Anda di halaman 1dari 94

TESIS

ANALISIS MANAJEMEN PADA


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MALILI
(The analysis of Manajement of Senior High School State 1
Malili )

Oleh :

AMMAS M. S.Pd.
P2PD.09.02.02.253

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2012
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan

kualitas manusia. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Pada

hakekatnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, secara

konkrit proses pendidikan adalah upaya mengaktualisasikan potensi yang

dimiliki manusia sehingga bermakna bagi dirinya, bangsa dan agamanya

atau bermakna dalam peranan dirinya dalam masyarakatnya. Begitu

pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, masyarakat, dan bangsa

sehingga perlu diatur sedemikian rupa agar dengan hasil pendidikan itu dapat

membawa ke arah yang lebih baik.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka pelayanan pendidikan kepada masyarakat terus

dikembangkan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan di seluruh

aspek kehidupan manusia di berbagai permasalahan dapat diselesaikan

melalui upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan

secara terencana, terarah, efektif dan efisien dalam proses pembangunan.

1
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memperbaiki sumber daya

manusia yaitu dengan mendirikan berbagai jenis dan jenjang sekolah. Salah

satu sekolah yang didirikan adalah Sekolah Menengah Atas (SMA)

sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 054/U/1993 tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

yang bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan

perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

di Sekolah Dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara

sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan siswa untuk

hidup dalam masyarakat dan/atau mengikuti pendidikan menengah.

Potensi sumber daya manusia seperti ini merupakan aset nasional

sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Ini hanya dapat digali,

dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan

pembelajaran yang rerarah, dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan

seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik

secara utuh dan optimal.

Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan

bakat, minat dan kemampuannya dan berhak menyelesaikan program

pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan serta berkesempatan untuk

mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam

2
perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat minat dan kemampuannya masing-

masing.

Peserta didik yang memiliki kemampuan unggul ini merupakan

kelompok kecil, namun secara kualitas akan memberikan konstribusi yang

sangat berarti terhadap proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Balitbang Depdikbud (dalam Syifabudi, 2004:1) menyatakan “hanya 2-5

persen dari seluruh peserta didik yang ada pada tingkat pendidikan dasar.

Jumlah ini semakin meningkat pada jenjang yang lebih tinggi, di tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) mencapai 8 persen “. Berdasarkan skala

intelegensi Wechter, dalam Munandar (dalam Syifabudi, 2004:1) menyatakan

“anak berbakat intelektual tergolong “sangat unggul” (IQ > 130) berjumlah 2,2

persen dan tergolong “unggul” (IQ 120-129) berjumlah 6,7 persen dari

populasinya. Selebihnya yaitu 45 persen berprestasi rata-rata, kemudian

sekitar 32 persen berada pada IQ rendah".

Keuntungan lain dengan penyelenggaraan sekolah unggul/plus ini

adalah untuk memacu pemerataan kualitas pendidikan nasional. Dari segi

efektifitas penggunaan sumber daya, penyelenggaraan sekolah unggul/plus

memiliki nilai strategis dalam memacu keterlibatan dunia swasta untuk turut

berperan serta secara aktif dalam pembangunan pendidikan. Dengan adanya

pengembangan ciri-ciri keunggulan tertentu yang sesuai dengan kekhasan

potensi ekonomi, sosial dan budaya daerah setempat, penyelenggaraan

3
sekolah unggul/plus memberikan kontribusi yang besar dalam perspektif

pembangunan nasional.

Dalam prosfek global, penyelenggaraan sekolah unggul/plus juga

memberikan nilai positif karena tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan global

dan persaingan bebas antar bangsa dalam berbagai aspek kehidupan terasa

semakin nyata. Dengan penyelenggaraan sekolah unggul/plus diharapkan

lahir sumber daya manusia unggul yang bukan hanya dapat bersaing dalam

lingkup nasional melainkan juga dalam lingkup global.

Keberhasilan program pendidikan melalui proses pembelajaran di

sekolah sangat dipengaruhi oleh faktor utama, yaitu input (siswa),

Instrumental input (kurikulum, tenaga kependidikan, dana, sarana dan

prasarana, dan pengelolaan), serta lingkungan. Sinergi dari ketiga faktor

tersebut dalam proses pembelajaran akan menghasilkan prestasi belajar

yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan pada gilirannya

menghasilkan Output/out come (lulusan) yang bermutu.

Siswa dan tenaga pendidik merupakan faktor dinamis dan dominan

karena keduanya akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran di

kelas. Di samping itu, manfaat faktor-faktor lainnya yang bersifat statis sangat

bergantung pada bagaimana cara pemanfaatan faktor-faktor tersebut, baik

oleh siswa tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Tenaga pendidik

dapat mengupayakan pembelajaran yang optimal dengan memanfaatkan dan

mendayagunakan faktor-faktor tersebut agar lebih efektif dan efisien. Untuk

4
itu, pada SMA Negeri 1 Malili, sarana dan prasarana yang ada apakah sudah

sesuai dengan Pelayanan Administrasi.

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui keputusan

Nomor 053/U/2001 Tanggal 19 April 2001 tentang penetapan Pedoman

penyusunan Pelayanan Administrasi bidang pendidikan dasar dan menengah

dalam melaksanakan kewenanganya di bidang pendidikan dan

penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat sesuai dengan indikator

yang telah ditentukan. Pelayanan Administrasi penyelenggaraan

persekolahan tersebut berisi kriteria penting mengenai jenis pelayanan

pendidikan. Standar pelayanan ini yang apabila dapat dipenuhi oleh suatu

sekolah, maka mutu pelayanan sekolah tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

Pemerintah membentuk suatu aturan yang standar yang dikenal

dengan nama Pelayanan Administrasi yang bertujuan untuk memberikan

pedoman persyaratan minimal yang wajib dilakukan daerah Kabupaten/Kota

dalam memberikan layanan penyelenggaraan pendidikan dasar dan

menengah kepada masyarakat.

Pelayanan Administrasi penyelenggaraan persekolahan tersebut berisi

kriteria penting mengenai jenis pendidikan. Standar pelayanan ini yang

apabila dibenahi suatu sekolah, maka mutu pelayanan sekolah tersebut

dapat dipertanggung jawabkan. Pelayanan pendidikan menuntut

5
konsekwensi penyediaan sarana, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara

standar yang diharapkan dan sarana yang tersedia.

Kenyataan sekarang masyarakat belum sepenuhnya mendapat

pelayanan minimal yang baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah

yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, tingkat putus

sekolah yang tinggi, manajemen sekolah yang tidak efektif, peranserta

masyarakat terhadap sekolah yang masih rendah, serta dari tahun ketahun

kurangnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya terutama SMA

pinggiran kota dan hanya SMA Negeri dan SMA Swasta yang difavoritkan

dibanjiri oleh masyarakat.

Dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

053 Tahun 2001, tentang Pedoman Penyusunan Pelayanan Administrasi

Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah,

maka hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

telah memiliki standar atau patokan yang jelas yang harus dijadikan acuan

dalam penyelengggaraan pendidikan setiap daerah di seluruh Indonesia.

Luwu Timur, seperti daerah lainnya di Indonesia bertanggung jawab

dalam penyelenggaraan pendidikan yang di dalamnya termasuk pencapaian

Pelayanan Administrasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan

pembangunan di bidang pendidikan banyak faktor yang harus diperhatikan

agar pelaksanaan pembangunan itu dapat mencapai sasaran yang diinginkan

seperti kurikulum, peserta didik, ketenagaan, sarana dan prasarana,

6
pembiayaan, manajemen, dan keterlibatan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan. Semua komponen tersebut saling berpengaruh

dalam pengembangannya tidak dapat dilaksanakan secara terpisah. Seiring

dengan laju perkembangan penduduk dan meningkatnya kebutuhan hidup

manusia, maka pemberian pelayanan pendidikan kepada masyarakat juga

meningkat. Meningkatnya jumlah alumni sekolah dasar merupakan salah

satu masalah yang harus dihadapi dengan menyediakan berbagai fasilitas

pendidikan.

Berbagai keterbatasan kemampuan daerah khususnya Kabupaten

Luwu Timur dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai wujud pelayanan

kepada masyarakat, khususnya pembangunan pendidikan yang terus

berkembang, namun pelaksanaan penyelenggaraan persekolahan atau

pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan tersebut belum

memenuhi Pelayanan Administrasi atau dengan kata lain Pelayanan

Administrasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Luwu

Timur juga belum sepenuhnya memberikan bantuan sesuai dengan

ketentuan yang diharapkan.

Meski pemerintah telah berupaya meningkatkan pendidikan namun

kenyataannya kompetensi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) saat ini

belum maksimal. Bahkan, sebagian besar lulusan SMA belum sepenuhnya

bisa menjawab tantangan untuk memasuki jenis dan jenjang pendidikan

selanjutnya, yaitu perguruan tinggi. Akibatnya, tidak sedikit lulusan SMA

7
Negeri 1 Malili yang kualifikasi kompetensinya sama dengan lulusan Sekolah

Menengah Atas (SMA) yang tidak memiliki kelebihan atau keunggulan. Hal ini

ditemui di sebagian besar Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri

maupun swasta .

Adanya Pelayanan Administrasi sebagai acuan pedoman dalam

penyelenggaraan persekolahan, maka setiap penyelenggara persekolahan

harus mangacu kepada Pelayanan Administrasi tersebut, karena dengan

standar yang jelas, memungkinkan dilakukan penilaian dan pembinaan serta

pengembangan yang terarah dan berkesinambungan.

Dalam rangka memfasilitasi pengembangan sekolah unggulan dan

memperkuat basis pendidikan agama tersebut, diperlukan Pelayanan

Administrasi yang dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan sekaligus

sebagai ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan keunggulan

di tingkat propinsi, kabupaten/kota bahkan di sekolah.

Sehubungan dengan itu, seluruh program di SMA Negeri 1 Malili

maupun SMA umum diharapkan dapat terselenggara secara efektif dan

efisien serta sesuai dengan arah kebijakan program pembinaan dan

pengembangan pendidikan dasar dan menengah, juga diharapkan mampu

menciptakan tamatan yang unggul sesuai dengan Pelayanan Administrasi

yang telah ditetapkan.

Dari uraian tersebut di atas, untuk meningkatkan penyelenggaraan

pendidikan persekolahan khususnya penyelenggaraan pendidikan Sekolah

8
Menengah Atas Negeri 1 Malili, perlu diadakan kajian yang mendalam

terhadap Pengelolaan Pelayanan Administrasi. Secara umum kajian ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran Pelaksanaan Pelayanan Administrasi

ini secara efektif sesuai dengan kondisi nyata yang ada di lapangan, dengan

kaitan itulah penelitian ini dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Pada rumusan masalah ini penulis memfokuskan perhatian kepada

aspek manajemennya. Dengan demikian inti penelitian ini adalah :

“Bagaimana gambaran Manajemen pada SMA Negeri 1 Malili ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk menganalisis manajemen pada SMA negeri 1 Malili”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai bahan kajian

dalam disiplin ilmu Manajemen Pendidikan. Dimana nilai tambah ini

diharapkan untuk menambah pemahaman serta pengetahuan kita

tentang pengembangan konsep-konsep Pelayanan Administrasi pada

SMA Negeri 1 Malili .

9
2. Manfaat Praktis

a. Bagi penentu kebijakan dalam hal ini Bupati Kabupaten Luwu

Timur untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan

pendidikan khususnya mengenai perencanaan program pendidikan

kaitannya dengan Pelayanan Administrasi pada SMA Negeri 1

Malili .

b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Pendidikan Kebudayaan,

Pariwisata, pemuda dan olahraga Kabupaten Luwu Timur dalam

memperkenalkan SMA Negeri 1 Malili kepada masyarakat.

c. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dan guru dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan.

10
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pendidikan

Manajemen adalah “proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan

kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

melalui orang lain” (Robbins dan Coulter, 1999:8) dengan demikian

manajemen pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen

dalam bidang pendidikan.

“Manajemen sebagai suatu rangkaian universal yang mencakup fungsi-

fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando,

pengkoordinasian, dan pengendalian” Henry Fayol, (dalam Robbins dan

Coulter, 1999:41).

Setiap sekolah harus menerapkan manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah. Dalam hal ini Kepala Sekolah bersama Dewan Guru dan

warga sekolah lainnya secara mandiri, transparan, dan bertanggung jawab

melaksanakan program sekolah untuk mencapai visi, misi, dan target mutu

yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan

terhadap pendidikan di sekolah yang bersangkutan (stakeholders

pendidikan). Untuk mencapai tujuan tersebut, (Diknas, 2004) yaitu:

1. Setiap sekolah dapat: (1) Merumuskan visi, misi, dan target mutu,

(2) merencanakan program kegiatan sekolah, (3) melaksanakan

11
program yang telah ditetapkan, (4) memonitor dan mengevaluasi

program, (5) merumuskan target mutu baru, (6) melaporkan

kemajuan yang dicapai kepada orangtua, masyarakat, dan

pemerintah (stakeholders pendidikan).

2. Mengawasi tercapainya program, maka dilakukan kontrol melalui:

(1) pemantauan dan pengawasan internal dan eksternal, (2)

transparansi manajemen, (3) akuntabilitas publik.

3. Penilaian sekolah dilakukan untuk mengetahui tingkat efesiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan kurikulum,

dan penilaian kinerja sekolah sebagai satu kesatuan. Penilaian

sekolah dapat bersifat nasional (pemerintah pusat), lokal

(pemerintah daerah), sekolah (penilaian diri sendiri) sesuai dengan

tujuan dan lingkupnya.

Untuk ketercapaian manajemen maka harus pula melaksanakan fungsi-

fungsi manajemen itu sendiri, yang meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan

(controlling), yang telah ditentukan oleh Terry (2002)

Fungsi dari masing-masing unsur tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

12
1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan

dikerjakan selama satu jangka waktu yang akan datang dan apa yang akan

dilakuan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Terry & RUC. (1985)

Sementara Nawawi (1997:16) menuliskan bahwa: “Perencanaan adalah

persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian

suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada

pencapaian tujuan tertentu”.

Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran

atau tujuan organisasi, menyusun strategis menyeluruh untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan, dan mengembangkan hirarki rencana secara

menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.

Dengan demikian perencanaan itu menekankan pada usaha untuk

menyeleksi dan menghubungkan sesuatu untuk kepentingan masa depan

serta usaha untuk mencapainya.

2. Pengorganisasian (organizing)

Secara etimologis perkataan organisasi berasal dari kata “organum”

bahasa Latin yang berarti: alat, bagian, anggota atau badan. Jamen dalam

Abdulyani (1987:19) mengemukakan bahwa “organisasi adalah bentuk setiap

perikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”.

13
Terry & RUC (1985) mengatakan bahwa pengorganisasian adalah

pembentukan hubungan-hubungan tingkah laku yang efektif diantara orang-

orang sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien

dan pemperoleh pribadi dalam melaksanakan tugas dalam kondisi

lingkungan tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan atau sasaran.

Selanjutnya Sarwoto (1977:76) mengatakan bahwa:

“Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-


orang, alat-alat tugas dan tanggung jawab atau wewenang sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan atau beberapa tujuan
tertentu”.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa pengorganisasian

merupakan rangkaian pembagian dan penyediaan alat-alat tugas dalam

rangka pencapaian tujuan tertentu.

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan adalah penyelenggaraan manusia untuk melaksanakan

kerja. Aktivitas terdiri atas pembimbingan (directing), pengkoordinasian

(coordinating) dan pembuatan keputusan (decision making). (Siagian, 1986).

4. Pengawasan (controlling)

Fungsi pengawasan (controlling) merupakan suatu peristiwa

pembandingan antara pelaksanaan dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelum membuat koreksi jika pelaksanaan berbeda atau menyimpang dari

rencana. Siagian (1986:135) mengemukakan: “Pengawasan sebagai proses

14
pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang diakukan berjalan

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

Sedangkan Admosudirdjo (1973:81) mengemukakan :

“Pengawasan adalah keseluruhan dari pada aktivitas-aktivitas dan


tindakan-tindakan ( measures matrelegen) kita untuk menjamin atau
membuat agar supaya semua pelaksanaan dan penyelenggaraan
(operating) berlangsung serta berhasil (berakhir) sesuai dengan apa
yang telah direncanakan, diputuskan, dan dikomandokan”.

Selanjutnya Soekarno (1979:107) mengemukakan bahwa “pengawasan

adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan

agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana...”.

Pengawasan merupakan proses yang harus dijalankan secara

sistimatis, rasional, sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah dimiliki

(seperti rencana tujuan dan petunjuk umum organisasi), proses kegiatan

penentuan tujuan yang pragmatis, menetapkan standar “performance”,

merupakan pengamatan terhadap kegiatan, mengadakan koreksi atau

modifikasi terhadap segala bentuk penyimpangan yang terjadi. Manajemen

pendidikan atau administrasi pendidikan, menurut Sukurman, dkk (1998:6)

adalah: “penataan, pengelolaan, pengaturan, dan kegiatan-kegiatan lain

sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga pendidikan beserta segala

komponennya dan dalam kaitannya dengan pranata dan lembaga lain”.

15
B. Pelayanan Administrasi

Pelayanan Administrasi (SPM) adalah tolok ukur untuk mengukur

kinerja penyelenggaraan pendidikan yang merupakan kewenangan wajib dan

diberlakukan untuk seluruh kabupaten/kota.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan dan kemajuan masyarakat, dimana muncul berbagai bentuk

dan keaneka ragaman lembaga atau institusi yang mengurusi pemberian

pelayanan bagi masyarakat, maka pelayanan memperoleh kemajuan baik

dari konsep teori maupun segi aplikasi.

Pelayanan timbul akibat adanya kepentingan bersama (kelompok atau

masyarakat) untuk itu manusia sejak lahir sampai mati secara individu tidak

pernah mampu secara penuh memenuhi sendiri kebutuhannya, selalu

membutuhkan pelayanan. Meskipun manusia adalah makhluk tertinggi

ciptaan Tuhan tetapi manusia adalah makhluk yang serba terbatas dan

lemah. Keterbatasan manusia inilah baik secara pisik, intelektual, moral, dan

waktu, membuat manusia membutuhkan pelayanan.

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan

masyarakat harus direncanakan secara transparan serta lebih

mengefektifkan tugas dan fungsi lembaga-lembaga pengawasan, dengan

cara demikian mutu pelayanan diharapkan akan dapat mencapai tahap prima

(Kristiadi, 1999).

16
Adanya Pelayanan Administrasi sebagai acuan pedoman dalam

penyelenggaraan persekolahan atau dengan kata lain setiap penyelenggara

persekolahan mengacu kepada Pelayanan Administrasi. SPM pada

prinsipnya adalah kunci pembinaan, hal ini berarti bahwa SPM merupakan

acuan untuk melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaraan

pendidikan di setiap daerah. Dengan standar yang jelas, baru bisa dilakukan

penilaian dan pembinaan serta pengembangannya.

Usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh pemerintah khususnya

Departemen Pendidikan Nasional sebagai sektor terdepan pelayanan

pendidikan pada masyarakat, output yang diharapkan dengan pelayanan

yang efektif dan prima adalah sumber daya manusia yang berkualitas.

Dengan strandar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah dapat

menerapkan pelayanan secara terpadu terkoordinasi, dan terarah bagi

penyelenggaraan persekolahan di setiap daerah kabupaten/kota yang tujuan

akhirnya menghasilkan peserta didik yang berkualitas sesuai tujuan

pendidikan yang diharapkan.

Untuk melihat keberhasilan Pelayanan Administrasi (SPM) ini telah

diterapkan dengan baik dan benar, diperlukan suatu indikator keberhasilan.

Sistem dan pendekatan yang dianjurkan dalam pengembangan

sekolah unggulan ini adalah pendekatan process-output. Sistem dan

pendekatan ini mengandung makna bahwa proses, lingkungan, instrumen

dan struktur sekolah menjadi prioritas dalam mencapai prestasi akademik

17
bagi siswa. Dengan kata lain bahwa masukan yang bermutu bukanlah

jaminan diperolehnya keluaran yang bermutu, tanpa adanya sistem dan

pendekatan di atas.

1. Kemampuan proses

Komponen proses pada intinya adalah bagaimana proses

persekolahan yang efektif dilaksanakan yang ditandai dengan (Diknas,

2004:3) bahwa:

1. Penggunaan pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan


penekanan semakin besarnya kewenangan pengambilan
keputusan yang dimiliki oleh sekolah.
2. Dukungan yang tinggi dari masyarakat, terutama melalui organisasi
komite sekolah.
3. Profesionalisme yang tinggi di kalangan guru.
4. Jaminan kualitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh sekolah.
5. Harapan siswa yang tinggi untuk berprestasi.
6. Kerja sama sekolah dengan dunia usaha dan industri.
7. Kinerja dan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.
8. Pengawasan dan monitoring terhadap kinerja sekolah yang
kontinyu.
9. Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dengan berwawasan kepada Imtaq.
10. Materi pembelajaran diberikan secara selektif.
11. Pelaksanaan program pengayaan dan remedial; dan
12. Pemantapan bimbingan dan konseling.

2. Komponen lingkungan

Dalam komponen ini mengandung arti bahwa potensi daerah perlu

dijabarkan dan disusun dalam pengembangan kurikulum muatan lokal dalam

mewujudkan program kecakapan hidup (life skill). Disamping itu masukan

lingkungan dapat pula merupakan stakeholder pendidikan yang perlu

18
dilibatkan melalui mekanisme dukungan yang berarti, termasuk dalam

komponen ini adalah pemerintah, masyarakat, dunia usaha, komite sekolah

dan dewan pendidikan serta potesi sumberdaya daerah.

3. Komponen instrumen

Dalam komponen ini mengisyaratkan adanya ketersediaan fasilitas

sarana dan prasarana pendidikan yang memadai (kurikulum/bahan ajar,

ketenagaan gedung belajar/praktek, dan gedung penunjang lainnya, alat

laboratorium dan alat peraga dan alat penunjang proses belajar mengajar

lainnya, dan pembiayaan) untuk mendukung terlaksananya kegiatan proses

belajar mengajar yang kontinyu.

4. Komponen struktur sekolah

Dalam komponen ini sekolah harus mempunyai organisasi dan

struktur, visi dan misi yang tertuang dalam rencana dan strategis (RENSTRA)

untuk jangka menengah, adanya keluaran dan hasil (output dan outcome)

yang dapat diukur dalam kinerja. Ukuran keluaran (output) mencakup;

kognitif, keterampilan, sikap/nilai dan hubungan, sedangkan ukuran hasil

(outcome) mencakup besaran angka yang melanjutkan pendidikan dan

keterkaitan keterampilan/kecakapan dasar yang dimiliki khususnya tamatan

SMA dan SMK untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri, bila tamatan

tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

19
C. Indikator Pelayanan Administrasi

Adapun matrik indikator keberhasilan SPM penyelengggaraan sekolah

menengah atas (SMA) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Pelayanan Sekolah Menengah Atas Unggulan

KETERCAPAIAN
No. SPM INDIKATOR
MINIMAL

1. KURIKULUM 1. Ketersediaan Kurikulum Nasional (buku 1,


2, 3 dan 4, Program Pembelajaran). 1 (satu) set
2. Ketersediaan Kurikulum Muatan Lokal
(buku 1, 2, 3, dan 4, Program
Pembelajaran). 1 (satu) set
3. Pelaksanaan Kurikulum Nasional
(berdasarkan jumlah mata pelajaran dan
jumlah jam pelajaran). 100%
4. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
(berdasarkan jumlah mata pelajaran dan
jam pelajaran). 100%
5. Kurikulum Nasional yang diperkaya. 1 (satu) set
6. Kurikulum Muatan Lokal yang diperkaya. 1 (satu) set
7. Persentase daya serap Kurikulum
Nasional yang diperkaya. 80%
8. Persentase daya serap Kurikulum Muatan
Lokal yang diperkaya. 80%

2. PESERTA DIDIK 1. Seleksi masuk. Ada


2. Angka pendaftaran siswa. Meningkat
3. Angka putus sekolah. Menurun
4. Angka mengulang kelas (AMK) Menurun
5. Kelangsungan belajar siswa (Survival
Rate). Meningkat
6. Persentase kelulusan. 100%
7. Persentase melanjutkan. 80%
8. Mengikuti berbagai lomba. Ada
9. Kegiatan ekstra kurikuler (kokurikuler). Ada
10.Organisasi siswa intra sekolah. Ada
11.Kegiatan keagamaan. Ada
12.Kegiatan sosial kemasyarakatan Ada
13.Rata-rata nilai UAS siswa yang masuk. > 8,0
14.Rata-rata nilai UAN siswa yang keluar
(tamat). 7,8

3. KETENAGAAN 1. Kualifikasi pendidikan Kepala Sekolah. S2


2. Kualifikasi pendidikan formal guru. S2/S1/Sarmud/D2/D3
3. Kinerja kepala sekolah Baik
4. Kesesuaian bidang keahlian dengan
mata pelajaran yang diajarkan. 95%
5. Kualifikasi pedidikan kepala tata usaha S1
6. Jumlah tenaga administrasi 14 orang
7. Jumlah pramubakti dan bujang sekolah. 3 orang

20
8. Jumlah guru konseling. 4 orang
9. Jumlah jam mengajar maksimal setiap
guru. 24 jam
10. Tenaga laboran (biologi, Fisika, dan
Komputer). 3 orang
11. Tenaga Pustakawan. 1 orang
12. Rasio guru/kelas dengan siswa. 1: 32 – 40

4. SARANA DAN 1. Luas lahan. 2 Ha


PRASARANA 2. Jumlah ruang kelas 27 ruang
3. Jumlah ruang laboratorium fisika. 1 ruang
4. Jumlah ruang laboratorium
Biologi/ketrampilan. 1 ruang
5. Jumlah ruang perpustakaan. 1 ruang
6. Ruang pertemuan/AULA 1 ruang
7. Ruang Kantor (Kepala Sekolah). 1 ruang
8. Komputer untuk Administrasi. 4 unit
9. Ruang Komputer, Internet. 1 ruang
10. Komputer untuk siswa. 40 unit
11. Media pendidikan. Lengkap
12. OHP 2 buah
13. Rasio buku dengan siswa. 1:1
14. Perabot untuk guru. Lengkap
15. Perabot untuk siswa. Lengkap
16. Lapangan upacara. Ada
17. Lapangan olahraga. Ada
18. Infra Struktur. Lengkap
19. Musallah. 1 buah
20. Ruang guru
21. Ruang Tata Usaha Ada
5. ORGANISASI 1. Struktur organisasi Ada
2. Personalia Ada
3. Uraian tugas Ada
4. Mekanisme kerja Ada
5. Komite sekolah Ada
Ada
6. PEMBIAYAAN 1. Anggaran pemerintah pusat Ada
2. Anggaran pemerintah propinsi Ada
3. Anggaran pemerintah daerah Ada
4. Komite sekolah Ada
5. Pertanggungjawaban keuangan. Ada

7. RENCANA 1. Visi Ada


PENGEMBANGAN 2. Misi Ada
SEKOLAH 3. Strategi Ada
4. Kebijakan Ada
5. Program Ada
6. Kegiatan Ada

8. PERANSERTA 1. Dukungan Komite sekolah Ada


MASYARAKAT 2. Perhatian orangtua Ada
3. Peranserta Tokoh Masyarakat Ada
4. Peransera Dunia Usaha Ada

21
Indikator-indikator yang terdapat pada Pelayanan Administrasi (SPM)

yaitu : kurikulum, peserta didik, ketenagaan, sarana dan prasarana,

organisasi, pembiayaan, rencana pengembangan sekolah, peranserta

masyarakat.

Indikator-indikator yang terdapat pada Pelayanan Administrasi (SPM)

adalah:

1. Kurikulum

Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan

proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab kepala

sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran (Nasution, 1999).

Setiap pengajar selalu terlibat dalam masalah kurikulum. Kurikulum yang

telah ditetapkan oleh pemerintah (Departemen Pendidikan) masih berupa

barang cetakan yang masih harus diolah oleh guru, karena itu guru selalu

merupakan tokoh utama untuk mewujudkan kurikulum agar terjadi perubahan

kelakuan siswa menurut apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan

pendidikan.

Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) harus senantiasa

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan itu diperlukan

untuk mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

kebutuhan pembangunan nasional di segala bidang yang selalu berkembang.

22
a. Isi dan susunan program pengajaran

Secara garis besar susunan program pengajaran dalam kurikulum SMA

terdiri atas (1) Pedoman Umum Pengembangan Silabus, (2) Pedoman Umum

Pengembangan Sistem Penilaian, (3) Pedoman Khusus Pengembangan

Silabus untuk setiap mata pelajaran, dan (4) Pedoman Khusus Sistem

Penilaian untuk setiap penilaian untuk setiap mata pelajaran (Depdiknas,

2004).

Pedoman Umum Pengembangan Silabus berisi rambu-rambu umum

untuk mengembangkan Pedoman Khusus Pengembangan Silabus setiap

mata pelajaran yang mencakup teori dan konsep serta contoh di dalam

menjelaskan standar kompetensi; kompetensi dasar, indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, alokasi waktu, dan sumber bahan. Pedoman Umum

Pengembangan Sistem Penilaian mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, dan penilaiaan (jenis penilaian, jenis instrumen

dan rumusan soal).

Isi program dalam kurikulum SMA memuat sekurang-kurangnya bahan

kajian dan mata pelajaran antara lain; Pendidikan Agama, Pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan

Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Muatan Lokal.

23
b. Starategi Belajar Mengajar

Sistem pengajaran; (1) kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk

mengembangkan kemampuan psikis, dan fisik serta kemampuan

penyesuaian sosial siswa secara utuh, (2) dalam rangka mempersiapkan

siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atau atau

memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan pengembangan sikap berani

berpendapat dan kemandirian dalam mengambil keputusan, (3) Kegiatan

belajar mengajar menggunakan sistem guru mata pelajaran, (4)

memanfaatkan berbagai sarana penunjang di sekolah seperti perpustakaan,

alat peraga, lingkungan alam dan budaya serta nara sumber dalam

masyarakat, (e) pembelajaran tambahan dapat diberikan kepada siswa, baik

yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah maupun yang akan

mencari kerja sesuai dengan minat dan kemampuannya serta

memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

c. Bahasa pengantar

Bahasa pengantar untuk kegiatan belajar mengajar digunakan bahasa

Indonesia. Bahasa Inggris dapat dipergunakan sebagai media komunikasi di

sekolah yang mampu dan memerlukannya.

d. Penilaian

Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan keberhasilan siswa dilakukan

penilaian hasil belajar secara berkelanjutan melalui ulangan/ujian harian dan

tugas-tugas mingguan, bulanan, maupun penilaian akhir tahun pelajaran,

serta penilaian pada akhir satuan pendidikan. Penilaian dengan

24
menggunakan standar nasional dapat dilakukan dalam rangka mengetahui

gambaran mutu hasil belajar siswa.

