Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Buku yang ada dihadapan para pembaca adalah buku yang pnting untuk
dibaca mengingat masih sangat jarangnya buku yang membahas menejemen
pendidikan Islam. Pengelolaan pendidikan islam bukan perkara yang mudah,
tetapi penulis buku ini telah mebuktikan keandalannya dalam pengelolaan
pendidikan islam. Hal ini secara langsung karena Dr. H. U. Saefullah
berkencimpung dalam pendidikan islam dan mengelola pendidikan dari tigkat
madrasah hinggah perguruan tinggi yang berlokasi di Kabupaten Subang. Oleh
karena itu, buku ini bukan sekedar buku daras yang menjadi acuan mata kuliah
menejemen pendidikan islam, melainkan sekaligus merupakan bagian dari
pengalaman penulis dalam mengelola pendidikan berbasis islam.

Menurut penulis buku ini, menejemen adalah sistem organisasi yang


merupakan integritas berbagai komponen yang saling memengaruhi dan berperan
menurut tugas dan fungsinya masing-masing terkait dengan komponen
administratif.Seluruh aktifitas manusia dalam suatu sistem organisasi
dikendalikan oleh prinsip-prinsip yang berlaku dalam manajemem.Oleh karena
itu, pendidikan memerlukan pengeloaan yang serius berbasis pada ilmu
manajemen yang berbasis dasar-dasar manajemen ilmiah.

Hal yang menariknya lagi, manajemen adalah seni dan ilmu yang
didalamnya terdapat strategi dan teknik memanfaatkan tenaga dan pikiran orang
lain yang melaksanakan aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Dalam
manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai-nilai kepemimpinan
dalam mengarahkan, memengaruhi, mengawasi, dan mengorganisasikan semua
komponen yang saling menunjang untuk tercapainya tujuan.Oleh karena itu,
pengelolaan pendidikan memerlukan kepemimipinan yang potensial dan
kompeten sehingga seluruh pengelola pendidikan dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan target yang ditetapkan.

Buku ini menjelaskan secara luas dan mendalam mengenai perihal


tersebut.Oleh karena itu, mahasiswa dan praktisi pendidikan tidak perlu ragu

1
untuk memiliki dan menelaah secara sesama sehingga diperoleh pengetahuan
yang bermanfaat untuk mengembangkan pendidikan atau sebagai pegangan ilmu
di bidang manajemen pendidikan yang Islami.

Prof. Dr. H. Boedi Abdullah

Wakil Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam

(Kopertais) Jawa Barat

Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2
BAB I
DASAR – DASAR STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage yang berarti mengatur,
mengurus, atau mengelola. Menurut Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber-sember lain dalam organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen menurut istilah adalah proses
mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja hingga dapat selesai secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007: 8).
Manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:
260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang miliki (umat islam,
lembaga pendidikan atau lainnya), baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan orang lain secara
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan,
baik di dunia maupun diakherat (http://farhansyaddad.worldpress.com).
Sistem organisasi adalah integritas berbagai komponen yang saling
memengaruhi yang berperan menurut tugas dan fungsi masing-masing sekaligus
terkait dengan komponen-komponen administrasi. Adapun sistem administrasi
berperan mencatat dan merekam semua proses manajerial secara bertahap,
periodik, dan akuntable.
Manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengendalian upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam manajemen
terdapat aktivitas yang saling berhubungan, baik dari fungsionalnya maupun dari
tujuan yang ditargetkan. Hal-hal yang dimaksudkan adalah:
1. Organisasi sebagai wadah utama adanya manajemen;
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

3
Lima unsur manajemen, yaitu:
1. Pimpinan;
2. Orang-orang (pelaksana) yang dipimpin;
3. Tujuan yang akan dicapai;
4. Kerjasama dalam mencapai tujuan tersebut;
5. Sarana atau peralatan manajemen (tools of manajemen) yang terdiri atas
enam macam (dikenal dengan 6M), yaitu:
a. Man (manusia/orang);
b. Money (Uang);
c. Materials (bahan-bahan);
d. Machine (mesin);
e. Method (Metode);
f. Market (pasar).

Teori manajemen imiah memfokuskan kajiannya pada pentingnya


keberadaan manajer dan perannya dalam suatu organisasi.Teori organisasi klasik
atau teori tradisional menggambarkan organisasi yang tersentralisasi dan tugas-
tugasnya pun terspesialisasi. Manajemen juga mengkaji efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kinerja organisasi dengan mempertimbangkan tujuan organisasi,
kegiatan yang logis, jumlah sumber daya manusia atau staf yang memadai,
disiplin kerja, upah yang proporsional, bonus yang prestatif, standar pekerjaan
yang sistematis, pertanggungjawaban yang objektif, penerapan balas jasa atau
insentif yang motivasional, dan pengembangan perusahaan yang terukur.

B. Kegunaan Manajemen
Kegunaan manajemen dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kegunaan
teoritis dan kegunaan praktis.Kegunaan teoritis adalah manfaat yang diberikan
oleh manajemen sebagai ilmu kepada seluruh unsur organisasi, baik dalam bentuk
perusahaan maupun struktur organisasi lainya yang terdapat dilingkungan
masyarakat, termasuk lembaga pendidikan. Kegunaan manajemen adalah elemen-
elemen dasar yang melekat dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan
oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Kegunaan

4
studi manajemen menurut Henry Fayol berkaitan dengan prinsip-prinsip umum
manajemen, yaitu:
1. Manajemen berguna untuk meracang pola pembagian kerja (division of
work);
2. Menetapkan wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
secara profesional dan proporsional;
3. Meningkatkan kedisiplian pegawai (discipline) dengan taat asas dan taat
pada tanggung jawabnya masing-masing.
Kegunaan menejemen terletak pada ketaatan seluruh personal kepada
kepemimpinan dan keteladanan manajer dan aturan-aturan yang berlaku dalam
lembaga, terlebih lagi pada lembaga pendidikan.

C. Prinsip-prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip umum manajemen (General principle of management)
misalnya dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan (1990: 10) dengan mengutip
pandangan Henry Fayol, yaitu sebagai berikut:
1. Division of Work;
2. Authority an Responsibility;
3. Discipline;
4. Unity of Command;
5. Unity of Direction;
6. Subordination of Individual Interest into General Interest;
7. Remuneration of Personnel;
8. Centralization;
9. Scalar of chain (Hierarchy);
10. Order;
11. Equity;
12. Initiative;
13. Esprit de Corp (Asas Kesatuan);
14. Stability of Turn-Over of Personnel (Kestabilan Jabatan Karyawan).

5
Ada pula prinsip-prinsip manajemen yang ada dasarnya adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas;
2. Prinsip Pengelolaan;
3. Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan;
4. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif;
5. Prinsip Kerja Sama;

D. Fungsi-fungsi Manajemen
Secara garis besar dapat dipahami bahwa seluruh kegiatan manajemen tidak
dapat terlepas dari proses perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan,
pengendaliam, dan evaluasi. Sesungguhnya fungsi commanding dapat dikatakan
sebagai bagaian dari fungsi organizing karena setiap organisasi secara struktural
memiliki herarkis kepemimpinan atau manajerial yang sistematis yang
didalamnya dipraktikkan tentang garis komando secara herarkis yang
berhubungan dengan otoritas dan tanggung jawab anggota organisasi. Penjelasan
mengenai fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
1. Planning
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Menurut Stoner, planning adalah proses menetapkan sasaran dan
tindakan yang diperlukan untuk pencapaian sasaran.

2. Organizing
Organizing (organisasi) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Organisasi ini adalah suatu proses menghubungkan orang-orang yang terlibat
dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam
organisasi. Organisasi yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan yang jelas;
b. Tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut;
c. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan
dan kesatuan pikiran.

6
3. Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan, yaitu:
a. Mengambil keputusan;
b. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan
bawahan;
c. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak.

4. Directing/Commanding
Directing dan commanding merupakan kegiatan organisasi yang
berhubungan dengan pembinaan dan pelaksanaan instruksional para pemegang
jabatan dalam organisasi.Kegiatan-kegiatan directing dan commanding
berhubungan dengan adanya kekuasaan hierarkis dalam organisasi, sebagaimana
seorang manajer dan memberikan instruksi serta saran-saran terhadap
bawahannya. Bidang-bidang yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan directing
atau commanding sebagai berikut:
a. Bidang Kepemimpian;
b. Human being relationship;
c. Pembinaan proses kelompok;
d. Dalam bidang administrasi personal;
e. Dalam bidang evaluasi.

5. Motivating
Motivating atau pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kepada
bawahan agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai dengan
keinginan atasan. Abraham sperling dalam Mangkunegara (2004: 93),
mendefinisikan pengertian motivasi sebagai, “kecenderungan untuk beraktivitas,
dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri”
Motivasi mempunyai karakteristik:
a. Hasil dari kebutuhan;
b. Terarah pada tujuan;
c. Menopang perilaku.

7
Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelempok, yaitu teori
dengan pendekatan, yaitu isi (content), proses, dan penguatan.

6. Coordinating
Coordinating atau pengoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatam, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

7. Controlling
Controlling atau pengawasan dan pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, mengadakan koreksi terhadap
segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan sehingga dapat diarahkan ke jalan
yang benar sesuai dengan tujuan. Menurut Ramayulis (2008: 274) pengawasan
dalam pendidikan islam mempunyai karakteristik pengawasan bersifat materiil
dan spiritual, pengawasan tidak hanya manajer, tetapi juga Allah SWT.
Pengawasan dibagi tiga, yaitu : (1) pengawasan yang bersifat top down,
yakni pengawasan yang dilakukan dari atasan langsung kepada bawahan; (2)
botton up, yaitu pengawasan yang dilakukan dari bawahan kepada atasan; (3)
pengawasan melakat, yaitu pengawasan yang termasuk kepada self control, yaitu
atasan ataupun bawahan senantiasa mengawasi dirinya sendiri.

8. Mengevaluasi (evaluating)
Mengevaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator
yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat
dijadikan bahan kajian berikutnya. Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan
aktivitas untuk meneliti dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan di
dalam proses keseluruhan organisasi untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana
atau program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan.

9. Reporting
Reporting adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai tugas dan

8
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

10. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada organisasi sejak merekrut tenaga kerja, pengembangannya hingga
usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

11. Budgeting
Budgeting (penyusunan anggaran biaya).Setiap Lembaga membutuhkan
pembiayaan yang terencana dengan matang. Untuk itu, income yang diperoleh
harus diperhatikan sebelum mengeluarkan dana kegiatan tertentu.

12. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan
taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum rencana yang
lebih pasti dapat dilakukan.

E. Tingkatan-tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi dibagi tiga tingkatan berikut :
1. Manajer lini garis-pertama (first line);
2. Manajer menengah (middle manager);
3. Manajer puncak (top manager).

1. Peran antarpribadi (Interpersonal Roles)


Peran ini menitikberatkan pada hubungan pribadi yang meliputi :
a. Peran tokoh (figurehead);
b. Peran pemimpin (leader);
c. Peran Penghubung (liaison).

2. Peran Informasional (Informational Roles)


3. Peran Buru Bicara (Spokes Person)
Peran juru bicara, yaitu menyampaikan sebagaian informasi yang
dikumpulkannya kepada para individu diluar unitnya atau pihak-pihak di luar
organisasi.

9
4. Peran Pengambilan Keputusan (Decision Making Roles)
Manajer yang profesional memiliki kecerdasan mengalokasikan semua
sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun anggaran
belanja.Hani Handoko (2002: 30) menjelaskan tugas-tugas penting manajer, yaitu:
1. Bekerja dengan dan melalui orang lain;
2. Memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan
dengan menetapkan skala prioritas.

F. Manajemen Menurut Islam


Abu Sin merumuskan empat persyaratan yang harus ada didalam
manajemen islami, yaitu sebagai berikut:
1. Landasan nilai-nilai dan akhlak islami;
2. Seluruh aktivitas manajemen merupakan salah satu bentuk penghambaan
kepada Allah SWT.
3. Hubungan atasan dengan bawahan merupakan hubungan persudaraan umat
Islam, hubungan anatrmanusia yang kemanusiaan, kebangsaan,
kemerdekaan, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Manajemen Islam yang dilandasi oleh etika dan nilai-nilai agama, menjadi
salah satu alternatif dalam menyelesaikan problem individu dan sosial
ditengah-tengah zaman yang semakin tidak menentu secara moral.

Secara khusus, kemajuan manajemen kepemimpin yang dilakukan oleh


kekhalifahan bani Fathimiyyah adalah kontribusinya terhadap peradaban Islam,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan, filsafat dan kebudayaan, banyak lahirnya para ilmuan
muslim saat itu karena kebijakannya yang egaliter dan membuka ruang
seluas-luasnya pada kegiatan ilmiah.
2. Kemajuan dibidang sosial-ekonomi;
3. Mesir dan Ibu Kota Kairo adalah kota yang sangat makmur dan sejahtera.

Tingginya tingkat kesejahteraan sosial yang diraih oleh pemerintahan


Dinasti Fathimiyyah karema ditegakkannya hal berikut ini:
1. Adanya sikap egaliter;

10
2. Dibangunnya sikap toleransi antarumat beragama, sehingga melahirkan
kehidupan masyarakat yang saling menghargai terhadap perbedaan.
3. Penegakan terhadap hukum yang berlaku sehingga dimata hukum, tidak ada
yang kebal terhadap hukum.
4. Mendirikan sumber daya manusia sebagai konsekuensi dari dibukanya
kebebasan berekspresi bagi setiap individu serta munculnya sarana
pendidikan yang memadai (Naurouzzaman Shiddiq, 1996: 59).

Dalam manajemen pemerintahannya, Dinasti Fathimiyyah memosisikan


kelompok sipil dari berbagai strata yang berperan secara profesional dalam
melaksanakan manajemen pemerintahan diantarnya adalah kelompok:
1. Qadhi (ahli hukum) yang juga berperan sebagai direktur pencetakan uang;
2. Ketua dakwah yang mengurusi dan memimpin darul hikmah (gudang ilmu);
3. Inspektur pasar, yang melakukan pengawasan tak terbatas atas bazar dan
jalan, serta mengawasi timbangan dan ukuran:
4. Bendaharawan negara mengetahui dan mengurusi Bait Al-Mal;
5. Wakil kepala urusan rumah tangga khalifah;
6. Qari, yang memiliki tugas membacakan Al-Quran untuk khalifah;
7. Sekretaris diberbagai apartemen.

11
BAB 2
SEJARAH PERKEMBANGAN
ALIRAN-ALIRAN DALAM MANAJEMEN

A. Perkembangan Manajemen
Manajemen sebagai ilmu pengetahuan baru berkembang semenjak akhir
abad ke-19.Pada awal perkembangannya, manajemen merupakan seni dan
keterampilan yang berkembang dinamis sebagai bagian dari peradaban manusia
(Handayaningrat, 1989: 11).
Perkembangan manajemen sebagai seni dapat dibagi menjadi tiga fase
utama.
1. Fase Prasejarah
Ditinjau dari segi waktu dan tempatnya, fase ini dibagi menjadi beberapa
perkembangan:
a. Peradaban Mesopotamia;
b. Peradaban Babilonia;
c. Mesir Kuno;
d. Tiongkok Kuno;
e. Romawi Kuno;
f. Yunani Kuno.

