Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

UJI BEDA PROPORSI

OLEH

KELOMPOK 5

1. ARYANI C LALAY
2. YARNI NABUASA
3. JENI LIMAHELU
4. NINGSI NENDIR
5. GUSTI NABU
6. CORI MOWATA
7. HILDEGARDIS RUNESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, tak lupa sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada junjungan kami
Nabi Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
kami beri judul “MAKALAH RISET KEPERAWATAN BESAR SAMPEL
UNTUK UJI HIPOTESIS DUA PROPORSI POPULASI”.

Dalam pembuatan makalah ini kami tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan


serta kekurangan dalam mencari bahan untuk melengkapi pembahasan ini.
Dengan sekuat tenaga dan kerja keras akhirnya laporan ini bisa terselesaikan.
Namun semua itu didukung secara moril dan materil oleh pihak-pihak yang
membantu kami, oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

 Tim selaku dosen mata kuliah Riset Keperawatan yang telah membimbingan
kami untuk menyelesaikan tugas ini.
 Rekan-rekan seperjuangan kami yang telah memberikan support dan do’a
semoga Alloh membalas dengan yang lebih baik.

Makalah yang kami sajikan bukanlah makalah yang penuh dengan


kesempurnaan, Sekiranya terdapat kekurangan, diharapkan para pembaca untuk
memberikan saran yang bersifat membangun untuk kelangsungan penyempurnaan
makalah selanjutnya. Penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan di kemudikan hari. Akhir kata saya mengucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kupang, 06 JANUARI 2021

penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1


B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................2
D. Metodologi penulisan.............................................................................2
E. Manfaat...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Populasi................................................................................3
B. Pembagian Populasi...............................................................................3
C. Kriteria Populasi.....................................................................................5
D. Pengertian Sampel..................................................................................6
E. Kriteria Sampel.......................................................................................6
F. Sampeling...............................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Uji Hipotesis Sama 2 proporsi populasi.................................................11


B. Besar sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi..................................14
1. Uji hipotesis beda 2 proporsi dengan satu sisi (one tail)..................14
2. Uji hipotesis beda 2 proporsi dengan cara 2 sisi (two tail)..............17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................19
B. Saran......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Istilah populasi, sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar,
namun terkadang istilah-istilah ini ada yang tidak dipahami betul. Oleh karena
itu, tulisan ini akan membahas mengenai populasi, sampel dan teknik sampling
beserta besar sampel untuk uji hipotesis.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu
orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (dapat mewakili).

Dalam statistika inferensia, sebelum diputuskan perlu uji hipotesis.


Hipotesis adalah asumsi yang bisa benar atau salah terhadap suatu masalah dan
perlu pengujian lebih lanjut. Pengujian hipotesis adalah langkah-langkah yang
dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan apakah hipotesa tersebut diterima
atau ditolak

Untuk pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai populasi, sampel


serta cara menentukan besar sampel uji hipotesis akan dibahas pada tulisan khusus

3
tentang besar sampel untuk uji hipotesis 2 proporsi populasi didalam makalah
kami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian populasi dan sampel?
2. Apa saja pembagian populasi ?
3. Apa sajakah kriteria populasi dan sampel?
4. Bagaimanakah teknik sampling ?
5. Bagaimanakah uji hipotesis 2 proporsi populasi?
6. Bagaimanakah besar sampel untukk uji hipotesis beda 2 proporsi populasi?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menguraikan pengertian populasi dan sampel
2. Memaparkan jenis-jenis populasi
3. Menjelaskan alasan penelitian menggunakan sampel
4. Menguraikan pengertian teknik sampling
5. Menjelaskan teknik-teknik pengambilan sampel
6. Menjelaskan uji hipotesis 2 proporsi populasi
7. Menjelaskan besar sampel untukk uji hipotesis beda 2 proporsi populasi

D. Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yakni
mendapatkan sumber informasi yang berasal dari media cetak berupa buku.

E. Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah
penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang besar sampel untuk uji
hipotesis 2 proporsi populasi.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan – satuan atau
individu – individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan – satuan
tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang – orang institusi –
institusi, benda – benda, dst. (Djawrantom1994 : 420)
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar,
2007).
Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80).
Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu.

B. Pembagian Populasi
Pembagian populasi menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) meliputi :
populasi target dan populasi terjangkau.
1. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan
menjadi sasaran akhir penelitian. Menurut Polit & Hungler (1999) populasi
target bersifat umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh
karakteristik demografis (meliputi jenis kelamin atau usia). Misalnya, kita
mempunyai kelompok populasi target pada klien diabetes melitus di Surabaya.

