakan untuk mengetahui kecenderungan tingkat
kesehatan penduduk dan kondisi sanitasi lingkungan.

e. Penurunan Tingkat Pengangguran


Metode Pengumpulan Data
Dampak penurunan tingkat pengangguran dilakukan menggunakan metode
analogi. Metode analogi merupakan metode yang dilakukan dengan mengkaji
masalah yang timbul di suatu lokasi yang mempunyai ekosistem yang sama
dengan lokasi proyek yang akan diprakirakan dampaknya. Lokasi tersebut
digunakan sebagai suatu pembanding dari suatu lokasi proyek yang akan
digunakan untuk studi, dalam hal ini lokasi proyek pembangunan sarana
prasarana wisata alam, sehingga dengan demikian akan didapatkan perkiraan
masalah-masalah lingkungan yang akan timbul dari kegiatan proyek tersebut.
Metode Analisa Data
Pengumpulan data meliputi kumpulan data pengangguran pada kondisi eksisting
kemudian di crosscheck dengan perkiraan jumlah perekrutan tenaga kerja pada
saat pembangunan sudah terlaksana. Analisis data menggunakan presentase
penurunan jumlah pengangguran dengan adanya perekrutan oleh kegiatan yang

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


65

akan dilakukan. Persamaan untuk menentukan penurunanan tingkat


pengangguran adalah:

1.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


1.2.1. Metode Identifikasi Dampak
Mengidentifikasi dampak lingkungan pada proyek ini menggunakan bagan alir
(flow chart) dengan bantuan matriks interaksi. Metode ini mampu menggambarkan
hubungan timbal balik yang terjadi di lapangan hasil dari tindakan sebab akibat
dampak kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan. Kegunaan dari metode ini
adalah :
a. Dapat menggambarkan hubungan sebab akibat dari kegiatan proyek.
b. Mempermudah dalam melihat permasalahan secara menye!uruh.
c. Metode tersebut selain dapat berfungsi untuk identifikasi dampak juga dapat
berfungsi sebagai metode evaluasi dampak.
d. Dapat terlihat adanya dampak-dampak yang berarti serta memperoleh pikiranpikiran
untuk rencana pengelolaan dan pemantauan berdasarkan skala prioritasnya.
e. Mempermudah dalam melihat terjadinya dampak negatif dan dampak positif.

1.2.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran dampak adalah
sebagai berikut :
Tabel 30. Metode Prakiraan Besaran Dampak

Komponen Metode Prakiraan Besaran


Parameter
Lingkungan Dampak
Udara Ambien Kadar Debu Matematis

Kebisingan Matematis

Air Kualitas Air Matematis

Flora Perubahan Vegetasi Matematis, Profesional


Judgement
Sosial Tingkat pengangguran Profesional Judgement
Kegiatan ekonomi lokal Profesional Judgement

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


66

Perekonomian Pendapatan Profesional Judgement


rumah tangga Aktivitas Warga Profesional Judgement
Proses Sosial Keresahan Masyarakat Profesional Judgement
Persepsi dan sikap Peresepsi dan sikap Profesional Judgement
terhadap proyek
Kesehatan Penurunan Kesehatan Profesional Judgement

Masyarakat Masyarakat
Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak selanjutnya
dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk mempermudah dalam
memprakirakan besaran dampak yang terjadi. Dalam pengkonversian ke skala kualitas
lingkungan diperlukan kehati-hatian penyusun untuk mengurangi subyektifitas dari tim
penyusun. Penentuan skala atau rentang kualitas lingkungan ini didasarkan oleh NSPM,
penelitian terdahulu, maupun pengalaman dari tim penyusun. Prakiraan besar dampak
ditujukan untuk membandingkan keadaan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah
kondisi proyek dilaksanakan sesuai dengan tahapannya. Prakiraan besar dampak terhadap
aspek lingkungan dalam studi ini akan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan
tahapan proyek yang meliputi, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi.
Prinsip dasar dalam dalam prakiraan besarnya dampak dengan menggunakan pendekatan
"Dengan dan Tanpa Proyek". Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran dampak dapat
dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Metode Prakiraan Besaraan Dampak

Metode Prakiraan
Komponen Lingkungan Parameter Besaran Dampak
Kadar debu Baku mutu
Udara Ambien Kebisingan Baku mutu
Perekonomian lokal dan Tingkat Kesempatan Matematik
regional Kerja
Kesempatan Usaha Analogi

Kegiatan Ekonomi Analogi

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


67

Penurunan Pengangguran
Analogi
Perekonomian Rumah Pendapatan
Tangga Analogi
Keresahan
Masyarakat Analogi
Protes Sosial
Persepsi dan Sikap
Terhadap Proyek Analogi
Penurunan Kesehatan
Persepsi dan Sikap Masyarakat Analogi

Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak selanjutnya


Kesehatan Masyarakat
dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk mempermudah dalam
memprakirakan besaran dampak yang terjadi. Dalam pengkonversian ke skala kualitas
lingkungan diperlukan kehati-hatian penyusun untuk mengurangi subyektifitas dari tim
penyusun. Penentuan skala atau rentang kualitas lingkungan ini didasarkan oleh NSPM,
penelitian terdahulu, maupun pengalaman dari tim penyusun.
Prakiraan besar dampak ditujukan untuk membandingkan keadaan kondisi lingkungan
sebelum dan sesudah kondisi proyek dilaksanakan sesuai dengan tahapannya. Prakiraan
besar dampak terhadap aspek lingkungan dalam studi ini akan diuraikan secara berturut-
turut sesuai dengan tahapan proyek yang meliputi, tahap pra konstruksi, tahap
konstruksi, dan tahap operasi. Pemberian nilai pada besaran dampak diberi skala 1-5
dengan rincian berikut :
1 = kecil
2 = sedang
3 = cukup besar
4 = besar
5 = sangat besar
Tingkat besarnya dampak ditentukan berdasarkan kecil/besarnya peluang terjadinya
dampak. Peluang kejadian dibuatkan suatu gradasi nilai yang mewakili gradasi peluang
kejadian yang "hampir pasti" sampai dengan "jarang sekali".

1.2.3. Prakiraan Kepentingan Dampak


Untuk menentukan sifat pentingnya dampak maka digunakan kriteria penting atau
tidak pentingnya dampak. Batasan kriteria menurut ULJ No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 22 (2) adalah:
a. Besamya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
68

Pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka
kriteria penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang ada di masyarakat
mempunyai posisi/nilai penting. Dampak lingkungan rencana usaha dan/atau
kegiatan yang penentuannya didasarkan pada sendi-sendi kehidupan pada
masyarakat dan jumlah manusia di wilayah studi yang terkena dampak menjadi
penting bilamana "manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi
tidak menikmati manfaat dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jumlahnya sama
atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan di wilayah studi".
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan bersifat penting bilamana
"rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbalik dampak
atau segi kumulatif dampak".
c. Lama dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada setiap
tahap pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Atas dasar pengertian
ini maka dampak lingkungan bersifat penting apabila "rencana usaha dan/atau
kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi lamanya dan
intensitas dampak".
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak Dikarenakan
dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak lanjut terhadap komponen
lingkungan Iainnya, sehingga atas pengertian ini dampak tergolong penting
bila "rencana usaha dan/atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan
dampak lanjutan Iainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan
komponen yang terkena dampak primer".
e. Sifat kumulatif dampak
Darnpak suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tergolong berdampak penting
bilamana :
- Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus
sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam
atau sosial yang menerimanya.
- Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


69

- Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang


saling memperkuat (sinergis).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak bersifat penting bilamana "perubahan yang akan dialami Oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia".
g. Kriteria Iain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak bersifat penting bilamana:
- Ilmu pengetahuan dan teknologi/rekayasa sangat sulit diperoleh,
dipelajari dan diterapkan.
- Teknologi yang sulit diterapkan dan tidak didukung teori ilmu
pengetahuan dinilai penting.
Untuk mempermudah dalam penilaian derajat kepentingan dampak maka
digunakan alat bantu penilaian dampak bentuk skala. Masing-masing dampak
lingkungan diberikan skor berdasarkan skala tersebut yang menunjukkan tingkat
kepentingan dampaknya. Batasan kriteria kepentingan dampak menurut Chafid
Fandelli (1992) adalah:

1.2.4. Metode Evaluasi Dampak Penting


a. Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan
Evaluasi secara holistik dapat berupa pengkajian secara totalitas dengan beragam
dampak pada setiap komponen lingkungan hidup dengan usaha atau kegiatan
penyebab dampak. Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap dampak penting
hipotetik (DPH) baik bersifat penting maupun tidak penting, pada kejadian
ruang dan waktu yang sama. Pengkajian terhadap dampak penting hipotetik (DPH)
bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting
hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak secara total terhadap
kegiatan. Secara umum dampak yang bersifat holistic terjadi dalam satu
pelaksanaan kegiatan.
Metode yang digunakan dalam evaluasi ini dengan menggunakan matiks interaksi
antara dampak penting hipotetik (DPH) dengan ruang dan waktu terjadinya dampak.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