1. Bimbingan belajar dan bimbingan karier

Program bimbingan ditujukan untuk membantu siswa dalam

memecahkan masalah yang berkaitan dengan pendidikannya, meningkatkan

prestasi siswa, menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke pendidikan

menengah, atau menyiapkan untuk bekerja sesuai dengan bakat dan minat

siswa. Bimbingan belajar dapat juga diberikan kepada siswa yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

2. Peserta didik

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

Pasal (12) ayat (4), disebutkan ketentuan mengenai hak dan kewajiban

peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai berbagai hak, yaitu hak

mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan; hak

mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk

memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan;

hak mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain serta

kewajiban menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin

keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

Di samping itu setiap peserta didik memiliki kewajiban-kewajiban untuk

ikut menanggung biaya penyelenggara pendidikan (kecuali bagi peserta didik

25
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut); untuk mematuhi semua peraturan

yang berlaku; untuk menghormati tenaga kependidikan; untuk ikut

memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan

keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Untuk mencapai pelaksanaan Pelayanan Administrasi penyelenggaraan

SMA pada aspek peserta didik, beberapa ketentuan yang ditetapkan sesuai

dengan pedoman penyusunan SPM adalah:

a. Persyaratan

Persyaratan untuk menjadi siswa SMA adalah (1) calon siswa memiliki

STTB atau surat keterangan yang berpenghargaan sama dengan STTB atau

surat keterangan yang berpenghargaan sama dengan STTB SD/MI, atau

yang sederajat; (2) berusia 13 sampai dengan 15 tahun, maksimal 18 tahun

pada saat pendaftaran; (3) seleksi calon siswa SMA ditetapkan berdasarkan

peringkat NEM dengan mempertimbangkan minat dan bakat calon siswa.

b. Pakaian siswa

Dalam mengikuti kegiatan belajar, siswa pada prinsipnya setiap siswa

memakai seragam. Pakaian seragam siswa SMA secara nasional (putih abu-

abu) tetap berlaku. Namun sekolah dapat menetapkan pakaian seragam

lainnya sesuai dengan agama, budaya, dan aspirasi daerah masing-masing,

melalui musyawarah dengan Badan Peranserta Masyarakat/Komite

Sekolah/BP3.

26
c. Unit kegiatan siswa

Pada prinsipnya sekolah perlu menyediakan fasilitas dan mendorong

berdirinya organisasi/unit kegiatan kesiswaan dalam rangka menumbuhkan

bakat dan minat serta membangun iklim demokrasi dan latihan

kepemimpinan, misalnya (1) kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah);

(2) kegiatan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Remaja. (3) UKS (Usaha Kesehatan Sekolah); (4) kegiatan pramuka; (5)

kegiatan paskibra; (6) kegiatan latihan kepemimpinan; (7) kegiatan

kerohanian (pesantren kilat dan lain-lain); (8) klub berbagai cabang olahraga;

(9) klub berbagai cabang kesenian.

3. Ketenagaan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,

menyebutkan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan

administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan

teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (pasal

(39) ayat (1). Tenaga kependidikan dibedakan dengan tenaga pendidik.

Tenaga pendidik adalah guru yang memiliki tugas mengelola pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu mengajar, membimbing dan melatih

siswa, atau tenaga pendidik adalah salah satu dari tenaga kependidikan yang

terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Tenaga pendidik

lazim disebut dengan guru.

27
Dalam pedoman penyusunan Pelayanan Administrasi penyelenggaraan

persekolahan pada indikator ketenagaan, disebutkan:

a. Jenis ketenagaan

Jenis ketenagaan pada dasarnya terbagi atas dua kelompok yaitu

tenaga pendidik dan tenaga bukan pendidik.

Tenaga pendidik meliputi: (1) kepala sekolah; (2) wakil kepala sekolah;

(3) guru mata pelajaran; bertugas mengajar satu atau lebih mata pelajaran

teori, baik program normative, adaftif, maupun produktif; (4) guru

pembimbing; bertugas membimbing sejumlah siswa dalam mengarahkan/

memperbaiki siswa yang mengalami permasalahan; (5) laboran; bertugas

menyiapkan alat dan bahan dalam melayani pelaksanaan KMB khususnya

praktik bagi siswa; (6) pustakawan bertugas mengelola dan dapat melayani

(service) siswa dalam menyediakan buku sebagai referensi untuk

memperkaya pengetahuan dan wawasan; (7) teknisi sumber belajar pendidik

formal ataupun non formal.

Tenaga kependidikan bukan pendidik adalah sumber daya manusia di

sekolah yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar tetapi sangat mendukung keberhasilannya dalam kegiatan

administrasi sekolah.

28
b. Kualifikasi tenaga

Pada prinsipnya tenaga pendidik di SMA dituntut memiliki 2 (dua )

kemampuan keahlian sesuai dengan spesialisasi masing-masing.

Begitupun halnya pada tenaga pendidik di SMA dituntut memiliki

kemampuan mengelola administrasi yang meliputi surat-menyurat dan

ketatausahaan sekolah.

c. Analisis kebutuhan tenaga

SMA terdiri atas beberapa kelompok/keahlian dengan berbagai bidang

keahlian, memerlukan guru dengan latar belakang pendidikan dan

kemampuan serta keahlian yang disebut dengan spesialisasi sesuai dengan

latar belakang pendidikan dan kemampuan serta bidang keahlian yang

dimilikinya.

4. Sarana prasarana

Fasilitas pendidikan adalah sarana prasarana yang digunakan untuk

menunjang Pelaksanaan KBM dan kegiatan penunjang diklat. Fasilitas

pendidikan terdiri dari lahan, ruang, perabot, alat dan media pendidikan

bahan praktik serta buku dan bahan ajaran lainnya (Depdiknas, 2003), lebih

luas fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha dapat berupa

benda-benda maupun uang (Suryosubroto, 1997). Jadi dalam hal ini fasilitas

29
disamakan dengan sarana. Fasilitas atau sarana menurut Suharsimi Arikunto

(1988), dibedakan menjadi dua jenis:

1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau

yang dapat dibedakan yang mempunyai peranan untuk

memudahkan atau melancarkan suatu usaha.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat

mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sarana prasarana adalah

fasilitas fisik yang digunakan dalam menunjang proses belajar mengajar di

sekolah, sebagai wujud pemberian pelayanan pendidikan kepada

masyarakat. Yang dimaksud sarana prasarana yang diperlukan dalam

penyelenggaraan SMA yang sesuai dengan Pelayanan Administrasi (SPM)

adalah: secara garis besar fasilitas pendidikan itu dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (1) Lahan adalah sebidang tanah yang digunakan untuk

mendirikan bangunan sekolah. (2) Ruang adalah tempat yang digunakan

untuk melaksanakan KBM, kegiatan penunjang dan kegiatan administrasi. (3)

Perabot adalah seperangkat mebel yang digunakan untuk melaksanakan

KBM, kegiatan penunjang dan kegiatan administrasi. (4) Alat adalah sesuatu

yang digunakan untuk membuat atau melaksanakan hal-hal tertentu yang

berkenaan dengan KBM, kegiatan penunjang maupun administrasi. (5)

Bahan praktik adalah semua jenis bahan alami dan buatan yang digunakan

untuk praktik. (6) Bahan ajar adalah sumber bacaan yang berisi tentang ilmu

30
pengetahuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pada program

normative, adaptif dan produktif bahan ajar mencakup buku dan modul.

5. Organisasi

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau

susunan yakni dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu

kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara

orang-orang dalam kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab itu dimaksud

agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju kepada tercapainya tujuan

bersama (Suryosubroto, 1997).

Susunan organisasi SMA sesuai dengan ketentuan Pelayanan

Administrasi terdiri atas: (1) kepala sekolah, (2) wakil kepala sekolah, (3)

urusan tata usaha, (4) unit laboratorium, (5) unit perpustakaan, (6) dewan

guru.

Struktur organisasi sekolah menengah atas terlihat pada Gambar 2

berikut:

31
Komite Kepsek
Sekolah Wakasek

Kaur Tata
Usaha

Wakasek Wakasek Wakasek


Kurikulum Humas Sar. Pras. Wakasek

staf staf staf staf

KIR, Koordinato OSIS, Pramuka, UKS,

Kord. Kord. Kord. Kord. Lab. Kord. Kord. Kord. Kord.


10 K Lab. Lab. Bahasa Lab. Lab. Perpustaka BK/BP
Fisika Biologi Komputer Kimia

Wali
Kelas

Gambar 2. Struktur organisasi SMA Negeri 1 Malili

A. Pembiayaan

Dalam penyelenggaraan pendidikan, pembiayaan merupalan potensi

yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

kajian manajemen sekolah. Komponen pembiayaan pada suatu sekolah

32
merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-

kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen

lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan

biaya. Komponen pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-

dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Adapun petunjuk pada Pelayanan Administrasi mengenai pembiayaan

penyelenggaraan sekolah diatur sebagai berikut:

1. Sumber pembiayaan untuk mendukung kelancaran kegiatan sekolah

terdapat beberapa sumber pembiayaan antara lain: (1) Pemerintah

daerah. Pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran rutin dan

pembangunan sekolah negeri dan memberi subsidi bagi sekolah

swasta. (2) Masyarakat termasuk dana dari orang tua, dunia usaha.

(3) Sumber lain, yang berasal dari hibah, pinjaman, dana dari donatur,

dana unit produksi sekolah.

2. Komponen yang dibiayai meliputi (1) Kegiatan teknis edukatif untuk

proses belajar mengajar (kurikulum dan kegiatan evaluasi hasil

belajar); (2) Kegiatan penunjang untuk operasionalisasi ruang belajar

dan kegiatan ekstrakurikuler; (3) Perawatan peralatan teknis edukatif

(gedung, perabot, alat peraga, media); (4) Perawatan kegiatan

penunjang (lingkungan sekolah); (5) Kesejahteraan guru dan pegawai

sekolah (gaji, kelebihan jam mengajar, insentif, perjalanan); (6)

Langganan daya dan jasa (listrik, telepon, air, dan sebagainya); (7)

33
Program khusus yang mengacu pada peningkatan mutu sekolah yang

bersangkutan; (8) Kegiatan praktik; (9) Kegiatan lomba.

3. Satuan biaya. Dihitung berdasarkan biaya satuan tetap (fixed cost)

yang dihitung berdasarkan jumlah siswa, lokasi sekolah, dan program

kegiatan sekolah sesuai dengan jenis dan komponen pembiayaan

yang relevan.

4. Penentuan biaya yang dibebankan pada masyarakat, orang tua

ditentukan berdasarkan persetujuan pemerintah daerah atas usul dari

kepala sekolah bersama Badan Peranserta Masyarakat/Komite

Sekolah/BP3.

5. Pengelolaan dana pendidikan oleh sekolah secara mandiri dan

transparan serta dipertanggungjawabkan penggunaannya setiap

tahun kepada Badan Peranserta Masyarakat/Komite

Sekolah/BP3/dewan sekolah dan pemerintah daerah.

6. Rencana Anggaran penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Setiap satuan pendidikan wajib menyusun RAPBS. Dalam menyusun

RAPBS melibatkan Badan Peranserta Masyarakat/Komite

Sekolah/BP3 dan semua pihak yang berkepentingan terhadap

sekolah. Sumber-sumber pembiayaan sifatnya transparan dan

akuntabilitas.

7. Pemeriksaan pembiayaan setiap pemasukan dan pengeluaran agar

diaudit secara tertib dan teratur.

34
8. Pelaporan pembiayaan dilaksanakan secara tertib dan teratur.

B. Manajemen sekolah

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nasional Nomor

053/U/2001, dikatakan bahwa setiap SMA menerapkan Manajemen Mutu

Berbasis Sekolah. Dalam sistem ini, kepala sekolah bersama dewan guru

dan warga sekolah lainnya secara mandiri, transparan, dan bertanggung

jawab melaksanakan program sekolah untuk mencapai visi, misi, dan target

mutu yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang

berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, tentang

Pedoman Penyusunan Pendidikan Dasar dan Menengah (2002 : 33),

disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap sekolah:

1. Merumuskan visi, misi dan target mutu;


2. Merencanakan program kegiatan sekolah;
3. Melaksanakan program yang ditetapkan;
4. Memonitor dan mengevaluasi program;
5. Merumuskan target mutu baru;
6. Melaporkan kemajuan yang dicapai kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah.

Untuk mengawasi tercapainya program, maka dilakukan kontrol melalui:

(1) pemantauan dan pengawasan internal dan eksternal, (2) transparansi

manajemen, (3) akuntabilitas publik.

Begitupun selanjutnya penilaian sekolah dilakukan antara lain untuk

mengetahui tingkat efisiensi penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan

kurikulum, dan penilaian kinerja sekolah sebagai satu kesatuan. Penilaian

35
sekolah dapat bersifat nasional (pemerintah pusat), lokal (pemerintah

daerah), sekolah (penilaian diri sendiri “self assessment”) sesuai dengan

tujuan dan lingkupnya.

C. Peranserta masyarakat

Tujuan pokok mengadakan pembangunan hubungan sekolah dengan

masyarakat setempat adalah untuk memungkinkan orang tua dan warga

wilayah setempat berpartisipasi aktif penuh arti di dalam kegiatan pendidikan

sekolah (Wahjosumidjo, 2002).

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan

suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan

pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai

sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar,

yaitu masyarakat.

Peranserta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan,

diperlukan agar kondisi sekolah dapat memenuhi sekurang-kurangnya

standar minimal dan peningkatkan mutu pendidikan dapat dicapai.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001, dikatakan

bahwa untuk meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, di setiap

sekolah dibentuk organisasi badan peranserta masyarakat (seperti BP3,

komite sekolah, dewan sekolah, majelis sekolah atau organisasi lainnya)

yang memiliki tujuan:

1. Membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah;

36
2. Memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan sekolah;

3. Memantau, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan

pendidikan di sekolah;

4. Membantu dalam pembiayaan pendidikan yang diselenggarakan

oleh sekolah.

D. Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas Unggulan

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 054 Tahun 1993 disebutkan bahwa, Sekolah Menengah

Atas (SMA) adalah bentuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang

diselenggarakan untuk melanjutkan pendidikan dasar serta mempersiapkan

siswa untuk melanjutkan jenjang menengah dan mengembangkan sikap

profesional.

Sebagaimana yang digambarkan oleh para peneliti/ilmuwan terdahulu,

maka di bawah ini penulis menggambarkan sebagai berikut :

1. Rekrutmen peserta didik

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 menyatakan bahwa, ayat 1 : Tiap

warga negara berhak mendapatkan pengajaran, ayat 2 : Pemerintah

mengusahakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-

undang. Ini berarti bahwa pada prinsipnya seluruh warga negara Indonesia

berhak untuk menjadi peserta didik sekolah unggul/plus.

Renzuli, dalam Syifabudi (2004) menyatakan ada tiga kelompok ciri utama,

yaitu :

37
1. Kemampuan umum yang tergolong diatas rata-rata (above average

ability).

2. Kreativitas (creativity)

3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).

