FORUM DISKUSI
Diskusikan kasus-kasus berikut dan buat rumusan bagaimana semestinya menurut
keyakinan anda:
1. Banyak guru yang tidak meyakini bahwa dirinya adalah seorang yang
dijadikan contoh atau teladan oleh siswanya, sehingga terkadang ia
menunjukan perilaku tidak berintegritas dihadapan siswanya. Mengapa ini
terjadi dan bagaimana meng atasinya?
Setiap hari kita menyaksikan maraknya perilaku tidak berintegritas
yang cukup menyesakkan dada. Mulai dari perilaku saling tidak percaya,
saling menyalahkan, lepas tanggungjawab, mencari jalan pintas, arogan,
inkonsisten, korupsi, perilaku koruptif, hingga aneka perilaku tak pantas
lainnya. Bahkan perilaku demikian diper-lihatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat, dari rakyat hingga pejabat. Bahkan sosok yang selayaknya
menjadi teladan pun, tak luput dari perilaku tak berintegritas. Integritas sendiri
merupakan kesesuaian antara suara hati nurani sebagai kebe-naran, pola pikir
untuk hidup benar, tekad yang kuat untuk mewujudkan hidup benar, ucapan,
dan perilaku yang ditampilkan. Ketika keempat nilai inti ini kuat terpancar
dari dalam nurani, dan konsisten dalam perilaku yang ditampilkan, dapat
dipastikan seseorang berintegritas. Kesesuaian inilah yang menimbulkan
keselarasan hidup dan harmoni. Inilah landasan kebahagiaan hidup. Ketika
guru menunjukan perilaku tidak berintegritas karena guru, terbiasa tidak
memiliki konsep diri sebagai landasan profesinya. Karakter yang tidak jujur,
tidak disiplin, tidak bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab, apalagi
tidak peduli, membentuk perilaku tidak berintegrasi sesuai patokan moral dan
agama. Padahal secara umum ciri yang paling mendasar yang dimiliki guru
yakni (1) berintegritas, (2) terpercaya, (3) memiliki pengetahuan luas, dan (4)
selalu menebar kebaikan. Keempat ciri ini kemudian diurai ke dalam nilai
pembentuk yang menjadi landasan perilaku seorang guru. Kepribadian
mencerminkan baik atau tidaknya citra dan martabat guru. Kepribadian guru
akan tercermin dari sikap dan perbuatannya dalam mengajar, membina, dan
membimbing peserta didiknya. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik
dedikasinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Tetapi
di lapangan, tidak sedikit di antara guru yang lupa dan melakukan tidakan
yang tidak terpuji. Ada oknum guru yang melakukan pemukulan atau tindak
kekerasan kepada siswanya karena sebab yang sepele, oknum guru bertindak
asusila dengan siswa atau lainnya, oknum guru terlibat menggunakan narkoba,
dan sebagainya merupakan contoh-contoh tindakan negatif yang banyak
menghiasi media massa, baik cetak maupun elektronik, baik di tingkat
nasional maupun tingkat lokal (daerah). Kejadian-kejadian tersebut,
menyebabkan terdapat oknum guru terlibat konflik dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat, dan tidak sedikit pula yang harus berurusan dengan
hukum (polisi). Hal ini tentu saja mencidrai martabat dan citra guru, serta
dunia pendidikan dalam pengertian yang lebih luas. Sebagai manusia biasa,
guru memang tidak luput dari kehilafan dan kesalahan. Karena manusia
merupakan sumber kealfaan dan dosa. Tetapi berupaya semaksimal mungkin
untuk meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan (perbuatan
negatif).
3. Dari materi tentang landasan dan prinsip penguatan integritas, nampak bahwa
proses pendidikan karakter bukanlah hal yang rumit, justru sebaliknya sangat
mudah, karena faktor penentunya adalah mengaktualisasikan pada diri sendiri.
Anak berintegritas akan lahir dari guru berintegritas. Jika demikian, mengapa
masih ada guru yang merasa keberatan untuk berintegritas?