70

Pada keseluruhan dampak penting hipotetik (DPH) baik bersifat penting maupun tidak
penting dari hasil perkiraan dampak yang akan diperkirakan ruang dan waktu
terjadinya dampak. Setiap identifikasi ini, menghasilkan dampak penting hipotetik
(DPH) yang memiliki ruang dan waktu sama ataupun tidak sama pada kegiatan
tersebut.
b. Pengkajian Keterkaitan dan Interaksi Serta Karakteristiknya
Kajian dalam keterkaitan dampak penting hipotetik (DPH) memberikan cara
alternatif dalam komponen rencana usaha ataupun kegiatan, yang dapat diuraikan
dan diberikan rekomendasi pilihan terbaik. Pemberian rekomendasi dapat dilakukan
melalui hasil pengkajian berupa keterkaitan dan interaksi dampak penting
hipotetik (DPH) yang mencakup informasi sebagai berikut :
1) Keterkaiatan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH) beserta
karakteristiknya, seperti frekuensi, durasi dan intensitas dampak yang
akhirnya digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari
setiap dampak yang telah disesuaikan pada ruang dan waktu yang sama.
2) Setiap komponen rencana usaha ataupun kegitan yang banyak menimbulkan
dampak lingkungan.
3) Area yang harus diperhatikan (area of concerns) beserta luasannya
(lokal, regional, nasional, maupun internasional lintas batas negara), contohnya
seperti:
a) Area yang terkena paparan langsung dari beberapa dampak serta
pemukiman masyarakat;
b) Area yang rentan bencana terkena berbagai dampak lingkungan; dan/atau
c) Kombinasi dari area yang dimaksud pada huruf a dan b atau lainnya.

c. Pengkajian Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Setiap hasil pengkajian keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH),
dilakukan pemeriksaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak lingkungan yang
dilakukan, ditinjau dari ketersediaan dan kemampuan pemrakarsa untuk melakukan
opsi pengelolaan terbaik dan kesinambungan opsi pengelolaan yang tersedia dengan
kondisi lokal. Pemeriksaan ini dapat dirumuskan tujuan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi penyusunan RKL-RPL lebih detail dan
operasional.
Dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara kegiatan proyek dengan setiap
komponen lingkungan hidup, dalam pengkajian tersebut dasar pengelolaan perlu
penjelasan yang jelas, terutama dalam menyangkut antara lain; ciri-ciri dampak

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


71

penting; sifat dampak (positif maupun negative); waktu ambang batas; kelompok
masyarakat terkena dampak; luas daerah sebaran dampak, dan lain-lain.
1) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dokumen RKL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan lingkungan
untuk meminimalkan dampak negatif penting dan mengembangkan dampak
positif yang diperkirakan dapat timbul, sehingga rencana usaha ataupun
kegiatan tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dalam suatu dokumen RKL dapat memuat informasi dan ketentuan mengenai
pengelolaan lingkungan yang meliputi :
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
b) Tolok ukur dampak
c) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
d) Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup.
e) Lokasi pengelolaan lingkungan
f) Periode pengelolaan

Suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi, dan


menerima peloporan dari pengelolaan lingkungan tersebut. Dokumen RKL ditulis
dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya akan dimuat dalam matrik RKL dan disertai
penjelasan secara singkat sehingga pelaksanaan RKL dapat melaksanakan
secara mudah.

2) Arahan Pemantauan Lingkungan


Dokumen RPL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pemantauan lingkungan terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa. Dalam memenuhi tujuan, maka dalam dokumen
RPL memuat infromasi dan ketentuan mengenai pemantauan lingkungan yang
akan dilakukan yaitu :
a) Dampak penting yang dipantau
b) Sumber dampak
c) Parameter lingkungan yang dipantau
d) Tujuan rencana pemantauan lingkungan
e) Metode pemantauan lingkungan hidup
f) Institusi pemantauan lingkungan hidup
Dokumen RPL ditulis dalam bentuk uraian hasil pemantauan yang nanti dimuat
dalam matrik RPL dan disertai penjelasan secara singkat, sehingga pelaksanaan

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


72

kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan


lingkungan dapat dipantau secara mudah.