Depdiknas (dalam Syifabudi, 2004) telah memberikan pedoman

bahwa masukan (input, intake) berupa peserta didik diseleksi secara ketat

dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : (1) prestai belajar superior

dengan indikator angka raport, Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) dan hasil tes

prestasi akademik, (2) skor psikotes yang meliputi intelegensi, kreativitas,

emosional dan pengikatan diri terhadap tugas, (3) hasil tes fisik.

Berdasarkan pedoman diatas, bagi sekolah unggul/plus yang

diselenggarakan oleh sekolah Negeri/Swasta perlu dilakukan terhadap

seleksi sebagai berikut: (1) achievement test, yang meliputi bidang studi yang

di UAN-kan. Hal ini untuk meyakinkan hasil ujian akhir nasional (UAN) yang

diperolehnya serta bidang studi islam, khususnya bagi sekolah unggul/plus

yang bercirikan islam, (2) psikotes, untuk mengetahui potensi dasar peserta

didik yang meliputi: Inteligency Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan

Task Commitment (TC), (c) tes kesehatan, untuk mengetahui apakah calon

peserta didik terbebas dari penyakit menular dan tidak memiliki penyakit

berat.

38
Namun demikian, untuk sekolah unggul/plus yang bermisikan islam,

pertimbangan misi islam dalam memutuskan diterima tidaknya calon peserta

didik, perlu diperhatikan.

2. Tenaga pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 27 :

“Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan


mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga
kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
penilik pengawas, peneliti dan pengembangan di bidang pendidikan,
pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Tenaga pengajar
merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas
utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
disebut guru”.

Moeljadi (dalam Syifabudi, 2004) mengemukakan, tugas guru adalah

mengajar dalam arti memberikan pengetahuan dan meningkatkan

kecerdasan, melatih dalam arti membekali keterampilan dan mendidik dalam

arti memasyarakatkan sikap taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, mempertebal kebangsaan dan cinta tanah air. Tenaga

kependidikan sekolah unggul/plus agak berbeda baik dari segi bidang tugas

maupun persyaratan kualifikasinya. Tenaga kependidikan dari sekolah

unggul/plus sekurang-kurangnya terdiri dari kepala sekolah, guru, tenaga

bimbingan karir, pengembangan kurikulum, pustakawan, laboran, peneliti dan

pengembang, pengawas (supervisor), dan teknisi sumber belajar, bahkan

39
yang ingin menekankan pada pembentukan integritas karakter dan

keperibadian peserta didik perlu ditambah dengan pengelola asrama yang

bertugas menggantikan fungsi dan peran orangtua peserta didik di asrama

serta psikolog yang akan membantu peserta didik dalam memecahkan

masalah yang berkaitan dengan perkembangan dirinya dan membantu

memberikan arahan atau bimbingan karir guna meraih sukses dalam belajar.

Syifabudi (2004) mengemukakan: tenaga kependidikan sekolah

unggul/plus diutamakan yang telah berpengalaman dan ditunjang oleh

adanya keunggulan dan kemampuan intelektual, moral, keimanan, disiplin

dan tanggung jawab, keleluasaan wawasan kependidikan, kemampuan

mengelola, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam

memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik,

mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki

kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum. Persyaratan akademik

lainnya, berpendidikan terakhir sekurang-kurangnya S1dengan IPK minimal

2,75 dan lulus psikotes, tes kepemimpinan dan mampu menguasai bahasa

Inggris.

3. Manajemen mutu terpadu kegiatan belajar mengajar

Layanan pendidikan anak berbakat dalam penyelenggaraannya tidak

akan sempurna tanpa ada ulasan tentang manajemennya. Total Quality

Management (TQM) dalam kegiatan belajar mengajar memusatkan perhatian

40
pada fungsi manajemen dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu

bagaimana guru mengajar dan mengelola pengajaran yang disampaikan

kepada peserta didik, termasuk bagaimana upaya terbaik guru mencapai

tujuan ini. TQM dalam kegiatan belajar mengajar memusatkan perhatian

pada fungsi dan manajemen yang mentransformasikan upaya guru dan

peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. TQM memandang

kegiatan belajar mengajar yang dapat dikelola dan menyuarakan bahwa

suatu ikhtiar atau usaha yang mungkin dilakukan untuk bisa mencapai tujuan

dalam pendidikan terletak pada penerapan ide TQM pada proses kegiatan

belajar mengajar.

Kekuatan model TQM kegiatan belajar mengajar terletak pada

kemampuannya untuk mengajakan hipotesa mengenai strategi mengajar

yang meningkatkan keberhasilan belajar serta penekanan pada kualitas

produk, orientasi pada peserta didik, dukungan pada kerja kelompok dan

kegiatan yang berkesinambungan untuk memperbaiki diri.

Target TQM adalah perbaikan yang berkesinambungan di seluruh

organisasi. TQM merupakan suatu “pergeseran paradigma” dan berupaya

mencapai suatu bentuk budaya baru dalam lembaga atau perusahaan.

Pelaksanaan TQM seringkali harus dibentuknya tim perbaikan

pelaksanaan yang funsinya (cross functional) diambil dari berbagai tingkatan,

untuk memecahkan masalah utama dan dibentuknya kelompok kerja intra

departemen yang disebut gugus kualitas (quality circle).

41
Syifabudi (2004) mengemukakan bahwa : sekolah di negara maju,

seperti di Amerika Serikat saat ini mengalami apa yang disebut ”grassrools

revolution in the classroom”, kecenderungan mangubah, “sekolah model

pabrik” (factory model school) yang berdasarkan manajemen ilmiah (scientific

management) yang bercirikan fungsi edukatif, mulai ditinggalkan.

Manajemen tersebut mengikuti prosedur”keputusan dari atas” (top

down decision), namun keadaan itu sekarang sedang berubah. Sekolah

bukan semata-mata memiliki fungsi sosialisasi sehingga siswa terus menerus

menyesuaikan diri pada sistem, namun sistem harus lebih banyak

memperhatikan dan memenuhi kebutuhan peserta didik dalam

perkembangannya, manajemen sekolah menjadi berubah, revolusi yang

terjadi menghendaki perubahan agar manajemen sekolah diatur berdasarkan

“keputusan sekolah secara bersama-sama” (School based

management/shared decision making).

Model kegiatan belajar mengajar ini bercirikan perbaikan yang

berkesinambungan, umpan balik (feedback) yang tajam, guru yang

memperdayakan (empowering), peserta didik yang diberdayakan

(empowered) dan kerja tim di segala bidang. Suatu model kegiatan belajar

mengajar TQM harus mengandalkan diri pada strategi belajar yang

didasarkan pada informasi.

Model kegiatan belajar pada TQM menyoroti strategi kegiatan belajar

mengajar yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses belajar

42
mereka sendiri melalui pembentukan komunitas belajar dan memanfaatkan

kolaborasi model kegiatan belajar mengajar TQM.

Penerapan model kualitas industri pada manajemen kegiatan belajar

mengajar mengharuskan dilakukannya penerjemahan sejumlah istilah

sebagai “pelanggan” (customer). Pertama, guru menekankan upaya

memperoleh umpan balik dari peserta didik sebagai cam untuk menentukan

kebutuhan peserta didik. Kedua, peserta didik dipandang sebagai karyawan

(unsur sekolah), berarti guru memberdayakan peserta didik dengan

melibatkan mereka dalam keputusan manajemen penting yang berdampak

pada mereka.

4. Pengembangan dan inovasi kurikulum

Pada prinsipnya kurikulum sekolah unggul/plus adalah sama

dengan kurikulum sekolah biasa yakni melaksanakan kurikulum 1994

(Depdikbud, 1997). Namun ditambah dan diperkaya dengan kekhasan yang

efektif dan fungsional membawa visi dan misi sekolah unggul/plus, dengan

mengacu pada tujuan keunggulan.

Munandar (dalam Syifabudi, 2004) menyatakan bahwa untuk

melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan suatu

pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan

yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual peserta didik.

43
Dalam kaitan ini Setiawan, (dalam Syifabudi, 2004) menjelaskan

bahwa kurikulum berdiferensiasi merupakan kerangka berpikir konsepsional

dan memberikan pelayanan secara khusus kepada anak berbakat unggul

atau juga memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa ataupun hak

istemewa.

Pengembangan dan inovasi kurikulum berdiferensiasi adalah bagian

integral dari lingkungan belajar peserta didik, yang memberikan “layanan

unggul” kepada semua peserta didik. Sehingga peserta didik dapat diberikan

layanan pendidikan yang optimal setelah melalui proses diharapkan dapat

melahirkan lulusan unggul.

Konsep pengembangan dan inovasi kurikulum harus mampu

mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi dan kondisi empat

ranah, yaitu: afektif, psikomotorik, kognitif, dan intuitif. Keunggulan adalah

merupakan perkembangan optimal dan kreativitas.

Isi kurikulum peserta didik unggul/plus harus memuaskan dan

mengkoordinasikan ide dan masalah serta tema yang lebih luas, rumit dan

mendalam. Selain itu, juga mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara

melintang dengan sistem pemikiran, namun tidak terlepas dari kurikulum

yang berlaku serta harus tetap memiliki kesesuaian dan kesepadanan (link

and match).

Sementara Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana

Pendidikan Balitbang Depdikbud (dalam Syifabudi, 2004) menjelaskan isi

44
program pengajaran untuk peserta didik yang memiliki kemampuan dan

kecerdasan luar biasa lebih meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

bentuk pendalaman dan perluasan konsep-konsep, pengertian serta

nilai/perilaku tertentu, sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan

hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar

serta meningkatkan semaksimal mungkin pengetahuan, kemampuan dan

minat peserta didik dalam memilih program khusus sesuai dengan

kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.

5. Pendekatan strategi belajar dan mengajar

Pendekatan strategi belajar mengajar sekolah unggul/plus,

diarahkan pada terwujudnya proses belajar mengajar tuntas (mastery

learning) yang memacu peserta didik dapat belajar secara aktif dan kreatif

sesuai bakat, minat dan kemampuan masing-masing, dengan

memperhatikan keselarasan dan keseimbangan antara : (1) dimensi tujuan

pembelajaran, (2) pengembangan kreativitas dan disiplin, (3) penyeimbangan

persaingan dan kerja sama, (4) pengembangan kemampuan holistik dan

kemampuan berpikir atostik, (5) pelatihan berpikir induktif, deduktif dan

tuntutan prakarsa dan, (6) pengembangan iptek dan imtaq secara terpadu.

Dari sudut cara berpikir, strategi belajar mengajar lebih diarahkan

kepada proses belajar kreatif dengan mempergunakan proses berpikir

divergen (proses berpikir ke macam-macam arah, dan menghasikan banyak

45
alternatif penyelesaiaan) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir

yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat).

Dalam konteks ini, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator

daripada pengarah yang menentukan segalanya bagi peserta didik. Sebagai

fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk

mengembangkan inisiatif dalam menjajaki tugas guru. Guru harus terbuka

menerima gagasan peserta didik dan berusaha menghilangkan kekuatan dan

kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan

masalah secara kreatif.

Syifabudi (2004) mengemukakan: pendekatan strateg belajar

mengajar yang dilakukan, juga harus mampu membina dan mengembangkan

integritas karakter dan kepribadian peserta didik sehingga tercipta sosok

manusia yang bukan hanya cerdas dan terampil akan tetapi benar-benar

memiliki akhlak yang mulia. Pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui

pembinaan; pertama; Sikap mental yang mencakup: (1) Keimanan;

keteguhan iman, ketekunan beribadah, ukhuwah islamiyah, (2) Kejujuran;

kejujuran dalam sikap, kesetiaan mengakui kesalahan, keterbukaan terhadap

pendapat orang lain, ketulusan dan kerndahan hati, (3) keberanian; kegigihan

dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kepentingan bersama,

keberanian menyampaikan pendapat, saran dan kritik, kerelaan berkorban

untuk orang lain, (4) kemandirian; keteguhan dalam pendirian, kepercayaan

pada kemampuan sendiri, kemampuan untuk menyelesaikan sendiri

46
persoalan pribadi. Kedua; perilaku, yang mencakup: (1) kepemimpinan;

kemampuan mempengaruhi/menggerakkan orang banyak, kemampuan

bekerjasama, kemampuan mengambil keputusan, (2) pertanggungjawaban;

keteguhan menyelesaikan tugas dengan baik, mendahulukan tugas di atas

kepentingan pribadi, kemampuan mengambil resiko, (3) kedisiplinan;

kemampuan mengendalikan diri, ketaatan terhadap ketentuan, ketertiban

dalam penampilan dan perilaku, (4) kesemangatan; keteguhan mencapai

cita-cita, kemampuan berprestasi, tidak cepat menyerah, (5) keinisiatifan;

menumbuhkan hal-hal baru, mampu menyelesaikan masalah dengan tepat

dan cepat, mampu mengantisipasi masa depan, (6) kesopanan;

penghormatan, sopan dalam bergaul, dan menjaga kehormatan diri.

6. Pengembangan sarana dan prasarana

Syifabudi (2004) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang amat

penting disamping kompetensi guru dan kualitas manajemen, juga

tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik dari segi kualitas

untuk tercapainya penyelenggaraan sekolah unggul/plus.

Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan pada sekolah unggul

seyogyanya memperhatikan aspek efisiensi, yakni bahwa sarana dan

prasarana tersebut dapat memberikan kemudahan tercapainya proses

belajar mengajar secara efektif dan dapat mengembangkan potensi peserta

didik. Selain itu juga sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan setempat,

karakteristik program dan taraf perkembangan peserta didik.

47
Sarana prasarana pada sekolah unggul/plus sekurang-kurangnya

mencakup: ruang kelas, ruang kantor, laboratorium, ruang perkembangan

bakat, minat, tempat peribadatan, kamar mandi, perpustakaan, tempat olah

raga dan seni, layanan masyarakat, arama tempat penelitian dan

pengembangan keunggulan, pusat pengetahuan dan teknologi (iptek).

7. Pengembangan sistem evaluasi pengajaran

Evaluasi kegiatan dan kemajuan belajar pada hakekatnya adalah

upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik. Evaluasi

pengajaran pada sekolah unggul/plus tidak hanya bertujuan untuk

mengetahui kemajuan peserta didik dalam rangka keperluan perbaikan dan

peningkatan kegiatan belajar peserta didik, melainkan juga untuk

memperoleh umpan balik atau usulan bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan

proses belajar mengajar.

Pada sekolah unggul/plus dilakukan berbagai jenis evaluasi yakni: (1)

dilihat dari cakupannya; ada evaluasi program yang mempunyai sasaran

yang komperhensif dan evaluasi hasil belajar, (2) dilihat dari waktunya; ada

evaluasi harian, mingguan, catur wulanan, tengah tahunan, dan tahunan. (3)

dilihat dari cakupan pemanfaatan informasi hasil belajar; ada evaluasi

formatif dan sumatif, (4) dilihat dari sudut pelaksanaannya; ada evaluasi yang

dilakukan oleh diri sendiri (self evaluation) dan ada yang dilakukan oleh orang

lain. Sedang instrumen yang digunakan meliputi:

48
1. Untuk hasil belajar dapat disusun tes prestasi belajar dalam berbagai

bentuk seperti tes objektif, tes essay dan tes kinerja (performance test).

2. Untuk penilaian keperibadian dapat dikembangkan catatan harian,

pedoman observasi dan chek list.

3. Untuk menilai kualitas PBM dapat dilakukan dengan menggunakan

pedoman observasi dan kuesioner.

