Anda di halaman 1dari 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

MELALUI METODE SUKU KATA MENGGUNAKAN SANDPAPER LETTER


MONTESSORI PADA ANAK HAMBATAN INTELEKTUAL
KELAS TIGA DI SDLB BUDI MULYA WATES

PTK

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna untuk Program Profesi Guru

Oleh:

Gresila Dessy Sri Lostari, S. Pd


NIM. 20122299010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
NOVEMBER 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelaian fisik, emosi, mental dan sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Anak yang memiliki kelainan
dalam aspek fisik meliputi tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa. Dalam
aspek kelainan mental, ada anak yang memiliki mental lebih dan kemampuan mental
sangat rendah. Anak yang memiliki kemapuan mental rendah, biasa disebut
tunagrahita.
Anak dengan hambatan intelektual tentunya mengalami keterlambatan dalam
perkembangan. Salah satu hal yang muncul pada anak dengan kondisi kebutuhan
khusus adalah tantangan belajar dalam akspek kognitif. Aspek kognitif tersebut
diantaranya berhitung dan membaca. Apalagi dengan anak hambatan intelektual yang
memiliki kondisi perkembangan kognitif sehingga berdampak perilaku yang berbeda
dengan usia kronologisnya. Hambatan intelektual memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) Peserta didik hambatan intelektual mengalami, (2) kesulitan dalam
memecahkan masalah, (3) kurang mampu berpikir logis dan kurang dalam berpikir
abstrak, (4) Kemampuan memahami konsep rendah , memiliki memori jangka
pendek, keterbatasan dalam adaptasi perilaku, kesulitan dalam mengekspresikan
dalam keterampilan kehidupan sosial dan adaptasi keterampilan hidup sehari-hari.
Kemampuan konsep yang rendah, memiliki memori jangka pendek tentu
sebagai guru anak berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual harus memiliki
strategi dan metode membaca yang disesuaikan dengan kondisi kemampuan peserta
didik. Pada anak dengan hambatan intelektual tentu untuk membunyikan huruf saja
lebih sulit apalagi memahami bacaan. Sehingga perlu diperhatikan antara lain :
kesiapan anak untuk latihan, pembelajaran diberikan secara kongkrit dan
diperagakan, latihan diberikan berdasarkan tahapan tugas (task analisys), berikan
penguatan berupa pujian , latihan dilakukan secara berulang-ulang. pendekatan yang
diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat perbaikan tingkah laku (behavior
modification).
Membaca merupakan sebuah aktivitas berupa melafalkan atau mengeja sebuah
tulisan. Kegiatan membaca sendiri merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat
reseptif, sehingga kegiatan ini termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan
berbagai keterampilan. Membaca merupakan proses untuk memahami makna suatu
tulisan. Proses yang dialami dalam kegiatan membaca adalah: mengenali huruf dan
kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, mengenali makna, menyimpulkan bacaan
sesuai konteks wacana.
Membaca Permulaan merupakan tahapan awal proses belajar membaca. Pada
tahap ini siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik
membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Tingkatan membaca permulaan,
siswa belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi
masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan
membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa
tulis. Melalui tulisan itulah siswa dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut, sehingga memiliki kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis,
penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan memasukkan makna.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ditemukan seorang siswa kelas
tiga memiliki kesulitan membaca permulaan untuk merangkai menjadi sebuah kata.
Kemampuan siswa saat ini sebatas membaca gambar dan dapat menyebutkan nama
huruf dari a sampai dengan z. Dalam pengamatan ditemukan metode eja dan metode
drill untuk pembelajaran membaca. Siswa yang mengalami hambatan intelektual
membutuhkan inovasi metode maupun media yang sesuai dengan kebutuhannya
untuk dapat membantu mempermudah belajar siswa.
Berdasarkan permasalah tentang membaca permulaan kesulitan dalam
merangkai kata dan memahami makna, maka peneliti perlu meningkatkan
kemampuan membaca permulaan melalui suku kata. Kemampuan membaca
permulaan dengan metode suku kata memiliki keuntungan yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Kesulitan merangkai huruf menjadi suku kata yang dialami,
karena banyak persepsi yang ditimbulkan dari metode eja. Pembelajaran membaca
permulaan perlu dirancang menjadi pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak hambatan intelektual
karena siswa merasa lebih mudah merangkai kata menggunakan metode suku kata.
Metode suku kata menurut Depdikbud (1992:12) metode suku kata adalah
suatu metode yang mulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-
kata yang sudah di rangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai
menjadi kata yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan Pendapat
Muhammad Amin (1995:207) metode suku kata adalah “suatu metode yang di mulai
dengan mengeja suku-suku kata kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan
diuraikan menjadi huruf”. Jadi metode suku kata ada dua macam . Kedua metode ini
sama penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkai. Keuntungan dari
metode suku kata dalam membantu anak dalam membaca permulaan, antara lain 1.
Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga mempercepat proses
penguasaan kemampuan membaca permulaan, 2. Dapat belajar mengenal huruf
dengan mengupas atau merangkai suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur
hurufnya, 3. Penyajian tidak memakan waktu yang lama, 4. Dapat secara mudah
mengetahui berbagai macam kata.
Anak dengan hambatan intelektual harus diberikan metode pembelajaran
secara kongkrit dan diperagakan. Dalam metode Montessori anak dikatakan mampu
membaca adalah anak yang mampu mengkorelasikan rangkaian huruf yang ia baca
dengan maknanya. Jika tidak ia baru sampai pada tahapan “membunyikan huruf” .
Pada pembelajaran ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran menyebutkan nama
teman yaitu suku kata terbuka yo/si/za/ki/da/ni/sa/ta, suku kata tertutup /in/tan dan
akhiran /s/n/. Metode Montessori lebih memudahkan untuk pelajaran membaca,
dibantu dengan media Sandpaper Letter Montessori anak diajak merasakan bentuk
huruf melalui pengalaman perabaan dan diperkuat deng huruf lepas yang memiliki
keunikan pada warnanya. Melalui metode Montessori diharapkan akan lebih mudah
belajar membaca dengan menyenangkan.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti mengkaji masalah tersebut
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan Melalui Metode Suku Kata Menggunakan Sandpaper Letter
Montessori Montessori Pada Anak Hambatan Intelektual Kelas Tiga Di SDLB Budi
Mulya Wates”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan
adalah :
1. Kemampuan membaca permulaan siswa hambatan Intelektual di SDLB Budi
Mulya Wates rendah yaitu ditandai dengan capaian nilai yang diperoleh siswa
belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75%.
2. Kesulitan dalam merangkai huruf menjadi kata yang bermakna.
3. Media yang digunakan masih mengandalkan kemampuan visual dan auditori
melalui metode eja dan drill
4. Belum tersedianya media yang mengasah seluruh indra yang dimiliki untuk
kemampuan membaca permulaan bagi siswa hambatan intelektual kelas tiga di
SDLB Budi Mulya Wates.
C. Analisis Masalah
Penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada pembelajaran ini disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran menyebutkan nama teman yaitu suku kata terbuka
yo/si/za/ki/da/ni/sa/ta, suku kata tertutup /in/tan dan akhiran /s/n/ untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak hambatan intelektual kelas tiga di SDLB
Budi Mulya Wates.

D. Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui metode suku kata
menggunakan Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan intelektual kelas
tiga di SDLB Budi Mulya Wates?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk peningkatan kemampuan membaca
permulaan melalui metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori
pada anak hambatan intelektual kelas tiga di SDLB Budi Mulya Wates.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman yang bermanfaat selama observasi
dan dapat dijadikan ilmu dalam mengajar apabila ada anak hambatan intelektual.
2. Bagi guru dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi pelajaran, pembinaan,
dan bimbingan pada anak hambatan intelektual.
3. Bagi orang tua dapat mengerti, memahami, membimbing dengan baik apabila
anaknya mengalami hambatan intelektual.
4. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan masukan bagi yang berkepentingan
atau kepada orang tua yang mempunyai anak hambatan intelektual.

G. Indikator Keberhasilan
Siswa dapat membaca permulaan dengan penguasaan kosakata untuk memberi
arti pada kata nama teman. Analisis hasil tes kemampuan membaca permulaan pada
siswa hambatan intelektual menggunakan teknis analisis deskriptif kuantitatif. Data
hasil tes kemampuan membaca permulaan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
yang dilengkapi dengan uraian deskriptif agar mudah dipahami oleh pembaca.
Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan siswa menggunakan
rumus dari Ngalim Purwanto (2006:102) sebagai berikut:
R
NP = X 100
𝑆𝑀
NP = Nilai yang diberi
R = Skor yang didapat siswa
SM = Skor maksimal semua item

Skor diubah dalam presentase:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Tabel 3.3 Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode


suku kata pada rentangan sebagai berikut
Presentase Kategori
85% - 100% Sangat baik
67,5% - 82,5% Baik
45% - 65% Sedang
32,5% - 47,5% Kurang
15% - 30% Sangat kurang

Hipotesis dalam penelitian ini akan dinyatakan diterima apabila indikator


keberhasilan telah tercapai. Secara umum, indikator keberhasilan digunakan untuk
mengukur keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Indikator digunakan
untuk menentukan peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan
dilakukan, kemampuan siswa dikatakan meningkat apabila keberhasilan yang
diperoleh dengan presentase pencapaian 75% dari kemampuan penguasaan suku kata.
Kriteria keberhasilan minimal yang ditentukan yaitu mencapai 75% kemampuan
menguasai suku kata sebagai prasyarat kemampuan membaca permulaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Hambatan Intelektual


Di berbagai daerah layanan pendidikan khusus mulai diperhatikan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional
Pasal 32 disebutkan bahwa: “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelaian fisik, emosi, mental dan sosial dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.” Anak yang memiliki kelainan dalam aspek fisik
meliputi tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa. Dalam aspek kelainan
mental, ada anak yang memiliki mental lebih dan kemampuan mental sangat rendah.
Anak yang memiliki kemampuan mental rendah, biasa disebut tunagrahita.
Definisi tunagrahita AAMR (American Association On Mental Retardation)
bahwa anak tunagrahita diklasifikasikan menjadi empat yaitu Mild (52-67), Moderate
(36-51), Severe (20-35), Profound (kurang dari 20), sedangkan menurut(AAMD)
American Association on Mental Deficiency ketungrahitaan itu mengacu pada fungsi
kecerdasan rata-rata yang berhubungan dengan gangguan perilaku selama periode
perkembangan. Edgar Doll berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika: (1)
secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3) kecerdasannya
terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat, (5)
tidak didasarkan pada asal-usul, (6) tidak dapat disembuhkan (Hallahan dan
Kauffman, 1980:44).
Penyebab ketunagrahitaan berdasarkan waktu terjadinya dipengaruhi berbagai
faktor baik dari dalam maupun dari luar. Menurut Krik dan Johnson (1951),
ketunagrahitaan pun dapat terjadi karena (1) radang otak, (2) gangguan fisiologis, (3)
faktor hereditas, dan (4) pengaruh kebudayaan (Efendi, 2006: 91). Faktor dari dalam
seperti yang dibawa sejak dalam kandungan menurut Devenport dapat dirinci melalui
jenjang berikut: (1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2)
kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) kelainan atau
ketunaan dengan implantasi, (4) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio,
(5) kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran, (6) kelainan atau
ketunaan yang timbul dalam janin, dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada
masa bayi dan masa anak-anak. Sedangkan faktor dari luar seperti penyakit atau
keadaan lainnya.
Menurut I.C.D penyebab keterbelakangan mental yang mengutip penyelidikan
di Muangthai, adalah:(1) infeksi 17, 63 %, (2)Trauma dan sebab-sebab fisik 11, 15 %,
(3) Gangguan/hambatan metabolism, pertumbuhan atau gizi: 3, 37 %, (4) Gross brai
disorder (post natal) 0, 51 %, (5) Prenatal unknown influence 7, 56 %, (6)
Chromosome abnormarly 9, 47 % (7) Prematurity 3, 63 %, (8) Psychiatric disorder 1,
87 %, (9) Psycho-social deprivation 8, 95 %, (10) Unspesified35, 49 % (Mangunsong,
1998:108).
Disimpulkan bahwa penyebab tunagrahita dapat diperoleh dari faktor luar dan
dalam, Sebab yang bersumber dari dalam yaitu faktor keturunan. Sebab ini dapat
berupa gangguan pada plasma inti atau chromosome abnormality, sedangkan
penyebab yang bersumber dari luar adalah (1) keracunan waktu ibu hamil, yang biasa
menimbulkan kerusakan pada plasma inti, misalnya karena penyakit sipilis, atau
kebanyakan minum alkohol, (2) kerusakan otak waktu kelahiran, misalnya kelahiran
karena dibantu/pertolongan, lahir prematur, (3) panas yang terlalu tinggi, misalnya
pernah sakit keras, thypus, cacar dan sebagainya, (4) gangguan pada otak, misalnya
tumor otak, anoxia, infeksi pada otak, hydrocephalus, (5) gangguan fisiologis, seperti
mongolisme, cretinisme, (6) pengaruh lingkungan dan kebudayaan (Mangunsong,
1998:109).
Sebagaimana ketunaan yang dialami berdasarkan keparahannya, anak
tunagrahita diklasifikasikan berdasarkan kemampuan fungsi intelektual dan
keterampilan adaptif. Berikut menjadi beberapa klasifikasi anak tunagrahita
berdasarkan skor IQ.

Tabel 2.3 Klasifikasi Anak Tunagrahita (AAMR-1992)


Intermittent Anak tidak selalu memerlukan bimbingan, bimbingan
hanya bersifat jangka pendek, diperlukanselama masa
transisi kehidupannya, misalnya krisis dalam masalah
medis, kehilangan pekerjaan.
Limited Bimbingan diperlukan secara konsisten, hanya pada
saat tertentu saja tetapi tidak seperti intermitten.
Membutuhkan beberapa anggota staf dan biaya yang
tidak terlalu besar karena bimbingan tidak terlalu
intensif seperti pelatihan untuk pekerja, bimbingan
trasisional menjelang anak memasuki masa dewasa
Extensive Bimbingan diperlukan adanya keterlibatan secara
regular dalam suatu lingkungan (seperti pekerjaan atau
rumah) dan waktunya tidak terbatas.
Pervasive Bimbingan sangat diperlukakan intensitasnya sangat
tinggi dan banyak anggota staf yang terlibat
Sumber: Mangunsong, 1998:104
B. Pengertian Membaca
Ada beberapa pengetian membaca menurut para ahli, berikut beberapa
pengertian membaca:
a. Tarigan (1991:2)
Membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang
penulis melalui tulisan.
b. Syafi’ie (1999:6)
Membaca adalah Proses pengolahan informasi yang dilaksanakan oleh pembaca
dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan yang relevan
dengan informasi.
c. Slamet (2007:66)
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis.
d. Somadyo (2011: 1)
Membaca merupakan kegiatan interakti untuk memetik dan memahami makna
yang terkandung dalam bahan tertulis.
e. Harjasujana (1996:5)
Membaca adalah kemampuan yangkompleks. membaca tidak hanya memandangi
lambing-lambang tertulis semata, melainkan berupaya memahami makna
lambang-lambang tertulis tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita simpulkan
bahwa pada hakikatnya membaca adalah suatu proses interaksi memahami lambang
bahasa melalui berbagai strategi untuk memahami makna dari yang tertulis,
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakongnitif.

C. Tujuan Membaca
Membaca utamanya bertujuan untuk memperoleh informasi, mencakup isi,
dan memahami makna bacaan. Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:
a. Membaca untuk memperoleh rincian atau fakta. Membaca dilakukan untuk
mengetahui atau menemukan informasi yang lengkap.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama atau menyimpulkan. Membaca
dilakukan untuk mengetahui inti dari sesuatu atau untuk menyimpulkan suatu
informasi, bisa berupa topik yang baik dan menarik, masalah dalam cerita, dan
apa saja yang dipelajari.
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita. Membaca
dilakukan untuk mengetahui atau menemukan yang terjadi pada setiap bagian
cerita/bacaan.
d. Membaca untuk mengklasifikasikan atau membandingkan. Membaca dilakukan
untuk mencari dan menemukan informasi mengenai kebenaran atau mana yang
baik dan tidak baik.
e. Membaca untuk mengevaluasi. Membaca dilakukan untuk menemukan kesalahan
yang telah terjadi baik dalam bagian tulisan (khuruf, kata dan paragraf), bisa juga
isi dalam tulisan yang berupa data atau laporan.

D. Pengertian Membaca Permulaan


Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa
sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga
mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Empat aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan
(Muchlisoh, 1992: 119) :
a. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan
membaca dan menyimak.
b. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi
ketrampilan menulis dan berbicara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun
tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk
tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu
diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan
kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk
memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa
dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan :
a. Lambang-lambang tulis,
b. Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
c. Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca Permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif.
Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang
fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati,
2007).

E. Tujuan Membaca Permulaan


Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya
adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca
permulaan juga dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”.
Pelaksanaan Membaca Permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam
dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan
buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan
menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf,
kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan
kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.
Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-
kelas rendah belum memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan
pada usaha menyempurnakan rasa. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya. Pendidikan pra-
sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana menumbuhkan perasaan senang
berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah
senang terhadap hal-hal tersebut, dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya
akan tumbuh tepat pada waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya
semakin besar. Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi.
Seorang anak belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk
berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa, mengajukan
pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan melalui bahasa (Thahir,
1993:2 dalam http://digilib.unnes.ac.id).

F. Metode membaca suku kata


Pengertian metode suku kata menurut Depdikbud (1992:12) metode suku kata
adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca permulaan dengan
menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku
kata itu di rangkai menjadi kata yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat.
Sedangkan pendapat Muhammad Amin (1995:207) metode suku kata adalah “ suatu
metode yang di mulai dengan mengajar suku-suku kata kemudian suku kata di
gabungkan menjadi kata dan diuraikan menjadi huruf”. Jadi metode suku kata ada dua
macam. Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai dan
merangkaikan. Metode Kupas Rangkai Suku kata Penerapannya menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru mengenalkan huruf kepada siswa.


2. Merangkaikan suku kata menjadi huruf.
3. Menggabungkan huruf menjadi suku kata .
Misalnya: bu - ku
b–u–k-u
bu - ku
b. Metode Kata Lembaga
Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membaca kata yang sudah dikenal siswa.
2. Menguraikan huruf menjadi suku kata.
3. Menguraikan suku kata menjadi huruf.
4. Mengabungkan huruf menjadi suku kata.
5. Menggabungkan suku kata menjadi kata.
Misalnya: buku
bu – ku
b–u–k–u
bu – ku
buku

G. Keunggulan Metode Suku Kata


Setiap metode memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing. Hal ini
sesuai dengan pendapat Makmur Karim (1984) yang mengatakan keuntungan dari
metode suku kata yang membantu anak dalam membaca permulaan, antara lain:
1. Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga mempercepat
proses penguasaan kemampuan membaca permulaan
2. Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata
yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
3. Penyajian tidak memakan waktu yang lama
4. Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di tegaskan keuntungan metode


suku kata ini adalah untuk membantu mengkaitkan suku kata dengan kata sederhana
yang telah diketahui maknanya akan membatu melewati proses membaca dengan
mudah. Dalam Montessori netode yang focus pada membantu anak mengkorelasikan
simbol huruf dan makna. Teknis membaca menurut Montessori yaitu:
1. Melalui lagu
Lagu fonik, misal fonik f dari foto disebutkan feh feh feh
2. Sandpaper Letter (huruf raba)
Menperkenalkan bunyi huruf dan cara meraba huruf yang kelak akan diingat anak.
Sederhananya, huruf raba ini kan kalau diraba terasa ada tekstur tertentu, sehingga
anak bisa meraba (tracing) bentuk hurufnya.
3. Huruf lepas atau Movable Alphabet
Penggunaan huruf lepas atau LMA memudahkan anak membedakan huruf vokal
dan konsosnan. Untuk huruf vokal berwana biru, untuk huruf konsonan berwana
merah. Menguatkan symbol, terutama untuk anak dengan hambatan intelektual,
jika dilihat fonik /u/ dan /n/ memiliki kesamaan, tetapi secara tampilan berbeda
warna /u/ berwana biru, /n/ berwarna merah.
Kegiatan pada Area Bahasa ini dapat menstimulasi kemampuan menulis dan
membaca pada anak yakni dengan cara menguatkan pondasi bahasa pada anak. 1)
matching cards, 2) Menyocokkan Gambar Kartu dengan Gambar pada Buku
Bacaan Anak, 3) Menyocokkan Benda nyata beserta kartu pasangan benda
tersebut, 4) Bermain dengan model mainan, 5) Bermain “secret bag”, 6)
Nomenclatur Cards.
Diharapkan dengan pembelajaran yang kongkrit yang berdasarkan
karakteristik anak dengan hambatan intelektual, metode Montessori lebih
memudahkan untuk pelajaran membaca, dibantu dengan media Sandpaper Letter
Montessori anak diajak merasakan bentuk huruf melalui pengalaman perabaan
dan diperkuat deng huruf lepas yang memiliki keunikan pada warnanya.

H. Pengertian Sandpaper Letter Montessori


Sandpaper Letter Montessori atau biasa disebut huruf raba merupakan kartu
yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf suku kata yang dibuat untuk
menarik minat anak.

“The cards upon wich the Sandpaper Letter Montessori s are mounted are
adapted in siza and shape to each Letter. the vowels are in blightcolor
Sandpaper and are mouted upon dark cards, the consonant and the groups of
Letter are in black Sandpaper mounted upon white cards. The grouping is so
arranged as to call attention to contrasted, or analogous forms.”(Gerald Lee
Gutek, 2004)

Dari penjelasan diatas bahwa Sandpaper Letter atau huruf raba yang terbuat
dari amplas dipasang disesuaiakan dalam ukuran dan bentuk setiap huruf. Huruf-huruf
tersebut dikelompokkan berdasarkan huruf vokal dan huruf konsonan. Huruf vokal
pada Sandpaper Letter diberi warna terang pada amplas sedangkan huruf konsonan
diberi warna gelap yang bertujuan untuk menarik minat siswa yang berasal dari warna
yang kontras.