3) Lingkup Pekerjaan Dalam Rangka Mencapai Sasaran RPL


Dalam upaya mencapai sasaran dan penjelasan RPL, maka dalam pelaksanaan
Studi AMDAL harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Mempelajari lingkup RPL dan memprioritaskan dampak penting yang
harus ditangani sebagaimana yang ditetapkan dalam RKL
b) Mengkonsentrasikan pemantauan pada variabel atau parameter
lingkungan sebagaimana yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pelaksanaan RPL.
c) Menyebutkan tujuan pemantauan lingkungan secara jelas dan terukur
d) Memilih dan menetapkan metode pemantauan yang paling praktis dan
mudah dilaksanakan dengan tidak mengabaikan persyaratan teknis yang
terukur.
e) Melengkapi peta petunjuk lokasi pemantauan dengan skala yang
memadai.
f) Menetapkan periode pelaksanaan RPL sesuai dengan kebutuhan
g) Merumuskan dan menetapkan instansi pelaksana RPL dengan
mempertimbangkan hal-hal yang dilakukan pada perumusan institusi RKL
h) Mencantumkan komponen biaya dalam dokumen RPL sehingga
pemrakarsa dapat menyusun dan mengajukan anggaran yang diperlukan
i) Membahas dengan pemrakarsa dan instansi terkait lainnya untuk
meyakinkan bahwa RPL dapat dilaksanakan
j) Menyelenggarakan Konsultansi Publik dalam rangka mengetahui
apresiasi dan aspirasi masyarakat.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


73

Tabel 32. Ringkasan Metode Studi Pelaksanaan Studi Amdal Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam

Metode Pengumpulan
No DPH Metode Prakiraan Dampak Data dan Informasi yang Data untuk Prakiraan Metode Analisis Metode Evaluasi
Dibutuhkan Dampak Data

Penurunan o Data pengangguran Penelusuran data historis


1 kondisi eksisting sekunder sekunder terkait
Tingkat Analogi Kuantitatif
o Data perekrutan dengan jumlah pengangguran
Pengangguran
tenaga kerja
dengan adanya
proyek

o Pengukuran langsung o Manual hasil Menggunakan


dengan GPS o pencatatan bagan alir dan
2 Perubahan Metode tumpang tindih atau o Observasi
overlay peta Pengukuran o Pengukuran langsung posisi dengan matriks Leopold
Bentang Alam o
Langsung menggunakan kompas GPS dimodifikasi
o Peta rupa bumi terkalibrasi o Perhitungan
Bakorsurtanal o Pengukuran/pembuata dengan Metode
n peta lereng dari peta Thornwhite
rupa bumi (Grid System)
o Pengukuran langsung o Hubungan
menggunakan kompas antara
geologi kemiringan
lereng dengan
beda tinggi
lokal

S
t
3 Peningkatan Menggunakan perbandingan Sampling
a dan pengukuran Sesuai dengan Kep.
Kebisingan hasil uji lab dengan standar langsung
n dengan alat Men. LH No.48 Tahun
baku mutu yang sesuai pengukur
d yang sesuai 1996
a
r
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
b
a
k
74

4 Penurunan Menggunakan perbandingan o Standar baku mutu Sampling dan pengukuran Sesuai dengan Kep.
Kualitas Udara hasil uji lab dengan standar o yang sesuai untuk langsung dengan alat Men. LH No.48 Tahun
baku mutu yang sesuai parameter tersebut pengukur yang sesuai 1996
o Hasil uji lab pada
parameter fisik,
kimia, dab biologi

5 Penurunan Menggunakan perbandingan o Standar baku mutu Pengambilan sampel secara Membandingkan hasil
Kualitas Air hasil uji lab dengan standar yang sesuai untuk primer air di badan sungai uji lab dengan standar
baku mutu yang sesuai parameter tersebut dengan air baku mutu untuk
o Hasil uji lab pada mendapatkan posisi
parameter fisik, kualitas air terhadap
kimia, dab biologi baku mutu
Menggunakan bagan
alir dan matriks
6 Penurunan Pmaks : Pmin X 100% o Data curah hujan o Observasi Kuantitatif Leopold dimodifikasi
Kuantitas Air o Data karakteristik o Data Sekunder
sungai