4. Untuk menilai kerjasama dan hubungan sosial dapat digunakan kuesiner,

pedoman observasi, dan pedoman wawancara.

Beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan dalam evaluasi pengajaran,

pada sekolah unnggul/plus, yakni :

1. Objektif, berdasarkan kenyataan yang ada, bukan tafsiran yang bersifat

pribadi.

2. Sahi, sesuai dengans sifat informasi yang akan dicari.

3. Terandal, jika dilakukan berung kali memberi hasil.

4. Representatif, meliputi aspek yang mewakili keseluruhan yang akan

dievaluasi.

5. Komprehensif, meliputi beberapa aspek belajar, aspek perkembangan dan

lain-lain.

49
8. Strategi manajemen organisasi

Agar tujuan penyelenggaraan sekolah unggul/plus dapat tercapai

secara efektif, perlu dikembangkan strategi pelakanaan manajemen

organisasi, yang didalamnya tergantung brbagai pemikiran sebagai berikut :

1. Manajemen organisasi sekolah unggul plus yang harus membangun

sebanyak-banyak partisipasi yang kooperatif dengan masyarakat,

khususnya orang tua murid. Ini dimaksudkan untuk menggali sumber-

sumber termasuk sumber dana. Keikut sertaan masyarakat dalam hal ini

akan sangat mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan sekolah

unggul/plus secara berdayaguna dan berhasil guna. Namun dukungan

tersebut tidak sampai kepada hal-hal yang bersifat teknis, agar

pengelolaan tetap otonomi kebijakan. Partisipasi masyarakat ini, ini juga

harus dilandasi oleh kesadaran dan kesamaan pandangan akan

pentingnya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan karena

paksaan.

2. Manajemen sekolah unggul/plus hendaknya tidak berorientasi kepada

keuntungan materil, tetapi lebih kepada upaya tercapainya pemerataan,

perluasan dan percepatan peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Pendekatan ini memiliki makna bahwa besarnya biaya untuk

penyelenggaraan sekolah unggul/plus sangat bernilai strategis sekalipun

kurang bernilai ekonomis. Disini prinsip yang kuat membantu yang lemah

50
dapat diterapkan, yakni dengan cara pemberian beasiswa kepada peserta

didik berprestasi yang tidak mampu.

3. Peran pimpinan harus bergeser dari pengendalian menjadi mengarahkan,

dari memberi menjadi memperdayakan (empowering). Ini merupakan

konsep yang sangat mendasar dalam mengembangkan kinerja bawahan

ke arah yang lebih sempurna. Sebab dengan cara ini akan memberikan

kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kreatifitasnya

dalam menggali gagasan yang orisinil dalam meningkatkan produktifitas

kerja.

4. Manajemen organisasi sekolah unggul/plus harus mampu

mengembangkan keterbukaan (transparancy) kebertanggung-jawaban

(accountability). Adanya keterbukaan sangat penting guna

penyempurnaan penyelenggaraan sekolah unggul/plus. Keterbukaan akan

merangsang perbaikan melalui saling silang gagasan (cross fertilization).

Keterbukaan juga akan membawa suasana yang menggerakkan

partisipasi dan penghidupan demokrasi. Sehingga masalah-masalah yang

muncul akan dapat diatasi bersama dan pikiran-pikiran pembaharuan akan

mudah diterima. Berkaitan dengan keterbukaan, adlah

kebertanggungjawaban (accountability). Keterbukaan akan memberikan

kemudahan meminta pertanggungjawaban, sebaliknya ketertutupan akan

menimbulkan kecurigaan.

51
5. Manajemen sekolah unggul/plus hendaknya berorientasi kepada: (1)

peningkatan mutu pendidikan, dalam rangka peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan nasional, (2)

peningkatan kemandirian dan menghilangkan ketergantungan, memper-

ahankan kekhasan, (3) peningkatan kepekaan terhadap perubahan sosial,

dengan demikian akan bertahan pada segala zaman.

Kelima strategi di atas, merupakan suatu kesatuan yang utuh di dalam

penyelenggaraan pendidikan sekolah unggul/plus (integrated education).

E. Kerangka Pikir

Pelayanan Administrasi (SPM) merupakan spesifikasi teknis sebagai

patokan pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh Daerah

Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan persekolahan di bidang

pendidikan dasar dan menengah (Keputusan Menteri pendidikan Nasional

Nomor 053/U/2001).

Terkait dengan hal-hal di atas maka Pelayanan Administrasi (SPM)

yang telah ditetapkan dijadikan sebagai acuan atau patokan penyelenggara

pada Sekolah Menengah Atas (SMA).

Penetapan Pelayanan Administrasi oleh pemerintah merupakan salah

satu perwujudan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan dalam

52
bidang pendidikan untuk menjamin pemerataan pelayanan pendidikan

kepada masyarakat.

Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi pada SMA Negeri 1 Malili

dengan membandingkan Pelayanan Administrasi yang telah ditetapkan,

maka diukur efektivitas penyelenggara sesuai dengan indikator-indikator

Pelayanan Administrasi yaitu: kurikulum, peserta didik, ketenagaan, sarana

prasarana, organisasi, pembiayaan, rencana pengembangan sekolah,

peranserta masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir (kerangka konseptual)

dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

Perencanaan

Manajemen Pengorganisasian
SMAN Unggulan
di
Kabupaten Luwu
Timur Pelaksanaan

Pengawasan

Gambar 3 : Kerangka Pikir

Manajemen adalah proses mengkoordinasi rangkaian kegiatan kerja

agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Di mana fungsi-fungsi manajemen

53
yang akan ditelaah yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan.

Perencanaan adalah suatu proses penentuan dan penyusunan

rencanan program yang meliputi kegiatan yang akan dilakukan di masa yang

akan datang dengan jangka waktu yang telah ditentukan .

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-

orang, alat-alat tugas dan tanggung jawab yang dapat digerakkan sebagai

suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan.

Pelaksanaan adalah rencana yang telah disusun kemudian

dilaksanakan melalui koordinasi sehingga dapat terorganisir.

Pengawasan adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan program

atau rencana yang telah disusun apakah sesuai dengan pelaksanaannya

atau tidak dan apakah hasilnya sesuai dengan acuan yang telah ditentukan.

54
55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Adapun alasan pemilihan metode tersebut didasarkan

pada pertimbangan bahwa, penelitian selain dimaksudkan untuk mengkaji

atau mendeskripsikan Pelayanan Administrasi bidang pendidikan, juga

dimaksudkan untuk membandingkan suatu kejadian dan kegiatan standar

dan program yang telah ditetapkan.

Adapun lokasi penelitian yaitu pada SMA Negeri 1 Malili Kabupaten

Luwu Timur. Hal ini dengan pertimbangan bahwa pemerintah Kabupaten

Luwu Timur memberikan prioritas kepada penyelenggara pendidikan

khususnya pendidikan dasar, selain itu juga untuk meningkatkan animo

masyarakat terhadap Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA).

B. Sasaran Penelitian

Terkait dengan pendekatan survei dan pendekatan populasi pada

penelitian ini, maka yang menjadi sasaran dalam penelitian ini meliputi Guru,

pegawai administrasi SMA Negeri 1 Malili.

55
D. Definisi Operasional Konsep

Dalam penelitian ini, aspek-aspek (konsep) yang diteliti adalah

manajemen Pelayanan Administrasi, yang mencakup:

1. Perencanaan adalah suatu proses penentuan dan penyusunan

rencanan program yang meliputi kegiatan yang dilakukan di masa yang

akan datang dengan jangka waktu yang telah ditentukan serta

menggunakan sumber daya manusia dan sumber lainnya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang mengacu pada

pencapaian seluruh komponen Pelayanan Administrasi.

2. Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan

orang-orang, alat-alat tugas dan tanggung jawab yang dapat digerakkan

sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan serta mengacu

pada pencapaian Pelayanan Administrasi.

3. Pelaksanaan adalah rencana yang telah disusun kemudian

dilaksanakan melalui koordinasi sehingga dapat terorganisir dengan

menggunakan prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas sebagai pimpinan sehingga terarah pada

pencapaian Pelayanan Administrasi.

4. Pengawasan adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

program atau rencana yang telah disusun apakah sesuai dengan

pelaksanaannya atau tidak, apakah hasilnya sesuai dengan acuan yang

56
telah ditentukan dalam Pelayanan Administrasi yang sesuai dengan

komponen–komponen yang ada di dalamnya.

Untuk menciptakan kesatuan persepsi terhadap objek yang diteliti,

maka defenisi operasional variabel yang digunakan sebagai berikut:

1. Kurikulum

Kurikulum adalah pedoman dalam menggerakkan proses kegiatan

belajar mengajar yang diberikan kepada peserta didik dengan tujuan

mencapai tujuan pendidikan, yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari:

ketersediaan kurikulum nasional, Pelaksanaannya kurikulum hasil konsultasi

nasional, prosentase daya serap kurikulum nasional, prosentase daya serap

kurikulum hasil penyesuaian, keterlaksaan uji kompetensi 2009/2010.

2. Peserta didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang terdaftar sebagai siswa

dan mendapatkan pelayanan pendidikan SMA sesuai ketentuan yang

berlaku, yang tingkat keberhasilannya diukur dari: Angka Partisipasi Kasar

(APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Pendaftaran Siswa, Angka

Putus Sekolah (APS), Angka Mengulang (AMK), Kelangsungan Belajar

Siswa, Prosentase Kelulusan, Keterserapan tamatan tahun 2009/2010.

3. Ketenagaan

Ketenagaan adalah tenaga kependidikan yang secara langsung atau

tidak langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan pada sekolah mengah

atas, yang tingkat keberhasilannya diukur dari: Kinerja kepala

57
sekolah,prosentase guru berkualifikasi, prosentase guru berkeahlian, rasio

guru dengan siswa.

4.Sarana prasarana

Sarana prasarana adalah seluruh fasilitas pendidikan yang digunakan

untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar pada sekolah

menengah atas yang dibutuhkan dalam menunjang proses belajar mengajar,

yang tingkat keberhasilannya diukur dari: Lahan, Bangunan, Perabot,

Peralatan / Lab / Media / Perabot / Bengkel, Buku Teks, Sarana Olahraga,

Bahan Ajar.

2. Organisasi

Organisasi adalah struktur dan susunan hubungan kerja sama antara

personil yang ada pada sekolah menengah atas yang sesuai dengan tugas

dan tanggung jawab masing-masing, yang tingkat keberhasilannya diukur

dari: Struktur Organisasi, personalia, uraian tugas, mekanisme kerja.

3. Pembiayaan

Pembiayaan adalah dana yang tersedia di sekolah menengah atas

yang digunakan untuk membiayai seluh kegiatan dalam penyelenggaraan

pendidikan yang bersumber dari anggaran pemerintah dan anggaran

swadaya serta sumber lain.

58
4. Rencana pengembangan sekolah

Rencana Pengembangan sekolah adalah proses pengelolaan sekolah

dengan menerapkan manajemen mutu berbasis sekolah, yang tingkat

keberhasilannya diukur dari: Pemahaman visi, misi sekolah, Tingkat

kehadiran guru/siswa/tenaga lainnya, Tertib administrasi iklim kerja, Kinerja

sekolah, dan Kinerja Kepala Sekolah.

5. Peranserta masyarakat

Peranserta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara aktif

dalam kegiatan pendidikan dalam penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas,

yang tingkat keberhasilannya diukur dari: dukungan badan peranserta

masyarakat/komite sekolah/BP3, perhatian orang tua, peranserta tokoh

masyarakat, dan peranserta dunia usaha.

C. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan Wawancara, yang yang

dilakukan informan utama dan informan kunci disetiap sekolah. Hal ini

dimaksudkan untuk lebih menjamin akurasi data.

Untuk menguatkan/melengkapi informasi yang diperoleh, dilakukan

pula observasi dan wawancara kepada setiap kepala sekolah, dan telaah

dokumen-dokumen.

59
D. Instrumen Penelitian

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengungkap dan mendapatkan

informasi yang lengkap dan akurat yang bersumber dari informan kunci

tenaga pengelola pendidikan, diantaranya; kepala sekolah, guru, tanaga

administrasi lainnya yang berhubungan dengan pelayanan pendidikan

kepada para pelanggan terutama kepada siswa selaku pelanggan eksternal

primer pendidikan. Teknik wawancara yang digunakan adalah dengan

menghindari pertanyaan yang jawabannya mengarah kepada dua pilihan

yaitu; ya, tidak. Pengembangan teknik wawancara dengan pertanyaan

terbuka yang memerlukan jawaban dan argumentasi adalah suatu hal yang

perlu diperhatikan. Berbagai teknik wawancara dapat dilakukan tergantung

dari situasi dan kondisi terhadap informan kunci yang menjadi fokus

penelitian, termasuk penggunaan tape recorder untuk mengantisipasi

kemungkinan adanya data yang terlupakan/ hilang.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu upaya yang digunakan untuk

mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kesiapan

fungsi setiap penyelenggara pendidikan, serta hasil-hasil yang telah diperoleh

dalam kurun waktu tertentu, terutama dikaitkan dengan besarnya biaya yang

60
diperoleh dan digunakan dalam pencapaian hasil pendidikan yang

direncanakan sebelumnya.

3. Observasi

Digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan masalah verifikasi

atau mencocokkan berbagai hal yang diperoleh melalui penelusuran

dokumentasi dan informasi dari berbagai hal, terutama tentang bahan, alat

dan media pembelajaran serta segala bentuk sarana prasarana penunjang

pembelajaran, termasuk hal yang berhubungan dengan program

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai aspek., dengan

menggunakan wawancara untuk pengumpulan data penelitian

E. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa uraian kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.

61
62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Visi SMA Negeri 1 Malili adalah Menuju Sekolah kompetitif,

berprestasi, mampu berbahasa Inggris berbasis lingkungan, berwawasan

kebangsaan, berdasarkan IPTEKSO dan IMTAQ yang dapat digunakan untuk

mengembangkan sumberdaya siswa. Dengan misinya yaitu: (1).

Mengembangkan pembelajaran sesuai dengan standar isi berdasarkan Imtaq

mengembangkan lingkungan sekolah bersih dan nyaman yang mendukung

pembelajaran mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi, seni, dan Olah

Raga mengembangkan partisipasi masyarakat yang berwawasan

kebangsaan. Indikator visi unggul dalam berinovasi pembelajaran

berdasarkan Imtaq unggul dalam kinerja profesional guru dan pegawai

unggul dalam Iptekso unggul dalam kerja sama.

Dalam rangka pencapaian visi misi tersebut, terdapat sembilan

program strategis yang akan dilakukan yaitu: (1). Pemenuhan SKL SMA yang

bertaraf Standar Nasional Mandiri merintis ketaraf Internasional (2).

Pemenuhan standar isi merintis bertaraf internasional (3). Pemenuhan

standar proses merintis bertaraf internasional. (4). Pemenuhan Standar

62
Tenaga Pendidik dan Kependidikan merintis bertaraf Internasional (5).

Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana merintis bertaraf Internasional

(6). Pemenuhan standar pengelolaan merintis bertaraf internasional (7).

Pemenuhan Standar Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan (8).

Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan merintis Bertaraf Internasional (9)

Pengembangan Budaya dan lingkungan sekolah

Kegiatan pelaksanaan program tersebut didukung oleh 50 tenaga

pengajar yang terdiri atas 41 orang guru tetap dan 9 orang guru tidak tetap

serta dibantu oleh 6 orang tenaga administrasi, 3 orang clening service dan 2

orang satpam

SMA Negeri 1 Malili merupakan salah satu sekolah unggulan dengan

spesifikasi/Tipe A, dengan jumlah rombongan belajar (rombel) sebanyak 27

rombel dengan perincian masing-masing kelas X 8 kelas, kelas XI IPA 3

kelas, kelas XI IPS 6 kelas, kelas XII IPA 3 kelas dan Kelas XII IPS 7 kelas

untuk Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah murid yang dibina pada SMA

Negeri 1 Malili adalah: Kelas 1 sebanyak 333 orang, kelas 2 sebanyak 304

orang dan kelas 3 sebanyak 308 orang dengan jumlah keseluruhan sebanyak

945 orang siswa.

63
B. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Administrasi (SPM)

1. SMA Negeri 1 Malili

SMA Negeri 1 Malili dalam pelaksanaan Pelayanan Administrasi

(SPM), program perencanaan yang paling awal dilakukan dalam tahun ajaran

baru adalah perencanaan kurikulum nasional dan muatan lokal dalam bentuk

pengembangan silabus mata pelajaran dengan melibatkan semua komponen

sekolah. Sesuai dengan penuturan beberapa informan menyatakan bahwa

perencanaan pengembangan kurikulum melibatkan semua unsur sekolah;

kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi.

Perencanaan peserta didik dilakukan dengan membentuk panitia

penerimaan siswa baru pada setiap tahun ajaran yang disesuaikan dengan

aturan dan petunjuk pelaksanaan yang telah digariskan oleh Dinas

Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Luwu Timur serta Surat Edaran Bupati Luwu Timur, tentang tata cara

penerimaan siswa baru, termasuk syarat dan kriteria pendaftaran calon siswa

baru yang akan diterima di SMA Negeri 1 Malili, hal ini perlu dilakukan

mengingat animo masyarakat yang akan menyekolahkan anaknya pada SMA

Negeri 1 Malili setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup

signifikan, sebagaimana data yang diperoleh dari penelusuran dokumentasi

sekolah, berupa laporan tahunan yang disampaikan oleh sekolah setiap

64
bulannya ke pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Luwu

Timur.

Menurut salah satu sumber (HSM 53) bahwa:

”Dalam rangka penyusunan program penerimaan siswa baru, sekolah


membentuk panitia pelaksana penerimaan, dengan melibatkan
beberapa orang guru, tenaga administrasi, dan pengurus komite
sekolah. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga faktor transpanrasi,
akuntabilitas, dan obyektifitas dari pelaksanaan kegiatan tersebut,
disamping itu dengan keterlibatan unsur komite sekolah, masyarakat
dapat melihat bahwa pelaksanaan kegiatan penerimaan siswa baru
telah terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan sesuai dengan
jumlah dan kapasitas daya tampung sekolah, yaitu sebanyak 9 rombel
dengan jumlah masing-masing rombel sebanyak 35 orang siswa serta
memperhatikan seberapa besar jumlah siswa yang mengulang pada
tahun ajaran tersebut (wawancara, 20 Oktober 2011)’.

Proses perencanaan penerimaan siswa baru dengan melibatkan

beberapa guru dan staf admnistrasi serta pengurus komite merupakan salah

satu bentuk pengelolaan sekolah yang transparan dan akuntabel, termasuk

dalam rencana penerimaan bantuan dana biaya pengelolaan pendidikan

yang berasal dari Dana APBD sesuai RKA setiap tahun. Disamping itu

rencana pengembangan sekolah, terutama tentang peningkatan kualitas

pembelajaran dan mutu luaran termasuk aspek peningkatan kedisiplinan,

mental serta akhlak siswa, direncanakan beberapa bentuk program yang

bertujuan untuk pencapaian visi misi sekolah melalui tahapan program

tahunan.

Aspek perencanaan ketenagaan dilakukan dengan melihat kondisi riil

sekolah, setelah melakukan analisis SWOT, terutama dalam hal potensi dan

65
kekuatan serta kelemahan yang akan menjadi ancaman dikemudian hari,

agar dilakukan upaya antisipatif sehingga pemberdayaan potensi ketenagaan

dapat dilakukan secara optimal dan berhasil guna.

Menurut salah satu sumber (HSL 54) bahwa:

’Dalam rangka penyusunan program kegiatan ketenagaan terutama


dalam mengantisipasi berbagai masalah yang timbul dan adanya
beberapa tuntutan dari masyarakat dan orang tua siswa melalui komite
sekolah, mengharapkan adanya upaya nyata yang dilakukan oleh
pihak sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran,
luaran dan tingkat kedisiplinan anak termasuk peningkatan mental dan
akhlak siswa dalam rangka mengantisipasi perkembangan global dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program tersebut perlu
direncanakan secara matang oleh pihak sekolah bersama-sama
dengan pengurus komite melalui suatu bentuk perencanaan yang
berkesinambungan melalui analisis SWOT, sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan penggunaan dana yang lebih efektif
dan efisien (wawancara, 3 Oktober 2011)”.

Aspek perencanaan sarana dan prasarana, ketersediaan bahan, alat,

dan media pembelajaran dalam menunjang kegiatan PBM di sekolah

menurut (MSTK 45) bahwa:

”Diharapkan setiap kelas tersedia 1 LCD Proyektor, ini bisa dikatakan


sebagai suatu alat yang sangat penting. Hal itu saya anggap masih
kurang, apalagi pelajaran seperti IPA,IPS dan matematika serta
bahasa. Alat-alat yang kami gunakan masih sangat cukup tetapi
tenaga tehnisi yang tidak ada apabila ada kerusakan, 3 Mei 2011).
Lebih lanjut (HSL 54) menyatakan bahwa kalau di bilang cukup ya,
tapi seandainya di bilang lengkap mungkin tidak. Sebagaimana
sekolah-sekolah lain juga mungkin ada keterbatasan. Untuk itu perlu
mengelola sekolah dengan baik. Tapi kalau di bilang sekarang sudah
cukup dalam arti sudah menunjang PBM, misalnya peralatan-
peralatan di laboratorium, bahan-bahan lainnya atau pun penggunaan
laboratorium computer sudah bisa digunakan secara optimal dan
maksimal. Jadi mengenai pemanfaatan sarana dan prasarana atau
ketersediaan alat dan bahan sudah cukup memadai (wawancara, 3
oktober 2011)”.

66
Perencanaan organisasi, peranan personalia (sumber daya manusia)

dalam suatu organisasi sangat penting, namun sumber daya manusia akan

optimal jika dikelola dengan baik. Kepala sekolah memiliki peran sentral

dalam mengelola personalia di sekolah, sehingga sangat penting bagi kepala

sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personil dengan

baik. Menurut (HSA 53) bahwa:

’Memang di suatu organisasi/sekolah tentunya ada struktur organisasi


yang dapat dipedomani dalam mendayagunakan tenaga yang dimiliki
oleh sekolah, mendayagunakan staf artinya memberi tugas yang
sesuai dengan kemampuannya, sehingga setiap orang dapat bekerja
secara efektif dan efisien artinya tempatkanlah orang pada jabatan
atau tugas yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya; katakanlah
misalnya urusan kurikulum, tentu ditempatkan orang-orang yang
mampu mengerjakan pekerjaan kurikulum (wawancara, 3 oktober 2011)”.

Aspek perencanaan pembiayaan, bagi sekolah negeri, sumber dana

sekolah terbagi menjadi dua, yaitu: (1) dari pemerintah, yang umumnya terdiri

dari dana rutin, yaitu gaji serta biaya operasional sekolah dan perawatan

fasilitas (OPF), serta (2) dana dari masyarakat tidak ada digantikan dengan

dana Gratis berasal dari APBD dengan dari masyarakat. Dilihat dari sisi

penggunaan, sumber dana dapat dibagi menjadi: (1) anggaran rutin, yaitu

gaji, biaya operasional sehari-hari sekolah, dan (2) anggaran untuk

pengembangan sekolah. Masalah keuangan seringkali menjadi masalah

cukup rumit di sekolah. Pengelolaan keuangan terkait dengan program

tahunan sekolah. Pada dasarnya rencana keuangan adalah penjabaran

pembiayaan dari program kerja. Pembiayaan yang direncanakan, baik

67
penerimaan maupun penggunaannya selama satu tahun itulah yang

dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja

Sekolah (RAPBS).

Menurut informan (MSTK 45) bahwa:

”Berbicara masalah pembiayaan yang dilakukan di sekolah selalu


dipertimbangkan bahwa sekolah kami adalah sekolah kualisi. Program
sekolah selalu memperhitungkan faktor efesiensi dan efektifitas
terutama menyangkut biaya, dan yang diperhitungkan adalah hal-hal
yang sangat prioritas (wawancara, 4 November 2011)”.

Aspek perencanaan pengembangan sekolah, mengelola perubahan di

sekolah bermakna bahwa perubahan terjadi sepanjang hidup. Sekolah

berkembang, artinya berubah menjadi lebih baik misalnya sekolah berubah

dari kurang disiplin menjadi sekolah yang memiliki disiplin tinggi. Perubahan

di sekolah selalu melibatkan banyak pihak, guru, siswa, tenaga administrasi,

orang tua siswa, dan sebagainya. Tugas kepala sekolah adalah sebagai agen

utama perubahan yang mendorong dan mengelola agar semua pihak yang

terkait, termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut.

Menurut informan (MS 44) bahwa:

”Masalah upaya pengembangan sekolah, tidak mungkin suatu sekolah


tidak ada upaya yang dilakukan, misalnya minimnya bantuan yang
diberikan oleh pihak pemerintah utamanya kita membutuhkan
laboratorium Komputer dengan sendirinya kita kontek dengan komite
sekolah bekerjasama kemudian kita menghubungi alumni-alumni yang
sudah berhasil untuk dimintai sumbangsinya untuk membuat
laboratorium Komputer itu (wawancara, 4 November 2011)”.

Aspek perencanaan peranserta masyarakat, Pendidikan tidak hanya

merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi juga orang tua dan

68
masyarakat. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pembina komite sekolah,

diharapkan dapat mengaktifkan semua jajaran dalam organisasi Komite

Sekolah, khususnya pengurus Komite Sekolah. Tugas utama komite sekolah,

khususnya pengurus adalah untuk membantu kelancaran penyelenggaraan

pendidikan di sekolah, baik langsung maupun tidak langsung, dengan

mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat, dan

lingkungan. Pendayagunaan tidak hanya bersifat materil keuangan, tetapi

juga bersifat non materil seperi pemberian saran dan dukungan pemikiran.

Dengan bantuan Komite Sekolah untuk memperlancar proses pembelajaran,

diharapkan kualitas sekolah dan pendidikan dapat ditingkatkan.

Selanjutnya informan (MSTK 45) bahwa:

”Biasanya kita undang orang tua siswa, tokoh masyarakat, para


pengusaha maupun para alumni untuk diajak bermusawarah dalam
rangka memikirkan bagaimana SMA 1 ini bisa maju apalagi sekolah
kita ini adalah sekolah kualisi/bertarap nasional(SSN), oleh karena itu
dengan sendirinya sangat kita butuhkan masukan-masukannya berupa
sumbangan pemikiran dalam rangka kemajuan sekolah kita kedepan
(wawancara, 4 November 2011)”.

SMA Negeri 1 Malili dalam pelaksanaan Pelayanan Administrasi

(SPM), dalam hal program pengorganisasian; bahwasanya untuk

melaksanakan program/atau kegiatan sekolah yang telah disusun tentu

memerlukan orang/tenaga. Orang tersebut harus diorganisasikan agar dapat

bekerja secara efektif dan efisien. Jadi mengorganisasikan berarti melengkapi

program yang telah disusun dengan susunan organisasi pelaksananya.

Dalam organisasi, setiap kegiatan (apa) harus jelas siapa yang mengerjakan,

69
kapan dikerjakan, dan apa targetnya, itu harus tergambar dengan jelas dalam

pengorganisasian.

Menurut informan (MS 44) mengatakan bahwa:

”Kita mengatur pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal


pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler; diupayakan setiap guru
memeperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas minimal
(wawancara, 6 November 2011)”.

Aspek Pengoganisasian peserta didik, dikatakan bahwa semua

kegiatan di sekolah pada akhirnya ditunjukkan untuk membantu siswa

mengembangkan dirinya. Upaya itu akan optimal jika siswa sendiri secara

aktif berupaya mengembangkan diri, sesuai dengan program-program yang

dilakukan sekolah. Perlu diketahui, meskipun ada wakasek bidang

kesiswaan, kepala sekolah tetap memegang peran sangat penting karena

keputusan akhir setiap kegiatan ada pada kepala sekolah. Tugas kepala

sekolah dibantu wakasek bidang kesiswaan meliputi: penerimaan siswa baru,

pembinaan siswa di sekolah, dan pemantapan program kesiswaan.

Berdasarkan penuturan responden (HSN 46) mengatakan bahwa:

’Setiap tahun ajaran baru ada beberapa hal perlu kita sikapi antara
lain: (1) penerimaan siswa baru meliputi; perencanaan daya tampung
dan seleksi siswa baru, (2) pembinaan siswa meliputi; pengelompokan
siswa, kenaikan kelas, penetapan program pembinaan disiplin, dan
kegiatan ekstrakurikuler, (3) pemantapan program kesiswaan, hal ini
dilakukan karena pelaksanaan sehari-hari program tersebut dilakukan
oleh banyak staf dan kegiatannya sangat bervariasi sehingga
kesemuanya itu perlu diorganisasikan dengan baik (wawancara, 6
November 2011)”.

70
Aspek pengorganisasian ketenagaan/personalia dalam suatu

organisasi, termasuk sekolah sangat penting. Kepala sekolah memeiliki

peran sentral dalam pengelolaan personalia di sekolah, sehingga sangat

penting bagi kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan

personalia dengan baik. Tugas kepala sekolah dalam hal ini mencakup

aspek; pengadaan tenaga, pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki, serta

pembinaan dan pengembangan. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu

siklus berkelanjutan, yang harus dikerjakan dan hasilnya dikaji ulang secara

priodik.

Menurut informan (MSTK 45) dikemukakan bahwa:

”Guru-guru/tata usaha itu mengajar/bekerja sesuai dengan keahlian


yang dimilikinya. Jadi adapun hal-hal lain itu merupakan tambahan
saja karena keterbatasan tenaga baik tenaga guru maupun tenaga
tata usaha (wawancara, 6 November 2011)”.

Pengorganisasian sarana dan prasarana termasuk perawatannya, hal

ini dimaksudkan bahwa kepala sekolah dibantu wakasek bidang sarana dan

prasarana untuk membentuk tim pelaksana di sekolah yang terdiri atas

kepala sekolah, wakasek bidang sarana dan prasaran, kepala tata usaha,

wakil komite, dan penanggung jawab laboratorium (IPA, komputer, bahasa,

dan lainnya).

Selanjutnya (MSTK 45) mengemukakan bahwa:

”Di sekolah kami yang diberikan kewenangan dalam menyusun dan


mengurusi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah adalah wakasek
urusan sarana dan prasarana dan termasuk pula tata usaha terutama
dalam hal pencatatan serta pelaporan barang baik itu bantuan dari

71
pemerintah maupun bantuan dari masyarakat (wawancara, 7
November 2011)”.