2. Fase Sejarah (1M-1886 M)


3. Fase Modern (1886 M - sekarang)
a. Tahap Survival (1886-1930)
b. Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan (1930-1945)
c. Tahap Human Relation (1945-1959)
d. TahapBehaviourisme (1959-sekarang)

B. Aliran-aliran Manajemen
1. Aliran Manajemen Ilmiah
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya Ilmiah, yaitu:
a. Robert Owen (1771-1858)
b. Charles Babbage (1792-1871)

12
2. Aliran Organisasi Klasik
Henry Fayol (1841-1925) adalah tokoh penting dalam aliran ini.Ia memberi
perhatian utama pada kegiatan manajeral. Fayol membagi manajemen dalam lima
fungsi:
a. Perncanaan (planning);
b. Pengorganisasian (organizing);
c. Pemberian perintah (commanding);
d. Pengoordinasian (coordinating);
e. Pengawasan (controlling).

3. Aliran Perilaku
Tokoh-tokoh penting dalam aliran perilaku adalah Hugo Munsterberg
(1863-1916) dan Elton Mayo (1880-1949). Melalui eksperimen Howthorne
(Mayo), aliran ini mengganti konsep manusia rasional (manusia yang hanya dapat
dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi) dengan konsep manusia sosial
(manusia yang dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalu
hubungan kerja).
Beberapa sumbangan dari aliran ini adalah:
a. Memberikan pemahaman akan pentingnya motivasi, perilaku kelompok,
hubungan antarkaryawan, dan kerja bagi manusia;
b. Meningkatkan sensitivitas (empati) manajer dalam berhubungan dengan
bawahan.

Beberapa keteerbatasan dari aliran ini adalah:


a. Model dan teori yang ditawarkan dipandang terlalu abstrak dan rumit untuk
diterapkan;
b. Kompleksitas perilaku manusia yang terjadi sering mengakibatkan para ahli
ini memberikan saran yang berbeda sehingga menyulitkan untuk memilih
terapi yang akan digunakan.

4. Aliran Scientific Management (Ilmu Manajemen)


Aliran ini mengembangkan prosedur penelitian operasional (operation
research) dalam mengatasi permaslahan organisasi. Prosedur yang digunakan

13
dimulai dengan analisis masalah sampai usulan kegiatan untuk mengatasi masalah
tersebut.
Beberapa sumbangan aliran ini adalah:
a. Prinsip aliran ini banyak diterapkan dalam pemecahan masalah pada
organisasi besar dengan cara:
1) Memecahkan masalah secara matematis;
2) Aliran ini menggunakan teknik-teknik manajemen ilmiah.

Beberapa keterbatasan aliran ini adalah:


a. Sebagian besar sumbangan aliran ini hanya pada kegiatan perencanaan dan
pengawasan;
b. Sekaliun teknik yang diberikan aliran ini cukup luas dalam mengatasi
masalah manajemen, aliran ini dinilai tidak cukup efektif dalam mengatasi
masalah manusia dalam hal manajemen.

5. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem memandang organisasi sebagai suatu kesatuan yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan ini menekankan
perhatian pada dinamika dan sifat keterkaitan atarunsur organisasi dan tugas
manajemen.

6. Pendekatan Kotingensi
Prndekatan ini yang dikembangbankan sebagai respos terhadap metode
yang dipandang efektif untuk situasi tertentu,

14
BAB 3
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM SOSIAL

A. Pengertian Sistem Sosial


Secara etimologis, sistem sosial berasal dari dua kata, yaitu sistem dan
sosial. Sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sytema”, yang berarti:
1. Keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian;
2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-
komponen secara teratur.

Menurut Campbell, sistem adalah himpunan komponen atau bagian yang


saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpatron (berpola) dan
konsisten, bahkan mekanismenya sering bersifat otomati. Dalam sistem terdapat
hubungan antarsubsistem, yaitu:
1. Hubungan fungsional;
2. Hubungan timbal balik;
3. Hubungan sinergitas.

Sosial artinya hidup bersama sebgai lawan dari kata individual yang berarti
hidup sendiri. Sistem sosial artinya himpunan dari berbagai subsistem yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat yang saling berinteraksi dan membentuk
kehidupan bersama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem sosial adalah himpunan
subsistem yang terdapat dalam masyarakat yang menguatkan terbentuknya
kehidupan bersama dan saling menguatkan, saling membutuhkan, dan saling
mendukung ketercapaian tujuan bersama.

B. Asumsi Dasar tentang Sistem Sosial


Asumsi dasar sistem sosial adalah sebagai berikut:
1. Orientasi individu dengan berbagai dimensinya, yaitu:.
a. Orientasi motivasional yang berdimensi kognitif, katektik, dan evaluatif.

15
Dimensi ini mencerminkan kemampuan dasar manusia untuk
membedakan antarrangsangan yang berbeda dan membuat generalisasi
dari satu rangsangan dengan rangsangan lainnya.
Dimensi katektik dalam orientasi motivasional menunjukkan pada reaksi
apresiatif atau emosional dari orang yang bertindak terhadap situasi atau
berbagai aspek didalamnya. Ini juga mencerminkan kebutuhan dan
tujuan idndividu
b. Orientasi nilai dengan dimensi kognitif, apresiatif, dan dimensi modal.
2. Orientasi motivasional dalam konteks dimensi kognitif diprioritaskan pada
tipe tindakan yang merupakan manifestasi intelektual.
3. Interaksi sosial adalah wujud kolektivitas dari interaksi individu yang
diwarnai oleh orientasi motivasional dan orientasi nilai dengan segala
dimensinya.
4. Interaksi yang berjalan lama akan menguatkan pertahanan budaya
kolektifnya sehingga kemungkinan besar menjelma menjati kultur khas.

Sistem sosial mencangkup beberapa aspek atau unsur-unsur penting berikut:


1. Individu-individu yang hidup bersama;
2. Tugas dan fungsi yang berlainan;
3. Tujuan bersama;
4. Nilai yang dianut bersama;
5. Pencapaian kinerja integral.

C. Elemen-elemen Sistem Organisasi Sosial


Elemen sistem organisasi sosial berkaitan dengan lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Dalam
lingkungan keluarga, orangtua menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
Ajaran Islam menenkankan agar setiap manusia dapat memelihara keluarganya
dari siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta agar tidak menjadi
fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya.
Lingkungan keluarga diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada anak-
anaknya karena anak adalah tititpan Allah sebagai amanah yang wajib dijaga
perkembangannya. Hubungan orentasional antara perintah mendidik bagi orang

16
tua terhadap anak-anaknya dengan pendidikan Islam, terlihat dalam implikasi dari
tujuan pendidikan Islam, yaitu membentuk pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi)
dan prilaku (motorik) manusia yang sesuai dengan paradigma pendidikan Islam.
Tanggung jawab pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan anak dalam bertauhid atau menumbuhkan keyakinan teologis
yang murni;
2. Menumbuhkan sikap dan jiwa anak yang selalu beribadah kepada Allah
SWT;
3. Memupuk akhlakul karimah anak didalam pergaulan hidupnya.

Dalam interaksi edukatif antara orangtua dengan anak dalam kapasitasnya


sebagai peserta didik, orang tua sebagai pendidik harus sedapat mungkin
memahami anaknya sebagai objek pendidikan. Beberapa hal yang perlu dipahami
tersebut adalah:
1. Anak sebagai peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa;
2. Anam mempunyai periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.
3. Anak memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu
semaksimal mungkin.

Guru yang menjalankan perannya akan mengembangkan pendidikan Islam


dengan landasan teoritis dan paham-paham berikut:
1. Teori fitrah manusia;
2. Teori nativistik;
3. Teori behavioristik dan lain-lainnya.

Pengembangan pendidikan Islam dalam lingkungan sekolah yang asri akan


lebih inspiratif dan artisti, yang mendorong para siswa bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Setelah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah,
lingkungan ketiga adalah lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan
masyarakat. Dilingkungan inilah, ilmu pengetahuan anak didik diamalkan.
Pengembangan ilmu pendidikan Islam berkaitan dengan ligkungan masyarakat
adalah sebagai berikut:

17
1. Pendidikan tentang lingkungan yang bersih, yaitu yang bersih dari
kemaksiatan.
2. Pendidikan tentang amar ma’ruf nahyi munkar, yaitu pendidikan dakwah
yang menyemarakkan lingkungan masyarakat dengan berbagai kegiatan
positif.
3. Pendidikan tentang sanksi sosial bagi anggota masyarakat.