5
2. Populasi Terjangkau (Accessible Population)
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan
biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Misalnya, semua
klien diabetes melitus yang menjadi anggota Askes di Surabaya. Peneliti
biasanya menjadikan sampel pada populasi target tersebut dan diharapkan
dapat dipergunakan untuk mewakili kelompok populasi klien diabetes melitus
yang ada di Surabaya.

Subjek Karakteristik Contoh


Penelitian
Dibatasi oleh Stress
Karakteristik klinis hospitalisasi
Populasi
target dan demografis pada anak
(jumlah tidak
terbatas)

Dibatasi oleh Anak stress


Populasi
tempat dan waktu hospitalisasi di
Terjangkau
RSUD dr. Soetomo
(58/bulan)
Sampling :
Probabiliti/acak Dipilih secara acak
Sampel
1. Simple
2. Cluster
3.Sistematik
4. Stratified

Hubungan antara populasi, sampel, sampling, dan besar sampel


(Sastroasmoro & Ismail : 45, dimodifikasi oleh Nursalam 2003)

6
C. Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus berfokus pada kriteria yang
telah ditetapkan. Dasar pertimbangan penentuan kriteria populasi, meliputi :
1. Biaya

Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Dayak, maka peneliti harus
belajar budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi interaksi yang baik.
Keadaan tersebut memerlukan waktu yang lama sehingga juga memerlukan
biaya tambahan.

2. Praktik

Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena berasal


dari daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak yang tinggal
terpencil di pegunungan)

3. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitia

Kondisi kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan


bahan pertimbangan dalam penentuan populasi. Misalnya orang dengan
gangguan mental, tidak sabar, dan kondisi mental yang tidak stabil perlu
dikeluarkan sebagai kriteria populasi

4. Pertimbangan rencana penelitian

Pada penelitian dengan menggunakan rencana eksperimen, maka


diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homongenitas dalam upaya
untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang
akan mengganggu dalam penelitian.

Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu


populasi dalam penelitian dan mempunyai dampak dalam menginterpretasi dan
melakukan generalisasi hasil.

7
C. Pengertian Sampel

Pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang
diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili
populasinya (Sabar,2007).

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik


yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (Sugiyono,2011).

D. Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel – variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Misalnya, kita akan
meneliti tentang pengaruh mobilisasi pada klien pascaoperasi terhadap
percepatan peristaltik usus, maka yang menjadi bahan pertimbangan dalam
kriteria inklusi adalah jenis anastesi yang digunakan dan umur klien, karena
kedua faktor tersebut sangat memengaruhi hasil dari intervensi yang
dilakukan.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang


memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :

8
a. Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun
interpretasi hasil. Misalnya, dalam studi komparatif (kasus kontro) yang
mencari hubungan suatu faktor risiko dengan kejadian penyembuhan luka
pascaoperasi laparastomi,maka subjek dengan kelainan hemonologis tidak
boleh diikutsertakan dalam kelompok kasus.
b. Terdapat keadaan yang menganggu kemampuan pelaksana, seperti subjek
yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti.
c. Hambatan etis
d. Subjek menolak berpartisipasi

Penetapan kriteria sampel(inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya


untuk mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata
berpengaruh terhadap variabel dependen.

E. Sampeling
Sampeling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampeling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan objek penelitian. cara pengambilan sampel dapat dgolongkan menjadi
dua, yaitu: probability sampling dan non probability sampling.
1. Probability sampeling

Prinsip utama dalam probability sampling adalah bahwa setiap subjek


dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih
sebagai sampel. Setiap bagian populasi mungkin berbeda satu dengan lainnya
tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi
sampel yang representatif. Dengan menggunakan sampling rendem, peneliti
tidak bisa memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untik penelitian.
Demikian juga, peneliti tidak bisa mengikutsertakan orang yang telah dipilih
sebagai subjek karena mereka tidak setuju atau tidak senang dengan subjek
atau sulit untuk dilibatkan.

a. Sampel rendom sampeling

9
Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas
yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen
diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada
secarik kertas, diletakan di kotak, diaduk, dan diambil secara acak
setelah semuanya terkumpul. Misalnya, kita ingin mengambil sampel
30 orang dari seratus orang populasi yang tersedia, maka secara acak
kita mengambil 30 sampel melalui lemparan dadu atau pengambilan
nomor yang telah ditulis.