Pengorganisasian seperti yang sudah dijelaskan terdahulu bahwa

untuk melaksanakan program/kegiatan sekolah yang telah tersusun tentu

diperlukan orang/tenaga dimana orang tersebut harus diorganisasikan agar

dapat bekerja secara efektif dan efisien, hal tersebut sebagaimana yang

dikatakan oleh (MSTK 45) bahwa:

’Semua aspek jabatan serta komponen sekolah sudah teroganisir


secara baik sebab terlihat bahwa masalah pengangkatan urusan-
urusan itu berdasarkan keahliannya masing-masing (wawancara, 7
November 2011)”.

Aspek Program pembiayaan/keuangan sekolah bahwa bagi sekolah

negeri bersumber dari pemerintah Pusat dan Daerah. Prisipnya

pengelolaannya harus jelas dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut informan (HMA 56) mengatakan:

’Di sekolah kita sumber dana yang ada selama ini berasal dana
bantuan dari pemerintah berupa dana rutin (APBD) dan dari dana
APBN provinsi. (wawancara, 7 November 2011)”.

Aspek pengorganisasian rencana pengembangan sekolah. Untuk

menyusun tim pengembangan sekolah idealnya setiap unsur harus terwakili,

tetapi jika tidak mungkin paling tidak ada unsur guru, wakil orang tua (komite

sekolah) dan bahkan jika mungkin wakil siswa (OSIS). Anggota tim sebaiknya

dipilih yang memiliki wawasan kependidikan secara memadai dan memiliki

minat dalam kegiatan perencanaan. Idealnya sekolah harus memiliki rencana

72
jangka panjang untuk 8 tahun, rencana jangka menengah untuk 4 tahun, dan

rencana jangka pendek untuk 1 tahun.

Informan (MSTK 45) mengatakan bahwa:

”Dalam aspek pengorganisasian pengembangan sekolah, dibentuk tim


atau panitia misalnya dalam peningkatan mutu kita selalu melibatkan
guru, para alumni, dan orangtua siswa (komite sekolah), karena
kesemuanya itu adalah merupakan tumpuan kita, tanpa itu semua kita
tidak mampu berbuat apa-apa. (wawancara 10 November 2011)”.

Aspek pengorganisasian peranserta masyarakat, dalam hal ini

hubungan antara sekolah dengan masyarakat sangat penting dimana

sekolah memerlukan masukan dari masyarakat. Di dalam struktur organisasi

sekolah yang membidangi tugas ini adalah wakasek bidang humas. Sebagai

guru yang diberi tugas mengemban tugas ini ada beberapa hal yang harus

diperhatian jika hendak membuat program pendidikan ; (1) ada prinsip dasar

yang harus diterapkan sekolah untuk membina hubungan dengan

masyarakat sekitar, (2) cari pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan

untuk membangun komunikasi dengan masyarakat, (3) cari tahu bagaimana

menumbuhkan minat masyarakat untuk terlibat pada program sekolah, (4)

bagaimana cara mengendalikan tokoh atau masyarakat yang memiliki

keinginan tertentu agar program sekolah sama dengan keinginannya.

Sejalan dengan itu informan (MSTK 45) mengatakan bahwa:

’Sebenarnya bentuk pengorganisasian dalam rangka melibatkan peran


serta masyarakat di sekolah, yang saya lihat ada susunan kepanitiaan
dan struktur organisasi yaitu bernama komite sekolah. Komite sekolah
di dalam mengemban misinya senantiasa terlibat dalam berbagai hal

73
yang sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan (wawancara,
10 November 2011)”.

Aspek pelaksanaan kurikulum, tugas utama kepala sekolah dalam

pelaksanaan kurikulum adalah melakukan supervisi akademik, dengan tujuan

untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.

Supervisi akademik dimaksudkan adalah bantuan profesional kepada guru

melalui siklus perencanaan yang sitematis, pengamatan yang cermat, dan

umpan balik yang obyektif dan segera sehingga dengan cara itu guru dapat

menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya.

Selanjutnya informan (MSTK 45) mengemukakan bahwa:

”Mengenai kurikulum nasional maupun kurikulum muatan lokal dalam


pelaksanaan sudah berjalan dengan baik berdasarkan ketentuan yang
berlaku, dan hal itu juga kita sesuaikan dengan kondisi yang ada
(wawancara, 10 November 2011)”.

Aspek pelaksanaan manajemen kesiswaan meliputi : (1) penerimaan

siswa baru, (2) pembinaan siswa di sekolah, dan (3) pemantapan program

kesiswaan. Di dalam pelaksanaan penerimaan siswa baru, ada dua kegiatan

pokok yang perlu dilakukan oleh sekolah: (1) Perencanaan daya tampung, (2)

seleksi calon siswa baru. Sedang untuk pembinaan siswa yang perlu

mendapat perhatian; (1) cara pengelompokan siswa, (2) kenaikan kelas, (3)

penentuan program, (4) pembinaan disiplin, (5) kegiatan ekstrakurikuler.

Begitu pula pemantapan program kesiswaan, karena pelaksanaan sehari-hari

program tersebut dilakukan oleh banyak staf dan kegiatannya sangat

bervariasi sehingga pemantapan program perlu dilakukan; (1) setiap

74
semester sekali diadakan rapat koordinasi guna membahas status

pelaksanaan setiap program kesiswaan, sehingga dapat diketahui kemajuan

maupun hambatan yang terjadi, (2) Setiap akhir tahun pelajaran diadakan

evaluasi terhadap kegitan kesiswaan, sehingga diketahui tingkat keberhasilan

sesuai dengan tujuan semula dan hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk

menentukan kebijaksanaan dalam menyusunan kegiatan kesiswaan tahun

berikutnya.

Menurut informan (HSN 46) dikemukakan bahwa:

”Pada tahun ini pelaksanaan penerimaan siswa baru, pertama


dilakukan adalah seleksi berkas dalam artian seleksi administrasi
karena ada ketentuan-ketentuan awal yang harus diketahui
umpamanya nilai rata-rata, setelah itu diadakan tes. Adapun mata
belajaran yang akan diujikan/digunakan untuk tes ini adalah
matematika, bahasa indonesia, dan IPA (wawancara, 10 November
2011)’.

Aspek ketenagaan dalam manajemen personalia dikemukakan bahwa

tugas kepala sekolah mencakup tiga aspek, yaitu: (1) pengadaan tenaga, (2)

pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki, dan (3) pembinaan dan

pengembangan. Kegiatan kepala sekolah dalam pengadaan tenaga ini; (1)

analis pekerjaan, hal ini dimaksudkan untuk menemukan jenis

pekerjaan/tugas yang harus dilakukan di sekolah atau jabatan yang harus ada

di sekolah, setelah itu dilakukan analisis operasi untuk menemukan

bagaimana setiap tugas tersebut harus dikerjakan dan kemampuan yang

diperlukan oleh orang yang mengerjakan tugas atau mengemban jabatan

tersebut, untuk mengetahui apakah sekolah kekurangan atau kelebihan

75
tenaga, dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah, jenis, dan kualifikasi

jabatan dari hasil analisis pekerjaan dengan tenaga yang dimiliki sekolah, (2)

Pengadaan tenaga. Selanjutnya tugas kepala sekolah dalam

mengembangkan tenaga yang dimiliki, yaitu: (1) meningkatkan

profesionalisme, (2) pembinaan karier, dan (3) kesejahteraan, sedang yang

perlu dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan adalah

pendayagunaan tenaga artinya memberi tugas sesuai dengan

kemampuannya, sehigga setiap orang dapat bekerja secara efektif dan

efisien.

Menurut salah seorang informan, (DA 47) dikemukakan bahwa:

”Dalam hal pelaksanaan pengajaran di kelas itu telah berjalan dengan


baik berdasarkan kurikulum yang ada, dan lengkap dengan model
pembelajaran yang kita gunakan sekarang ini (wawancara, 10
November 2011)’.

Sebagai kepala sekolah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sehubungan dengan pelaksanaan sarana dan prasarana di sekolah: (1)

berikan arahan kepada tim pelaksana pengadaan maupun perawatan

preventif dan adakan kaji ulang terhadap program yang telah dilaksanakan

secara teratur, (2) mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat

sarana dan prasarana, untuk mengevaluasi aktivitas pelaksanaannya

berdasarkan jadwal yang telah direncanakan, (3) menyebarluaskan informasi

tentang pengadaan maupun perawatan preventif untuk seluruh warga

sekolah, terutama untuk guru dan siswa, (4) membuat program lomba

76
perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga

sekolah. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh informan (DA

47) bahwa:

’Mengenai bentuk pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah kami


selalu berjalan dengan baik, lancar, aman dan tertib. Berbicara
mengenai jumlah dan kondisi peralatan yang ada sebenarnya belum
mencukupi hanya kami bersama teman-teman harus pandai-pandai
mensiasati kondisi ini terutama pada waktu pelaksanaan kegiatan
PBM untuk praktikum laboratorium IPA, Komputer dan laboratorium
bahasa. Demikian pula mengenai kondisi alat yang rata-rata sudah tua
umurnya, kadangkala pada waktu digunakan rusak jadi perlu
perbaikan. Jadi harapan kami kepada pemerintah kota agar dapat
meluangkan waktunya meninjau sekolah kami dan sekaligus
memberikan bantuan terhadap kebutuhan sekolah kami (wawancara,
10 November 2011)”.

Pelaksanaan organisasi, dalam megorganisasikan sekolah, kepala

sekolah harus mengetahui kemampuan dan karakteristik guru dan staf

lainnya sehingga dapat menempatkan mereka pada posisi/tugas yang sesuai,

juga harus diketahui tugas apa yang sedang dikerjakan, sehingga tidak terjadi

beban tugas yang berlebihan (overloaded), jika perlu kegiatan terdiri dari lebih

satu orang, harus jelas siapa penanggung jawabnya. Mengingat suatu

program biasanya terdiri dari beberapa bagian yang mungkin sekali

dikerjakan oleh orang yang berbeda, maka dalam pengorganisasian harus

jelas bagaimana hubungan antar bagian tersebut dan siapa yang

bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan.

Menurut informan (RSM 46) dikemukakan bahwa:

”Di sekolah kita itu menyangkut struktur organisasi, baik struktur


organisasi sekolah, OSIS, maupun komite sekolah sudah terlaksana

77
sebagaimana mestinya berdasarkan yang sudah digariskan oleh
kepala sekolah dan masing-masing personil bekerja sesuai tugas dan
tanggung jawabnya (wawancara, 10 November 2011)”.

Aspek Keuangan dalam hal ini pembiayaan sekolah, erat kaitannya

dengan program tahunan sekolah; karena pada dasarnya rencana keuangan

adalah penjabaran pembiayaan dari program kerja. Pembiayaan yang

direncanakan, baik penerimaan maupun penggunaannya selama satu tahun

itulah yang dituangkan dalam RAPBS. Mengingat ada beberapa sumber

dana di sekolah, misalnya dana rutin, pembangunan/OPF dan dana lainnya,

maka dalam penyusunan RAPBS maupun pelaksanaannya perlu

memperhatikan koordinasi agar tidak terjadi tumpang tindih. Selanjutnya

setiap penggunaan dana yang ada di sekolah dapat diketahui

peruntukkannya, maka perlu pengadministrasian dan harus dilakukan secara

tertib sesuai dengan aturan administrasi keuangan yang berlaku.

Untuk menyusun rencana pengembangan sekolah ada beberapa

tahapan yang perlu diketahui: (1) mengkaji kebijakan yang relevan artinya

pengembangan sekolah tidak boleh bertentangan dengan kebijakan umum

yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2)

menganalisis kondisi sekolah; hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan,

kekuatan, kelemahan dan kekurangan sekolah, (3) merumuskan tujuan;

berdasarkan kebijakan yang berlaku dan hasil analisis kondisi sekolah,

berikutnya dirumuskan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah, (4)

78
mengumpulkan data dan informasi; data-data yang dikumpulkan adalah yang

berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu komponen-komponen atau

faktor-faktor yang diduga terkait dengan tujuan tersebut, contoh untuk

menaikan Nilai hasil ujian akhir, diperlukan data tentang guru, siswa,

kurikulum, perpustakaan, jadwal pelajaran, pola UN/US, dan sebagainya, (5)

menganalisis data dan informasi; misalnya komponen siswa, guru,

perpustakaan dianalisis secara terpisah dan selanjutnya dicari hubungan satu

dengan lainnya, (6) merumuskan dan memilih alternatif program; berdasarkan

hasil analisis tersebut kemudian dikembangkan beberapa alternatif program

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (7) menetapkan

langkah-langkah kegiatan pelaksanaan; sebelum dilaksanakan alternatif

program yang dipilih perlu dijabarkan secara rinci sampai dengan tahap-tahap

pelaksanaannya. Dalam setiap tahap harus jelas; sasaran yang ingin dicapai,

kegiatan untuk mencapai kegiatan tersebut, siapa pelaksana dan

penanggung jawabnya, kapan waktu pelaksanaannya, dan sarana/prasarana,

serta dana yang diperlukan.

Menurut informan (RSM 46) dikemukakan bahwa:

”Untuk pelaksanaan pengembangan sekolah saya anggap bahwa


sudah terlaksana dengan baik walaupun masih ada beberapa program
yang hasil capaiaannya belum secara maksimal, tetapi itu semua
menurut saya segala daya dan upaya yang kita miliki sudah kita
kerahkan secara maksimal dan hasilnya itu kita dapat lihat dari tahun
ke tahun baik pembangunan fisik sekolah maupun kualitas luaran
sekolah menunjukkan peningkatan yang begitu pesat (wawancara, 10
November 2011)”.

79
Aspek Peran serta masyarakat dalam pelaksanaannya selain melalui

tokoh kunci, perlu pula bagaimana menumbuhkan minat masyarakat untuk

terlibat dalam program sekolah. Oleh karena itu sekolah perlu

memperkenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat dimana

dalam program tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh masyarakat

jika membantu program sekolah, contoh melaksanakan program-program

kemasyarakatan misalnya kebersihan lingkungan, membantu lalu lintas di

sekitar sekolah, dan sebagainya. Program sederhana semacam itu dapat

menumbuhkan simpati masyarakat.

SMA Negeri 1 Malili dalam pelaksanaan Pelayanan Administrasi

(SPM), dalam hal program pengawasan. Pemahaman terhadap kurikulum

sampai dengan strategi pelaksanaannya sangat penting, meskipun kegiatan

pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan dilaksana-kan oleh guru tetapi

peran kepala sekolah sangat penting, mulai dari perencanaan, koordinasi

pelaksanaan, sampai evaluasinya tidak luput dari pengawasan. Pengelolaan

kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik

dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut informan (RSM 46) dikemukakan bahwa:

”Bentuk pengembangan kurikulum nasional dan kurikulum muatan


lokal yang dilakukan selama ini itu hanya sebatas apa yang sudah
ditentukan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengenai
pengawasan terhadap pencapaian target dan daya serap yang telah
diprogramkan tentunya ada, jadi pertama itu kita menetapkan standar

80
kompetensi guru, standar miminal untuk satu mata pelajaran, jadi
disepakati dahulu kita ambil 65 untuk satu mata pelajaran kecuali
matematika sekarang kita tingkatkan. Untuk mencapai ini semua tentu
ada penilaian-penilaian itu kita galakkan penilaian kelas sesuai dengan
KTSP, kemudian penilaian berkelanjutan. Jadi misalnya penilaian
dalam bentuk jam blok itu ada analisisnya untuk daya serap untuk
melihat butir soal mana yang dianalisis kemudian meremedial lalu
siswa mana lagi yang ikut ulangan, dua kali baru ditentukan di situ
format-formatnya ada sumuanya lengkap (wawancara, 10 November
2011)”.

Salah satu dari sekian program pengawasan kesiswaan yang

dilakukan kepala sekolah adalah penerimaan siswa baru. Seperti yang

diungkapkan terdahulu bahwa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah

dalam penerimaan siswa baru adalah: (1) perencanaan daya tampung, dan

(2) seleksi calon siswa baru. Pengawasan terhadap kegiatan ini sudah

dilakukan, hal ini dapat dijelaskan berdasarkan penuturan responden (MSTK

45) dikemukakan bahwa:

”Dalam penerimaan siswa baru di sekolah kami tetap


memperhitungkan siswa yang mengulang kelas.jadi kalau
pelaksanaan penerimaan siswa baru tahun lalu, kelas I dan kelas 2
yang tinggal kelas kira-kira terdapat 2 orang siswa (wawancara 10
November 2011)”.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang kepala sekolah

dalam menjalankan pengawasan khususnya manajemen personil yaitu bahwa

guru, staf administrasi, dan staf lainnya adalah manusia, sehingga pemberian

tugas dan pengelolaannya harus dilakukan secara manusiawi, misalnya

memberikan perhatian ketika mereka bekerja, membantu menyelesaikan

pekerjaan yang sulit, dan sejenisnya seringkali menjadi cara ampuh untuk

81
meningkatkan motivasi kerja. Juga kepala sekolah harus mampu menjadi

contoh bagaimana kerja keras demi kemajuan sekolah.

Berdasarkan penuturan informan (RSM 46) dan (MSTK 45) beliau

mengemukakan bahwa:

”Bentuk pengawasan/supervisi yang dilakukan di sekolah ini adalah


supervisi umum, ada juga yang dinamakan supervisi akademik,
supervisi akademik ini biasa dilakukan oleh tim supervisi yang ditunjuk
misalnya koordinator mata pelajaran, kumudian supervisi umum
biasanya dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah urusan kurikulum,
jadi setelah itu kita ke kepala sekolah untuk mencocokkan hasil
supervisi yang dilakukannya, dan akhirnya kepala sekolah
memutuskan bahwa mata pelajaran ini masih perlu teman-teman guru
tingkatkan dan sebagainya (wawancara, 10 November 2010)”.

Aspek pengawasan terhadap sarana dan prasarana sekolah tentunya

kita mengarah kepada pengadaan atau pemeliharaan barang/peralatan

sekolah sehingga barang/peralatan dalam keadaan siap pakai atau

memperbaiki peralatan sampai kondisi dapat bekerja kembali. Tentunya wakil

kepala sekolah urusan sarana dan prasarana yang diberi tugas melakukan

pemantauan bulanan terhadap sarana dan parasanara barang/peralatan yang

ada di sekolah.

Berdasarkan penuturan (MSTK 45) bahwa:

”Pengawasan terhadap sarana dan prasarana di sekolah ini masing-


masing laboratorium ada kordinatornya yang diberi tugas dan
tanggung jawab, misalnya laboratorium IPA ada koordinatornya, begitu
pula yang lainnya (wawancara, 12 November 2011)”.

Pengawasan sering diartikan mencari kesalahan. Padahal yang

dimaksudkan adalah menemukan hambatan yang terjadi sehingga dapat

82
segera diatasi, atau istilah di dalam pendidikan adalah supervisi. Ada

beberapa prinsip dasar supervisi yang harus diterapkan agar dapat berhasil,

salah satunya adalah pengawasan dilakukan secara periodik, artinya tidak

menunggu sampai terjadi hambatan. Jika tidak ada hambatan, kehadiran

kepala sekolah akan dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru atau

karyawan yang sedang mengerjakan tugas.

Berdasarkan penuturan (RSM 46) bahwa:

”Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah itu selalu ada,


karena pada setiap pertemuan maupun pada upacara beliau
menginstruksikan kepada kita semua bahwa diminta kepada seluruh
guru dan pegawai untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan
sekiranya ada sesuatu yang menjadi permasalahan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan, mohon dilaporkan untuk dicarikan jalan
keluarnya (wawancara, 12 November 2011)”.

Pengawasan dan pengendalian adalah merupakan tindakan

pencegahan terhadap penyimpangan oleh pengelola keuangan agar

penggunaan dana sesuai dengan rencana yang tertuang dalam rencana

anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS).

Berdasarkan penuturan informan (RSM 46) bahwa:

”Ada bentuk pengawasan, jadi pengawasan pimpinan kepada guru


dan pegawai utamanya kepada bendahara mereka melakukan
pemeriksaan kas kemudian mereka melakukan pemeriksaan secara
fisik bahwa apa yang dikeluarkan itu sudah betul ada barangnya. Jadi
sangat ketat pengawasannya karena umpamanya pimpinan
mengharapkan kepada kita semua bahwa dari setiap pos pengeluaran
itu sebelumnya dilaporkan kepada kepala sekolah bahwa ini yang
dibeli sehingga setelah dilakukan pengadaan barang itu kepala
sekolah melihat secara langsung barang tersebut (wawancara, 12
November 2011)”.

83
Setiap sekolah, guru, siswa, dan orangtua, bahkan masyarakat tentu

berharap sekolahnya berkembang. Oleh karena hasil rancangan

pengembangan sekolah tadi nantinya akan dijadikan landasan kerja seluruh

staf, maka di dalam pelaksanaannya perlu pengawasan/monitoring agar

seluruh program yang sudah dirancang dapat dilaksanakan dengan baik dan

terarah selesai tepat waktu.

Berdasarkan penuturan informan (MSTK 45) bahwa:

”Untuk pengembangan sekolah kedepan kepala sekolah sudah


mencatat setiap sepuluh aspek yang baru-baru ini kebetulan kepala
sekolah baru mereka melihat bahwa untuk menjadikan sekolah
unggulan ini menuju kepada sekolah standar Internasional memang
kepala sekolah telah mencatat beberapa aspek demi pengembangan
sekolah ini dan beliau sendiri secara langsung turun di lapangan dan
melihat pasti keadaan itu (wawancara, 12 November 2011)”.

Seperti kita ketahui bahwa hubungan masyarakat disekitar sekolah

sangat penting dimana sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam

penyusunan program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan

masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Sehubungan dengan hal

tersebut tidak menutup kemungkinan akan mucul tokoh atau anggota

masyarakat yang aktif pada kegiatan sekolah memiliki keinginan tertentu yang

belum tentu searah dengan program pengembangan sekolah. Oleh karena itu

pimpinan sentiasa melakukan pengawasan/monitoring sehingga keinginan

yang tidak sesuai dengan program tersebut dapat teratasi dengan jalan,

pimpinan sekolah memberi penjelasan bahwa gagasan tersebut bagus tetapi

belum dilaksanakan karena tidak termasuk dalam program induk sekolah.

84
85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan

dalam penelitian ini sebagai berikut.

Pelaksanaan Manajemen pada SMA Negeri 1 Malili telah terlaksana

cukup baik. Hal ini ditandai dengan:

1. Aspek perencanaan pengelolaan pendidikan terlaksana cukup baik yang

mencakup, (1) perencanaan dan pengembangan kurikulum telah

melibatkan unsur-unsur sekolah, (2) perencanaan peserta didik, (3)

perencanaan ketenagaan telah dilaksanakan, (4) perencanaan sarana

Prasarana telah dikelola dengan baik, (5) perencanaan keorganisasian

telah berjalan sesuai kebutuhan program, (6) perencanaan pembiayaan

telah dilakukan dengan menyususn Rencana Anggaran Belanja Sekolah

(RAPBS) setiap tahunnya, (7) perencanaan pengembangan sekolah, (8)

perencanaan peranserta masyarakat.

2. Aspek pengorganisasian telah berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai yang ditandai dengan, (1) pengorganisasian kurikulum (2)

pengorganisasian peserta didik, (3) pengorganisasian ketegaan, (4)

pengorganisasian sarana prasarana telah terlaksana dengan dibentuknya

85
tim pemantau dan pengelola, (5) pengorganisasian telah dilakukan dengan

membentuk struktur organisasi baik ditingkat sekolah maupun komite, (6)

pengorganisasian pembiayaan telah dilakukan sesuai dengan manajemen

pengelolaan administrasi keuangan, (7) pengorganisasian pengembangan

sekolah juga telah terlaksana dengan baik (8) pengorganisasian

peranserta masyarakat telah berjalan cukup baik, hal ini ditandai dengan

berfungsinya secara aktif unsur komite sekolah.

3. Aspek pelaksanaan, hal ini telah dilaksanakan cukup baik yang ditandai

dengan, (1) pelaksanaan penjabaran kurikulum nasional dan muatan lokal,

(2) pelaksanaan peningkatan kualitas luaran peserta didik (3) pelaksanaan

ketenagaan (4) pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana (5)

pelaksanaan organisasi pada hakekatnya telah berjalan dengan baik, (6)

pelaksanaan pengelolaan pembiayaan (7) pelaksanaan pengembangan

sekolah (8) pelaksanaan peranserta masyarakat telah dilakukan dengan

baik

4. Aspek pengawasan, telah berjalan sesuai dengan aturan dan ketetapan

yang berlaku terutama mencakup: (1) Pengawasan kurikulum (2)

pengawasan terhadap peserta didik (3) Pengawasan ketenagaan (4)

pengawasan pelaksanaan kegiatan sarana prasarana (5) Pengawasan

organisasi (6) pengawasan di bidang pembiayaan (7) pengawasan

pengembangan sekolah (8) pengawasan peranserta masyarakat.

86
B. Saran

Setelah menarik kesimpulan, maka dapat diutarakan beberapa saran,

sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur melalui Dinas

Pendidikan Kabupaten Luwu Timur, agar memberikan bantuan dana

dalam pelaksanaan pengelolaan pendidikan di sekolah, terutama dalam

hal pelaksanaan Pelayanan Administrasi (SPM).

2. Kepada kepala sekolah, guru-guru dan staf administrasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta pelayanan terhadap

seluruh pelanggan pendidikan, terutama kepada siswa dan orangtua

siswa.

3. Kepada orang tua siswa agar tetap mendukung pelaksanaan standar

pelayanan pendidikan di sekolah dengan memberikan bantuan dan

dukungan baik berupa ide, gagasan, dan dana serta sekaligus terlibat di

dalam pelaksanaan program sekolah.

4. Kepada peneliti selanjutnya yang relevan untuk mengkaji faktor-faktor lain

yang berbeda dengan penelitian ini seperti yang dicantumkan dalam

kerangka pikir.

87
DAFTAR PUSTAKA

Abdulyani. 1987. Manajemen Organisasi.Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, 1988. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,


Edisi Revisi IV.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Atmosudirdjo,1973. Ilmu Administrasi.Jakarta : Ghalia Indonesia

Depdikbud, 1997 Himpunan Peraturan Republik Indonesia Bidang


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekretaris Direktorat
Jenderal.

Depdiknas, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Pendidikan Umum.

Depdiknas, 2003 Buku Pedomana Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah


Dasar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktur Pendidikan TK dan SD.

Depdiknas 2004. Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) Pedoman Umum


Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA). Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


053/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Pelayanan
Administrasi (SPM) Penyelenggaraan Persekolahan Bidang
pendidikan dasar dan menengah.2002. Jakarta : CV Mini Jaya
Abadi.

Kristiadi,1999. Arah Kebijakan Pelayanan Umum di Indonesia Dalam Era


Reformasi). Jurnal “Wacana kinerja, LAN perwakilan Jawa
Barat”.

LIN RI. 2002 Amandemen Undang-undang Dasar Negara RI. 1945.


Persandingan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jakarta. Lembaga Informasi Nasional.

Nasution,S. 1999. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.


Nawawi, Hidari. 1997. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Mas Agung.

88
Pariatas Westra. 1987. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta : Erlangga

Robbins, dan Coulter. 1999. Management; Sixth Edition. Jakarta : Ghalia


Indonesia

Sarwoto. 1977. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia


Indonesia.

Siagian, S.P. 1986. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,


Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Sugiono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sukarno. 1979. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Misnar

Sukurman, Hartati, dkk. 1998. Manajemen Pendidikan. Yokyakarta : Jurusan


Administrasi Pendidikan.

Suryadi, Ace dan Tilaar, A.R. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan : Suatu
Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya,

Suryosubroto, B.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka


Cipta.

Syifabudi, 2004. Manajemen Sekolah Unggul. Online (http://www.syifabudi.


org/manajemen.htm.) diakses 8 Agustus 2004.

Terry, G.R & RUC.1985. Dasar-dasar Manajemen. Terjemahan G.A. Ticoaki.


Jakarta : Bina Aksara.

Terry, G.R.2000. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta : Bina Aksara

Undang-Undang

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah.Jakarta : Sinar Grafika.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi
Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional

89
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
ABSTRAK.................................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 9
C. Tujuan Penelitian................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 11


A. Manajemen Pendidikan....................................................... 11
B. Pelayanan Administrasi....................................................... 16
C. Indikator Pelayanan Administrasi........................................ 20
D. Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas Unggulan....... 3
7
E. Kerangka Pikir..................................................................... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 55


A. Jenis dan Lokasi Pemelitian................................................. 55
B. Sasaran Penelitian............................................................... 55
C. Definisi Operasional Konsep................................................ 56
D. Teknik pengumpulan data.................................................... 59
E. Instrumen Penelitian............................................................. 60
F. Teknik Analisis Data............................................................. 61

90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 6v
2
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 6
2
B. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Administrasi (SPM) ....... 6
4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 85


A. Kesimpulan.......................................................................... 85
B. Saran.................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 88

91
ABSTRAK
vi

AMMAS. M. Analisis Manajemen pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1


Malili (dibimbing oleh Dr. Syamsir Torang, M.Hum. dan Dr. H. Mulyono Caco, M.Si. )

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Manajemen SMA


Negeri 1 Malili yang di dalamnya mencakup tentang: (1) bagaimana
gambaran Pelaksanaan Pelayanan Administrasi untuk aspek perencanaan
pada SMA Negeri 1 Malili , (2) gambaran Pelayanan Administrasi untuk
aspek pengorganisasian pada SMA Negeri 1 Malili , (3) Gambaran
Pelaksanaan Pelayanan Administrasi untuk aspek pelaksananaan pada SMA
Negeri 1 Malili , dan (4) gambaran Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
untuk aspek pengawasan pada SMA Negeri 1 Malili.

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif. Fokus penelitian ini adalah
penyelenggaraan SPM pada SMA Negeri 1 Malili dengan membandingkan SPM
yang telah ditetapkan dengan mengukur efektifitas penyelenggaran sesuai
dengan indikator-indikator SPM yaitu: kurikulum, peserta didik, ketenagaan,
sarana dan prasarana, organisasi, pembiayaan, rencana pengembangan
sekolah, peranserta masyarakat. Sumber data utama adalah: kepala sekolah,
guru, pegawai administrasi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara,
dokumentasi dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah aspek perencanaan pengelolaan


pendidikan terlaksana cukup baik yang mencakup: perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengelolaan
pendidikan di Sekolah Menengah Negeri unggulan , sebagaimana yang
tertuang dalam Pelayanan Administrasi, guna pencapaian tujuan masing-
masing sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya baik pencapaian visi, misi,
dan sasaran yang dikehendaki.

Kata Kunci : Manajemen, Kinerja

92
iv

93

Anda mungkin juga menyukai