Anda di halaman 1dari 7

Review jurnal

Judul : Hubungan antara status gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), status anemia
dengan prestasi belajar anak sekolah dasar di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara

Jurnal : Gizi Klinik Indonesia

Volume dan halaman : 4(3) : 125 – 132

Tahun : 2008

Penulis : Gema T.D. Sihite, Toto Sudargo, M.G. Adiyanti

PENDAHULUAN

Di Indonesia gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dewasa ini menjadi masalah
nasional, karena dikhawatirkan terjadi akibat negatif pada susunan saraf pusat yang berpengaruh
terhadap perkembangan sosial masyarakat, mental, dan kecerdasan yang berdampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia.

GAKY pada tingkat ringan mempunyai dampak buruk seperti terjadinya kelainan perkembangan
sel-sel saraf yang mempengaruhi kemampuan belajar anak seperti yang ditunjukkan dengan
rendahnya intelligence quotient (IQ) pada anak penderita GAKY. Perkembangan otak terjadi
dengan pesat pada janin dan anak sampai usia dua tahun, karena itu ibu hamil yang menderita
GAKY meskipun masih pada tahap ringan dapat mengakibatkan dampak buruk pada
perkembangan saraf motorik dan kognitif janin yang berhubungan dengan perkembangan
kecerdasan anak. Peningkatan yodium melalui pemberian suplemen pada anak sekolah dapat
meningkatkan kemampuan logika perseptual dan inteligensia, sedangkan pada kelompok anak
sekolah yang tidak mengalami peningkatan yodium tidak didapatkan peningkatan logika
perseptual inteligensi yang cukup berarti. Hal tersebut menunjukkan bahwa yodium sangat
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada anak sekolah

Berdasarkan endemisitasnya, diketahui 2 kecamatan dari 14 kecamatan di Kabupaten Dairi yang


termasuk ke dalam kategori endemis berat, yaitu: Kecamatan Parbuluan dengan prevalensi total
goiter rate (TGR) sebesar 36,2% dan Kecamatan Siempat Nempu dengan prevalensi TGR
sebesar 33,9%.

Dampak buruk GAKY pada tingkat ringan ternyata sangat mengejutkan. Pada tingkat ringan
telah terjadi kelainan perkembangan sel-sel saraf yang mempengaruhi kemampuan belajar anak
seperti yang ditunjukkan dengan rendahnya intelligence quotient (IQ) pada anak penderita
GAKY. Perkembangan otak terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia dua tahun,
karena itu ibu hamil yang menderita GAKY meskipun masih pada tahap ringan

TUJUAN :

Untuk mengetahui hubungan antara status yodium dengan prestasi belajar anak SD, apakah ada
hubungan antara status anemia dengan prestasi belajar anak SD dan apakah ada hubungan antara
status anemia dengan satus GAKY pada anak SD di Kabupaten Dairi.

METODE

Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di
Kabupaten Dairi Provinsi Sumatra Utara. Waktu pengumpulan data dimulai bulan September
sampai November 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah anak SD kelas 4- 6 sebanyak 240
orang di Kabupaten Dairi dengan kriteria inklusi. Anak tersebut sudah tinggal di daerah
penelitian minimal 6 bulan dan bersedia untuk menjadi sampel selama penelitian kecamatan
digunakan prevalensi TGR sesuai kriteria berlangsung dengan menandatangani surat persetujuan
tertulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Prevalensi TGR

Kabupaten Dairi termasuk ke dalam kategori endemis ringan dengan prevalensi TGR sebesar
19,33%. Data ini menunjukkan telah terjadi penurunan prevalensi TGR disbanding tahun 1998
sebesar 33,9%. Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan, terjadi perubahan endemisitas
kecamatan, Kecamatan Silimapungga-pungga berubah dari endemis Ringan menjadi endemis
sedang, Kecamatan Sidikalang berubah dari endemis sedang menjadi endemis ringan, dan
Kecamatan Silahi Sabungan berubah dari endemis ringan menjadi nonendemis, sedangkan pada
satu kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Parbuluan tetap dengan endemis berat.

Kriteria sampel penelitian

Distribusi sampel berdasarkan kelas, umur, dan jenis kelamin. Dari sejumlah 247 sampel
berdasarkan kelasnya, anak SD kelas IV sebesar 33,2%, kelas V sebesar 32,8%, dan kelas VI
sebesar 34,0 %, berdasarkan umurnya, anak SD dengan umur <10 tahun sebesar 19,4%, 10-11
tahun sebesar 55,8% dan> 11 tahun sebesar 24,8%. Berdasarkan jenis kelaminnya, 49,39% laki-
laki dan 51,61% perempuan.

Konsumsi garam beryodium

Hasil tes tersebut membuktikan 100% garam yang beredar di Kabupaten Dairi sudah
mengandung yodium. Hasil ini diperkuat dengan survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatra Utara tahun 2006.

Status GAKY

Hasil palpasi terhadap kelenjar gondok yang menunjukkan bahwa sebanyak 61 (24,7%) siswa
mengalami GAKY (grade 1) dan 11 (4,5%) pada grade 2, dengan prevalensi sebesar 29,2%,
sedangkan berdasarkan hasil skrining terhadap empat kecamatan berdasarkan endemisitas
didapat prevalensi TGR sebesar 20,59%.

Kadar Hb

Analisis data hasil pemeriksaan Hb diperoleh nilai rata-rata kadar Hb sebesar 10,93 g/dl dengan
kadar minimum 7,0 g/dL dan kadar maksimum 17,6 g/dL, kemudian data tersebut
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tidak anemia dan anemia. Terdapat sebesar 162
(65,6%) siswa mengalami anemia dan 85 (34,4%) tidak anemia.

Hubungan status GAKY dengan prestasi belajar

Sebagian besar anak yang mengalami GAKY memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata. Hal
sebaliknya terjadi pada kelompok anak yang tidak mengalami GAKY yang sebagian besar
mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata. Hasil uji statistika membuktikan adanya hubungan
yang signifikan antara status GAKY dengan prestasi belajar anak SD (p<0,05).

Hubungan status anemia dengan prestasi belajar


Sebagian besar anak SD didapat dalam keadaan anemia dan dari sebagian besar anak SD yang
anemia tersebut memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata. Sebaliknya pada kelompok anak
yang tidak anemia sebagian besar mempunyai prestasi belajar di atas rata-rata. Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status anemia dengan prestasi belajar anak
SD (p<0,05) dengan OR 2,365.

Hubungan antara status anemia dengan status GAKY

Distribusi anak SD yang menderita GAKY (grade 1 dan grade 2) lebih tinggi pada kelompok
yang anemia dibanding yang tidak anemia. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara status anemia dengan status GAKY anak SD di Kabupaten
Dairi (p>0,05).

PEMBAHASAN

Hubungan status GAKY dengan prestasi belajar

Pada penelitian ini terdapat hubungan antara status GAKY dengan prestasi belajar anak SD
(p<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan studi terbaru pada sejumlah negara berkembang
bahwa anak yang mengalami GAKY akan mengakibatkan gejala klinis yang luas seperti; goiter,
hipothyroidisme, serta sejumlah gangguan neurologis lain. Gangguan-gangguan neurologis
tersebut antara lain: bisu, tuli, juling, gangguan neuromotorik berat, dan yang paling
menghawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat, sehingga anak akan mempunyai
kemampuan belajar yang rendah dan prestasi belajar menurun. Suplementasi yang dilakukan
dapat meningkatkan yodium pada anak sekolah, sehingga meningkatkan kemampuan logika
perseptual dan peningkatan inteligensia, sedangkan pada kelompok anak sekolah yang tidak
mengalami peningkatan yodium tidak didapatkan peningkatan logika perseptual dan
peningkatan inteligensi yang cukup berarti. Hal tersebut menunjukkan bahwa yodium sangat
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada anak sekolah.

Jumlah hormon tiroid yang rendah dalam darah merupakan faktor utama yang akan
mengakibatkan kerusakan pada perkembangan otak. Dalam bentuk yang paling ekstrim, GAKY
akan mengakibatkan keterbelakangan mental, kerusakan otak pada tingkat yang ringan, dan
berkurangnya kapasitas kognitif. Penurunan kemampuan mental/sosial anak-anak dan orang
dewasa penampilan yang lamban, tidak bersemangat, dan kualitas yang tinggal pada daerah
endemis akan menyebabkan hidup jadi rendah.

Hubungan status anemia dengan prestasi belajar

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status anemia
dengan prestasi belajar anak SD di Kabupaten Dairi dengan nilai p-0,001. Nilai OR sebesar
2,365 berarti anak SD yang yang tidak anemia memiliki peluang sebesar 2,365 kali untuk
memperoleh hasil prestasi belajar yang baik dibanding dengan anak SD yang anemia. Hal ini
berarti bahwa anak dengan status zat besi normal dan tidak anemia mempunyai peluang 2,3 kali
lebih besar untuk memperoleh nilai yang lebih baik dibanding dengan anak sekolah yang
mempunyai status zat besi kurang dan anemia. Anemia gizi besi umumnya diakibatkan oleh
kurangnya asupan Fe. Anemia mempengaruhi proses pertumbuhan, perkembangan, dan
kematangan sel otak, serta menghambat produksi dan pemecahan zat senyawa transmitter.
Senyawa transmitter diperlukan untuk menghantarkan rangsangan pesan dari satu sel neuron ke
neuron lainnya, sehingga gangguan pada senyawa ini akan mempengaruhi kinerja otak.

Hubungan status anemia dengan status GAKY


Hasil uji statistik menuniukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status anemia
dengan status GAKY pada anak SD di Kabupten Dairi, terlihat dengan nilai p>0.05. Hasil
analisis ini menggambarkan bahwa status GAKY bukan satu-satunya faktor yang dapat
mengakibatkan terjadinya anemia pada anak. Sebanyak 116 (47%) siswa yang anemia termasuk
dalam kelompok anak yang tidak mengalami GAKY dan sebaliknya hanya 46 (18,7%) siswa
yang anemia termasuk dalam kelompok anak yang mengalami GAKY. Sebaliknya, hasil
penelitian yang dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa defisiensi zat besi akan menurunkan
aktifitas enzim tiroid peroksidase. Enzim ini mengandung heme dan berfungsi sebagai
katalisator dalam sintesis hormon tiroid.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pada penelitian ini terbukti adanya hubungan yang signifikan antara status GAKY dan status
anemia namun tidak ditemukan adanya hubungan antara status anemia dengan status GAKY
pada anak SD di Kabupaten Dairi. tingkat endemisitas GAKY berat dan ringan di Kabupaten
dengan prestasi belajar anak SD di Kabupaten Dairi.

SARAN

Perlu dilakukan pemberian kapsul yodium terhadap anak SD pada kecamatan tersebut dan
pengawasan terhadap distribusi garam beryodium oleh Pemerintah Kabupaten Dairi secara lintas
sektoral dan berkala.

Meningkatkan edukasi dasar kepada orang tua tentang yodium dan menyiapkan menu makan
sehat untuk keluarga dengan melakukan sosialisasi mengenai yodium dan menu makan sehat.

Daftar Pustaka

Gema, T. D., Sihite, Sudargo, T., Adiyanti, M. G. (2008). Hubungan antara status gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY), status anemia dengan prestasi belajar anak sekolah
dasar di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 4(3) :
125 – 132.
Review jurnal

Judul : Egg supplementation to improve cognitive ability in elementary school children with
iodine deficiency.

Jurnal : International Journal of Community Medicine and Public Health

Volume dan halaman : 3(7) : 1949-1956.

Tahun : 2016

Penulis : Toto Sudargo, Hamam Hadi, Wiryatun Lestariana, Amitya Kumara.

PENDAHULUAN

Program penanggulangan kekurangan yodium telah dimulai sejak tahun 1970, namun prevalensi
penderita kekurangan yodium masih relatif tinggi, terutama di Jawa Tengah, seperti Kabupaten
Wonosobo (42,3%) dan Kabupaten Wonogiri (24,1%), sedangkan Total goitre rate (TGR) di
Indonesia adalah 11,1%. 1

Secara teoritis dijelaskan bahwa asupan yodium yang tidak memadai merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya gangguan defisiensi yodium. Selain yodium, zat besi dan protein
dibutuhkan dalam sintesis hormon tiroid. Selama proses sintesis hormon tiroid, enzim
tiroperoksida dibutuhkan sebagai biokatalisator yang sangat tergantung pada ketersediaan zat
besi. Hormon tiroid mempengaruhi banyak mekanisme enzim pada perkembangan fungsi otak
seperti mengontrol transkripsi asam ribonukleat (RNA). Kekurangan yodium akan menurunkan
transkripsi RNA, kemudian mempengaruhi transmisi antar neuron dan mempengaruhi
perkembangan fungsi otak.

Bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan umum di masyarakat adalah telur. Selain
bisa didapat, telur juga lebih terjangkau dibandingkan sumber protein hewani lainnya.
Komposisi nutrisi dalam telur mengandung 13% protein, 12% lemak, vitamin dan mineral. Nilai
gizi tertinggi terdapat pada kuning telur. Asam amino esensial dalam kuning telur dibutuhkan
dalam tubuh manusia.

TUJUAN :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi telur dengan yodium dan zat
besi terhadap kemampuan kognitif (skor IQ) anak sekolah dasar defisiensi yodium.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Endemik Defisiensi Yodium Kismantoro, Kabupaten


Wonogiri, Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan
uji coba terkontrol tersamar ganda. Subjek yang termasuk dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria inklusi yaitu usia 8-13 tahun, tidak menderita penyakit kronis, menderita defisiensi
yodium dengan pembesaran kelenjar tiroid derajat 1, yang ditandai dengan budaya fair
intelligence tes (CFIT) menggunakan tanda batas dengan poin IQ 70-109. Subjek dikecualikan
jika menderita gondok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari 675 anak ES yang diperiksa kelenjar tiroidnya dengan metode palpasi ditemukan 175
(25,92%) memenuhi syarat dan sejumlah 109 anak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam
penelitian ini. Dua anak menderita penyakit kronis, nilai CFIT pada 12 anak lebih dari 109 poin
IQ dan nilai CFIT pada 52 anak kurang dari 70 poin IQ.

Berdasarkan hasil recall 24 jam, rata-rata konsumsi energi subjek adalah 1634,9 Kkal / hari,
rata-rata asupan protein 44,5 gram / hari. Konsumsi yodium adalah 110,9 mcg / hari dengan rata-
rata konsumsi zat besi, zic dan vitamin C masing-masing adalah 5 mg, 4,5 mg dan 73,9 mg /
hari. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara keduanya
kelompok perlakuan untuk konsumsi energi, protein, yodium, zat besi dan vitamin C. Namun
perbedaan terlihat pada konsumsi seng antar kelompok perlakuan. Ada perbedaan konsumsi
seng pada kelompok yang diberi telur + zat besi dan kelompok yang diberi yodium dan telur

PEMBAHASAN

Gangguan defisiensi yodium merupakan masalah kesehatan di negara maju seperti Indonesia
yang dapat mempengaruhi dalam penurunan kemampuan kognitif manusia. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa suplementasi telur yang dikombinasikan dengan yodium dan zat besi
memiliki pengaruh yang sama terhadap peningkatan kemampuan kognitif pada siswa SD yang
mengalami defisit yodium. Namun, meskipun memiliki efek yang sama dalam meningkatkan
kognitif, pemberian suplemen telur saja memiliki pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan
kognitif pada siswa SD yang mengalami defisit yodium. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
telur saja dapat menjadi program alternatif lain untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa
SD yang kekurangan yodium.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Van Den Briel yang menemukan bahwa
suplementasi yodium atau zat besi dapat meningkatkan kemampuan kognitif kelompok
perlakuan. Namun dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kelompok yang diberi
suplementasi telur dengan zat besi tidak seefektif kelompok yang diberi suplementasi lengkap
(telur + yodium + zat besi) walaupun peningkatan kemampuan kognitif kedua kelompok tidak
berbeda.

Peningkatan kemampuan kognitif tertinggi terjadi pada kelompok yang diberi suplementasi telur
dengan zat besi dan yodium dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya meskipun tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa telur merupakan makanan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak
defisit zat besi.

Telur mengandung 21% asam amino rantai cabang yaitu leusin, isoleusin, dan valin. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa asam amino rantai cabang dapat memperbaiki gangguan kognitif
yang disebabkan oleh trauma. Telur mengandung asam amino, salah satunya triptofan. Triptofan
adalah prekursor serotonin. Asupan makanan berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan serapan
triptofan otak. Serotonin merupakan neurotransmitter monoamina yang terletak di sistem saraf
pusat dan disintesis dalam neuron serotonergik di sistem saraf pusat. Serotonin memiliki
beberapa fungsi, antara lain pengaturan mood, kontraksi otot, dan beberapa fungsi kognitif
seperti memori dan pembelajaran.

Suplementasi kombinasi telur, yodium, dan zat besi memiliki kemampuan kognitif paling tinggi
dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi telur,
yodium, dan zat besi merupakan salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan kognitif pada mereka yang menderita sindrom kekurangan zat besi karena interaksi
timbal balik antara protein, zat besi, dan yodium. Protein juga berperan sebagai "ligan"
(pengikat) dan "clathrin" yang digunakan dalam penyerapan zat besi, transferin, feriitin,
hemoglobin, dan mioglobin.

Hasil penelitian kelompok menunjukkan bahwa suplementasi telur dengan atau tanpa kombinasi
yodium dan zat besi dapat memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam meningkatkan
kemampuan kognitif. Namun, kemampuan kognitif pada siswa sekolah dasar defisit yodium
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar program peningkatan kemampuan kognitif
pada siswa SD yang mengalami defisit yodium baik dengan suplementasi telur maupun
suplementasi lengkap (kombinasi yodium, zat besi, dan telur) disesuaikan dengan ketersediaan
sediaan di daerah tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kesimpulan dari kelompok studi menunjukkan bahwa suplementasi telur dengan atau tanpa
kombinasi yodium dan zat besi dapat memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif. Namun, kemampuan kognitif pada siswa sekolah dasar
defisit yodium tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan

SARAN

Meningkatkan edukasi dasar kepada orang tua dalam menyiapkan menu makan sehat untuk
keluarga, memberikan penghargaan untuk menjaga perilaku makan anak yang baik, memberikan
apresiasi terhadap kemampuan anak yang memiliki perilaku makan sehat.

Daftar Pustaka

Sudargo, T., Hadi, H., Lestariana, W., Kumara, A., (2016). Egg supplementation to improve
cognitive ability in elementary school children with iodine deficiency. International
Journal of Community Medicine and Public Health, 3(7) : 1949-1956.
http://dx.doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20162071

Anda mungkin juga menyukai