18
BAB 4
BUDAYA ORGANISASI

A. Pengertian Budaya
Budaya adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terleksana
dengan baik.

B. Faktor-faktor Pembentuk Kebudayaan


Fakor-faktor pembentuk kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Pola pikir manusia yang terus berevolusi dalam memersepsi alam dan
kehidupan.
2. Pola hidup yang ditunjang oleh berbagai alat penunjang kehidupan.
3. Pola tingkah laku yang diikat oleh nilai-nilai.

Melviie J. Herkovits menyebutkan bahwa budaya memiliki empat unsur


pokok, yaitu:
1. Alat-alat teknologi;
2. Sistem ekonomi;
3. Keluarga;
4. Kekuasaan politik.

Menurut J.J. Hoenigman, wujud budaya dibedakan menjadi tiga, yaitu


gagasan, aktivitas dan artefak.

C. Fungsi Budaya
Ndraha mengemukakan fungsi budaya, sebagai berikut:
1. Identitas dan citra suatu masyarakat;
2. Pengikat suatu masyarakat;
3. Kekuatan penggerak
4. Warisan;
5. Pola perilaku

19
D. Pengertian Organisasi dan Budaya Organisasi
Budaya organisasi pertama kali dikenal di Amerika dan Eropa pada era
1870-an. Studi budaya organisasi telah ada semenjak tahun 50-an, sebelum kedua
peneliti tersebut melakukan penelitian terhadap perusahaan Amerik Serikat yang
hasilnya ditulis dalam buku In Search Of Excelence tahun 1980.
Organisasi dalam bahasa Yunani dari kata organonyang berarti alat.
Berdasarkan definisi dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan
sebagai organisasi jika memenuhu enam unsur pokok, yaitu:
1. Organisasi merupakan sistem;
2. Adanya pola aktivitas;
3. Adanya sekelompok orang;
4. Adanya tujuan yang telah ditetapkan;
5. Kerja sama;
6. Sitem koordinat;
7. Pembagian tugas dan tanggung jawab;
8. Sumber daya organisasi.

Adapun pengertian budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi dasar


dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian
dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi
eksternal dan masala-masalah intrgrasi internal.
Robbins memberikan tujuh karakteristik budaya organisasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Inovasi dan keberanian megambil risiko;
2. Perhatian terhadap detail;
3. Berorientasi pada hasil;
4. Berorientasi kepada manusia;
5. Berorientasi pada tim;
6. Agresivitas;
7. Stabilitas.

20
E. Jenis Tipe dan Fungsi Budaya Organisasi
1. Berdasarkan proses informasi:
a. Budaya rasional;
b. Budaya ideologis;
c. Budaya konsensus;
d. Budaya hierarkis.
2. Berdasarkan tujuan:
a. Budaya organisasi perusahaan;
b. Budaya organisasi publik;
c. Budaya organisasi sosial.

Budaya organisasi terbentuk oleh beberapa unsur, yaitu:


1. Lingkungan usaha;
2. Nilai-nilai (values);
3. Panutan/keteladanan.

Fungsi buda organisasi adalah:


1. Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi;
2. Alat pengorganisasian anggota;
3. Menguatkan nilai-nilai dalam organisasi;
4. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi;
5. Mempermudah tumbuhnya komitmen.

F. Proses Pembentukan Budaya Organisasi


Menurut Kotter dan Haskett, proses pembentukan budaya organisasi
mencangkup:
1. Manajer puncak;
2. Perilaku organisasi;
3. Hasil;
4. Budaya.

21
G. Pengaruh Budaya Kerja terhadap Manajemen Organisasi Pendidikan
Islam
Salah satu yang berpengaruh terhadap manajemen lembaga pendidikan
Islam adalah adanya budaya kerja dalam organisasi. Budaya kerja merupakan
pandangan hidup yang menjai nilai, kebiasaan, kekuatan dan pendorong dalam
kehidupan kelompok masyarakat atau organisasi, yang tercermin pada sikap dan
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan dalam pekerjaan dan
profesionalisme.

22
BAB 5
STRUKTUR DAN RANCANGAN
ORGANISASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Struktur Organisasi Pendidikan


Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah pembagian tugas pekerjaan
yang dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal pada lembaga
pendidikan. Dalam manajemen pndidikan Islam, organisasi dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang
mendesain perjalanan organisasi, yaitu kebebasan, keadilan, dan musyawarah.

B. Teori-teori dalam Penyusunan Organisasi


1. Teori Klasik
Pandangan teori klasik mengenasi organisasi bersarkan asumsi berikut:
a. Organisasi ada terutama untuk menyelesaikantujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Bagi suatu organisasi, ada struktur yang tepat bagi tujuan, lingkungan,
teknologi, dan partisipasinya.
2. Teori Lembaga Sosial
a. Sistem sosial dihasilkan melalui komunikasi;
b. Sistem sosial telah berkembang;
c. Dapat membantu membuat prediksi yang akurat
3. Teori Organisasi Formal
Organisasi formal merupakan sistem aturan dan regulasi yang umum dan
tegas, yang ditetapkan secara formal dan fungsi-fungsinya jabatan dalam
organisasi.
4. Teori Komunikasi Jabatan dan Hubungan Informal
5. Teori Manajemen Ilmiah Taylor
6. Teori Struktural
Merupakan alat yang dapat berkembang secara teknis dan mekanis
7. Teri Perilaku dalam Organisasi
8. Teori X dan Y Douglas McGregor

23
9. Teori Rensis Likert’s System IV
10. Teori Argyris
11. Teori Warren Bennis: Demokrasi dan Perubahan
12. Pandangan Situasional
13. Pandangan Manajemen Islam
14. Pandangan Tipologi Organisasi
Adalah pengelompokkan tugas atau jenis-jenis organisasi.

24
BAB 6
PIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM
PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya seta tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas
seluruh pelaksanaan wewenangny yang telah didelegasikan kepada orang-orang
yang dipimpinnya. Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohinya atau
mengikutinya.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa cirir fungsional yang melekat
pada seorang pemimpin, yaitu:
1. Watak dan kewibawaan seorang pemimpin;
2. Hierarki kekuasaan struktural;
3. Sikap ketegasan pengambilan keputusan.

B. Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan Islam


Dalam bahasa Arab, kata yang sering dihubungkang dengan kepemimpinan
adalah ra;in wa kullukum mas’ulun ‘an ra’iyyatihi (setiap kamu adalah pemimpin,
dan setiapkamu bertamggung jawab atas kepemimpinanmu). Jadi, seorang
pemimpin pasti bertanggungjawabkan kepemimpinannya dihadapan rakyat.
Dalam manajemen pendidikan Islam, pelaksanaan kepemimpinan
dipengaruhi oleg berbagai macam faktor. Menurut H. Jodeph Reitz (1981) yang
dikutip Nanang Fattah, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin;
2. Harapan dan perilaku atasan berkaitan dengan tujuan kepemimpinan;
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan memengaruhi tehadap gaya
kepemimpinan.

25
C. Teori-teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan teori berusaha menerangkan pemimpin dan
kelompok yang dipimpinnya dapat berperilaku dalam berbagai struktur
kepemimpinan, budaya dan lingkungannya.
D. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan
Hasil penelitian Stogdill menyimpulkan bahwa kepemimpinan ditandai
dengan bermacam-macam sifat yang dikelompokkan sebgai berikut:
1. Capacity meliputi:
a. Kecerdasan;
b. Kewaspadaan;
c. Kemampuan bicara;
d. Keaslian;
e. Kemampuan nilai.
2. Achievment, meliputi:
a. Gelas keserjanaan;
b. Pengetahuan;
c. Keberhasilan;
d. Olahraga.
3. Responsibility, meliputi:
a. Mandiri berinisiatif;
b. Tekun;
c. Agresif;
d. Percaya diri;
e. Berkeinginan untuk maju.
4. Participation, meliputi:
a. Aktif;
b. Kemampuan bergaul;
c. Kerjasama;
d. Mudah menyesuaikan diri;
e. Humoris.
5. Status, meliputi:
a. Kedudukan sosial ekonomi;

26
b. Ketenaran.
6. Situtation, meliputi:
a. Mental yang baik;
b. Status yang baik;
c. Mempunyai keahlian;
d. Berkeinginan untuk maju;
e. Berdaya kepengikutan;
f. Berorientasi pada tujuan.
Pemimpin ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
1. Adil;
2. Amanah;
3. Pathonah;
4. Tabligh;
5. Sidiq;
6. Qonaah;
7. Siasah;
8. Sabar.
Adapun peran penting pemimpin adalah sebagai berikut:
1. Pelaku pertama, yang memberikan contoh yang melaksanakan berbagai
tugas atau program yang telah direncanakan dan disepakati bersama.
2. Memiliki wawasan luas dalam merencanakan berbagai program dan
membicarakan dengan semua stafnya.
3. Membuat rencana juga memiliki kepandaian yang profesional yang ia
rencanakan sehingga ia sebagai seorang yang ahli dibidangnya.

Dalam suatu organisasi, tugas dan fungsi pemimpin sangat strategi, terutama
dalam hal-hal berikut:
1. Pemipmin bertugas sebagai penyelenggaraan atau pelaksana organisasi,
artinya berfungsi sebagai eksekutif manajemen.
2. Pemimpin bertugas sebagai penanggung jawab kemajuan dan kemunduran
organisasi.
3. Pemimpin adalah pengelola organisasi.

27
E. Tipe-tipe Pemimpin
Pada umumnya, para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama, yaitu:
1. Otokratis;
2. Militeristis;
3. Paternalistis;
4. Karismati;
5. Demokratis;

28
BAB 7

KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu cum sebuah
kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dengan kata units, sebuah
kata yang berarti bilangan satu.
Longman Dictionary of Contemporary English memberikan definisi kata
communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan,
menyampaikan informasi, dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh
orang lain (to make opinions, feeling, information etc, known or understood by
others).
Dengan pemahaman tersebut komunikasi harus dilakukan dengan tujuan-
tujuan yang tepat. Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Perubahan sikap (attitude change);
2. Perubahan perilaku (beharvior change);
3. Perubangan pendapat atau pandangan (opinion change);
4. Perubahan sosial (sosial change).

B. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi terdiri atas beberapa unsur yang sangat penting yaitu:
1. Komunikator;
2. Komunikan;
3. Pesan, berita, dan informasi;
4. Alat komunikasi;
5. Teknik komunikasi;
6. Interaksi kedua belah pihak;
7. Verbalitas atau non verbal dalam komunikasi.

Proses komunikasi dapat dilakukan dengan beberapa jenis, yaitu:


1. Komunikasi langsung;
2. Komunikasi langsung melalui pesawat telepon

29
3. Komunikasi tidak langsung dapat dilakukan melalui surat, email, dan
pengiriman pesan atau berita melalui orang lain.
4. Komunikasi personal yaitu komunikasi antar individu.
5. Komunikasi antar personal, yang dilakukan berbagai individu.
6. Komunikasi sosial, yang dilakukan dalam pergaulan dimasyarakat.
7. Komunikasi verbal dan non verbal, yang dilakukan dengan kata-kata dan
isyarat dan bahasa tubuh.

Proses komunikasi adalah proses timbal baik antara komunikator


sebagai pengirim dan komunikan sebagai penerima pesan dan yang menciptakan
pengertian dan penerimaan yang sama, serta menghasilkan suatu tindakan yang
sama untuk mencapai tujuan.

Tahap-tahap proses komunikasi sebagaimana yang dijelaskan oleh Kristiadi


(1995: 61) terdiri atas sebagai berikut:

1. Tahap Ideasi/Gagasan;
2. Tahap Encoding;
3. Tahap Pengiriman;
4. Tahap Penerimaan;
5. Tahap Decoding;
6. Tahap Respons.
Respons yang diberikan oleh pihak komunikan dapat dibedakan menjadi
enam macam:
1. Direct Responce (immidiate feedback), yaitu respons yang diberikan secara
langsung oleh pihak komunikan.
2. Indirect Response (deleyed feedback), yaitu respons yang memerlukan
jangka waktu atau respons yang tertunda karena banyak menyangkut media
yang dipergunakan.
3. Zero Responce, respons yang kurang atau tidak dimengerti oleh pihak
komunikator.
4. Positive Responce, yaitu response yang diberikan oleh pihak komunikan
yang dapat dimengerti oleh komunikator.

30
Komunikasi terdapat tiga unsur yaitu sebagai berikut:
1. Komunikator/sender/pengirim
Adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan.
2. Komunikan/receiver/Penerima
Adalah partner (rekan) dari komunikator dalam komunikasi.
3. Channel/saluran/media
Adalah saluran atau jalan yang dilalu oleh isi pernyataan, komunikator
kepada komunikan atau jalan yang dilalui feeback komunikan kepada
komunikator yang digunakan oleh pengirim pesan.
Pemilihan channel dalam proses komunikasi bergantung pada sifat berita
yang akan disampaikan (Wursanto, 1994). Ada tiga macam bentuk berita, yaitu:
a. Audible, yaitu berita yang dapat didengar;
b. Vissual, yaitu berita yang dapat dilihat;
c. Audio Vissual, yaitu berita yang dapat didengar dan dilihat.

C. Proses Komunikasi
Proses komunikasi mempunyai dua model, yaitu: Model Linier dan Model
Sirkuler.
1. Model Linier
Model ini hanya terdiri dari dua garis lurus, yaitu proses komunikasi
berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan.
2. Model Sirkuler
Model sirkuler ditandai dengan adanya unsur feedback.

Ada dua faktor yang biasa hadir dalam komunikasi yaitu faktor penunjang
dan faktor penghambat:
a. Faktor-faktor penghambat dalam komunikasi adalah:
1. Perbedaan apersepsi tentang pesan yang dibahas dan masing-masing
dipertahankan persepsinya.
2. Perbedaan status sosial dapat menjadi hambatan apabila tidak dijalin
hubungan kemitraan yang jelas.
3. Perbedaan kepentingan, terutama menyangkut kepentingan kepribadian.

31
4. Perbedaan bahasa, jika kedua belah pihak dengan bahasa yang berbeda yang
tidak saling memahami dengan baik.
b. Faktor-faktor penunjang lancarnya komunikasi adalah:
1. Persamaan bahasa;
2. Ketenangan dan Ketentraman;
3. Kejujuran, Lemah lembut dan Pengarai yang manis;
4. Saling Percaya.

Manfaat organisasi komuikasi dalam organisasi sangat banyak karena tanpa


komuikasi, fakta, gagasan, dan pengalaman tidak dapat saling dipertukarkan.
Dengan demikian, manfaat komunikasi bisa disebutkan sebagai berikut:

a. Memberikan pengaruh positif bagi kemajuan organisasi.


b. Menumbuhkan keakraban yang memperbesar semangat kerja dan percaya
diri.
c. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kepekaan terhadap masalah.

D. Bentuk-bentuk Komunikasi
Koumikasi mempunyai bermacam bentuk yang semuanya bergantung dalam
segi bagaimana kita memandangnya, yaitu:
1. Segi menyampaikan pesannya;
2. Segi kemasan pesannya;
3. Segi kemasan keresmian pelaku komunikasi;
4. Segi pasangan komunikasi.

1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)


Dalam komunikasi verbal, infomasi disampaikan secara verbal atau lisan.
2. Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Communication)
Dalam komunikasi nonverbal, informasi disampaikan dengan menggunakan
isyarat (gestures), gerak-gerik (movement), barang, waktu, cara berpakaian.
Adapun beberapa komunikasi nonverbal, yaitu sebagai berikut:
a. Cara berpakaian;
b. Waktu,
c. Menggunakan Tempat.

32
Menurut Onong Uchyana Effendy, pada umumnya teknik komunikasi yang
bisa dilakukan ada tiga macam, yaitu komunikasi informatik, komunikasi
persuasif, komunikasi koersif/instruksi.
Suhartini (1989: 17) menjelaskan bahwa komunikasi perlu dilakukan
dengan memerhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip Motivasi. Artinya pemberi pesan atau informasi.
2. Prinsip Perhatian (minat). Artinya komunikasi akan menjadi efektif.
3. Prinsip Keindraan (audio Visual). Artinya bahwa pembicaraan atau
komunikasi akan berjalan dengan baik dan komunikan menerima pesan
yang disampaikan komunikator.
4. Prinsip Pengertian. Komuikasi dapat berjalan apabila pesan yang
disampaikan mudah dihapal.
5. Prinsip Ulangan. Artinya informasi atau pesan yang mempunyai arti penting
hendaknya dibacakan kembali atau diulang.
6. Prinsip Kegunaan. Artinya informasi yang disampaikan hendaknya
mengandung hal-hal yang benar-benar berguna dan mempunya arti serta
kadar nilai yang tinggi.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran dan Hambatan


Berkomunikasi
Kelancaran berkomunikasi secara lisan berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor berikut:
1. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan memengaruhi kelancaran berkomunikasi.karena apabila
komunikator menguasai bahasa dan kebudayaan orang yang diajak
berkomunikasi akan lancar.
2. Faktor Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang baik. Komunikasi akan terhambat
apabila pelaku komunikasi sangat sedikit pengalamannya.

Komunikasi dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yakni:

1. Dari segi jarak;


2. Dari segi sarana, media, saluran;

33
3. Dari segi tujuan;
4. Dari segi kedinasan;
5. Dari segi bahasa yang digunakan;
6. Dari segi lawan berbicara;
7. Dari segi hierarki;
8. Dari segi isi;
9. Dari segi pertumbuhan bicara.

F. Beberapa Pendekatan dalam Komunikasi Organisasi


Pendekatan yang berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi dalam
organisasi meliputi hal-hal berikut:
1. Pendekatan struktur dan fungsi organisasi;
2. Pendekatan hubungan manusiawi (Human Relation);
3. Pendekatan komunikasi sebagai proses pengorganisasian;
4. Pendekatan organisasi sebagai kultur;
5. Teori integritas dalam komunikasi organisasi.

34
BAB 8

PERENCANAAN DALAM LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan mempunyai peran penting organisasi, karena akan menjadi
penentu sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang dicapai. Penguraian
pengertian rencana sebagai:
1. Garis besar gambaran tentang suatu bangunan, baik ukuran, posisi maupun
berbagai bagian lainnya.
2. Diagram bagian-bagian mesin.
3. Diagram yang memperlihatkan luarnya kebun, taman, kota, atau area tanah.
4. Penyusunan sesuatu yang harus dikerjakan dan digunakan.

Dalam perencanaan terdapat penentuan-penentuan berikut:


1. Bentuk atau jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2. Prosedur pelaksanaan kegiatan;
3. Kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan;
4. Arah dan tujuan yang hendak dicapai;
5. Personal yang melaksanakan rencana ;
6. Waktu pelaksanaan rencana;
7. Anggaran biaya yang dibutuhkan.

Perencanaan mengandung tiga hal yang mendasar yaitu: tujuan, perhitung-


hitungan atau pertimbangan kebijakan dal pelaksanaan rencana.
Tujuan adalah target yang dicapai dan bersifat stationer dari berbagai
kegiatan. Tujuan dapat dilihat dari aspek berikut:
1. Dilihat dari bobotnya;
a. Tujuan kuantitatif;
b. Tujuan kualitatif.
2. Dilihat dari kepentingannya;
a. Tujuan pokok;

35
b. Tujuan sub dari yang pokok, yang dilaksanakan karena adanya tujuan
pokok;
c. Tujuan primer;
d. Tujuan sekunder;
e. Tujuan komplementer;
f. Tujuan mutlak;
g. Tujuan relatif;
h. Tujuan insidental.
3. Dilihat dari waktu pelaksanaan tujuan terbagi tiga, yaitu:
a. Tujuan jangka panjang;
b. Tujuan jangka menengah;
c. Tujuan jangka pendek.

Hal-hal yang harus diperhitungkan dan dipertimbangan dalam merumuskan


perencanaan, yaitu:

1. Perincian seluruh tujuan yang berkaitan dengan pilihan masalah yang


dihadapi;
2. Problem Solving atau pemecahan masalah;
3. Skala prioritas;
4. Kebutuhan atau kepentingan;
5. Keharusan atau kemauan;

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, perencanaan dirumuskan


melalui fase-fase yang sistematis yaitu:
1. Menyusun tujuan-tujan, mulai dari yang umum sampai yang khusus;
2. Menyusun rencana sesuai tujuan;
3. Melaksanakan rencana yang telah ditetapkan;
4. Melaksanakan pengawasan;
5. Membuat laporan hasil pelaksanaan;
6. Melakukan evaluasi.

Perencanaan memberikan manfaat yang banyak bagi organisasi,


diantaranya:

36
1. Penentuan tujuan organisasi sebagai tolak ukur perencanaan;
2. Upaya meletakkan landasan kebijakan dan langkah-langkah operasional
kerja;
3. Pengukuran kemampuan bagi efektifitas dan efisiensi kerja;
4. Kepastian tindakan yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan;

B. Jenis-jenis Perencanaan
Perencanaan atau planning bukan hanya dilihat dari bobot dan waktunya,
perencanaan dapat dilihat pula dari hal-hal berikut:
1. Jenis perencanaan menurut penggunaannya;
a. Single use planning yaitu perencanaan untuk sekali pakai;
b. Repeats planning yaitu perencanaan yang digunakaan untuk keperluan
yang berulang-ulang;
2. Jenis perencanaan menurut prosesnya;
a. Policy planning (merupakan kebijakan), yaitu planning yang hanya
berisi kebijakan yang tanpa dilengkapi oleh teknis pelaksanaannya
secara sistematis.
b. Program planning, yaitu perencanaan yang merupakan penjelasan dan
perincian dari policy planning.

Dalam programplanning dimuat, antara lain:

1. Ikhtisar mengenai tugas yang dikerjakan;


2. Sumber dan bahan yang dapat dipergunakan;
3. Biaya, personalia, situasi, dan kondidi pekerjaan;
4. Prosedur kerja yang harus di patuhi;
5. Struktur organisasi kerja.
3. Jenis perencanaan menurut jangka waktu
a. Long range planning (LRP), yaitu perencanaan jangka panjang yang
memerlukan jangka waktu yang lama dalam pelaksanaannya.
b. Intermediate planning (perencanaan jangka menengah), yaitu sebual
planning dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu “pemasangan”
(gestation periode).

37
c. Eshort range planning (SRP) perencanaan jangka pendek, yaitu sebuah
perencanaan yang dipersiapkan dengan tergesa-gesa dan mendadak
karena pentingnya dan waktu tersedia sangat sempit.
4. Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya
a. Rural planning, yaitu perencanaan pedesaan;
b. City planning, yaitu perencanaan untuk suatu kota;
c. Ragional planning, yaitu perencanaan tingkat kabupaten;
d. National planning, yaitu suatu perencanaan tingkat nasional (negara
yang mencangkup segenap suatu negara);
5. Jenis perencanaan menurut materinya
a. Personel planning, yaitu perencanaan mengenai suatu masalah
kepegawaian;
b. Pinancial planning, yaitu perencanaan mengenai suatu masalah
keuangan atau permodalan;
c. Industrial planningI, yaitu perencanaan yang menyangkit kegiatan
industri

C. Sifat- sifat Perencanaan


1. Faktual;
2. Rasional;
3. Fleksibel;
4. Berkesinambungan;
5. Dialektis;
Dengan sifat-sifat tersebut, perencanaan harus memiliki ciri-ciri berikut:
a. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi;
b. Dibuat oleh orang-orang yang memahami tujuan organisasi;
c. Menggunakan teknik-teknik perencanaan yang baik.

D. Cara-cara Membuat Perencanaan


Rudyard Kipling, sastrawan Inggris yang terkenal, mengatakan bahwa cara-
cara-cara yang terbaik dalam membuat perencanaan adalah mengawalinya dengan
pertanyaan berikut:
a. What, apa yang akan direncanakan?

38
b. When, kapan rencana tersebut dilaksanakan?
c. Where, dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan?
d. How, bagaimana cara melaksanakan rencana yang dimaksudkan?
e. Who, siapa yang akan melaksanakan rencana bersangkutan?
f. Why, untuk apa rencana tersebut dilaksanakan, mengapa dilaksanakan?

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat perencanaan adalah


sebagai berikut:
1. Menetapkan sasaran atau perangkat tujuan;
2. Menentukan keadaan, situasi dan kondisi sekarang;
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat;
4. Mengembangkan rencana dan menjabarkannya.

E. Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan adalah perencanaan yang berkaitan dengan
pendidikan yang diawali dengan memulai, merencanakan, menjalani, dan
mencapai tujuan pendidikan. Ada empat hal yang dibahas dalam perencanaan
pendidikan yaitu:
1. Tujuan apa yang direncanakan pada tujuan itu?
2. Status posisi sistem pendidikan yang ada bagaimanakah keadaan yang
ada sekarang?
3. Kemungkinan pemilihan alternatif kebijakan dan proritas untuk
mencapai tujuan?
4. Strategi, penentuan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan (Udin
Saefudin dan Abin Syamsudin, 2005: 9).

F. Prinsip-prinsip Perencanaan Pendidikan


Prinsip adalah pedoman dasar yang dijadikan untuk kepribadian atau
karakteristik akan sesuatu. Perencanaan dapat menghasilkan rencana yang efektif
dan efisien, prinsip-prinsip berikut harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Perencanaan hendaknya mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantap.
2. Perencanaan hendaknya berangkat dari tujuan umum.
3. Perencanaan hendaknya realistis.

39
4. Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi sosiobudaya
masyarakat, baik yang mendukung maupung menghambat pelaksanaan
rencana.
5. Perancanaan hendaknya fleksibel.

G. Pendekatan Perencanaan Pendidikan


Ada beberapa pendekatan dalam perencanaan pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
1. Social Demand Approach (Pendekatan Tuntutan Masyarakat);
2. Man Power Approach (Pendekatan Kebutuhan Tenaga Kerja);
3. Pendekatan SP4 (Perencanaan, Penyusunan Program dan Penganggaran);
4. Cost Benefit/Rate of Education Approach (Pendekatan ini bersifat
ekonomi);
5. Strategic Planning Approach (yang dilibatkan dari pihak-pihak yang
berkepentingan);
6. Comprehensif Planning Approach (Pendekatan untuk menganalisis
Perubahan secara keseluruhan).

H. Teori Perencanaan Pendidikan


Made Pidarta (2004: 22), menguraikan lima teori perencanaan pendidikan,
yaitu radical, advocacy, transactive, synoptic dan incremental.

I. Dimensi Perencanaan Pendidikan


Menurut Udin dan Abin, ada sembilan dimensi yang terkait dengan proses
perencanaan pendidikan, yakni:
1. Significance, yaitu brgantung pada kepentingan sosial;
2. Feasibillity, yaitu kelayakan teknis;
3. Relevance, yaitu konsep relenvansi;
4. Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi
5. Farsimoniousness, yaitu perencanaan harus digambarkan secara sederhana.
6. Adaptabillity, yaitu perencanaan pendidikan harus dinamis;
7. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan;

40
8. Monitiring, yaitu melibatkan penegakan kriteria pendidikan untuk menjamin
berbagai komponen rencana bekerja secara efektif;
9. Subjevt matter, yaitu pokok bahasab yang akan direncanakan yang terdiri
atas:
a. Sasaran dan tujuan;
b. Program dan layanan;
c. Sumber daya manusia;
d. Sumber daya fisik;
e. Penganggaran;
f. Struktur pemerintahan;
g. Konteks sosial.

J. Pengorganisasian dalam Perencanaan Pendidikan


Fungsi perorganisasian dalam perencanaan pendidikan adalah memilih
orang-orang dan mengalokasikan sarana serta prasarana yang menunjang
pelaksanaan tugas dalam organisasi. Ada empat syarat yang harus
dipertimbangkan dalam pengorganisasian yaitu: Legitimasi (legitimacy), Efisiensi
(efficiency), Keefektifan (efectiv veness), dan Keunggulan (excelence). Efisiensi
dalam pengorganisasian merupakan upaya sekolah dala penggunaan waktu, uang,
dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuannya.

Menurut Mintzberg (dalam Robbin 1990: 278), yang menyebutkan lima


elemen dasar organisasi yang mempunyai fungsi berbeda, yaitu:

1. Strategic apeks, yaitu kelompok orang yang berfungsi mengendalikan


keseluruhan organisasi.
2. Operating core, yaitu kelompok yang bertugas melaksanakan pekerjaan
sehari-hari yang berkaitan dengan penciptaan output organisasi.
3. Middle line, yaitu kelompok yang berfungsi untuk menghubugkan
operating core dan stategic peks.

41
BAB 9

MOTIVASI KERJA DALAM LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Motivasi
Motivasi dimulai dengan komitmen untuk niat ikhlas.Kepuasan kerja yang
tinggi berhubungan langsung dengan motivasi tinggi.Pekerja termotivasi bahwa
bekerja adalah ibadah dan Allah mengamati semua yang mereka lakukan sehingga
mereka berusaha mencapai keunggulan.Motiv diartikan dengan istilah
“dorongan”.Dorongan merupakan gerak jiwa dan raga untuk berbuat.Motiv
merupakan driving force (daya gerak atau daya dorong) yang menggerakan
manusia untuk bertindak dengan tujuan tertentu.

Ciri-ciri motiv adalah:


1. Bersifat majemuk, yaitu perbuatan tidak ada hanya satu tujuan tetapi
beberapa tujuan yang berlangsung bersama.
2. Dapat berubah-ubah, yaitu motiv mengalami perubahan karena keinginan
manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
3. Berbeda-beda bagi individu;
4. Tidak disadari oleh individu;

Motivasi adalah sekelompok pendorong yang mempunyai ciri-ciri berikut;


1. Berasal dari dalam ataupun dari luar individu;
2. Menimbulkan tindakan;
3. Menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan lamanya tindakan.

1. Need Of Achiepement (Motivasi Berprestasi)


Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan
lebih baik daripada sebelumnya dan selalu berkeinginan mencapai prestasi yang
lebih tinggi.

42
2. Need Apiliation (Motivasi Bersahabat)
Motivasi Apiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain
atas dasar sosial.

3. Motivasi Kompetensi
Adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan
keterampilan pemecaham masalah, dan berusaha keras untuk inovatif.

4. Need Of Power (Motivasi Berkuasa)


Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk
mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh trhadap orang lain.

B. Teori dan Model Motivasi


1. Teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan, yaitu:
1. Psikologis: antara lain: rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani.
2. Keamanan: antara lain: keselamatan, dan perlindungan terhadap
kerugian fisik, dan emosional.
3. Sosial: mencangkup kasih sayang rasa memiliki diterima baik dan
persahabatan.
4. Penghargaan: menecangkup faktor penghormatan seperti harga diri,
otonomi dan prestasi.
5. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seorang atau sesuatu sesuai
ambisinya.
b. Expectancy Theory (Teori Harapan)
Orang termotivasi untuk melakukan perilaku tertentu berdasarkan tiga
persepsi yaitu:
1. Expectancy: seberapa besar kemungkinan jika mereka melakukan
perilaku tertentu yang akan mendapatkan hasil.
2. Instrumentality: seberapa besar hubungan antara prestasi kerja
dengan hasil kerja yang lebih tiggi (yaitu penghasilan).