b. Startified rondom sampling

Startified artinya strata atau kedudukan subjek(seseorang) di


masyarakat. Jenis sampling ini digunakan peneliti untuk mengetahui
beberapa variabel pada populasi yang merupakan hal yang penting
untuk mencapai sampel yang representatif. Misalnya, jika kita
merencanakan ada 100 sampel, peneliti mengelompokan 25 subjek
dengan tingkat pendidikan: tidak sekolah dan SD tidak tamat; dasar (SD
dan SMP); SLTA; dan perguruan tinggi. Pada jenis sampling ini harus
diyakinkan bahwa semua variabel yang diidentifikasikan akan mewakili
populasi.

c. Cluster sampling

Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau


lokasi populasi. Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua
situasi. Pertama jika simpel random sampling tidak memungkinkan
karena alasan jarak dan biaya;kedua peneliti tidak mengetahui alamat
dari pupulasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun sampilg
frame. Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami setres
hospitalisasi. Maka peneliti memiliki sampel pada klien anak
berdasarkan tempat klien dirawat (di rumah sakit A,B,C) yang
mempunyai karakteristik yang berbeda.

d. Systematic sampling

10
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika
tersedia daftar subjek yang dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N =
1200 dan sampel yang dipilih = 50 maka setiap kelipatan 24 orang akan
menjadi sampel (1200 : 50 = 24). Maka sampel yang dipilih didasarkan
pada nomor kelipatan 24, yaitu sampel no. 24, 48, dan seterusnya.

2. Nonprobability sampling
a. Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan / masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya. Misal kita ingin meneliti peran keluarga dalam perawatan
klien skizofenia di rumah, maka peneliti memilih subjek pada keluarga klien
yang mempunyai anak dengan skizofenia.

b. Consecutive sampling

Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan


sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kinerja penelitian
dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah
klien yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 1995 : 49). Jenis
sampling ini merupakan jenis non – probability sampling yang terbaik dan
cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai probability sampling, dapat
diupayakan dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien. Misalnya,
terjadinya wabah demam berdarah selama kurun waktu tertentu dimana waktu
tersebut menunjukkan terjadinya puncak insiden demam berdarah. Jenis
sampling ini sering dipergunakan pada penelitian epidemologi di komunitas.

c. Convinienve sampling

Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan


mencari subjek atas dasar hal – hal yang menyenangkan atau mengenakkan
peneliti. Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak

11
memungkinkian untuk mengontrol bias. Subjek dijadikan sampel karena
kebetulan dijumpai di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan
data. Dengan cara ini, sampel diambil tanpa sistematika tertentu, sehingga
tidak dapat dianggap mewakili populasi sumber, apalagi populasi target.
Misalnya, pada waktu peneliti praktik di ruangan kebetulan menjumpai klien
yang diperlukan (sesuai masalah penelitian), maka peneliti langsung
menetapkan subjek tersebut untuk diambil datanya. Kemudian peneliti cuti
dan tidak melanjutkan. Setelah beberapa lama, peneliti melanjutkan lagi
pemilihan subjek, demikian seterusnya.

d. Quota sampling (judgement sampling)

Teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap straata


populasi berdasarkan tanda – tanda yang mempunyai pengaruh terbesar
variabel yang akan diselidiki. Kuota artinya penetapan subjek berdasarkan
kapasitas / daya tampung yang diperlukan dalam penelitian. Misal, dalam
suatu penelitian didapatkan adanya 50 populasi yang tersedia, peneliti
menetapkan kuota 40 populasi yang tersedia, peneliti menetapkan kuota 40
subjek untuk dijadikan sampel, maka jumlah tersebut dinamakan kuota.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Uji Hipotesis Sama 2 proporsi populasi


Pada bagian ini kami ingin menggambarkan prosedur untuk menguji
perbedaan antara dua proporsi populasi. Suatu situasi mengenai hal ini adalah
survei Mail Monitor, yang menelusuri respons konsumen terhadap penawaran
kartu kredit melalui pos langsung (direct mail). Setiap kuartal, Mail Monitor
menentukan berapa presentase konsumen dalam sampel yang memberi respons
atas pengiriman pos semacam itu, dan membandingkan presentase tersebut dari
kuartal. Misalnya, dalam laporan baru – baru ini, Mail Monitor mengumumkan
bahwa tingkat respons atas kartu kredit telah menurun menjadi 0,6 persen, suatu
rekor terendah selama 10 tahun studi dilakukan. Apakah tingkat ini benar – benar
merupakan tingkat respons konsumen yang terendah dalam satu dasawarsa, atau
disebabkan oleh sampling dan tidak signifikan secara statistik ?