Banyak anggapan bahwa hidup berintegritas di zaman ini sangat sulit.
Dalih yang dikemukakan beragam. Lingkungan tidak mendukung, tidak ada
teladan dari pimpinan yang berintegritas selalu dirugikan, dan seringkali
diposisikan sebagai ancaman bagi keberlangsungan system. Karena masih
banyak lagi kelemahan perilaku masyarakat yang terpotret dalam kese harian.
Semua itu menjangkiti semua sendi kehidupan. Kita menyaksikan beta-pa
sulitnya mendapat sosok teladan di sekitar kita. Bahkan para pucuk pimpinan
yang diharapkan dapat menjadi panutan, kerapkali malah mempertunjukkan
perilaku yang tidak sepatutnya. Orang dewasa mempertontonkan perilaku
yang tidak lagi sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Logika umum
mengangap bahwa upaya penguatan integritas tidak bisa lagi dilakukan karena
lingkungan yang sudah sangat tidak berintegritas. Kalaupun di sekolah
diajarkan pendidikan karakter, anak tidak menemukan praktek yang konsisten
dengan yang diajarkan, baik di sekolah maupuan di masyarakat. Mestinya
perilaku pimpinan dan orang-orang dewasa harus baik terlebih dulu, baru
pendidikan bisa berjalan baik. Ini logika umum yang berlaku.
4. Dalam kehidupan kita sering kali dipaksa untuk mengingkari berbagai aturan,
norma atau nilai karena untuk kepentingan tertentu. Kondisi tersebut kadang
memaksa sehingga kita mengikutinya. Demikian pula terkait integritas, orang
tahu dan bisa mempraktekkan, namun ternyata tidak bisa menjalankan secara
konsisten. Apa akibat hal tersebut terhadap diri pribadi dalam menjalani
kehidupan yang bermakna?
Secara singkat, konsisten dapat dimengerti sebagai kesesuaian antara
perkataan dan tindakan. Orang yang konsisten tidak terpengaruh oleh
perubahan di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan pengaruh lainnya, dapat
datang dan pergi tetapi sikap, perkataan, dan tindakan orang yang konsisten
tidak lepas dari nilai moral yang dianutnya. Orang yang konsisten biasanya
terus terang. Mereka merasa percaya diri dalam mengatakan apa yang mereka
yakini. Tanpa basa-basi. Mereka berani. Hal itu juga menghemat banyak
waktu dan merupakan praktik yang baik. Orang yang memiliki konsistensi
biasanya hampir dapat diduga (keterdugaan etis), yakni orang dapat menduga
dia bertindak atau bereaksi apa hampir dalam semua situasi. Kita tahu apa
yang akan mereka lakukan dan bagaimana hasilnya. Kalau dia seorang atasan
sedang berhadapan dengan bawahan yang melanggar aturan, kita dapat duga
dia akan bertindak apa. Kita tidak melihat tindakannya yang lain dari apa yang
selalu dia nyatakan dalam banyak kesempatan. Integritas tidak bisa
menjalankan secara konsisten akan menghasilkan kondisi yang carut marut.
Logika umum mengangap bahwa upaya penguatan integritas tidak bisa lagi
dilakukan karena lingkungan yang sudah sangat tidak berintegritas. Kalaupun
di sekolah diajarkan pendidikan karakter, anak tidak menemukan praktek yang
konsisten dengan yang diajarkan, baik di sekolah maupuan di masyarakat.
Mes tinya perilaku pimpinan dan orang-orang dewasa harus baik terlebih dulu,
baru pendidikan bisa berjalan baik. Ini logika umum yang berlaku.
5. Ketika di sekolah semua orang mengabaikan integritas karena dianggap menyulit-
kan diri sendiri dan tidak sosok teladan, bagaimana cara meyakinkan diri pribadi
bahwa perilaku berintegritas adalah kebutuhan yang harus diwujudkan sebagai
pertanggungjawaban kepada Tuhan!