7 Kegiatan Analogi o Jumlah usaha yang o Observasi lapang Kualitatif dan


Perekonomian ada o Wawancara Kuantitatif
Lokal o Keinginan o Penyebaran kuisioner
masyarakat dalam dengan metode
pengembangan puposive random
usaha sampling pada 100
responden

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


75

o Kondisi kesehatan o Observasi/pengamatan Kuantitatif


8 Kesehatan Analogi o Layanan kesehatan lapang, wawancara,
Masyarakat o Data Penyakit penelusuran data dan
informasi,
pengumpulan data
sekunder

9 Timbulnya Analogi o Proses asosiatif Wawancara, penelusuran Kualitatif


Keresahan (kerjasama) data dan informasi
Masyarakat
o Proses disosiatif
(konflik sosial)
o Akulturasi Menggunakan bagan
o Asimiliasi dan alir dan matriks
integrasi Leopold dimodifikasi
o Kohesi sosial

10 Persepsi dan Analogi o Dukungan o Wawancara Kualitatif


Sikap Masyarakat masyarakat o Penyebaran kuisioner
terhadap proyek puposive random
o Persepsi dan sikap sampling pada 100
terhadap proses responden
rekruitmen tenaga
kerja
o Harapan
masyarakat
terhadap proyek

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


76

1.2.5. Metode Penentuan Kelayakan Lingkungan Hidup


Metode yang digunakan untuk penentuan kelayakan lingkungan hidup adalah dengan
menentukan seluruh kegiatan pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam tidak
menyimpang dari ketentuan peraturan serta perijinan pembangunan. Pertimbangan
kriteria penentuan kelayakan lingkungan hidup sesuai Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 16 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumberdaya alam yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.
c. Kepentingan pertahanan keamanan.
d. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakontruksi, kontruksi, operasi dan pasca operasi Usaha dan/atau
Kegiatan.
e. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
pertimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
f. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggungjawab dalam
menanggulangi dampak penting negative yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau
Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial dan kelembagaan.
g. Rencana usaha dan/atau Kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view).
h. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu
entitas ekologis yang merupakan :
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance) ;
i. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan atau
kegiatan.
j. Tidak dilampauinya daya dukung lingkungan dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang dimaksud.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


77

Pengambilan keputusan terhadap kelayakan lingkungan hidup adalah dengan


mengumpulkan bukti baik berupa dokumentasi, surat pernyataan, maupun hasil
perhitungan yang mendukung atau memenuhi kriteria kelayakan lingkungan hidup.

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


78

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo, S. 2002. Metode Prakiraan Dampak Lingkungan. PPLH IPB, Bogor.


Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Ratu Agung Dalam Angka 2019.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Ratu Agung Dalam Angka 2020.
Balai KSDA Bengkulu, 2014. Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Pantai Panjang dan Pulau
Baai.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. 2019. Data Kebutuhan Air bersih dan Ketersediaan Air
Bersih Angka 2019.
Puskesmas Kecamatan Ratu Agung. 2019. Fasilitas Kesehatan Kecamatan Ratu Agung 2019.
Standar Nasional Indonesia, Tangki Septik (SNI 03-2398-1991 : 1991)
Standar Nasional Indonesia, Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 03-3242-1994: 1994)
Standar Nasional Indonesia, Penyusunan Neraca Sumber Daya (SNI 19-6728.1-2002: 2002)
Standar Nasional Indonesia, Penyusunan Teknis Pembuatan Septik Tank ( SNI T-07-1989-F: 1989)
Standar Nasional Indonesia, Petunjuk Teknis Pembuatan Saluran Pembuang Air Limbah (SNI T-09-
1989-F: 1989)
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI T-12-1991-03:
1991)
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI T-13-1990-F: 1990)
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Mengukur Timbulan Sampah (SNI 19-3964-1994: 1994)
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI-19-2454-2002: 2002)

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


79

LAMPIRAN :

PETA RTRW KOTA BENGKULU

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


80

PETA GEOLOGI

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


81

PETA HIDROLOGI/ SUNGAI

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


82

PETA BAHAYA TSUNAMI

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


83

PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


84

PETA LOKASI KEGIATAN, BATAS EKOLOGI, BATAS SOSIAL, DAN BATAS WILAYAH STUDI

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


85

PETA TAMAN WISATA ALAM PANTAI PANJANG DAN PULAU BAAI

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL


86

SITE PLAN USAHA

Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL

Anda mungkin juga menyukai