Pengujian atas perbedaan di antara dua proporsi populasi itu pada dasarnya
merupakan masalah sampel yang besar. Sampel – sampel dari setiap populasi itu
pada dasarnya merupakan masalah sampel yang besar. Sampel – sampel dari
setiap populasi harus cukup besar sehingga perkiraan normal terhadap distribusi
binomial yang tepat dari proporsi sampel dapat digunakan. Sebagai masalah
praktis, hal ini berarti bahwa np dan nq harus lebih besar dari 10 untuk masing –
masing sampel, dimana p adalah proporsi “keberhasilan” dan q adalah proporsi
“kegagalan” sampel dan n adalah ukuran sampel.

Sebagai gambaran, andaikan produsen kosmetik ingin membandingkan


mahasiswa perguruan tinggi pria dan non mahasiswa pria dalam penggunaan hair
spray. Andaikan sampel acak sebanyak 100 mahasiswa pria dan 100 non
mahasiswa pria di Austin, Texas, telah dipilih dan penggunaan hair spray mereka
dalam 3 bulan terakhir ditentukan. Andaikan lebih lanjut bahwa 30 diantara para
mahasiswa pria itu dan 20 diantara non mahasiswa pria telah menggunakan hair
spray selama periode ini. apakah bukti ini menunjukkan bahwa suatu presentase

13
mahasiswa perguruan tinggi secara signifikan lebih tinggi daripada nonmahasiswa
dalam menggunakn hair spray ?

Karena kita ingin menentukan apakah kedua proporsi populasi induk itu
berbeda, hipotesis nol adalah bahwa mereka sama, yaitu,

H0 : π1 = π2

Ha : π1 ≠ π2

dimana Populasi 1 adalah populasi mahasiswa pria perguruan tinggi dan populasi
2 adalah populasi pria non mahasiswa. Proporsi sampel adalah p1 = 0,30 dan p2 =
0,20 sehingga n1p1 = 30, n1q1 = 70, n2p2 = 20, n2q2 = 80, dan perkiraan normal
terhadap distribusi binomial dapat digunaka. Statistik uji adalah z = proporsi
sampel pertama dikurangi proporsi sampel kedua dikurangi kuantitas, yaitu
proporsi yang dihipotesiskan untuk populasi pertama dikurangi proporsi yang
dihipotesiskan untuk proporsi kedua, dibagi dengan kesalahan standar perbedaan
dalam kedua proporsi sampel, atau

( p 1−p 2 ) −( π 1−π 2)
z=
σ p 1− p 2

dimana 𝜎p1-p2 adalah kesalahan standar perbedaan dalam kedua proporsi sampel.
Pertanyaan yang masih tetap mengganjal dalam kalkulasi z adalah, apakah 𝜎p1-p2
nya sama?

Suatu hasil statistik umum yang berguna untuk memahami kalkulasi 𝜎p1-p2
adalah bahwa varian jumlah perbedaan dua variabel acak yang independen adalah
sama dengan jumlah varian individual. Untuk proporsi tunggal variansnya adalah
π (1-π) / n, sehingga varians perbedaan adalah

π 1(1−π 1) π 2(1−π 2)
σ 2p1− p 2 = σ 2p1 + σ 2p2 = +
m1 n2

Perhatikan bahwa varians perbedaan diberikan dalam batas – batas dua


proporsi populasi yang tidak diketahui π1 dan π2. Meskipun tidak diketahui, kedua
proporsi populasi itu dianggap sama, sehingga kita mempunyai kasus “alami” dari

14
estimasi varians yang dikelompokkan “(pooled variance)” ; S2p 1− p 2 digunakan

secara logis untuk mengestimasi σ 2p1− p 2, dimana

S2p 1− p 2 = pq ( n11 + n12 )


dan

jumlahkeberhasilan total dalam kedua sampel


P=
jumlah observasi total dalam kedua sampel

q=1–p

untuk contoh,

30+ 20 50
p= = = 0,25
100+100 200

dan

S p 1− p 2 = 0,061

Perhitungan z ditentukan sebagai berikut :

( 0,30−0,20 )−( 0) 0,10


Z= = = 1,64
0,061 0,61

Sementara z kritis = 1,96 untuk α = 0,05. Bukti sampel tidak menunjukkan


bahwa ada perbedaan proporsi mahasiswa perguruan tinggi pria dan pria
nonmahasiswa yang menggunakan hair spray.

