Oleh :
Gusman Juliadi / NPM E2A019015
Samuel Parluhutan Lbn / NPM E2A019023
Erni Suyanti / NPM E2A019011
KATA PENGANTAR
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan antara lain dilaksanakan didasarkan pada Undang Undang
No. 32 TAHUN 2009 TENTANG Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PerMen-LH No.
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusun Dokumen Lingkungan Hidup dan PerMen LH No. 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Kerangka acuan ini disusun sebagai dasar untuk menyusun dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
Dokumen ini juga sebagai laporan praktikum yang di lakukan di Taman Wisata Alam Pantai
Panjang. Tujuan penyusunan kerangka acuan ini untuk merumuskan lingkup dan kedalaman studi
ANDAL serta mengarahkan Studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang ............................. 7
BAB I. PENDAHULUAN
Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang dan Pulau Baai ditunjuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 383/Kpts-II/1985 tanggal 27 Desember 1985
tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Selanjutnya
berdasarkan Paduserasi RTRW Propinsi Bengkulu melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor :
305 Tahun 1998 tanggal 14 Juli 1998, TWA Pantai Panjang – P. Baai ditunjuk kembali
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 420/Kpts-II/1999
tanggal 15 Juni 1999 seluas 967,20 Ha. Perubahan batas kawasan TWA Pantai Panjang – P.
Baai yang disahkan oleh Menteri Kehutanan tanggal 23 Januari 2009, menjadi ± 720 Ha.
Secara geografis kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai terletak diantara 102o 15’06”
- 102o 18’30” BT dan 03o48’16” – 03o58’22” LS. Berdasarkan pembagian administrasi
pemerintah, kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai terletak di 3 (tiga) wilayah Kec.
Ratu Agung, Kec. Gading Cempaka dan Kec. Kampung Melayu, Kota Bengkulu Provinsi
Bengkulu, termasuk wilayah kerja Resort KSDA Kota Bengkulu, Seksi Konservasi Wilayah II
Balai KSDA Bengkulu. Mengacu kepada Rencana Pengelolaan Kawasan TWA Pantai Panjang
dan Pulau Baai yang bersifat operasional yang memuat langkah-langkah kegiatan untuk
mencapai sasaran yang hendak dicapai selama jangka waktu sepuluh tahun, dan dapat
memberikan landasan dalam pengelolaan, baik pada tingkat pelaksana lapangan maupun
pada tingkat penentu kebijaksanan. Rencana pengelolaan tersebut merupakan hasil telaah
mendalam mengenai potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, aspek sosial
ekonomi budaya, dan telaah mengenai sarana dan prasarana yang diperlukan, sehingga
akan dicapai hubungan yang sinergis antara pihak pengelola, kawasan yang dikelola, dan
masyarakat sekitar kawasan dalam upaya mewujudkan pembangunan kawasan konservasi
yang berkesinambungan. Dimana dalam dokumen rencana pengelolaan disebutkan 4 aspek
pengelolaan dimana salah salah satunya adalah aspek kepariwisataan yaitu pemanfaatan
secara optimal potensi sumber daya alam yang bercirikan keunikan dan kekhasan alam
setempat dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan akan obyek wisata alam
dengan tetap memperhatikan lingkungan dan kelestariannya.
Aspek kepariwisataan ini dikelola dalam Blok Pemanfaatan yang merupakan kawasan yang
dipergunakan secara intensif untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa
lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan,
kegiatan penunjang budidaya. Pembangunan sarana dan prasarana seperti pondok wisata,
shelter, pos jaga, jalan, menara pengawas, dermaga, jembatan dan lain-lain untuk
kepentingan pengelolaan, rekreasi dan pelayanan, maksimal 10 % dari luas blok
1. Bagi Pemerintah
a) Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengevaluasi kegiatan
pembangunan sarana prasrana wisata alam di TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai.
b) Memberikan sumbangan pendapatan daerah.
c) Sebagai perkembangan pariwisata di Provinsi Bengkulu.
2. Bagi Pemrakarsa
a) Sebagai bentuk partisipasi dalam rangka pengembangan pariwisata di Provinsi
Bengkulu.
b) Berpartisipasi melaksanakan program pembanguan daerah dalam menciptakan
lapangan pekerjaan.
3. Bagi Masyarakat
a) Tersedianya lapangan pekerjaan yang berpeluang untuk menurunkan jumlah
pengangguran.
b) Terbukanya peluang kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar areal
pembangunan.
Rosi Aprilia Evita, S.T., Ahli Tata ruang Sertifikat ATPA LHIK
M.Eng 624.00122.2018
Lokasi Pengusahaan Pariwisata Alam di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung Kota
Bengkulu. Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bengkulu Tahun
2012-2032 lokasi pengusahaan Pariwisata Alam masuk pada Kawasan Lindung, tepatnya di
Kawasan Konservasi TWA Pantai Panjang-Pulau Baai, sehingga segala kegiatan yang
dilakukan pada lokasi tersebut harus memperoleh izin dari instansi yang menangani
kawasan konservasi.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada Blok Pemanfaatan setelah mengantongi
Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam tidak boleh melebihi 10%
dari luas areal IUPSWA dan berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkugan Hidup dan
b. Pengurusan Perizinan
Terkait dengan rencana kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam, selaku
pemrakarsa akan melakukan kegiatan pengurusan perijinan pembangunan dan
operasional. Perizinan/ legalitas terkait dengan rencana kegiatan Pengusahaan
Pariwisata Alam di areal IUPSWA yang sudah dimiliki dan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perizinan yang ada
b. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk kegiatan pembangunan sarana pariwisata alam dan sarana
pendukung lainnya, dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan tanaman
bawah yang mengganggu, dan tidak diperkenanankan untuk melakukan penebangan
pada saat penyiapan lahan.
c. Mobilisasi dan Demobilisasi Kendaraan, Peralatan dan Alat Berat
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material dilakukan dluar jam-jam
sibuk lalu lintas, pengaturan jadwal harus dilakukan dengan tujuan menghindari
kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Pariwisata disamping pengaturan kecepatan
kendaraan, mobil pengangkut bahan material yang menimbulkan debu (pasir, semen,
bata ringan) diharuskan menggunakan terpal penutup. Kecepatan kendaraan
pengangkut material sekitar peroyek dibatasi hingga ≤ 20 km/jam. Rata-rata ritase
kendaraan yang keluar masuk lokasi kegiatan pada tahap konstruksi diperkirakan
sebanyak 4 unit/hari. Bahan-bahan/material diupayakan didatangkan dari sekitar
lokasi kegiatan dan wilayah Bengkulu oleh kontraktor yang sudah memiliki izin,
sehingga memungkinkan jalan yang ditempuh tidak terlalu jauh. Pada saat mobilisasi
alat-alat dan bahan-bahan/material, jalur transportasi yang dilewati adalah Jalan
Raya Pariwisata. Terdapat beberapa jenis alat-alat berat dan peralatan konstruksi
pada tabel 3. Wajib dilaporkan oleh kontraktor dan dilakukan sertifikasi oleh dinas
terkait sebelum dipergunakan untuk kegiatan konstruksi diantaranya excavator,
genset, dan peralatan safety dan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, serta mendapatkan izin pengoperasian alat berat dari dinas terkait.
Tabel 3. Peralatan Konstruksi
No Jenis Peralatan Jumlah
1 Lift Barang 3 unit
2 Mobil Crane 4 unit
3 Excavator 2 unit
4 Dump Truck 6 unit
5 Concrete Mixer/ Molen 5 unit
6 Concrete Vibrator 5 unit
7 ARC Welding Machine 3 unit
8 Bars Cutter 5 unit
9 Bars Bending 5 unit
10 Passenger Hoist 2 unit
11 Hand Stamper 2 unit
12 Diesel Generator Set 3 unit
13 Water pump 4 unit
14 Air compressor 2 unit
15 Scaffolding 5250 set
16 Waterpass 5 unit
17 Theodolite 5 unit
18 Auto Level 5 unit
19 Mobil Operasional 1 unit
20 Mobil Pick up 1 unit
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
11
truck harus diparkir di luar areal IUPSWA di depan pintu gerbang memasuki
areal IUPSWA.
- Jalan Setapak
Merupakan peningkatan dan pembuatan jalan setapak yang ada dan yang
baru, lebar 1,00 meter dengan panjang 2.000 meter, berupa jalan setapak
untuk pejalan kaki dan bersepeda lengkap dengan jembatan dan jetty.
Kedua jalan setapak tersebut memiliki jalur terpisah dan beberapa titik-titik
pertemuan. Kedua jenis jalan setapak tersebut dibuat sistem satu arah (SSA)
dalam beberapa klaster, sesuai kepentingan untuk klaster petualangan dan
interpretasi. Jalan setapak tersebut menghubungkan semua fasilitas dan
obyek wisata alam yang dikembangkan.
- Areal Parkir
Merupakan areal parkir yang berada di ruang publik pada pintu gerbang,
khusus untuk kendaraan besar seperti bus wisata, dengan luas 5.000 m2.
- Rumah Genset, Genset dan Jaringan Listrik
Dibangun 1 unit dengan setiap unitnya seluas 100 m2, dengan luas
keseluruhan 200 m2. Fasilitas di setiap unitnya yang tersedia berupa rumah
genset dilengkapi didalamnya sebuah generator berkekuatan 10.000 kW
berserta panel distribusi listrik, tangka persediaan bahan bakar-solar, serta
berfungsi secara otomatis dalam waktu tiga menit setelah pemadaman aliran
lisrik PLN. Jaringan listrik akan dibangun di dalam tanah, sehingga tidak
merusak pemandangan dan lansekap yang ada.
- Sumur Bor, Tower Air dan Jaringan Pipa Air
Dibangun 1 unit dengan setiap unitnya seluas 100 m2, dengan luas
keseluruhan 200 m2.Fasilitas di setiap unitnya berupa rumah pompa air
dengan tower air setinggi 3 meter dan tangki air berkapasitas 30 m3. Di
dalam rumah pompa terdapat sebuah mesin pompa air listrik, yang
beroperasi pada jam-jam tertentu. Jaringan pipa air akan dibangun di dalam
tanah, sehingga tidak merusak pemandangan dan lansekap yang ada.
- Instalasi dan Jaringan Gas
Instalasi dan jaringan pipa gas dibangun sebanyak satu unit
dengan luas 100 m2, terhubungkan dengan jaringan pipa gas
umum yang digunakan oleh masyarakat di sekitarnya. Instalasi
jaringan gas dipergunakan untuk kegiatan di areal piknik-barbeque
dan areal perkemahan. Di lokasi pondok wisata, hotel dan ruang
pertemuan selain jaringan gas tersebut juga ada khusus dengan
e. Pengelolaan Limbah
1) Limbah Padat Organik dan Anorganik
Pengelolaan sampah mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Akan disediakan 3 orang petugas
khusus yang menangani semua sampah dan limbah dari kegiatan wisata
alam, termasuk kontrol jaringan utilitasnya dan disediakan 2 unit mobil
kebersihan. Ilustrasi tempat sampah sementara (TPS) lima jenis disajikan pada
Gambar 1.
limbah B3 dan memiliki izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
4) Limbah Restoran
Limbah padat restoran pengelolaannya dilakukan bersamaan dengan limbah
padat dari seluruh sarana dan prasarana wisata alam, sedangkan pengelolaan
limbah cair restoran dilakukan dengan membangun grease trap untuk
menyaring/ memisahkan lemak yang terdiri dari beberapa bak penyaringan
sebelum air limbah masuk/dialirkan kedalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa dengan
masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa adanya
penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat berdiskusi langsung
dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan pasca operasi. Pihak
pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk mengembalikan kualitas lahan
pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat dapat menyaksikan dan
berpartisipasi dalam proses reklamasi lahan.
b. Pelepasan Tenaga Kerja
Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah selesai pula tugas dari pemanfaatan
pariwisata alam, sehingga dilakukan pelepasan tenaga kerja oleh perusahaan.
Tenaga kerja yang dilepas oleh perusaan diperkirakan mencapai 25 orang.
c. Rehabilitasi Lahan
Lahan bekas operasional pengembangan sarana prasarana wisata alam yang
merupakan lahan kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai
dikembalikan menjadikan Kawasan Konservasi Alam, dengan melakukan kegitaan
rehabilitasi terhadap lahan tersebut.
sebelum adanya proyek perlu dilakukan pengamatan guna untuk mengetahui besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri tersebut. Komponen rona lingkungan
hidup awal antara lain meliputi komponen geo-fisik-kimia, lingkungan biologi, lingkungan
tata ruang, lingkungan social ekonomi budaya dan lingkungan kesehatan masyarakat.
a. Komponen Geo Fisik Kimia
1) Topografi
Kawasan TWA Pantai Panjang-Pulau Baai berada di pinggi pantai sehingga memiliki
kontur yang datar dengan ketinggian tempat 0-3 mdpl dengan kemiringan 0-5 %.
2) Geologi dan Jenis Tanah
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
dengan kadar garam yang cukup tinggi dan dibeberapa bagian masih dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Lahannya merupakan jenis tanah regosolalluvial-
organosol, dengan tekstur berpasir, solum tanah tipis, top soilnya berketebalan
sekitar 0,5 cm, dan sangat peka abrasi air laut. Struktur geologinya memberikan
daya dukung tanah yang cukup baik, dengan formasi batuan sedimen kuartener
terumbu karang dan tersier-neagon.
3) Iklim
Berdasarkan data Statistik Kota Bengkulu Tahun 2016, dan menurut pembagian tipe
iklim F.H Schmidt dan Ferguson dikategorikan dalam tipe iklim A (Q=0,9-7,7%),
dengan jumlah curah hujan rata-rata 283 mm/bulan dan jumlah hari hujan 17,25
hari/bulan, jumlah curah hujan tertinggi pada bulan November-Desember setiap
tahunnya mencapai 758-795 mm/bulan dan jumlah hari hujan 26-28 hari/bulan,
dan terrendah pada bulan Juni-Juli setiap tahunnya mencapai 79-72 mm/bulan dan
jumlah hari hujan 8-11 hari/bulan. Suhu udara rata-rata berkisar dari 18-21 oC
dengan rata-rata suhu udara maksimum antara 30–33 0C dan rata-rata suhu udara
minimum antara 22-23 0C, kelembaban relatif rata-rata berkisar 86,75%, dengan
kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember setiap tahunnya, yaitu 87% dan
kelembaban udara terrendah pada bulan Februari setiap tahunnya, yaitu 81%.
4) Hidrologi
Lokasi rencana usaha/kegiatan berada dekat dengan muara Sungai Jenggalu dan
beberapa anak sungai antara lain Sungai Lempuing. Merupakan daerah pantai
berpasir putih, yang berhutan 236 Ha, dan tidak berhutan 484 Ha (
Citra Landsat 2003)
b. Komponen Biologi
1) Ekologi
Areal dalam rencana tata letak sarana prasarana wisata alam ini merupakan bagian
dari ekosistem hutan pantai dan hutan mangrove, yang didominasi vegetasi jenis
Cemara laut, Waru laut, Bakau, Mangga laut, Nyamplung, Api api, Mahang, Terap,
Nibung, Pulai, Laban, Medang, Dadap dll. Merupakan habitat dari Babi hutan, Kera
ekor panjang, Tupai tanah, Musang, Codot, Biawak, Ular, Kura-kura, Kadal,
berbagai jenis burung seperti Kacer, Murai batu, Kutilang, Merbah, Punai, Terkukur,
Raja udang, Elang laut, dan lain-lain.
2) Flora
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai mempunyai tiga formasi tipe ekosistem, yaitu
vegetasi penyusun hutan pantai, yaitu formasi cemara laut yang didominasi dengan
Casuarina equisetifolia, formasi campuran yaitu formasi bakung laut dan
rerumputan dengan vegetasi dominan Ipomoea prescaprae, Pandanus tectorius
(pandan laut) dan Scaevola frutescens (babakoan) dan formasi hutan mangrove
berupa Rhizophora sp. Dan Sonneratia alba.
3) Fauna
TWA Pantai Panjang-Pulau Baai memilik berbagai macam burung air, yaitu cangak
abu (Ardea sp), burung kuntul (Egretta sp), dara laut (Sterna sp), sekedidi (Calidris
sp), cekakak (Halcyon sp), elang laut (Haliatus sp); beberapa jenis mammalia yaitu
babi hutan (Sus scrofa), kera ekor Panjang (Macaca fascicularis), tupai ( Tupaia sp);
beberapa jenis reptilia, seperti biawak air (Varanus salvatoria) dan ular sawa
(Python reticulatus); dan fauna penghuni ekosistem pantai dan laut seperti ketam
(Ocypode sp), umang-umang (Pagurus sp), remis (Veneridae), ubur ubur dan ikan
glodok (Oxudercinae sp) serta jenis ikan lainnya.
c. Komponen Sosial Ekonomi budaya
1) Geografis
Lokasi rencana usaha/kegiatan berada di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu
Agung, Kota Bengkulu. Secara geografis Kecamatan Ratu Agung berbatasan dengan
Utara – Kecamatan Sungai Serut; Selatan – Kecamatan Gading Cempaka; Timur -
Kecamatan Ratu Samban; Barat - Kecamatan Gading Cempaka.
Kecamatan Ratu Agung terletak di bagian Timur Kota Bengkulu, ibu kota Bengkulu.
Luas wilayah Kecamatan Ratu Agung mencapai lebih kurang 892 hektar atau 8,92
Kilometer persegi. Ibu Kota Kecamatan Ratu Agung terletak di Kelurahan Nusa
Indah. Kecamatan Ratu Agung terdiri dari 8 Kelurahan, 177 Rukun Tetangga (RT)
dan 41 Rukun Warga (RW).
Luas wilayah Kelurahan Lempuing sebesar 1,8 km2 dengan jarak antara Kelurahan
Lempuing dengan ibukota Kecamatan Ratu Agung adalah 2 km. sebagaimana
tersaji dalam Tabel 11. dan Tabel 12.
Tabel 11. Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Ratu Agung
Tabel 12. Jarak Antar Kelurahan dengan Ibu Kota Kecamatan Ratu Agung (Km)
2) Sosial
- Demografi
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan
banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.
Penduduk Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2016 mencapai 50.346 jiwa,
sedangkan pada tahun 2015 mencapai 49.228 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk
Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2016 sebesar 95. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Jumlah
penduduk dan rasio jenis kelamin per-kelurahan dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin per Kelurahan di Kecamatan
Ratu Agung
- Agama
Pada Kecamatan Ratu Agung terdapat beberapa tempat ibadah, dapat dilihat
pada tabel 17.
Tabel 17. umlah Tempat Peribadatan di Kecamatan Ratu Agung
- Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu tolak ukur dalam pencapaian
pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Ratu Agung. Pada tahun 2016 terdapat
Satu Rumah Sakit Swasta, 3 Puskesmas dan 6 Puskesmas Pembantu di wilayah
Kecamatan Ratu Agung. Sedangkan fasilitas kesehatan lainnya yakni puskesmas
pembantu dan poskesdes sebanyak 2 dan 6.
Tabel 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Ratu Agung
Lokasi rencana kegiatan berada di kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai, tepatnya di
Kelurahan Lempuing Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, dimana di sekitar kawasan di
sisi pantai terdapat kegiatan penangkapan ikan dan objek wisata masyarakat setempat,
sedangkan di sisi darat terdapat permukiman penduduk, maupun usaha mikro berupa toko
kelontong, warung makan.
Komponen Lingkungan
Keterangan
Komponen Kegiatan Fisik-Kimia Biologi Sosekbud-Kesehatan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6
e. Kegiatan Wisata X X X X X
f. Kendaraan Pengunjung X X X X
a. Sosialisasi X X
c. Pengembalian Lahan X
d. Rehabilitasi Lahan X X X
Metode : Metode :
Matriks Sederhana 1. Diskusi Antar Pakar
2. Studi Pustaka
3. Survei Lapangan
4. Profesional judgment
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL 5. Konsultasi Publik
30
aspal dan bahan pendukung lainnya. Pengadaan bahan dapat dilakukan dengan cara
membeli langsung kepada pengusaha setempat atau mitra kontraktor di sekitar
wilayah tapak proyek. Selain itu untuk memenuhi pasokan/ketersediaan bahan dapat
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui kerjasama dengan penduduk
lokal di sekitar wilayah tapak proyek.
Kegunaan alat berat yang digunakan untuk pemindahan dan pengangkutan bahan
dalam jumlah besar yang dapat membantu para tenaga kerja dalam proses
pembangunan sarana prasarana wisata alam pada tahap konstruksi sepetti Buldozer,
Crane, Excavator, Loader, Back Hoe, Truk Molen serta peralatan pendukung lainnya.
Kondisi jalan akses menuju lokasi tapak proyek merupakan lokasi jalan arteri di Kota
Bengkulu. Selain itu, kurangnya akses jalan menuju lokasi proyek menyebabkan
kepadatan lalu lintas disekltar jalan yang sudah ada. Sehingga keadaan tersebut dapat
menganggu aktivitas masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Akibatnya terjadi perubahan persepsi dan sikap
masyarakat pada tahap konstruksi.
d. Persiapan Lahan Pada Tapak Proyek
Proses persiapan lahan pada tapak proyek dengan adanya aktivitas penggalian tanah
serta pemerataan tanah akan menimbulkan debu dan kebisingan yang mengakibatkan
peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan. Persiapan lahan mangadakan
kegiatan berupa pengerukan lapisan tanah dan pembersihan lapisan tanah. Dengan
adanya kegiatan pembersihan lahan maka timbul penghilangan tanaman, dan
dengan adanya pengerukan timbul adanya reduksi juga fauna yang berupa biota
darat. Kegiatan tersebut juga menimbulkan perubahan tutupan lahan yang ada
disekitar lokasi wilayah tapak proyek, sehingga pelaksana kegiatan harus menyiapkan
rencana kegiatan sebaik mungkin untuk menjaga kondisi lingkungan dan untuk
meminimalisir dampak yang mungkin timbul.
e. Pembangunan Fisik Gedung, Jalan serta Sarana dan Prasarana
Proses pembangunan fisik gedung sarana prasarana seperti pembangunan gedung
sarana prasarana wisata alam hingga penyediaan layanan sosial seperti tempat ibadah.
Dari pembangunan tersebut menghasilkan kadar debu dan kebisingan yang
cukup tinggi sehingga berdampak pada peningkatan kadar debu dan peningkatan
kebisingan saat pembangunan konstruksi gedung dapat menimbulkan polusi udara.
Dengan adanya proyek pembangunan menyebabkan memperkecilnya akses jalan
menuju lokasi proyek yang menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu lintas. Warga
sekitar dapat memasok kebutuhan material sehingga mengakibatkan penurunan tingkat
pengangguran. Dengan adanya penurunan tingkat pengangguran dan penurunan
kualitas udara dapat merubah persepsi dan sifat masyarakat.
2) Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah cair ( Black Water dan Grey Water) menggunakan
instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) dengan penyaring biologis (biological
filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus
untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara
bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau
tidak rembes, tahan korosi. Kotoran diproses penguraian secara biologis dan
filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen.
3) Limbah Padat dan Cair B3
Pengelolaan limbah padat B3 dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan dan
penyimpanan di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) limbah padat B3
seperti bekas lampu, kaca, baterai, botol aerosol pembasmi serangga dan
lainnya.Sedangkan limbah cair B3 seperti bekas oli ditampung/dikumpulkan di
dalam tong tempat limbah cair B3 dan disimpan di tempat pembuangan sampah
limbah cair B3.Untuk selanjutnya baik limbah padat B3 dan limbah cair B3 akan
diserahkan kepada pihak ketiga yang bergerak dibidang jasa pengumpulan
limbah B3 dan memiliki izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
4) Limbah Restoran
Limbah padat restoran pengelolaannya dilakukan bersamaan dengan limbah padat
dari seluruh sarana dan prasarana wisata alam, sedangkan pengelolaan limbah
cair restoran dilakukan dengan membangun grease trap untuk menyaring/
memisahkan lemak yang terdiri dari beberapa bak penyaringan sebelum air limbah
masuk/dialirkan kedalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
c. Fasilitas Pendukung Lainnya
Pemakrasa menyediakan fasilitas pelayanan umum seperti masjid dan toilet umum
akan menghasilkan limbah domestik. Jika tidak ditangani dapat menimbulkan beban
pencemaran khususnya sumber air permukaan yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas air permukaan. Pembangunan fasilitas umum ini dimanfaatkan masyarakat
menjadi hal yang menguntungkan bagi masyarakat sehingga dapat menimbulkan
persepsi dan sikap masyarakat kearah positif.
2) Peningkatan Kebisingan DP
3) Kepadatan Lalu Lintas DP
4) Keresahan Masyarakat DT
5) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Pembuatan Danau Buatan 1) Perubahan Bentang Alam DP
2) Perubahan Tutupan Lahan DP
3) Hilangnya Flora DP
4) Hilangnya Fauna DP
Pembangunan Dermaga Jetty 1) Perubahan Bentang Alam DP
2) Gangguan Biota Laut DP
OPERASI
Rekrutmen Tenaga Kerja 1) Kegiatan Ekonomi Lokal DP
2) Tingkat Penganguran DP
Pengelolaan Limbah Padat dan 1) Penurunan Kualitas/Kuantitas Air DP
Cair Tanah
2) Peningkatan volume sampah padat DP
3) Perubahan Tutupan Lahan DP
4) Hilangnya Flora DP
5) Hilangnya Fauna DP
6) Gangguan Biota Laut DP
7) Kesehatan Masyarakat DS
8) Keresahan Masyarakat DT
9) Perubahan Persepsi Masyarakat DT
Keamanan Pengunjung 1) Kesehatan Masyarakat DS
2) Keresahan Masyarakat DP
Keselamatan Pengunjung 1) Keresahan Masyarakat DP
Kegiatan Wisata 1) Peningkatan volume sampah padat DP
2) Kegiatan Ekonomi Lokal DP
3) Tingkat Penganguran DP
4) Kepadatan Lalu Lintas DP
5) Perubahan Persepsi Masyarakat DS
Kendaraan Pengunjung 1) Penurunan Kualitas Udara DP
2) Peningkatan Kebisingan DS
3) Kepadatan Lalu Lintas DP
4) Kesehatan Masyarakat DS
PASCA OPERASI
Sosialisasi 1) Keresahan Masyarakat DS
4) Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
oleh dampak tersebut?
Hal ini dapat dijawab dengan mempelajari peraturan-peraturan yang menetapkan
baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya.
c. Dengan pertimbangan lain adanya dampak yang pengelolaanya sudah menjadi
bagian dari rencana kegiatan.
Teknik yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial pada kegiatan AMDAL Rencana.
Pembangunan sarana prasarana wisata alam ini adalah dengan menggunakan kombinasi
kriteria evaluasi pada poin 2 dan poin 3. Setiap dampak potensial dipilah menggunakan 4
pertanyaan diatas. Jika salah satu pertanyaan dijawab dengan ‘ya’, maka dampak
potensial tersebut termasuk DPH yang akan dikaji dalam ANDAL. DPH kemudian
diklasifikasikan menjadi DPH yang terkelola dan tidak terkelola, terkelola adalah dampak
yang pengelolaanya sudah menjadi bagian dari rencana kegiatan yang akan dibahas juga
dalam ANDAL. Sebaiknya jika seluruh pertanyaan menghasilkan jawaban ‘tidak’, maka
dampak itu dapat dieliminasi dan tidak perlu dikaji dalam ANDAL tetapi bisa dibahas
pada dokumen RKL RPL jika memang diperlukan dalam upaya pengelolaan dan
pemantauan. Tabel evaluasi dampak potensial menjadi DPH disajikan dalam Tabel 22.
Selanjutnya tabulasi daftar DPH ditunjukkan pada Tabel 23.
Kriteria Penapisan
Dikaji
Permen LH No.
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak Pedoman Pelingkupan DPH Dalam
16/2012
Andal
1 2 1 2 3 4
Komponen Fisik-Kimia
1 Penurunan Kualitas Udara Tahap Konstruksi
Udara
a) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya
b) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Terkelola Ya
dan Peralatan Berat
Tahap Operasi
a) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tanah b) Aktivitas Base Camp Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Tidak
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
b) Aktivitas Base Camp Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
a) Pengembalian Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Rehabilitasi Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Pembangunan Dermaga Jetty Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak DPH Ya
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya DPH Terkelola Ya
Cair
Tahap Operasi
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
a) Rehabilitasi Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak DPH Terkelola Ya
b) Keamanan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Kendaraan Pengunjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Pengurusan Perizinan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Konstruksi
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat
d) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
e) Aktivitas Basecamp Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah Padat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
b) Pelepasan Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
b) Pengurusan Perizinan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Konstruksi
a) Rekrutmen Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
b) Penyiapan Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
c) Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
dan Peralatan Berat
d) Pembangunan Fisik Bangunan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
f) Aktivitas Basecamp Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak DPTH Tidak
Tahap Operasi
a) Pengelolaan Limbah PAdat dan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Cair
b) Pelepasan Tenaga Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak DPH Terkelola Ya
Kesehatan
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
DAMPAK TIDAK PENTING HIPOTETIK (DTPH)
1. Prakonstruksi Sosial Ekonomi Budaya dan Keresahan Masyarakat
Kesehatan
Perubahan Persepsi Masyarakat
2. Konstruksi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Gangguan Biota Laut
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Kepadatan Lalu Lintas
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
3. Operasi Fisik-Kimia Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
4. Pasca Operasi Biologi Perubahan Tutupan Lahan
Sosial Ekonomi Budaya dan Kegiatan Ekonomi Lokal
Kesehatan
Tingkat Pengangguran
Keresahan Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
studi Amdal kegiatan pembangunan sarana prasarana wisata alam ini adalah
Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.
e. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan gabungan dari batas proyek, batas ekologis, batas
sosial, dan batas administratif. Dari masing-masing bata tersebut diplotkan pada peta
yang kemudian di overlay sehingga dapat ditarik garis luar gabungan ke empat batas
tersebut, sehingga batas wilayah studi masih dalam satu kelurahan yaitu Kelurahan
Lempuing.
1.7.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak
penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan rangkaian kegiatan
dalam pembangunan sampai dengan selesainya kegiatan pembangunan sampai kegiatan
pasca operasi. Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
atau dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini dirancang selama 35
tahun, dengan rincian tahap pra konstruksi selama 1 tahun, tahap pembangunan kontruksi
4 tahun, dan tahap operasi selama 30 tahun.
Hasil pengukuran kualitas udara ambien, terutama pada parameter debu yang
diperkirakan akan mengalami perubahan dengan adanya kegiatan pengerukan
lahan atau kegiatan konstruksi pembangunan yang berpengaruh terhadap kadar
zat dalam udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
3) Peningkatan Kebisingan
Parameter yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kebisingan adalah
tingkat kebisingan yang terjadi. Penentuan tingkat kebisingan dan hubungannya
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
54
b. Hidrologi
1) Debit Air Permukaan/Kuantitas Air
Menentukan debit air permukaan akan digunakan untuk mendeskripsikan potensi
peningkatan terjadinya banjir akibat adanya pembangunan Sarana Prasarana
Wisata Alam.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara
perkiraan menggunakan FJ.Mock melalui data iklim dan data panjang serta Iuasan
dimensi sungai. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan
referensi terkait dengan studi sebelumnya dengan pengukuran Iaju air
permukaan.
Metode Analisis Data
Analisis data untuk mengetahui perubahan kuantitas air berfungsi untuk
mengetahui potensi ketersediaan air melalui debit air permukaan, serta potensi
peningkatan limpasan permukaan sebagai dampak kegiatan.
Pmaks : Pmin x 100%
Pmaks = debit puncak maksimum, Pmin = debit puncak minimum
SIFAT KIMIA
pH mg/l SNI 06.6989.11.2004 0,01 In Situ
Kimia Organik
H2S
Minyak dan Lemak µg/l SNI.06.6989.10.2004 0,5 Lab Induk
ml
Sumber: Perda Prov Jatim No. 29221.B.Ed.22.2012
Tahun 2008 Kelas III dan PERMENKES RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990
Model Geometrik
Pertumbuhan penduduk yang terbentuk secara geometrik merupakan
pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga majemuk. Angka
pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Dinyatakan dalam
rumus :
Model Eksponensial
Pertumbuhan penduduk secara eksponensial merupakan pertumbuhan penduduk
secara terus menerus dengan angka pertumbuhan konstan. Dinyatakan
dengan rumus:
Untuk menentukan pilhan model proyeksi penduduk yang akan digunakan dengan
hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi.
Model Deviasi
Metode proyeksi penduduk yang menghasilkan standar deviasi yang paling kecil
adalah metode yang dipilih.
Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Jumlah Penduduk
X = Rata-rata jumlah penduduk
n = Jumlah data
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
61
Koefisien Korelasi
Metode yang digunakan pada perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang
menghasilkan koefisien paling mendekati 1 adalah metoda yang terpilih dalam
memprakirakan jumlah penduduk pada masa mendatang.
Komponen dalam lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang mengalami
perubahan signifikan atau terkena dampak proyek adalah perekonomian lokal dan
regional, serta persepsi dan Sikap masyarakat. Parameter yang dianalisis adalah
kesempatan kerja, kesempatan usaha, pendapatan serta persepsi dan Sikap
masyarakat terhadap proyek.
a. Kegiatan ekonomi lokal
Metode Pengumpulan
Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis peningkatan pendapatan ini berupa
data primer. Data primer didapatkan dari responden melalui wawancara secara
terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance).
Responden ditentukan dengan cara menggunakan metode purposive random
sampling. Menurut Paton (1990), purposive sampling umumnya digunakan untuk
penelitian kualitatif, dimana pemilihan responden lebih didasarkan pada kriteria
khusus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta kurang menekankan pada
sifat representativitas dalam pengambilan sampel.
Data sekunder didapatkan dari beberapa instansi terkait pada tingkat
pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten. Responden yang diambil meliputi
anggota masyarakat dari berbagai kelompok, seperti tokoh formal dan informal,
para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga sertabeberapa kelompok profesi
atau mata pencaharian.
Metode Analisa
Metode deskriptif analisis dipilih untuk menganalisis data yang didasarkan pada
pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang diperoleh dari beberapa
kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, dapat diperoleh data dari
hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci.
Untuk data yang bersifat kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk
deskripsi dan untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan
dalam bentuk tabulasi.
b. Keresahan Masyarakat
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dan data primer.
Untuk mendapatkan data primer dari penelitian di lapangan observasi dan
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara ( interview
guidance) terhadap responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang
terarah/terfokus (indepth interview) terhadap beberapa informan kunci ( key
person) seperti tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama yang dianggap
sangat berpengaruh dalam masyarakat. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil
penelitian sosial budaya yang pemah dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi
proyek, serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian ini. Adapun
parameter sosial budaya yang akan dite liti adalah proses sosial dalam masyarakat
yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama), (b) proses disosiatif (konflik
sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi sosial.
Metode Analisis Data
Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang didasarkan pada
pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang diperoleh dari kuisioner
yang dibagikan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari hasil wawancara
terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci. Untuk data yang
bersifat kualitatif, analisis data akan dipaparkan dalam bentuk deskripsi dan
untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.
serta bebrapa kelompok profesi atau mata pencaharian. Data sekunder diperoleh
dari instansi terkait pada tingkat pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten.
Metode Analisis Data
Tingkat persepsi responden dapat dilihat melalui indikator-indikator yang tercermin
dalam pertanyaan di kuisioner. Tingkat pengetahuan atau tingkat persepsi adalah
skor nilai yang dapat dicapai oleh responden sebelum maupun sesudah
masyarakat telah mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai rencana
proyek. Penilaian atau Skoring menggunakan rata-rata nilai skor (Mean) dan
standar deviasi dengan persamaan sebagai berikut:
d. Kesehatan Masyarakat
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui:
- observasi/pengamatan lapangan
- wawancara dengan menggunakan kuisioner
- wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kunci
- penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat
setempat
- pengumpulan data sekunder.
Berbagai data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, macam
pelayanan kesehatan, sarana sanitasi (jamban, sarana pengolahan air limbah),
kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih
dan atau air sumur penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat
baik preventif maupun kuratif dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat. Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara
khusus dan selanjutnya digabung bersama kuesioner sosial-ekonomi dan budaya.
Data kualitatif diambil sendiri oleh peneliti yang bergabung bersama aspek sosial-
budaya.
Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis kondisi kesehatan masyarakat
adalah metode evaluatif, khususnya untuk mengetahui tingkat pelayanan
Kebisingan Matematis
Masyarakat Masyarakat
Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak selanjutnya
dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk mempermudah dalam
memprakirakan besaran dampak yang terjadi. Dalam pengkonversian ke skala kualitas
lingkungan diperlukan kehati-hatian penyusun untuk mengurangi subyektifitas dari tim
penyusun. Penentuan skala atau rentang kualitas lingkungan ini didasarkan oleh NSPM,
penelitian terdahulu, maupun pengalaman dari tim penyusun. Prakiraan besar dampak
ditujukan untuk membandingkan keadaan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah
kondisi proyek dilaksanakan sesuai dengan tahapannya. Prakiraan besar dampak terhadap
aspek lingkungan dalam studi ini akan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan
tahapan proyek yang meliputi, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi.
Prinsip dasar dalam dalam prakiraan besarnya dampak dengan menggunakan pendekatan
"Dengan dan Tanpa Proyek". Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran dampak dapat
dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Metode Prakiraan Besaraan Dampak
Metode Prakiraan
Komponen Lingkungan Parameter Besaran Dampak
Kadar debu Baku mutu
Udara Ambien Kebisingan Baku mutu
Perekonomian lokal dan Tingkat Kesempatan Matematik
regional Kerja
Kesempatan Usaha Analogi
Penurunan Pengangguran
Analogi
Perekonomian Rumah Pendapatan
Tangga Analogi
Keresahan
Masyarakat Analogi
Protes Sosial
Persepsi dan Sikap
Terhadap Proyek Analogi
Penurunan Kesehatan
Persepsi dan Sikap Masyarakat Analogi
Pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka
kriteria penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang ada di masyarakat
mempunyai posisi/nilai penting. Dampak lingkungan rencana usaha dan/atau
kegiatan yang penentuannya didasarkan pada sendi-sendi kehidupan pada
masyarakat dan jumlah manusia di wilayah studi yang terkena dampak menjadi
penting bilamana "manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi
tidak menikmati manfaat dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jumlahnya sama
atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan di wilayah studi".
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan bersifat penting bilamana
"rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbalik dampak
atau segi kumulatif dampak".
c. Lama dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada setiap
tahap pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Atas dasar pengertian
ini maka dampak lingkungan bersifat penting apabila "rencana usaha dan/atau
kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi lamanya dan
intensitas dampak".
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak Dikarenakan
dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak lanjut terhadap komponen
lingkungan Iainnya, sehingga atas pengertian ini dampak tergolong penting
bila "rencana usaha dan/atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan
dampak lanjutan Iainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan
komponen yang terkena dampak primer".
e. Sifat kumulatif dampak
Darnpak suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tergolong berdampak penting
bilamana :
- Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus
sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam
atau sosial yang menerimanya.
- Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.
Pada keseluruhan dampak penting hipotetik (DPH) baik bersifat penting maupun tidak
penting dari hasil perkiraan dampak yang akan diperkirakan ruang dan waktu
terjadinya dampak. Setiap identifikasi ini, menghasilkan dampak penting hipotetik
(DPH) yang memiliki ruang dan waktu sama ataupun tidak sama pada kegiatan
tersebut.
b. Pengkajian Keterkaitan dan Interaksi Serta Karakteristiknya
Kajian dalam keterkaitan dampak penting hipotetik (DPH) memberikan cara
alternatif dalam komponen rencana usaha ataupun kegiatan, yang dapat diuraikan
dan diberikan rekomendasi pilihan terbaik. Pemberian rekomendasi dapat dilakukan
melalui hasil pengkajian berupa keterkaitan dan interaksi dampak penting
hipotetik (DPH) yang mencakup informasi sebagai berikut :
1) Keterkaiatan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH) beserta
karakteristiknya, seperti frekuensi, durasi dan intensitas dampak yang
akhirnya digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari
setiap dampak yang telah disesuaikan pada ruang dan waktu yang sama.
2) Setiap komponen rencana usaha ataupun kegitan yang banyak menimbulkan
dampak lingkungan.
3) Area yang harus diperhatikan (area of concerns) beserta luasannya
(lokal, regional, nasional, maupun internasional lintas batas negara), contohnya
seperti:
a) Area yang terkena paparan langsung dari beberapa dampak serta
pemukiman masyarakat;
b) Area yang rentan bencana terkena berbagai dampak lingkungan; dan/atau
c) Kombinasi dari area yang dimaksud pada huruf a dan b atau lainnya.
penting; sifat dampak (positif maupun negative); waktu ambang batas; kelompok
masyarakat terkena dampak; luas daerah sebaran dampak, dan lain-lain.
1) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dokumen RKL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan lingkungan
untuk meminimalkan dampak negatif penting dan mengembangkan dampak
positif yang diperkirakan dapat timbul, sehingga rencana usaha ataupun
kegiatan tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dalam suatu dokumen RKL dapat memuat informasi dan ketentuan mengenai
pengelolaan lingkungan yang meliputi :
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
b) Tolok ukur dampak
c) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
d) Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup.
e) Lokasi pengelolaan lingkungan
f) Periode pengelolaan
Tabel 32. Ringkasan Metode Studi Pelaksanaan Studi Amdal Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam
Metode Pengumpulan
No DPH Metode Prakiraan Dampak Data dan Informasi yang Data untuk Prakiraan Metode Analisis Metode Evaluasi
Dibutuhkan Dampak Data
S
t
3 Peningkatan Menggunakan perbandingan Sampling
a dan pengukuran Sesuai dengan Kep.
Kebisingan hasil uji lab dengan standar langsung
n dengan alat Men. LH No.48 Tahun
baku mutu yang sesuai pengukur
d yang sesuai 1996
a
r
Tugas Pembuatan Dokumen KA-ANDAL
b
a
k
74
4 Penurunan Menggunakan perbandingan o Standar baku mutu Sampling dan pengukuran Sesuai dengan Kep.
Kualitas Udara hasil uji lab dengan standar o yang sesuai untuk langsung dengan alat Men. LH No.48 Tahun
baku mutu yang sesuai parameter tersebut pengukur yang sesuai 1996
o Hasil uji lab pada
parameter fisik,
kimia, dab biologi
5 Penurunan Menggunakan perbandingan o Standar baku mutu Pengambilan sampel secara Membandingkan hasil
Kualitas Air hasil uji lab dengan standar yang sesuai untuk primer air di badan sungai uji lab dengan standar
baku mutu yang sesuai parameter tersebut dengan air baku mutu untuk
o Hasil uji lab pada mendapatkan posisi
parameter fisik, kualitas air terhadap
kimia, dab biologi baku mutu
Menggunakan bagan
alir dan matriks
6 Penurunan Pmaks : Pmin X 100% o Data curah hujan o Observasi Kuantitatif Leopold dimodifikasi
Kuantitas Air o Data karakteristik o Data Sekunder
sungai
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
PETA GEOLOGI
PETA LOKASI KEGIATAN, BATAS EKOLOGI, BATAS SOSIAL, DAN BATAS WILAYAH STUDI