Psikososial Kel 14
Psikososial Kel 14
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya juga
lah, kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
"Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Berbagai Masalah Kesehatan Pasien".
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Psikososial dan Budaya .
Karena itu, kami mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun bagi
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi dan kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya. Amin Ya
robbal alamin.
Kelompok 14
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I .............................................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan ..........................................................................................................................3
BAB II ............................................................................................................................
2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan...................................................4
2.2 Aplikasi Transkultural Pada Masalah Kesehatan............................................13
2.3 Aplikasi Transkultural Pada Gangguan Mental..............................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-perubahan yang
ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan
di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan
teori-teori yang dipelajari. Dalam ilmu keperawatan banyak sekali teori-teori yang
mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya teoru yang mendasari bagaimana
sikap perawat dalam menerakan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“Transcultural Nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang
profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep
perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis
sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang
universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik
yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi
sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena kultur
adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan
2
tindakan. Cultur Care adalah teori yang holistik karena meletakkan di dalamnya
ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial
struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
profesional.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa perspektif kultural pada keperawatan?
2. Bagaimana aplikasi transkultural pada masalah kesehatan?
3. Bagaimana aplikasi transkultural pada gangguan mental?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui perspektif kultural pada keperawatan
2. Untuk mengetahui aplikasi transkultural pada masalah kesehatan
3. Untuk mengetahui aplikasi transkultural pada gangguan mental
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
perawat memerlukan dukungan dalam menyesuaikan keadaan klien. Klien juga
membutuhkan informasi, perundingan, dan permintaan.
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan. Konflik budaya
yang muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut
lebih baik dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan
untuk mengabaikan budaya dan menggunakkan nili-nili dan gaya hidup mereka
sebagai petunjuk dalam berhubungan dengan klien dan menafsirkan tingkah laku
mereka.
Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang
berbeda antar klien baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan
5
keeperawatan secara efektif. Kozier (2004) menjelaskan beberapa konsep yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan transkultural ini.
a) Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas
yang berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.
b) Enkultural
c) Keanekaragaman
d) Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota
dari sebuah kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar
kebudayaan baru untuk bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan
pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya (Spector, 2000).
e) Asimilasi
6
Ada beberapa faktor kebudayaan yang menjadi pertimbangan toleransi, diantaranya:
1. Ras
2. Prasangka
3. Stereotipe
4. Diskriminasi
7
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok
berdasarkan kategori, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika
seseorang bertindak merugikan atau menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.
5. Culture Shock
A. Budaya
B. Etnisitas
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur
sosial umum dan warisan budaya (Potter & Perry, 2009). Karakteristik dari suatu
etnik mencakup bahasa dan dialek, status perpindahan, suku bangsa, dan kepercayaan
8
serta praktek religius. Sehingga, etnisitas sangat kompleks, sukar dipahami dan
didefinisikan dengan kurang jelas.
C. Religi
Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau di luar
kekuatan manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur
alam semesta ((Abramsom, 1980) dalam Fundamental Keperawatan). Nilai religi
berfungsi untuk mengklarifikasi etnisitas lebih jauh. Klien berasal dari budaya yang
berbeda. Di dalamnya mencakup latar belakang etnis, keagamaan, dan budaya.
Konsistensi warisan budaya ini membantu cara pemahaman terhadap klien bagaimana
mereka menginterpretasikan kesehatan atau penyakit dengan cara modern atau
tradisional. Selain heritage consistensy, ada 6 fenomena kultural yang diidentifikasi
oleh Giger & Davidhizar (1995). Keenam fenomena ini terdiri dari:
1. Kontrol Lingkungan
2. Variasi Biologis
Seseorang dari satu kelompok kultural pasti mempunyai variasi biologis berbeda
dengan kelompok kultural lainnya. Beberapa contoh signifikan yang dapat dijadikan
pertimbangan, yaitu:
- Warna kulit
9
- Variasi enzimatik dan genetik
- Variasi nutrisi
3. Organisasi Sosial
4. Komunikasi
Perbedaan bahasa antara perawat dengan klien menjadi hal terpenting dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perbedaan ini akan berpengaruh pada setiap aspek
dan tahapan asuhan keperawatan. Ketidakberhasilan berkomunikasi secara efektif
akan membuat penundaan dalam diagnosis dan tindakan terhadap klien. Bahkan bisa
lebih dari itu. Perawat tidak seharusnya menganggap klien dapat memahami apa yang
sudah diucapkannya. Istilah-istilah medis harus dijelaskan dengan jelas dan terang
terutama klien yang mempunyai keterbatasan ketrampilan dalam bahasa perawat.
5. Ruang
Ruang personal di sini mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada
ruang di sekitar mereka. Teritorialitas merupakan suatu sikap yang ditujukan pada
area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau reaksi emosional ketika orang-
orang lain memasuki area tersebut. Keduanya ini dipengaruhi oleh budaya. Perawat
harus berusaha menghargai teritorial klien. Ruang personal ini banyak berhubungan
dengan aktivitas keperawatan dan perawat harus sensitif terhadap respons klien
berkenaan dengan ruang personal ini. Misalnya, saat memberikan asuhan
keperawatan yang mengharuskan perawat menyentuh tubuh klien.
10
6. Orientasi Waktu
Orientasi waktu berbeda antara kelompok satu dengan yang lain. Perawat yang
mempunyai sikap yang berhubungan dengan waktu mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan asuhan keperawatan terhadap klien yang
mempunyai orientasi waktu yang berbeda. Perbadaan orientasi waktu dapat menjadi
hal penting dalam perawatan kesehatan, seperti perencanaan jangka panjang dan
penjelasan tentang jadwal medikasi. Misalnya, penjelasan pentingnya keteraturan
minum obat pada penderita tekanan darah tinggi.
Karena terdapat rentang yang luas tentang keyakinan dan praktik kesehatan
yang berlatar belakang etnik, budaya, sosial dan agama dari individu, keluarga atau
komunitas. Klien dapat mengantisipasi saat mengalami suatu penyakit dengan
pendekatan modern ataupun pendekatan tradisional, dapat juga menggunakan kedua
pendekatan tersebut.
11
Hubungan dan komunikasi transkultular terjadi ketika setiap individu
berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain melalui budayanya. Setelah
mencapai kultular, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor budaya klien
sepanjang proses keperawatan.
- Budaya, menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat
istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
- Etnisitas, rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok sosial dan warisan
budaya.
- Religi, keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau diluar kekuatan
manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam
semesta (Abramsom, 1980).
Keyakinan kesehatan tradisional tentang penyebab dari suatu penyakit dapat sangat
berbeda dengan model epidemiologi orang barat sehingga penting untuk memahami
epidemiologi tradisional, atau penyebab penyakit di dalam sistem keyakinan. Dalam
model epidemiologi orang barat, penyebab suatu penyakit mungkin stress dan
maladaptasi, virus, bakteri atau karsinogen. Pada model epidemiologi tradisional,
terdapat perbedaan yang sangat menonjol tentang agens penyebab, termasuk
kekosongan jiwa, mantra, mata setan dan guna-guna yang dapat disebabkan oleh
orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membuat orang lain sakit. Orang yang
percaya dengan kekuatan ini harus dihindari, termasuk iri, benci atau cemburu.
Praktik Tradisional
12
Pengobatan rakyat terus ada, sejalan dengan tekanan yang harus meningkat dari
pengobatan modern yang telah diturunkan dari sekolah kedokteran dan generasi
sebelumnya. Praktik rakyat dahulu hanya memiliki bagian yang telah diabaikan oleh
sistem keyakinan perawatan kesehatan modern. Berikut ini adalah keragaman dari
pengobatan rakyat tradisional (Yoder, 1972).
Pengobatan rakyat alamiah adalah salah satu penggunaan lingkungan alamiah dan
menggunakan herbal, tumbuhan, mineral dan substansi hewan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit. Umumnya pengobatan ini ditemukan pada ramuan tradisional
tradisional dan obat-obatan rumah tangga. Aspek umum dari penggunaan herbal
adalah pengetahan bahwa segala yang terdapat di alam merupakan sumber terapi.
Secara umum, tradisi pengobatan rakyat yang menggambarkan tahun dimana herbal
itu dipetik; cara herbal itu dikeringkan; dan metode; jumlah; dan frekuensi
penggunaan.
Salah satu contoh dari pengobatan ini adalah bentuk penyembuhan keagamaan tidak
resmi. Dalam praktik ini lues, jimat, air suci dan manipulasi fisik digunakan dalam
upaya penyembuhan penyakit.
13
b. Penggunaan Makanan
Banyak orang percaya bahwa sistem tubuh terjaga keseimbangannya dengan
memakan tipe makanan tertentu, sehingga terdapat banyak makanan dan
kombinasi makanan yang dianggap tabu. Seperti contoh, dipercaya bahwa
beberapa bahan makanan dapat dimakan untuk mencegah penyakit. Orang
dari banyak latar belakang etnik memakan bawang putih atau memakainya
ditubuh mereka atau menggantungkannya di rumah untuk tujuan ini.
c. Praktik Religius
Pendekatan tradisional lain terhadap pencegahan penyakit berpusat pada
sekitar agama termasuk praktik nseperti membakar lilin, ritual penebusan dan
sembahyang. Banyak orang percaya bahwa penyakit dapat dicegah dengan
mengikuti secara ketat aturan, moral dan praktik serta memandang penyakit
sebagai hukuman terhadap pelecehan religius.
d. Ramuan Tradisional
Ketika seseorang menggunakan obat-obatan yang berasal dari warisan budaya
etnokultular mereka,maka penggunaan obat-obatan ini disebut pengobatan
alternatif. Sifat farmasitis dari vegetasi tumbuhan, akar0akaran, batang,
bunga, biji dan herbal telah banyak diteliti, dicoba, dibuatkan katalog dan
digunakan di banyak Negara.
e. Penyembuh (Dukun)
Dalam komunitas tertentu, orang tertentu dikenal mempunyai kekuatan untuk
menyembuhkan. Dukun dianggap mendapat anugerah dari Tuhan. Banyak
contoh seseorang dengan warisan budaya konsisten terlebih dahulu
berkinsultasi dengan dukun sebelum ia berhubungan dengan pemberi
perawatan kesehatan modern. Terdapat banyak perbedaan antara dokter Barat
dengan dukun tradisional (Kaptchuk & Croucher, 1987) Hubungan antara
seseorang dengan dukun sering lebih dekat dibandingkan dengan tenaga
perawatan kesehatan professional. Orang menganggap dukun sebagai
14
seseorang yang mampu memahami masalah dalam konteks kultural, berbicara
dengan bahasa yang sama, dan memiliki pandangan yang sama tentang dunia.
1. Pengkajian Komunitas
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
Perawat mengetahui perawatan seperti apa yang dianggap klien sesuai dengan
mereka dan melibatkan keluarga tentang harapan mereka.
5. Evaluasi
15
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari. (Andres Otero-Forero, Queensland
Transcultural Mental Health Centre).
• Stres • Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis pengobatannya.
Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi.
Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk segala bentuk depresi
adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi orang menggunakan
untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang melibatkan tindakan,
sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
16
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
3. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa:
tuma) tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
17
mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai
penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
1. Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
18
3. Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan
dipijat atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun,
harus diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri
atau hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut
dukun pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri
misalnya kaki terkilir.
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkah laku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-
barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
19
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
20
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
a. Definisi Makanan
Makanan adalah zat yang kita makan sehari-hari, yang mengandung nilai gizi
dan juga kandungan lain di dalam makanan yang tidak mengandung gizi sama
sekali. Jadi makanan sangat diperlukan oleh tubuh kita untuk mengganti sel-sel yang
rusak, sebagai zat pembangun, dan sebagai sumber energi.
21
b. Kualitas Makanan
1) Makanan Direbus dan Dikukus
Merebus sayuran dapat menghilangkan vitamin C dan beberapa vitamin B
yang memang bersifat larut air. Merebus dalam waktu lama juga dapat memengaruhi
indeks glikemik makanan.
Indeks glikemik adalah besaran angka yang digunakan untuk mengukur
kecepatan makanan diserap tubuh menjadi gula darah. Semakin tinggi indeks
glikemik, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah.
2) Makanan Digoreng
Menggoreng akan menambah kalori pada makanan. Meski begitu, menggunakan
minyak dalam jumlah moderat bisa menjadi cara menyehatkan. Selain cepat
matang juga meminimalkan kerusakan akibat panas.
3)Makanan Dipanggang atau Dibakar
Metode ini merupakan alternatif yang lebih sehat ketimbang
menggoreng. Menggunakan alas memasak dengan rak secara khusus akan
efektif terutama untuk daging olahan. Metode ini merupakan pilihan paling
menyehatkan, tetapi perlu ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama
hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus
kanker.
4) Dimasak Menggunakan Microwave
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa memasak menggunakan
microwave merupakan cara paling efektif untuk mempertahankan vitamin larut air
seperti vitamin C karena paparan panas berkurang dan sedikit air digunakan.
Tetapi, hal ini dapat merusak antioksidan larut lemak.
5) Makanan Dipanaskan Kembali
Pada saat dipanaskan kembali akan lebih banyak zat gizi yang rusak. Bila
makanan perlu disimpan, menekankan harus didinginkan dulu dan segera
disimpan di lemari es atau freezer.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Keperawatan transkultural merupakan suatu tindakan pelayanan kesehatan
yang berfokus kepada analisis dan perbandingan tentang perbedaan budaya.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Clinical Practice Guidelines Management of Type 2 Diabetes Melitus 4th ed. (2009).
Ministry of Health Malaysia. MOH/P/PAK/184.09(GU)
Dorland’s medical dictionary. 29th ed. Jakarta: EGC; 2006. Diabetes mellitus; 602-3
http://fk.uho.ac.id/dokumenhpeq/modul_Berat _Badan_Menurun.pdf
24
R., Nicki, R., Brian, dan H., Stuart. (2010). Davidson’s Principle and Practice of
Medicine (21st ed.) Churchill Livingstone.
BERBAGI
Label
25