Interval kepercayaan 95 % dikalkulasi dengan rumus (proporsi sampel


pertama – proporsi sampel kedua) + z (kesalahan standar yang diestimasi dari
perbedaan kedua proporsi), atau (p1 – p2) + ZS p 1− p 2, dimana (0,30 – 0,20) + 1,96
(0,061) = 0,10 +0,12, sehingga menghasilkan kesimpulan serupa. Interval itu
meliputi angka nol, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang
menggunakan hair spray dalam kedua kelompok itu.

15
B. Besar sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi
1. Uji hipotesis beda 2 proporsi dengan satu sisi (one tail)
Dalam penelitian sering kali peneliti ingin mengetahui uji hipotesis H 0:P1 ≤ P2
dan Ha:P1 > P2. Hal ini berarti bahwa rata-rata dari distribusi sampel dari p 1-p2
dibawah H0 adalah 0, dan variannya adalah (Lemeshow, 1997):
Var (p1-p2) = Var (p1) + Var (p2) = P1 (1-P1)/n1 + P2 (1-P2)/n2
Jika P1 sama dengan P2 dan dilambangkan dengan P, maka:
Var (p1-p2) = P1 (1-P1)/n1 + P2 (1-P2)/n2 = (1-P1) (1/n1 + 1/n2)

Dan jika n1 = n2 = n, maka:


Var (p1-p2) = 2[P(1-P)/n]
Nilai P dapat diperkirakan dari:
Ṕ= Ṕ= (P1 + P2) / 2
Pada gambar di bawah, dibawah H0, titik c dapat dituliskan:

c= z1-α
√2 P ( 1−P )
n
z
1-α adalah nilai z pada derajat kepercayaan 1-α, atau derajat kemaknaan α
pada uji satu sisi (one tail). Jika derajat kemaknaan 5%, berarti jika pada
populasi tidak ada perbedaan proporsi (P1 ≤ P2), maka peluang penelitian kita
untuk memperlihatkan ada perbedaan proporsi P1 > P2 (atau salah mengambil
kesimpulan) adalah 5%. Derajat kepercayaan ini sama dengan 1- α, dengan
nilai sebagai berikut:

z
Α 1-α

1% 2,33

5% 1,64

10% 1,28

16
Sedangkan dibawah Ha, titik c dapat dituliskan:
c= (P1 - P2) – z1-β √ P1(1−P1)/n 1+ P2(1−P 2)/n 2
z1-β adalah nilai z pada kekuatan uji (power) 1-β. Jika kekuatan uji 90%,
berarti jika pada populasi memang ada perbedaan proporsi, maka peluang
penelitian kita untuk memperlihatkan ada perbedaan proporsi adalah 90%
(Ariawan, 1998).

Nilai kekuatan uji dapat dilihat dari tabel berikut:

1-β z1-β

99%
2,33

95%
1,64

90%
1,28

80%
0,84

Dengan asumsu n1=n2=n dan menyelesaikan 2 persamaan diatas, maka


rumus untuk menghitung besar sampel (Ariawan, 1998):

n= ¿ ¿
n = besar sampel
z1-α = z score berdasarkan derajat kemaknaan (α) yang dikehendaki
P = P1 + P2 / 2
P1 & P2 = proporsi penelitian sebelumnya.

17
Contoh 4 :
Suatu obat “A” dikatakan dapat menghentikan diare pada 70% pasien diare.
Sedangkan obat “B”, dapat menghentikan diare pada 50 % pasien diare.
Seorang peneliti ingin menguji apakah obat “A” memang lebih efektif dari
obat “B”. Berapa besar sample yang dibutuhkan jika peneliti menginginkan
derajat kemaknaan 1 % dan kekuatan uji 90 % ?

Jawaban :
Pada penelitian ini, H0 adalah proporsi pasien diare yang berhenti diarenya
dengan pengobatan “A” lebih kecil atau sama dengan proporsi pasien diare
yang berhenti diarenya dengan pengobatan “B”. Dan Ha adalah proporsi
pasien diare yang berhenti diarenya dengan pengobatan “A” lebih besar dari
proporsi pasien diare yang berhenti diarenya dengan pengobatan “B”.