43
3. Valence: seberapa penting pekerja menilai penghasilan yang
diberikan perusahaan kepadanya.
2. Model-model motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Model Thomas mengemukakan bahwa motivasi Intrinsik dicapai ketika
orang mengalami perasaan-perasaan. Dia menetapkan komponen-
komponen ini sebagai berikut:
1. Pilihan, adalah peluang untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang
masuk akal
2. Kompetensi adalah pencapaian.
3. Penuh arti adalah peluang untuk mengejar sasaran
4. Kemajuan adalah perasaan bahwa karyawan telah membuat langkah
maju dan tujuan.
b. Model Edwards
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang dapat memengaruhi motivasi individu.
c. Organizational Justic (Keadilan Organisasi
Karyawan yang bekerja pada sebuah organisasi akan berharap bahwa
organisasi tersebut melakukan mereka dengan adil.
d. Model Equity
e. Job Caracteristic Model and Goal Setting (model karakteristik
pekerjaan dan penetapan target).
Ada 3 model motivasi yang sering diajukan yaitu:
1. Model Tradisional;
2. Model Human Relation;
3. Model Sunber Daya Manusia.

44
BAB 10

FUNGSI STAFFING DALAM


PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Staffing
Staffing atau assmbling resources, termasuk kegiatan organisasi yang sangat
penting karena berhubungan dengan penempatan orang dengan tugas dan
kewajiban tertentu yang harus dilaksanakan. Oleh sebab itu, hal-hal yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan jenis pekerjaan;
2. Penentuan orang yang dibutuhkan;
3. Penentuan tenaga ahli;
4. Penempatan personal sesuai dengan keahliannya;
5. Penentuan tugas, fungsi dan kedudukan pegawai;

Staffing berhubungan dengan manajemen dengan pendekatan struktural


karena merupakan majemen normatif yang berangkat dari pandangan bahwa
organisasi adalah struktur dan harus dilihat serta dikelola secara struktural.
1. Democratic Decentralized
Ciri-ciri dari diatas adalah:
a. Tidak memiliki pemimpin yang permanen
b. Koordinator dipilih untuk menangani suatu masalah
c. Koordinator dapat diganti apabila ada perubahan dalam pekerjaan
d. Keputusan yang dibuat harus berdasarkan konsesus kelompok
2. Controlled Decentralized
Ciri-ciri diatas adalah:
a. Memiliki satu pemimpin utama yang menangani dan mengoordinasi
tugas-tugas utama.
b. Komunikasi diperlukan dalam satu subgrup
3. Controlled Centralized
Ciri-ciri dari diatas adalah:

45
a. Hanya ada satu pemimpin utama
b. Semua tugas dikoordinasikan dan ditangani oleh pemimpin utama
c. Sifat komunikasi hanya bersifat pertikal.

B. Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai yang intinya untuk meneliti dan memperoleh pegawai
dilakukan dengan tahap berikut:
1. Tahap Analisis Beban Kerja
2. Tahap Analisis Tenaga Kerja

C. Perencanaan Sumber Daya Manusia


Perencanaan adalah proses untuk penentuan rencana atau program kegiatan.
1. Analisis Jabatan
2. Sumber-sumber dan Cara Mendapatkan Tenaga Kerja
3. Seleksi Pegawai
4. Pelatihan Pegawai

D. Komitmen Pegawai
Komitmen pegawai lembaga pendidikan sangat dibutuhkan guna
mempertahankan kualitas lembaga pendidikan dan ekstensinya.
1. Afektive Komitmen
Berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya.
2. Continuance Comitment
Berkaitan dengan kesadaran beranggota organisasi bahwa ia akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi.
3. Normative Comitment
Menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi

Pemberdayaan yang dapat dikembangkan untuk memperkuat komitmen


menurut Sharafat KhandanRokman (1997) adalah sebagai berikut:
1. Lama bekerja (time)
2. Kepercayaan (trust)

46
BAB 11

MANAJEMEN KONFLIK

A. Pengertian Konflik
Organisasi sebagai suatu sistem terdiri atas komponen-komponen
(subsistem) yang saling berkaitan atau bergantung (interdependence) satu sama
lain dan dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
“Kata Konflik” berasal dari kata latin “confligo”, yang terdiri atas dua kata
yakni, con yang berarti bersama-sama dan fligo yang berarti pemogokkan,
penghancuran, atau peremukan.
Munculnya konflik dilatar belakangi oleh adanya ketidak cocokan atau
perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan budaya.

B. Pandangan Tentang Konflik


Pada satu sisi, konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompk, dan
pada sisi lain kebanyakan kelompo dan organisasi berusaha untuk meminimalisasi
konflik.
Robbins (1996: 429) menguraikan beberapa pandangan mengenai konflik
yaitu:
1. Pandangan tradisional
2. Pandangan hubungan manusia
3. Pandangan interaksionis

C. Jenis-jenis Konflik
Konflik dapat dilihat dalam beberapa sudut yaitu:
1. Konflik dilihat dari fungsinya
2. Konflik dilihat dari pihak yang terlibat
3. Konflik dilihat dari posisi seseorang dari struktur organisasi

D. Sumber-sumber Konflik
Sumber terjadinya konflik yang terdiri atas tiga kategori yaitu:
1. Komunikasi

47
2. Struktur
3. Variabel pribadi

E. Sisi Positif dan Negatif Konflik


Konflik baik bagi organisasi jika:
a. Konflik merupakan untuk menimbulkan perubahan
b. Konflik mempermudah terjadinya keterpaduan
c. Konflik dapat memperbaiki efektifitas kelompok dan organisasi
d. Konlfik menimbulkan tingkat ketegangan yang sedikit lebih tinggi

F. Teknik Manajemen Konflik


Unsur yang pentng dalam manajemen konflik adalah persuarsi pendekatan
persuatif mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Masalah-maslah yang dipertanyakan
b. Ukuran taruhan
c. Saling ketergantungan pihak-pihak yang terlibat
d. Kontinuitas interaksi
e. Struktur pihak-pihak yang terlibat
f. Keterlibatan pihak-pihak ketiga
g. Kemajuan konflik

G. Masalah dan Pengambilan Keputusan


Konflik adalah slah satu masalah yang harus diselesaikan.Oleh karena tu,
masalah adalah kenyataan yang dihadapi manusia karena bertentangan dengan
harapan. Pada umumnya, setiap masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kesukaran yang sedang dihadapi
2. Kesukaran yang akan terjadi
3. Situasi kompleks yang membutuhkan tindakan penyelesaian
Ada tiga segi untuk mengukur kelayakan masalah, yaitu:

1. Diukur dari kapasitas


2. Diukur dari segi kompentensi dan profesionalitas orang yang akan
memecahkan masalah
3. Diukur dari segi kepentingan dan kegunaannya

48
Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan dalam melaksanakan keputusan
itu adalah:
a. Memberi kekuatan legal pada keputusan tersebut
b. Mengusahakan agar keputusan tersebut dapat diterima oleh orang
c. Melakukan persuarsi menyalurkan hasil keputusan

Kohler mengemukakan adanya tiga model pengambilan putusan adalah


sebagai berikut:

1. Model perilaku
2. Model informasi
3. Model normatif
4. Participative Decision Makking

Partisipasi dalam proses keputusan yaitu:


a. Relevansi c. Yurisdiksi
b. Keahlian d. Kesediaan

Ada tiga jenis partisipasi yang dapat digunakan dalam pengambilan


keputusan:

a. Centralisasi demokratis
b. Parlementer
c. Penentuan oleh peserta

Teknik pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


a. Overational research / Reset Operasi
b. Penggunaan metode saintifik dalam analisis dan pemecahan masalah
c. Reset dengan rumus matematis
d. Teori penentuan strategi

Proses pengambilan keputusan menurut G.R.Terry adalah:


a. Merumuskan problem yang dihadapi
b. Menganalisis problem tersebut
c. Menetapkan sejumlah alternatif
d. Mengevaluasi alternative
e. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan

49

Anda mungkin juga menyukai