Anda di halaman 1dari 4

PER 2.

SEMESTER II

LAMPIRAN MATERI PELAJARAN

USAHA-USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN


KEMERDEKAAN INDONESIA

Setelah Indonesia meerdeka, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang hendak
merebut kembali kekuasaannya di Indonesia. Akibatya, terjadilah konflik antara Indonesia
dengan Belanda.

1. Faktor Penyebab Konflik Indonesia-Belanda:

1. Keinginan Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia.


Setelah Jepang menyatakan menyerah kepada pasukan Sekutu pada tanggal 15 Agustus
1945, Belanda langsung bersiap-siap untuk kembali menguasai bekas jajahannya. Ini menjadi
salah satu penyebab konflik Indonesia-Belanda setelah proklamasi kemerdekaan. Sebenarnya
Belanda tidak memiliki hak apapun lagi atas wilayah Indonesia.

Pemerintah Hindia-Belanda telah menandatangani dokumen pada tanggal 9 Maret 1942 di


Kalijati, yang menyatakan bahwa mereka menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang
dan Belanda telah menyerahkan seluruh wilayah Hindia-Belanda (Indonesia) kepada
Pemerintah Jepang.

2. Adanya dukungan tentara sekutu terhadap Belanda.


Atas nama sekutu, Belanda dan Inggris menandatangani Civil Affairs Agreement (CAA) pada
tanggal 24 Agustus 1945 yang isinya perjanjian tentang penyerahan wilayah Indonesia yang
telah dibersihkan dari tentara Jepang. Penyerahan ini dilakukan Inggris kepada Belanda lewat
Netherland Indies Civil Administration (NICA).

Pasukan Sekutu bertugas melucuti tentara Jepang sekaligus menerima penyerahan


kekuasaan dari tangan bangsa Jepang. Kedatangan Sekutu ke Indonesia semula mendapatkan
sambutan hangat dari rakyat Indonesia. Akan tetapi, setelah diketahui mereka datang disertai
orang-orang NICA, sikap rakyat Indonesia berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan
akhirnya bermusuhan.

Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakan kembali kekuasaannya.


Situasi berubah memburuk tatkala NICA mempersenjatai kembali bekas anggota KNIL
(Koninklijk Netherlands Indies Leger). Satuan-satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang
kemudian bergabung dengan tentara NICA. Di berbagai daerah, NICA dan KNIL yang
didukung Inggris atau Sekutu melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para
pemimpin nasional.

3. Keinginan Bangsa Indonesia untuk Mempertahankan Kemerdekaan.


Pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin bangsa Indonesia yang diwakili sang dwi
tunggal menyatakan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Ir. Soerkarno
sebagai Presiden didampingi Drs. Moh Hatta sebagai wakil presiden. Mereka berdua kemudian
membentuk kabinet untuk melaksanakan roda pemerintahan Republik Indonesia. Selain itu,
juga ditunjuk gubernur-gubernur yang mengepalai beberapa provinsi.

Dengan demikian, tiga syarat perbentukan suatu negara telah terpenuhi di Indonesia, yaitu
adanya wilayah, penduduk, dan pemerintahan. Oleh sebab itu, seluruh elemen bangsa Indonesia
berusaha mempertahankan negara Indonesia yang telah berdiri sah. Hal tersebut menjadi
penyebab konflik Indonesia-Belanda setelah proklamasi kemerdekaan dari sisi bangsa
Indonesia.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia memakai dua strategi
dalam menghadapi usaha Belanda yang hendak menguasai Indonesia, yaitu lewat perjuangan
bersenjata dan perjuangan diplomasi.

2. Perjuangan Bersenjata

a). Pertempuran 10 November

Surabaya merupakan kota Pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat
selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga menjadi lambang perlawanan
nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan
pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby. Pada tanggal 30
Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internasional di Jembatan
Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby,
Inggris memberi ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara
resmi rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya
pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri
dengan senjata-senjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, dan udara.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu, Bung Tomo memimpin rakyat
dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga
minggu. Akibat pertempuran tersebut, banyak sekali rakyat Surabaya yang gugur. Pengaruh
pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan Internasional, bahkan masuk dalam agenda
sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.

b). Palagan Ambarawa


Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris dibawah pimpinan Brigjen
Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah
itu menuju Magelang karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan
Belanda secara sepihak, maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan
Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut, Letkol Isidiman
gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam
pertempuran tersebut dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya, maka pada tanggal 18 Desember 1945,
Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jenderal.

c). Bandung Lautan Api


Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota
Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar
200.000 penduduk Bandung dan TRI (Tentara Republik Indonesia) membakar rumah mereka,
meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Perisitiwa ini terjadi karena
Sekutu Belanda akan menguasai kota Bandung dan menuntut TRI meninggalkan Bandung. Hal
ini dilakukan agar Sekutu tidak menggunakan Bandung sebagai markas mereka.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan
kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.

d). Medan Area


Pada tanggal 9 November 1945, pasukan Sekutu memasuki Kota Medan dibawah
pimpinan Brigadir Jenderal Ted Kelly diikuti pasukan NICA, yang didahului oleh komando
pimpinan Kapten Westerling. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan
melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar kota
Medan. Dengan dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan
dipersenjatai.

Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:


1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
3. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan
pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” (Batas Resmi Medan Area)
di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.

Pada tanggal 18 Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya:


1. Melarang rakyat membawa senjata.
2. Semua senjata harus diserahkan kepada pasukan Sekutu.
Karena ultimatumnya tidak dihiraukan oleh rakyat Medan, pasukan Sekutu mengerahkan
kekuatannya untuk menggempur kota Medan dan sekitarnya. Serangan Sekutu ini dihadapi
dengan gagah berani oleh penjuang RI dibawah koordinasi Kolonel Ahmad Tahir.
e). Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa Merah Putih terjadi pada tanggal 14 Februari di Manado. Para pemuda
tergabung dalam pasukan KNIL Kompeni VII bersama laskar rakyat dari barisan pejuang
melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Sekitar
600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan. Pada tanggal 16 Februari 1946
mereka mengeluarkan surat selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan di seluruh Manado
telah berada di tangan Republik Indonesia. Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia,
para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda
Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Waisan.
Bendera Merah Putih dikibarkan di seluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan,
yaitu sejak tanggal 14 Februari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi
dan bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia
memerintahkan pembentukan badan perjuangan pusat keselamatan rakyat. Dr. Sam Ratulangi
membuat petisi yang menyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari
Republik Indonesia. Petisi tersebut ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Oleh
karena petisi itu, Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui oleh pihak Belanda.

f). Agresi Militer Belanda I


Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi
militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Pasukan
Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya
untuk menduduki Madura. Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak
menyangka bahwa Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif. Australia dan
India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan Keamanan PBB.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak-
menembak. Untuk mengawasi genjatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN),
yaitu:
1. Belgia (dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat) dipimpin oleh Paul Van Zeeland. 2.
Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby.
3. Amerika Serikat sebagai pihak netral yang menunjuk Dr. Frank Graham.

Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak


sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. KTN berhasil mempertemukan Indonesia
dengan Belanda dalam perjanjian Renvile. Selain itu juga mengembalikan para pemimpin
Republik Indonesia yang ditawan oleh Belanda di Bangka.
TUGAS
Rangkumlah materi diatas dibuku catatan kalian masing- masing !!!

Anda mungkin juga menyukai