H0 : P1 ≤ P2 Ha : P1 > P2
P = P1 + P2 /2 = 0, 70 + 0, 50 / 2 = 0, 60
z z
1-α = 2,33 1-β = 1,28

n= ¿ ¿ ¿

n = ¿¿¿

= 154,06

18
Jadi untuk membuktikan bahwa obat “A” lebih efektif dari obat “B”
diperlukan 154 pasien diare yang diobati dengan obat “A” dan 154 pasien
diare yang diobati dengan obat “B”.

2. Uji hipotesis beda 2 proporsi dengan cara 2 sisi (two tail)


Pada uji 2 sisi, H0 : P1 = P2, dan Ha : P1 ≠ P2. Gambar berikut memperlihatkan
distribusi sampel pada dua sisi (Ariawan, 1998).
Mirip dengan uji satu sisi, titik c2 dibawah H0 dapat dituliskan :
c2 = z1-α /2 (√ 2 Ṕ(1− Ṕ)/n)
z
1-α adalah nilai z pada derajat kepercayaan 1-α / 2, atau derajat kemaknaan α
pada uji dua sisi (two tail). Jika derajat kemaknaan 5 %, berarti jika pada
populasi tidak ada perbedaan proporsi (P1 = P2), maka peluang penelitian kita
untuk memperlihatkan ada perbedaan proporsi P1 ≠ P2 (atau salah mengambil
kesimpulan) adalah 5% (Ariawan, 1998)
c2 = (P1P2) - z1-β√ P1(1− p1)/n 1+ P2(1−P 2)/n 2
z
sama seperti persamaan pada one tail, 1-β adalah nilai z pada kekuatan uji
(power)
1-β. Dengan asumsi n1=n2=n dan menyelesaikan 2 persamaan diatas. Maka
rumus untuk menghitung besar sampel :

n= ¿ ¿ ¿

19
n = besar sampel
z1-α/2 = z score berdasarkan derajat kemaknaan (α) yang dikehendaki
P = P1 + P2 / 2
P1 & P2 = proporsi penelitian sebelumnya.

Contoh 5 :
Suatu penelitian pendahuluan memperlihatkan bahwa kadar glukosa darah
mungkin merupakan faktor prognostik pada pasien dengan trauma kepala
berat. Pada penelitian tersebut, dari 20 pasien trauma kepala berat dengan
kadar glukosa darah tinggi, 15 orang meninggal dalam 7 hari perawatan.
Sedangkan pada 20 pasien trauma kepala berat dengan kadar glukosa darah
rendah, 5 orang meninggal dalam 7 hari perawatan. Seorang peneliti ingin
mengetahui apakah ada perbedaan proporsi kematian pasien antara pasien
dengan kadar glukosa darah tinggi dan pasien dengan kadar glukosa darah
rendah. Berapa besar sampel yang diperlukan jika peneliti menginginkan
derajat kemaknaan 5 % dan kekuatan uji 80 % ?

Jawaban :
H0 : P1 = P2 Ha : P1 ≠ P2
P = 15/20 = 75% = 0, 75 P2 = 5/ 20 = 25% = 0,25
P = P1 + P2 /2 = 0, 75 + 0, 25 / 2 = 0, 50
z z
1-α/2 = 1,96 1-β = 0,84
c2 = z1-α /2 (√ 2 Ṕ(1− Ṕ)/n)
c2 = (P1P2) - z1-β√ P1(1− p1)/n 1+ P2(1−P 2)/n 2

n= ¿ ¿ ¿

Jadi untuk membuktikan bahwa proporsi kematian pasien trauma kepala berat
dengan kadar glukosa darah tinggi tidak sama dengan proporsi kematian
pasien trauma kepala berat dengan kadar glukosa darah rendah, diperlukan 15
pasien pada masing – masing kelompok.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Didalam menyusun suatu laporan karya tulis ilmiah terutama penelitian
kualitatif di dalamnya tidak akan terlepas dari yang namanya merumuskan
hipotesis, tujuan, dan kegunaan penelitian. Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis
menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan
sengaja menimbulkan/menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut
percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut
teori. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan
bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu Proposisi inilah yang akan
membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.
Ada dua kemungkinan dalam pengujian hipotesis yaitu menolak atau
menerima hipotesis. Menolak hipotesis artinya bahwa hipotesis tidak benar.
Menerima hipotesis artinya tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan

21
makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kasjono, Heru Subaris & Yusril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Churchill, Gilbert A. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Edisi 4, jilid 2. Erlangga:
Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai