Anda di halaman 1dari 18

“TUGAS TENTANG TIPE-TIPE PEMBELAJARAN KOOPERATIF”

MATA KULIAH MICROTEACHING

OLEH:

NATALIA PASOLON
A1J118013

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
TIPE-TIPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)


Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.
Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena
itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri
khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-
kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua
anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Model pembelajaran koopertif TAI memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif TAI, Slavin (1995:101) menyatakan
bahwa belajar kooperatif TAI mempunyai kelebihan sebagai berikut :
 Meningkatkan hasil belajar siswa.
 Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa.
 Mengurangi perilaku yang mengganggu.
 Program ini dapat membantu siswa yang lemah.
Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif TAI juga memiliki
kekurangan, yaitu :
 Di butuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat
pembelajaran.
 Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan
dalam memberikan bimbingan kepada siswanya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin,
anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together)


Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa,
setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru
merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share


Model pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-Share dikemukakan oleh Frank
Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi
dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan.
Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa
waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan
saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaannya antara lain:
a. Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Penutup.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture


Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis
sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah pelaksanaannya, antara lain :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gamabar-gambar kegiatan yang berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan
gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Posing


Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatan
pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses
pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa serta dapat
memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan
siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya
dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat
pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.
Iskandar (2004) menyatakan langkah – langkah kegiatan model pembelajaran
problem posing adalah sebagai berikut:
a. Membuka kegiatan pembelajaran
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Menyampaikan materi pelajaran
d. Memberi contoh menyelesaikan soal
e. Memberi kesempatan untuk bertanya
f. Memberi kesempatan siswa untuk membuat soal dari kondisi yang diberikan,
mempertukarkan dan mendiskusikannya
g. Mempersilakan siswa untuk mempresentasikan soal yang telah dibentuk
h. memberikan kondisi lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
soal sebanyak-banyaknya
i. Mempersilahkan siswa bertukar soal dengan siswa lain dan mendiskusikannya
j. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
k. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Solving


Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan
pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem).
Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa
dilatih untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa.
Menurut Dewey dalam W.Gulo, 2002:115) Sintak/langkah-langkah model
pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah :mengetahui dan merumuskan masalah secara
jelas.
b. Menelaah masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
c. Merumuskan hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab
akibat dan alternatif penyelesaian.
d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan mencari dan menyusun data.
Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
e. Pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
f. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif penyelesaian,
kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada
setiap pilihan.
7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen
mingguan. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi
dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau
turnamen berjalan secara adil.Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
a. Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau
sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan
kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.Pada saat penyajian kelas ini peserta didik
harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,
karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan
skor kelompok.
b. Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria
kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin,
etnikdanras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok
(tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar
kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep
temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
c. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada
meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau
kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta
didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
d. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan
terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja peserta didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik
ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat
atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau
kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great
Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40
kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah
mereka buat;

8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and


Composition (CIRC)
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran
yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya
bertujuan membangun kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun
rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
Terdapat lima tahapan dalam proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran CIRC, yaitu sebagai berikut:
a. Orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi
yang akan diberikan. Kegiatan ini juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan kepada siswa.
b. Organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan
keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas
kepada siswa. Menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan juga tugas yang harus
diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Pengenalan konsep
Mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping,
poster atau media lainnya.
d. Publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya. Membuktikan, memperagakan
tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok atau di depan kelas.
e. Penguatan dan refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari
melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Langkah selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan dan
mengevaluasi hasil pembelajarannya.

9. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script (CS)


Model pemebelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau dkk (1985). Dalam tipe
pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.Langkah-langkah
pelaksanaannya antara lain:
a. Guru membagi siswa berpasangan.
b. Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.

10. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe make a match (mencari pasangan)


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan
berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

11. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation merupakan metode
pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok, kelompok belajar terbentuk
berdasarkan topic yang dipilih siswa. Ini memerlukan norma dn struktur yang lebih rumit
daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Menurut Sharan (1992), langkah-
langkah pelaksanaannyasebagai berikut:
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi atau
tugas yang berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan.
e. Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok.
f. Guru memebrikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup.

12. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL (Problem Base Learning)


PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata. Sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Menurut Arends (2012: 411), ada lima langkah penerapan PBM, yakni:

a. Orientasi terhadap masalah

Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.

b. Organisasi belajar

Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan,
yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan
apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi
peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut..

c. Penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi


(pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai
alternatif penyelesaian masalah.
d. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah

Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling
tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta
didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan,
model, bagan, atau Power Point slides

e. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses penyelesaian masalah yang dilakukan.. Mandiri (keberanian) , Intergritas (cinta
kebenaran.

13. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ( dua tinggal-dua tamu)
Model ini diajukan oleh Spencer Kagan (1992), dimana dalam model ini memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok
lainnya. Langkah-langkah pelaksanaannya antara lain :
a. Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
b. Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok
yang lain.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada
tamu.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil
temuan mereka dan kelompok lainnya.
e. Kelompok mencocokkan dan membahasa hasil kerja mereka.

14. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC)


Dikemukakan oleh spencer Kagan, dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Adapaun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap
kedalam.
c. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbaga informasi, pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan
seterusnya.

15. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing


Metode Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Metode pembelajaran tersebut mengandung unsur-unsur pembelajaran kooperatif.
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara
bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Maka berdasar pada uraian di atas peneliti
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan snowball throwing yaitu metode
pembelajaran yang didalam terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya
dalam rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan Snowball throwing adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menyampaikan materi yang diajarkan guru kepada temannya.
d. Kenudin masing-msiang siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi dan sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
e. Kemudin kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa kepada siswa lain selama ± 15 menit.
f. Setelah siswa mendapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.

16. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Cycle

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012), langkah-langkah model pembelajaran


learning cycle adalah sebagai berikut:

a. Engage (Libatkan)

Pada tahap ini kegiatan pokok pembelajaran bertumpu pada upaya bagaimana
meningkatkan minat siswa sambil menilai pemahaman awal siswa terhadap topik yang
dibahas, misalnya melalui suatu kegiatan apersepsi. Selama pengalaman pembelajaran
ini, siswa mula-mula dihadapkan pada tugas-tugas intruksional dan diberi kesempatan
melakukan identifikasi. Selama fase ini, siswa membuat hubungan antara pengalaman
belajar masa lalunya dengan pengalaman belajarnya sekarang. Pada fase ini siswa
diantarkan menuju materi yang akan dipelajarinya.

b. Explore (Eksplorasi)

Pada tahap ini kegiatan pokok pembelajaran adalah melibatkan siswa dalam
pokok bahasan atau topik pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mereka untuk
membangun pemahamannya sendiri. Pada tahap ini, para siswa berkesempatan terlibat
secara langsung dengan fenomena yang diselidiki dan bahan-bahan kajian. Mereka
bekerja sama dalam suatu tim, lalu mengalami pengalaman bersama dengan saling
berbagi dan berkomunikasi tentang esensi pokok pembelajaran. Guru bertindak sebagai
fasilitator yang menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan
membantu siswa agar fokus dalam pembelajaran. Para siswa melaksanakan
pembelajaran aktif melalui pengajaran sains berbasis inkuiri (inquiry based-science).
Penekanannya adalah pada pengajuan pertanyaan setahap semi setahap oleh guru yang
harus dijawab oleh para siswa.
c. Explain (Jelaskan)

Pada tahap ini siswa diberi kesmpatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah
dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada tahap ini, para siswa
menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dengan berkomunikasi dengan rekan-
rekannya, dengan fasilitator (guru) melalui suatu proses reflektif. Dengan kata lain,
setelah seorang siswa mencapai suatu pemahaman, mereka boleh membuat ringkasan
atau menjelaskan gagasan-gagasannya.

d. Extend (Kembangkan)

Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan barunya
dan secara berkesinambungan melakukan eksplorasi dan implikasi ini. Pada tahap ini,
para siswa mengembangkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya, membuat jalinan
dengan konsep terkait lainnya, kemudian mengaplikasikan pemahamannya ini dalam
dunia nyata.

e. Evaluate (Evaluasi)

Pada tahap ini, baik siswa maupun guru menilai sejauh mana terjadi
pembelajaran dan pemahaman. Dalam hal ini, guru menilai sejauh mana para siswa
memperoleh pemahaman tentang konsep-konsep pokok bahan ajar dan memperoleh
pengetahuan baru. Evaluasi dan penilaian (asesmen) dapat berlangsung selama proses
pembelajaran.

17. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Learning (STL-Kelompok


Belajar Siswa)
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan
model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus
bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang
merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap
kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model
pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2)
akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada
sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat
memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya.
Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau
bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena
skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka
sebelumnya.

18. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview (Wawancara Tiga


Langkah)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk
mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah). Pada model pembelajaran
kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan 3
langkah untuk memecahkan masalah, antara lain:
a. Guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.
b. Siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang
diwawancarai.
c. Setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai.
d. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat
membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas
secara bergiliran.

19. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Write Around (Menulis Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk
menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Write around adalah modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif go around. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat
pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah
berupa). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat
tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah
kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok
lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan
diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri
waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian
tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas.

20. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tea Party (Pesta Minum Teh)
Menurut Creswell dan Clark dalam Khamidiyah (2018:15) mengatakan Tea Party
adalah model pembelajaran kooperatif yang dilakukan peserta didik membentuk dua baris
saling berhadapan.Kemudian guru memberikan pertanyaan, peserta didik berdiskusi
dengan teman di depannya.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua
lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain.
Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian
siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah
satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan
berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua
untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan hingga guru
selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi
dapat pula  siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk
catatan nanti bila diadakan tes.

21. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal


Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik)
dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal
teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa
untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan
atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akan
bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan
memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini
memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti
mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan.Model pembelajaran
kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar
secara efektif dari siswa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai