OBESITAS
Dosen Pembimbing :
Oleh :
P07131218051
JURUSAN GIZI
2020
KASUS 1
Seorang laki laki( bapak agus) umur 35 tahun. Pekerjaan sebagai kepala bagian
Pemasaran sebuah perusahaan transportasi pariwisata. Keseharian bapak ini dalam
memasarkan transportasi wisata tersebut selalu berhubungan dengan pihak hotel, restoran,
dan selalu dijamu setiap selesai menghantarkan tamu yang memesan transportasi, tanpa sadar
bapak ini selalu mengkonsumsi makanan yang berlebihan, seperti pizza, fast food, minuman
manis, dan terkadang minuman beralkohol seperti wine.
Keadaan fisik bapak ini pendek dan bulat. Akhir akhir ini, sering merasa kelelahan,
dan tidak kuat berjalan. Pada suatu waktu bapak ini mendapatkan klien seorang ahli gizi yang
akan melaksanakan wisata dan memesan transportasi kepada bapak ini. Ahli gizi tersebut
menyarankan untuk diet.
Setelah dilakukan pengkajian diperoleh data berat badan 96 kg dengan 160 cm. Hasil
recall yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Konsumsi nasi dalam sehari 5 hingga 6
piring, sate kambing 10 tusuk dan gule satu mangkok, kentang gorng 2 piring, ayam
goreng/fast food 2 potong paha atas, kopi 3x, cake 2 potong, tidak konsumsi sayur dan buah.
Tidak melakukan olahraga rutin. Pengukuran darah menggunakan tensi meter elektrik
diperoleh nilai Tekanan Darah 160/90mmHg.
Penugasan :
1. Tuliskan Data Umum
2. Lakukan Assesment/ Identifikasi masalah
3. Buat Nutrition Diagnosis
4. Lakukan Intervensi dengan menetapkan :
a. Tujuan intervensi
b. Buat program intervensinya (Rencana)
c. Rekomendasi diet dan buatlah preskripsi diet
d. Susun standar makanan
e. Buat menu sehari dan analisis zat gizi (energy zat gizi makro, zat gizi mikro
terkait)/ buat booklet menu
f. Rancangan konseling atau edukasi yang diperlukan
g. Rancangan Monitoring dan Evaluasi
1. DATA UMUM
Nama : Bapak Agus
Jeniskelamin : laki-laki
Usia : 35 tahun
Pekerjann : kepala pemasaran
Berat badan : 96 kg
Tinggi badan : 160 cm
Keadaan fisik : pendek bulat
Keluhan : sering merasa kelelahan dan tidak kuat berjalan
Diagnose : obesitas dengan hipertensi
Biokimia: - - -
Fisik /Klinis:
Tekanan darah: 190/85 Tekanan darah :120/80 mm/Hg Tekanan darah: 190/85 mmHg
mmHg (tinggi)
sering merasa kelelahan
tidak kuat berjalan
Diet/RiwayatGizi:
Kebiasaan makan : Kebiasaan makan : Pola Kebiasaan makan: Pola makan
konsumsi berlebih seperti makan beragam dan seimbang tidak beragam,berlebih dan
pizza, fast food, minuman tidak seimbang
manis, alcohol (wine)
Tidak konsumsi sayur dan
buah
Riwayat Individu
Tidak berolah raga secara Berolahraga sehari minimal
rutin 15-30 menit
3. NUTRITION DIAGNOSIS
1. Domain Intake
Asupan tidak adekuat (berlebih) Berkaitan dengan jenis dan Audit gizi
rata-rata asupan pasien yang Konsumsi:
berlebih Nasi 5-6 piring
Sate kambing 10
tusuk
gule 1 mangkuk
kentang goreng 2
piring
ayam goreng/fast
food 2 ptg paha atas
kopi 3x
cake 2 ptg
2. Domain Klinis:
Perubahan nilai laboraturium dan Berkaitan dengan penyakit IMT : 37,5
keluhan pasien yaitu obesitas dengan Tekanan darah: 180/90
hipertensi mmHg
Sering merasa
kelelahan
Tidak kuat berjalan
3. Domain Perilaku dan lingkungan:
Pola hidup yang tidak sehat
Berkaitan dengan riwayat Pasien tanpa sadar selalu
pasien yaitu pola makan tidak mengonsumsi makanan fast
seimbang,berlebih dan food,minuman manis dan
beragam serta tidak rutin alcohol (wine)serta jarang
berolahraga mengonsumsi buah dan
sayur serta tidak rutin
berolah raga.
4. INTERVENSI GIZI
5. PREKRIPSI DIET
Jenis Diet : Diet Rendah Kalori
Tujuan Diet :
Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai
dengan umur dan kebutuhan fisik untuk
mendapatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh
Mencapai status gizi normal
Mengurangi asupan energi sehingga tercapai
penurunan BB ½ - 1 kg per bulan untuk penderita
obes dengan IMT 27 – 35 dan 2 – 4 kg per bulan
untuk penderita dengan imt >35 atau penurunan BB
10% dari BB aktual
Menu sehari
Bahan Protein
Bera LEMA
Waktu Menu Makana Energi Hewan Nabat HA
t K
n i i
siang Beras
13.00 nasi giling 50 180 0 3,4 0,35 39,45
Ikan
udang crispy segar 30 33,9 5,1 0 1,35 0
Tepung
terigu 15 54,75 0 1,335 0,195 11,595
tumis buncis
wortel Buncis 50 17,5 0 1,2 0,1 3,85
Wortel 50 21 0 0,6 0,15 4,65
Minyak
kelapa 5 43,5 0 0,05 4,9 0
Tempe
kedele
tempe bacem murni 40 59,6 0 7,32 1,6 5,08
Kecap 5 2,3 0 0,285 0,065 0,45
buah Alpukat 100 85 0 0,9 6,5 7,7
Susu
kental
manis 10 33,6 0,82 0 1 5,5
roti pisang
Selinga coklat dan Roti
n 16.00 pisang putih 100 248 0 8 1,2 50
Coklat
manis,
batang 25 118 0 0,5 7,45 15,675
Pisang
ambon 30 29,7 0 0,36 0,06 7,74
Sub Total 926,85 5,92 23,95 24,92 151,69
1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang sangat tinggi.
Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas membakar kalori,
sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk lemak. Apabila kondisi tersebut terjadi
dalam waktu yang lama, maka akan menambah berat badan hingga mengalami obesitas.
Penyebab Obesitas
Obesitas dapat terjadi ketika kita sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori,
dengan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai. Kebutuhan rata-rata kalori bagi
wanita dewasa yang aktif secara fisik per hari adalah sekitar 2000, sedangkan bagi pria
dewasa yang juga aktif secara fisik adalah 2500 kalori.
Masalah berat badan berlebih atau obesitas timbul saat kita mengonsumsi makanan dengan
kadar kalori dan lemak melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Kalori yang tidak berubah
menjadi energi dan tidak terpakai tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.
Seiring waktu, penumpukan lemak ini menambah berat badan yang mengarah pada berat
badan berlebih hingga obesitas.
Selain pola makan yang tidak sehat serta tubuh yang kurang aktif bergerak, obesitas juga bisa
disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, seperti:
Keturunan atau genetik. Faktor ini dapat berpengaruh pada jumlah lemak yang diserap
tubuh atau digunakan sebagai energi. Contoh masalah genetik yang langka
adalah sindrom Prader-Willi.
Efek samping obat-obatan. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan kenaikan
berat badan adalah antidepresan, antipsikotik, antikonvulsan, kortikosteroid, obat
diabetes, dan obat penghambat beta.
Kehamilan. Saat hamil, wanita akan membutuhkan banyak asupan nutrisi dari
makanan. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang mengalami kesulitan untuk
menurunkan berat badannya kembali setelah melahirkan.
Kurang tidur. Perubahan hormon yang terjadi ketika kita kurang tidur dapat
meningkatkan nafsu makan. Hal ini dapat mengarah kepada obesitas.
Pertambahan usia. Makin tua usia kita, maka makin besar pula risiko bertambahnya
berat badan. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme tubuh yang menurun dan massa
otot yang berkurang.
Penyakit atau masalah medis tertentu. Contohnya adalah sindrom Cushing dan
hormon tiroid yang kurang dalam tubuh (hipotiroidisme ).
Penanganan obesitas dapat dilakukan melalui program penurunan berat badan yang
melibatkan dokter gizi, dokter endokrin, atau psikiater. Program tersebut memiliki target awal
penurunan berat badan yang aman, atau sekitar 3-5 persen dari total berat badan. Dalam
program ini, penderita disarankan mengubah pola makan dan pola aktivitas fisik. Kendati
demikian, perubahan tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara
keseluruhan, serta tingkat obesitas yang dialami penderita.
Program penurunan berat badan meliputi:
Perubahan pola makan. Perubahan ini bertujuan mengurangi asupan kalori dan
menjalankan kebiasaan makan yang lebih sehat. Dalam mengurangi asupan kalori,
penderita disarankan mengurangi asupan energi sebanyak 600 kalori setiap hari.
Asupan kalori harian yang dianjurkan pada wanita adalah sebanyak 1400 kalori,
sedangkan pada pria adalah 1900 kalori. Cara terbaik menjalankannya adalah dengan
mengganti makanan atau minuman tinggi kalori dengan pilihan makanan yang
mengandung banyak serat, seperti sayur dan buah, serta menghindari makanan dengan
kadar garam dan gula yang tinggi, atau makanan atau minuman dengan tambahan
pemanis buatan.
Peningkatan aktivitas fisik. Di samping penurunan asupan kalori, peningkatan
aktivitas fisik yang membakar energi juga dapat mempertahankan penurunan berat
badan yang aman. Selain itu, peningkatan aktivitas fisik juga dapat memberi banyak
keuntungan dari segi kesehatan, seperti menurunkan risiko diabetes tipe 2.
Peningkatan ini dilakukan dengan cara berolahraga secara teratur, setidaknya selama
150 menit tiap minggu, untuk mencegah penambahan berat badan dan
mempertahankan penurunan berat badan yang aman. Guna menurunkan berat secara
signifikan, maka disarankan berolahraga setidaknya selama 300 menit tiap minggu.
Peningkatan ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan peningkatan
kebugaran dan ketahanan fisik Jenis olahraga yang dapat dilakukan, antara lain jalan
cepat, jogging, berlari, bersepeda, atau berenang. Selain berolahraga, peningkatan
aktivitas fisik juga bisa diperoleh dengan melakukan aktivitas yang lebih membakar
kalori dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya adalah bila berpergian dengan jarak
yang tidak terlalu jauh, lebih memilih berjalan dibanding naik kendaraan.
Perubahan perilaku. Upaya ini bisa dilakukan dengan
mengikuti psikoterapi atau support group untuk mengubah pola pikir dan mengatasi
masalah emosi atau perilaku yang terkait dengan konsumsi makanan.
Jika perubahan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik belum berhasil menurunkan berat
badan, dokter dapat membantu dengan meresepkan obat penurun berat badan. Namun, obat
tersebut baru diberikan jika nilai IMT melebihi 30 atau penderita mengalami penyakit
penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau sleep apnea. Obat yang biasa diresepkan
adalah orlistat dan liraglutide.
Sebelum memberikan obat, dokter akan mempertimbangkan riwayat medis dan efek samping
yang dapat ditimbulkan. Selama mengonsumsi obat, dokter akan memantau dan mengawasi
kondisi pasien.
Tindakan lain yang bisa dilakukan dokter untuk mengatasi penderita obesitas adalah operasi
yang berfungsi untuk menurunkan berat badan atau dikenal sebagai operasi bariatrik. Operasi
ini akan membuat perubahan dalam sistem pencernaan, sehingga membatasi asupan
makanan, sehingga menurunkan penyerapan kalori. Operasi bariatrik baru dapat dilaksanakan
jika penderita sudah menjalani metode penurunan berat badan namun tidak berhasil, serta
mengalami obesitas ekstrim dengan nilai IMT di atas 40, atau nilai IMT di atas 35 dengan
penyakit penyerta, misalnya hipertensi atau diabetes.
Operasi bariatrik yang dapat dilakukan meliputi:
Bypass lambung. Dalam operasi ini, dokter bedah akan membuat kantong kecil di
atas lambung dan terhubung langsung dengan usus halus. Aliran makanan dan
minuman akan masuk ke kantong tersebut untuk menuju usus halus, dan tidak
melewati lambung.
Laparoscopic adjustable gastric banding. Dalam operasi ini, lambung akan diikat
untuk menahan perluasan lambung.
Biliopancreatic diversion with duodenal switch. Dalam prosedur ini, sebagian
lambung akan diangkat, dan ujung lambung akan dipotong serta langsung
disambungkan dengan bagian akhir usus halus. Bagian usus halus yang terpotong
akan disambungkan kembali agar empedu dan enzim pencernaan tetap mengalir.
Gastric sleeve. Dalam operasi ini, dokter bedah akan mengangkat sebagian lambung,
sehingga membuat lambung menjadi lebih kecil untuk menyimpan makanan.
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80
mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah
lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti
gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Gejala Hipertensi
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena dapat terjadi tanpa gejala,
sehingga bisa ditemukan saat sudah muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila
tekanan darah sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain:
Sakit kepala
Lemas
Masalah dalam penglihatan
Nyeri dada
Sesak napas
Aritmia
Adanya darah dalam urine
Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin besar.
Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia 45 tahun, sedangkan pada wanita
biasanya terjadi di atas usia 65 tahun.
Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat
darah tinggi
Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang
dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung.
Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang
mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium dalam darah,
sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah.
Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat mengakibatkan meningkatnya
denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Kurang aktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan,
yang merupakan faktor risiko hipertensi.
Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yang
berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.
Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan
tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani,
antara lain:
o Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu
pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu
rendah lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging
merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
o Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
o Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
o Menurunkan berat badan.
o Berhenti merokok.
o Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
o Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
o Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan
stres.
Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti hipertensi.
Meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar
dari konsumsi obat anti hipertensi.