I. Manfaat Bermain Sandpaper Letter


Melalui kegiatan Sandpaper Letter, perkembangan menulis anak dapat
berjalan dengan sebagaimana semestinya. Manfaat kegiatan Sandpaper Letter
berperan didalam perkembangan potensi anak, salah satunya dalam kemampuan
menulis awal. Dengan kegiatan Sandpaper Letter anak dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus sekaligus memberikannya pengalaman sensoris.
Menggunakan Sandpaper Letter anak akan dilatih otot jari-jari tangannya yang
nantinya akan dipergunakan untuk menulis.
Kegiatan ini dirancang agar anak merasa tidak jenuh dan bosan dalam
proses pembelajaran. Dari penjabaran diatas dijelaskan bahwa anak akan menyentuh
ringan amplas Sandpaper Letter dan anak dapat merasakan bentuk amplas sesuai
dengan pola huruf. Kegiatan Sandpaper Letter dapat juga melatih koordinasi mata
dan tangan. Dimana anak menggunakan matanya untuk melihat bentuk huruf dan
menggunakan otot-otot jari tangan untuk mengikuti pola huruf. Hal ini berguna untuk
persiapan anak membentuk huruf nantinya.

C. Langkah-langkah pengunaan Sandpaper Letter Montessori


Three Period Lesson merupakan salah satu khas dalm metode montesssori. Cara
ini merupakan cara teknis yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan konsep
maupun kosakata kepada anak (Paramita, Vidya Dwina:2020) diantaranya:
1. Tahap 1
Memperkenalkan bunyi huruf dan cara meraba huruf yang kelak akan diingat
anak sebagai cara menuliskan huruf tersebut. Kata kunci yang digunakan pada
tahap ini adalah “ Ini adalah…..”. Selalu beri contoh kepada anak, supaya
mereka bisa mengamati terlebih dahulu. Kemudian, membiarkan mereka
mencobanya. Yang diperlukan yaitu huruf raba dan alas kerja. Presentasi
kegiatan sebagai berikut:
a. Pilih tiga huruf yang memiliki bentuk dan bunyi yang berbeda
b. Perlihatkan kepada anak huruf tersebut satu persatu sebutkan bunyi
hurufnya, kemudian tunjukkan cara meraba huruf sesuai dengan
menuliskannya
c. Tawarkan anak untuk meraba dan mengulang penyebutan bunyi huruf
tersebut.

2. Tahap 2
Setelah diperkenalkan satu persatu, kini saatnya membantu anak untuk
mengingat kembali yang telah kita sampaikan. Tahap kedua juga tahap
reseptif karena pada tahap ini tidak perlu mengucapkan huruf tersebut. Jika ia
mengetahui sebuah huruf, ia cukup menunjukkan atau mengambil huruf
tersebut tanpa perlu mengucapkan. Ingat, jangan berharap anak akan langsung
menjawab denngan tepat dan benar. Dibutuhkan berkali-kali latihan sebelum
anak dapat mengingat dan memahami bunyi huruf dan bentuknya. Presentasi
kegiatan yaitu:
1. Letakkan tiga huruf sekaligus diatas meja
2. Minta anak untuk menunjuk huruf tertentu
3. Apresiasi jika ia menunjukkan huruf yang benar
4. Jika ia menunjukkan huruf yang keliru, jangan memintanya untuk
mengingat dan memaksa menunjukkan huruf yang benar. Cukup
tunjukkan huruf yang benar, lalu segera akhiri sesi belajar. Cukup
tunjukkan huruf yang benar, lalu segera akhiri sesi belajar. Tak perlu
melanjutkan pada tahap ke tiga. Tutup sesi belajar dengan menyebutkan
kembali tiga huruf yang tadi dipelajari.
3. Tahap 3
Jika tahap kedua merupakan tahap reseptif, tahap ketiga merupakan tahap
ekspresif. Anak dianggap telah dapat melewati tahap ketiga dengan baik
ketika ia dapat menyebutkan bunyi huruf ketika kita menunjuk pada huruf
tertentu. Presentasi kegiatan yaitu:
a. Ambil salah satu dari tiga huruf yang tadi telah diperkenalkan
b. Tanyakan kepada anak, “apa bunyi huruf ini”
c. Jika anak menjawab dengan benar, ambil huruf yang lain dan tanyakan hal
yang sama.
d. Jika anak tampak kebingungan atau menjawab dengan salah, tersenyum
dan beri tahu jawaban yang benar.
e. Tutup sesi belaajr dengan menyebutkan kembali tiga huruf yang telah
dipelajari.

Pada tahapan kedua dan ketiga , mengapa tidak diperbolehkan memaksa anak
mengingat atau menyebutkan huruf hingga benar karena anak membutuhkan lebih
banyak waktu untuk dapat mengingatnya dengan benar. Sehingga bukan memaksa
untuk mengingat, melainkan merencakan berbagai macam upaya atau cara lain
dengan aktivitas yang lain dengan cara yang lebih menyenangkan bagi anak.
Selanjutnya, memastikan proses belajar menyenangkan sehingga anak merekam
suasana momen belajar. Jika suasananya menyenangkan, anak akan mengkorelasi
belajar menjadi sesuatu hal yang menyenangkan menjadikan pribadi yang gemar
belajar. Sebaliknya kemungkinan anak akan membenci proses belajar seumur hidup
karena memori yang diciptakan menegangkan dan tidak menyenangkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 82) penelitian tindakan kelas adalah salah
satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
pengembangan inovatif dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Menurut
Suyanto dalam Sujati (2000:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan–tindakan
tertentu agar
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik–praktik pembelajaran di
kelas secara professional.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang terprogram dan bersifat reflektif untuk mendeteksi
dan memecahkan permasalahan yang ada di kelas. Peneliti menggunakan pendekatan
penelitian tindakan kelas ini untuk memecahkan permasalahan kemampuan membaca
permulaan pada siswa hambatan intelektual kelas tiga SDLB Budi Mulya Wates yang
rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada siswa kemampuan membaca permulaan pada siswa hambatan
intelektual kelas tiga SDLB Budi Mulya Wates.

B. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas akan dilakukan di kelas tiga pada tema lingkungan
sekolah sub tema lingkungan sekolah materi menyebutkan nama teman. Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut meliputi (1) Standar Kompetensi, (2)
Kompetensi dasar, (3) Indikator, (4) Tujuan pembelajaran, (5) Metode Pembelajaran,
(6) Sumber Belajar, (7) materi, (8)model/strategi pembelajaran, (9) Kegiatan
Pembelajaran, dan (10) penilaian dan tidak lanjut.
Penelitian Tindakan Kelas menggunakan siklus yang terdiri dari tiga tahap
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setiap
siklus direncanakan terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari tiga
jam pelajaran. Tahap akhir siklus terdapat refleksi yang berguna untuk mengetahui
masalah dan kendala saat melakukan tindakan. Setelah dilakukan refleksi terdapat
proses dan hasil tindakan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar rencana
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya, diharapkan pada siklus selanjutnya terjadi
peningkatan bila dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian model siklus spiral

Rencana tindakan
Refleksi

Observasi

Pelaksanaan
Tindakan

Rencana tindakan
Refleksi

Observasi

Pelaksanaan
Tindakan

Rencana tindakan
Refleksi

Observasi

Pelaksanaan
Tindakan

Sumber: Sukaryana, I Wayan (2002:30)


Langkah-langkah penelitin tindakan kelas ini secara rinci sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Merencanakan tindakan pada siklus I.
2) Melakukan observasi terhadap tindakan kegiatan pembelajaran.
3) Membuat refleksi terhadap pelaksanaan siklus I oleh guru kelas dengan
peneliti (mahasiswa).
4) Melakukan evaluasi dan perbaikan.

b. Siklus II
Apabila indikator hasil yang telah ditetapkan pada siklus I belum dapat
tercapai dengan baik, maka perlu dilakukan penyempurnaan dengan
melakukan pembelajaran pada siklus II. Rincian langkah-langkah yang
dilakukan pada siklus II, antara lain:
1) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II dengan
berpatokan pada hasil refleksi pada siklus I.
2) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada
siklus I.
3) Melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.
4) Melakukan evaluasi dan perbaikan

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


a. Tempat
Penelitian dilaksanakan di kelas tiga C SDLB Budi Mulya Wates pada semester
ganjil tahun pelajaran 2020/2021. Kelas tiga C dipilih sebagai obyek penelitian
karena berdasarkan karakteristik seorang siswa dengan hambatan intelektual.
Dari observasi awal sebelum tindakan penelitian dilakukan menunjukkan
kemampuan membaca permulaan masih mengalami kesulitan karena masih
tebatas dalam menyebutkan nama huruf bukan bunyi huruf. Kesulitan
merangkai huruf menjadi kata. Hal ini terlihat jelas ketika proses pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas.
17
b. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada semester genap, dari tanggal
21 Oktober 2020 sampai dengan 2 November 2020. Adapun rincian rencana
penelitian digambarkan pada table 1 berikut dibawah ini :

Table 3.2 Rencana Kegiatan Penelitian


Bulan / Minggu
No Kegiatan Oktober November Desember Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan √ √
2 Penyusunan Proposal √ √
3 Penyusunan Instrumen √ √ √
4 Pelaksanaan Tindakan √ √ √
5 Pengumpulan Data √
6 Pengolahan Data √
7 Pengeditan Materi √
8 Penggandaan √
9 Pelaporan √
D. Subjek Penelitian
Seorang anak dengan hambatan intelektual kelas tiga SDLB Budi Mulya
Wates. Secara garis besar dipilihnya kelas tiga C sebagai penelitian disebabkan
kemampuan membaca permulaan dengan pada pembelajaran ini disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran menyebutkan nama teman yaitu suku kata terbuka
/yo/si/za/ki/da/ni/sa/ta/, suku kata tertutup /tan/in/ dan akhiran /s/n/ dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia kurang. Hanya mampu menyebutkan nama huruf saja.
Kesulitan merangkai huruf menjadi kata.

E. Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes suku kata, tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa mengenal suku kata
dan mengucapkannya dalam aplikasi Make It. Tes digunakan untuk memperoleh
data hasil peningkatan membaca permulaan. yang telah ditentukan peneliti. Jenis
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbasis teknologi melalui
games edukasi “Make It” yang berjumlah lima soal . Jumlah soal lima butir dan
setiap butir memiliki skor yang sudah secara otomatis terakumulasi sesuai
aplikasi.

2. Dokumentasi
Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010:201). Dokumen yang
dianalisis dalam penelitian ini antara lain adalah dokumen yang berkaitan dengan
hasil belajar membaca permulaan. Selain itu pelaksanaan kegiatan penelitian
peningkatan membaca permulaan dengan menggunakan suku kata
didokumentasikan berupa vidio selama proses pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan
Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca
permulaan. Tes dilakukan sebanyak dua kali pada saat sebelum diberikan tindakan
maupun setelah dilakukan tindakan dengan soal yang sama. Tes yang diberikan
sebelum dilakukan tindakan (pretest) dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam membaca permulaan. Tes yang diberikan setelah
dilakukan tindakan (posttestt) digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah diberikan tindakan. Untuk mengetahui kemampuan
membaca permulaan, digunakan tes kemampuan membaca permulaan dengan
panduan sebagai berikut.

Tabel 3.3 Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan


Aspek Komponen Indikator Skor No Butir
Soal
Membaca Menyebutkan nama teman yaitu suku Sudah 5
Permulaan nama teman kata terbuka ditentukan
/yo/si/za/ki/da/ni/sa/ta/, oleh aplikasi
Menuliskan suku kata tertutup
nama teman /tan/in/ dan akhiran *Skor
/s/n/ tertinggi
aplikasi satu
soal 877

*Skor
tetinggi lima
soal (877 x
5= 4385)

Kriteria penilaian test kemampuan membaca permulaan adalah siswa dapat


membaca nama teman sesuai dengan suku kata yang ditetapkan suku kata terbuka
/yo/si/za/ki/da/ni/sa/ta/, suku kata tertutup /tan/in/ dan akhiran /s/n/ yang disusun
secara acak. Skor sudah ditentukan aplikasi “Make It”. Setiap soal dikerjakan dalam
60 detik.

G. Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kuantitatif. Analisis hasil tes
kemampuan membaca permulaan pada siswa hambatan intelektual menggunakan
teknis analisis deskriptif kuantitatif. Data hasil tes kemampuan membaca permulaan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dilengkapi dengan uraian deskriptif agar
mudah dipahami oleh pembaca. Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui
ketuntasan siswa menggunakan rumus dari Ngalim Purwanto (2006:102) sebagai
berikut:
R
NP = X 100
𝑆𝑀

NP = Nilai yang diberi


R = Skor yang didapat siswa
SM = Skor maksimal semua item

Skor diubah dalam presentase:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

H. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah ditandai dengan adanya
peningkatan presentase nilai yang mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni 75%
pada aspek membaca permulaan setelah diberikan tindakan.
Tabel 3.4 Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
suku kata pada rentangan sebagai berikut
Presentase Kategori
85% - 100% Sangat baik
67,5% - 82,5% Baik
45% - 65% Sedang
32,5% - 47,5% Kurang
15% - 30% Sangat kurang

Hipotesis dalam penelitian ini akan dinyatakan diterima apabila indikator


keberhasilan telah tercapai. Secara umum, indikator keberhasilan digunakan untuk
mengukur keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Indikator digunakan
untuk menentukan peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan
dilakukan, kemampuan siswa dikatakan meningkat apabila keberhasilan yang
diperoleh dengan presentase pencapaian 75% dari kemampuan penguasaan suku kata.
Kriteria keberhasilan minimal yang ditentukan yaitu mencapai 75% kemampuan
menguasai suku kata sebagai prasyarat kemampuan membaca permulaan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Budi Mulya Wates yang beralamat pada
Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Merupakan
sekolah swasta yang memiliki banyak cabang sekolah dalam satu yayasan. Terletak
di pinggir jalan alternatif gunung kelud membuat sekolah mudah diakses. Berdiri pada
tahun 2007 pada bagunan bekas SDLB dan SMA yang sudah ditinggalkan dan
terakreditasi B pada tahun 2019. Semua anak memiliki kekhususan diterima tanpa tes
dari anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, autis. Rata-rata golongan
masyarakat menengah kebawah. Tidak hanya SDLB saja tetapi dalam satu atap
Terdapat SMPLB dan SMALB yang saat ini sedang pengajuan penggabungan.
Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Terdapat sarana
prasaran yang memadai ruang kelas, ruang terapi, ruang UKS, ruang perpustakaan,
ruang BK, taman bermain, gazebo, kamar mandi dan gudang. Memiliki 9 guru satu
PNS dan 8 honorer.

B. Deskripsi Subjek Penelitian


Subjek Penelitian ini adalah seorang siswi SDLB Budi Mulya Wates Kelas III anak
dengan hambatan intelektual atau tugrahita yang memiliki kesulitan pada membaca
permulaan. Identitas dan Karakteristik Subjek adalah sebagai berikut:
1. Identitas Subjek
Nama : Intan Nurjannah
Usia : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Wates Kabupaten Kediri jawa timur
2. Karakteristik Subjek
a. Karakteristik Fisik
Kondisi fisik Intan beperawakan kurus berkulit sawo matang. Memiliki
rambut ikal. Kemampuan motorik halus dan motorik kasar tergolong baik.
Panca indra lengkap termasuk kemampuan auditori.

b. Karakteristik Sosial dan emosional


Intan memiliki empat teman dikelas. Termasuk siswa yang berprestasi dikelas
dan nampak ceria. Mampu beradaptasi dengan teman, penurut, memiliki
perilaku yang sopan terhadap guru. Kemampuan berpartisipasi yang
kooperatif dalam berbagai kegiatan. Dapat berkomunikasi dua arah dan dapat
menjalankan perintah

c. Karakteristik Bidang Akademik


Intan pada pembelajaran matematika mampu membilang angka 1-50,
menghitung (penjumlahan dan pengurangan) menggunakan benda kongkrit
sampai dengan 20. Sudah dapat menyalin tulisan. Perlu bantuan untuk
mengungkapkan bentuk tulisan. Secara bahasa instruksi diberikan secara
berulang, kemampuan membaca gambar. Kemampuan membaca masih dieja,
semua nama huruf dari A dan Z sudah menguasai.

C. Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Awal Membaca Permulaan


1. Deskripsi Kemampuan Awal Membaca permulaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran khususnya Bahasa
Indonesia sebelum menggunakan membaca suku kata masih menggunakan
metode eja dengan drill. Pembelajaran membaca tanpa bermakna hanya
menggunakan kata tanpa ada makna atau gambar pendukung. Kesulitan
menggabungkan huruf menjadi kata karena kebingungan merangka misal be u bu,
ka u ku dibaca buku padahal seharusnya jika dibaca be u beu, ka u kau dibaca
“beukau”. Kesulitan yang dialami membuat prestasi menjadi rendah.
2. Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Membaca Permulaan
Pelaksanaan pretest dilaksanakan sebelum pembelajaran remidial membaca
permulaan. Siswa terlebih dahulu diberikan tes awal melalui aplikasi “Make It”
yang awalnya hanya mencontoh urutan huruf membentuk suku kata misal pada
aplikasi ditampilkan foto teman beserta tulisan nama, pada saat memilih anak
mencontoh simbol-simbol huruf atau tulisan yang berada diatasnya. Kemudian
Soal diganti dengan soal menjodohkan melalui aplikasi yang sama pada sisi kiri
terdapat foto teman dan pada lajur kanan nama teman, ternyata anak menghafal
bentuk tulisan dan huruf awalan. Kemudian soal diputuskan melalui aplikasi
“Make It” ditampilkan nama teman tanpa mencantumkan nama teman. Siswa
disuruh untuk menyebutkan dan menuliskan nama teman.
4.1 Gambar Rangking Pretest

4.2 Gambar Butir Soal


4.3 Gambar Butir Soal

Berdasarkan nilai pretest yang diperoleh, diketahui bahwa siswa masih berada di
bawah ketuntasan minimal 75% . test yang diberikan berupa gambar teman dan
huruf acak yang sudah dibatasi yang secara tidak langsung akan terintegrasi
berdasarkan aplikasi “Make It” untuk masalah penilaian. Karena Intan belum
dapat menjawab sama sekali masih memiliki skor nol dibawah nilai minimal yang
telah ditetapkan.

D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I


1. Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan pelaksanaan tindakan siklus I disusun sebagai salah satu langkah
persiapan sebelum pelaksanaan tindakan yang sebenarnya dilakukan. Perencanaan
tersebut dimulai dengan:
a. Menentukan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
b. Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
c. Mempersiapkan lembar test dan observasi.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup
pelaksanaan pembelajaran selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan dengan rincian satu
kali pertemuan pretest dan dua kali pertemuan untuk pelaksanaa tindakan disetiap
akhir kegiatan dilaksanakan posttestt, pelaksanaan tindakan dilakukan secara
pembelajaran luring selama pandemi. Menerapkan protokol kesehatan dengan
cara mengunjungi rumah siswa. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 3
pertemuan 90 menit. Selama tindakan berlangsung guru kelas berperan sebagai
pelaksana tindakan dan penelitian mengobservasi pelaksanaan tindakan. Langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan menggunakan media
Sandpaper Letter Montessori sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Pertemuan pertama dilakukan test hasil kemampuan membaca permulaan
sebelum diberikan tindakan (pretest). Pretest yang diberikan pada siswa
pertama dengan bentuk soal menjodohkan. Memasangkan foto teman dengan
nama teman. Ditemukan anak menghafal simbol tulisan. Kemudian peneliti
mengganti soal dengan bentuk yang lain yaitu memasangkan foto teman tanpa
mengikutkan nama, siswa menyusun kata berdasarkan nama teman. Setiap
soal ada rentangan waktu yaitu 60 detik, huruf diacak oleh aplikasi,
pensekoran sudah ditetapkan aplikasi dan diakhirsetiap soal jika jawaban
benar akan muncul rekaman suara sesuai dengan nama teman.
b. Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
a) Guru dan peserta didik melakukan kegiatan salam dan saling menyapa
b) Guru menyampaikan menggunakan video pembelajaran “lingkungan
sekolah”
c) Guru menceritakan tujuan pembelajaran pada peserta didik
d) Guru menyampaikan adaptasi kehidupan baru selama pandemi

2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mendengarkan guru membacakan teks tentang “nama
temanku” melalui video youtube
b) Peserta didik menyebutkan nama teman
c) Guru mempresentasikan fonem /a/i/ u/ e/ o/n/s/ menggunakan DIY
Sandpaper Letter Montessori
d) Guru mempresentasikan cara meraba fonem /a/i/ u/ e/
o/n/s/menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
e) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem /a/i/ u/
e/ o/n/s/
f) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
g) Guru mempresentasikan cara meraba suku kata
/da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in menggunakan DIY Sandpaper Letter
Montessori
h) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori diaplikasikan pada
huruf lepas (movable alphabet)
i) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
j) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danisa
k) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “sa” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
l) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
m) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
n) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “sa” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
o) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da/ni/sa” dengan menampilkan kartu bergambar yang
berbunyi “da/ni/sa” yaitu danisa
p) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “si” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “si” yaitu yosi
q) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
r) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
s) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “yo” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “yo” yaitu yosi
t) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “za” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “za” yaitu zaki
u) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “za” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“za” yaitu zaki
v) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ki” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ki” yaitu zaki
w) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ki” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ki” yaitu zaki
x) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata tertutup “in” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “in” yaitu intan
y) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “in” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“in” yaitu intan
z) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ta” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ta” yaitu intan
aa) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “tan” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ta” yaitu intan
bb) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori fonem “n” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
cc) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem “n”
dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
dd) Peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila
ee) Peserta didik membuat mozaik berbentuk bintang

3) Kegiatan Penutup
a) Guru merefleksi pembelajaran yang diajarkan
b) Guru memberikan tugas melalui game edukasi “Make It”
c) Peserta didik dengan didampingi orang tua mengirimkan screen layar
evaluasi melalui game edukasi “Make It”
d) Orang tua mengirimkan gambar mozaik bintang yang telah selesai
c. Pertemuan III
1) Kegiatan Awal
a) Guru dan peserta didik melakukan kegiatan salam dan saling menyapa
b) Guru menyampaikan menggunakan video pembelajaran “lingkungan
sekolah”
c) Guru menceritakan tujuan pembelajaran pada peserta didik
d) Guru menyampaikan adaptasi kehidupan baru selama pandemi

2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mendengarkan guru membacakan teks tentang “nama
temanku” melalui video youtube
b) Peserta didik menyebutkan nama teman
c) Guru mempresentasikan fonem /a/i/ u/ e/ o/n/s/ menggunakan DIY
Sandpaper Letter Montessori
d) Guru mempresentasikan cara meraba fonem /a/i/ u/ e/
o/n/s/menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
e) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem /a/i/ u/
e/ o/n/s/
f) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
g) Guru mempresentasikan cara meraba suku kata
/da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in menggunakan DIY Sandpaper Letter
Montessori
h) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori diaplikasikan pada
huruf lepas (movable alphabet)
i) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
j) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danisa
k) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “sa” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
l) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
m) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
n) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “sa” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
o) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da/ni/sa” dengan menampilkan kartu bergambar yang
berbunyi “da/ni/sa” yaitu danisa
p) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “si” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “si” yaitu yosi
q) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
r) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
s) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “yo” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “yo” yaitu yosi
t) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “za” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “za” yaitu zaki
u) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “za” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“za” yaitu zaki
v) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ki” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ki” yaitu zaki
w) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ki” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ki” yaitu zaki
x) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata tertutup “in” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “in” yaitu intan
y) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “in” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“in” yaitu intan
z) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ta” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ta” yaitu intan
aa) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “tan” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ta” yaitu intan
bb) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori fonem “n” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
cc) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem “n”
dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
dd) Peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila
ee) Peserta didik membuat mozaik berbentuk bintang

3) Kegiatan Penutup
a) Guru merefleksi pembelajaran yang diajarkan
b) Guru memberikan tugas melalui game edukasi “Make It”
c) Peserta didik dengan didampingi orang tua mengirimkan screen layar
evaluasi melalui game edukasi “Make It”
d) Orang tua mengirimkan gambar mozaik bintang yang telah selesai

3. Observasi Tindakan Siklus I


Selama Kegiatan Pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan kegiatan
observasi atau pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa tujuan dari kegiatan
observasi yaitu untuk mengetahui kegiatan selama belajar mengajar secara luring.
Kegiatan observasi menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Beberapa
aspek yang diamati diantaranya pengamatan terhadap pengajaran guru
menggunakan metode membaca permulaan suku kata dengan media Sandpaper
Letter Montessori atau biasa disebut SPL, meliputi cara perabaan. Hasil observasi
pda siklus I ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Deskripsi Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Metode Suku Kata
Menggunakan Sandpaper Letter Montessori
Hasil dari pengamatan Pembelajaran membaca permulaan melalui metode
suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui
Metode Kata Menggunakan Sandpaper Letter Montessori
NO ASPEK CEK KET
YA TIDAK
1. Guru dapat membuka pelajaran dengan ✓
salam, doa dan sikap yang hangat
2. Guru mempersiapkan alat dan media ✓
pembelajaran
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran ✓
4. Guru menjelaskan cara penggunaan ✓
Sandpaper Letter pada huruf vokal
/a/i/u/e/o, pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/
5. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori dengan dua jari seperti
menulis
6. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori dengan dua jari beserta
membunyikan yang di raba.
7. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori pada huruf vokal
/a/i/u/e/o, pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/
8. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/ diperkuat
dengan Movable alphabet
9. Guru membimbing siswa membunyikan suku ✓
kata dengan nama teman
10. Guru membimbing siswa menggabungkan ✓
suku kata yang sedang dipelajari
11. Guru mengulang kembali untuk mengajarkan ✓
materi kata yang lainnya.
Tabel diatas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran
membaca permulaan menggunakan metode suku kata yang diperoleh guru.
Hal tersebut menggambarkan bahwa guru dapat melaksanakan langkah-
langkah pengajaran membaca permulaan menggunakan metode suku kata
sesuai rencana.
b. Deskripsi Partisipasi Siswa
Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan melalui metode suku kata
menggunakan Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan Intelektual
dilaksanakan secara luring. Pada awal pembelajaran siswa berpatisipasi aktif
mulai tertarik dengan kartu gambar yang disediakan dan media yang
disediakan. Beberapa kurang fokus terlihat pada saat pembelajaran kondisi
lingkungan yang ramai, banyak orang yang tertarik untuk melihat, penguatan
suku kata yang beragam misal saat pembelajaran suku kata /da/ pada gambar
danisa diperkuat dengan gambar dasi yang memiliki suku kata /da/. Intan
mulai tidak fokus karena materi terlalu banyak. Pada pembelajaran ke tiga
masih sama pengenalan Sandpaper Letter Montessori huruf vokal yang
mencakup/a/i/u/e/o terlalu banyak sehingga sebagai dasar siklus selanjutnya
penggunaan huruf vokal dibatasi pada /a/i/o disesuaikan dengan nama teman.
Sering melamun, terutama masih terbalik pada suku kata /ni/ dan /in/.

4. Evaluasi Tindakan Siklus I


Evaluasi hasil tindakan siklus I dilakukan setelah guru memberikan posttestt pada
siswa. Hasil posttestt dapat menjadi acuan untuk mengetahui keberhasilan dari
tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan dari hasil posttestt sebelum dilakukan
tindakan terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan hasil pretest sebelum
dilakukan tindakan.
Gambar 4. 4 Perbandingan Rangking Pretest Postest Siklus I

a. Pengolahan Nilai dan presentase Pretest

4.2 Tabel Nilai

0
NP = X 100
4385

=0

Keterangan:
NP = Nilai yang diberi
R = Skor yang didapat siswa
SM = Skor maksimal semua item

4.3 Tabel presentase


0
Skor diubah dalam presentase : x 100% =0%
4385

Tabel 4.4 Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode


suku kata pada rentangan sebagai berikut
Presentase Kategori
85% - 100% Sangat baik
67,5% - 82,5% Baik
45% - 65% Sedang
32,5% - 47,5% Kurang
15% - 30% Sangat kurang

b. Pengolahan Nilai dan presentase Posttestt siklus I

4.5 Tabel Nilai

847
NP = X 100
4385

= 19,3

Keterangan:
NP = Nilai yang diberi
R = Skor yang didapat siswa
Keterangan:
SM
NP == Nilai
Skor yang
maksimal
diberisemua item
R = Skor yang didapat siswa
SM = Skor maksimal semua item

4.6 Tabel presentase


847
Skor diubah dalam presentase : x 100% = 19, 3 %
4385

Tabel 4.7 Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode


suku kata pada rentangan sebagai berikut
Presentase Kategori
85% - 100% Sangat baik
67,5% - 82,5% Baik
45% - 65% Sedang
32,5% - 47,5% Kurang
15% - 30% Sangat kurang

Berdasarkan tabel hasil posttestt setelah diberikan perlakuan meningkatkan


kemampuan membaca pemulaan melalui metode fonik menggunakan Sandpaper
Letter Montessori pada anak hambatan intelektual kelas tiga, Intan dinyatakan
belum tuntas. Hal tersebut disebabkan nilai posttestt yang diperoleh belum
melampaui batas (KKM) yang ditetapkan yakni 75% sedangkan presentase nilai
Intan adalah 19,3 % Telah terjadi peningkatan hasil belajar setelah tindakan
siklus I.
Peneliti menyiapkan materi posttestt berupa game edukasi “Make It”
yang tersusun atas 5 soal dan setiap soal dibatasi waktu 60 detik.

Gambar 4.5 Soal No 1

Gambar 4.6 Soal No 2

Gambar 4.7 Soal No 3


Gambar 4.8 Soal No 4

Gambar 4.9 Soal No 5


Gambar 4.10 butir soal

Gambar 4.11 butir soal

Presentase nilai yang diperoleh Intan pada posttestt adalah 19,3% belum
melampaui kriteria yang ditetapkan sehingga dinyatakan belum tuntas. Dalam
pelaksanaan tindakan siklus I dikarenakan siswa terlalu tergesa-gesa dan tidak
konsentrasi. Menyebabkan banyak suku kata yang terbalik. Pada saat mengerjakan
siswa tidak mengucapkan nama teman. Disisi lain siswa menunjukkan
peningkatan bila dibanding sebelum tindakan. Selama tindakan anak senang dan
mengeksplore semua media melalui indranya. Terlebih lagi penggunaan media
yang ada disekolah belum maksimal dalam pembelajaran membaca. Guru secara
keberlanjutan mengulang kembali materi yang sebelumnya telah dipelajari.
Selama tindakan berlangsung, sering terjadi kesalahan pembedaan antara suku
kata tertutup /in/ dengan suku kata terbuka /ni/. Beberapa pertemuan yang telah
dilakukan, siswa sudah dapat menyebutkan nama teman melalui suku kata yang
telah disediakan. Sehingga masih bimbingan guru saat mengerjakan soal dengan
melafalkan nama temannya.

5. Analisis Data Tindakan Siklus I


Data diperoleh dari analisis data hasil observasi dan data peningkatan
kemampuan membaca yang diperoleh melalui posttestt. Berdasarkan dari hasil
observasi yang telah dilakukan terhadap guru dalam pembelajaran membaca
permulaan menggunakan suku kata, bahwa digambarkan guru telah pembelajaran
membaca pemulaan sesuai dengan langkah-langkah yang telah disusun. Selama
pembelajarana siswa menunjukkan sikap antusias dan menyenangkan. Sikap
tertarik pada media dan kooperatif selama pembelajaran sehingga berjalan sesuai
rencana.
Berdasarkan hasil posttestt siklus I, diketahui kemampuan membaca siswa
dengan hambatan intelektual telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan
hasil pretest. Nilai saat pretest 0 dan presentase 0% belum tuntas sesuai kriteria
KKM 75 dengan presentase 75%. Setelah pembelajaran menggunakan metode
suku kata melalui Sandpaper Letter Montessori pada siklus I selesai dilakukan
dengan dilanjut posttest Intan memperoleh nilai 19, 3 dengan presentase 19, 3%
dengan keterangan belum tuntas karena nilai yang ditetapkan belum mencapai
KKM dan dalam kategori sangat kurang. Gambaran dari hasil peningkatan nilai
kemampuan membaca permulaan sebelum menggunakan metode suku kata dan
setelah menggunakan metode suku kata dengn media Sandpaper Letter
Montessori dapat dilihat dari grafik berikut ini:
presentase nilai
25%

20%
19.30%

15%
pretest

10% posttes siklus I

5%

0%
0%
pretest posttes siklus I

Gambar 4.12 Grafik Peningkatan Kemampuan Membaca permulaan melalui


metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori kelas tiga siklus I

6. Refleksi Tindakan Siklus I


Hasil pelaksanaan pretest dan posttest dalam pelaksanaan siklus I
menunjukkan bahwa Intan mengalami peningkatan dalm membaca permulaan
meskipun nilai intan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan. Setelah intan diberi tindakan . hasil pretest yang diperoleh pada siklus
I adalah 0% dan setelah diberi tindakan hasil posttestt menunjukkan peningkatan
menjadi 19, 3 %.
Siswa mengalami peningkatan dalam membaca permulaan selama
pelaksanaan siklus I. siswa mulai memahami materi tenatang suku kata dalam
pembelajaran menyebutkan nama teman menggunakan media Sandpaper Letter
Montessori. Siswa masih perlu bimbingan, masih rancu pada suku kata terbuka /ni
dan suku kata tertutup /in/. pembelajaran yang disusun untuk mematangkan suku
kata yang telah ditetapkan dengan gambar yang memilki suku kata berbeda
membuat Intan semakin kebingungan karena materi menjadi banyak. Untuk itu
peneliti akan membatasi penguatan huruf vokal /a/i/o/, suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki, suku kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/ tidak menambah
gambar yang memiliki suku kata sama. Materi ditambahkan dengan menunjukkan
suku kata yang sesuai dengan nama teman.

7. Rencana Tindakan Siklus II


Berdasarkan hasil refleksi setelah tindakan di siklus I dilakukan oleh peneliti,
akhirnya diputuskan untuk memberi tindakan siklus II karena peningkatan yang
dirasakan belum optimal. Untuk langkah pertama difokuskan menggunakan suku
kata berdarkan nama teman menggunakan media Sandpaper Letter Montessori
diperkuat dengan movable alphabet. Untuk tetap menambah semangat dengan
memenuhi protokol kesehatan menjaga jarak, peneliti yang awalnya memberikan
reward tos menggunakan tangan, pada siklus kedua menggunakan tangan yang
dimodifikasi dari kertas dan kardus. Untuk memberi penguatan siswa diberikan
gambar nama teman dan disediakan beberapa suku kata, siswa memilih suku kata
berdasarkan nama teman, kemudian suku kata disusun membentuk nama diraba
sambil diucapkan. Untuk memperkuat kembali menggunakan Movable Alphabet.
Rancana siklus II dijabarkan sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Kegiatan Awal
a) Guru dan peserta didik melakukan kegiatan salam dan saling menyapa
b) Guru menyampaikan menggunakan video pembelajaran “lingkungan
sekolah”
c) Guru menceritakan tujuan pembelajaran pada peserta didik
d) Guru menyampaikan adaptasi kehidupan baru selama pandemi

2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mendengarkan guru membacakan teks tentang “nama
temanku” melalui video youtube
b) Peserta didik menyebutkan nama teman
c) Guru mempresentasikan fonem /a/i/o/n/s/ menggunakan DIY
Sandpaper Letter Montessori
d) Guru mempresentasikan cara meraba fonem /a/i/o/n/s/ menggunakan
DIY Sandpaper Letter Montessori
e) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem
/a/i/o/n/s/
f) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
g) Guru mempresentasikan cara meraba suku kata
/da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/ menggunakan DIY Sandpaper Letter
Montessori
h) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori diaplikasikan pada
huruf lepas (movable alphabet)
i) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
j) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danisa
k) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “sa” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
l) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“da” yaitu danisa
m) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ni” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ni” yaitu danisa
n) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “sa” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“sa” yaitu danisa
o) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /da/ni/sa/ dengan menggunakan Movable Alphabet
yaitu danisa
p) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /da/ni/sa/ dan menggunakan Movable Alphabet suku kata
terbuka /da/ni/sa/ untuk memperkuat kata yaitu danisa
q) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danis
r) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danis
s) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori akhiran “s” dengan menampilkan kartu bergambar yang
berbunyi “s” yaitu danis
t) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“da” yaitu danis
u) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ni” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ni” yaitu danis
v) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “s” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “s”
yaitu danis
w) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /da/ni/ dan akhiran /s/ dengan menggunakan
Movable Alphabet yaitu danis
x) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /da/ni/ dan kata akhiran /s/ menggunakan Movable Alphabet
/da/ni/ dan kata akhiran /s/ untuk memperkuat kata yaitu danis
y) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka /si/ dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi /si/ yaitu yosi
z) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /si/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /si/
yaitu yosi
aa) Guru membandingkan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /si/ dengan /sa/ pada kata yosi
bb) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka /yo/ dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi /yo/ yaitu yosi
cc) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /yo/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
/yo/ yaitu yosi
dd) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /yo/si/ dengan menggunakan Movable Alphabet
yaitu yosi
ee) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /yo/si/ dengan mengaplikasika Movable Alphabet yaitu yosi
ff) Guru penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ki/ dengan memperkuat penggunaan Movable Alphabet
yaitu zaki
gg) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /za/
yaitu zaki
hh) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ki/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /ki/
yaitu zaki
ii) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ki/ dengan memperkuat penggunaan Movable Alphabet
yaitu zaki
jj) Guru penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/, suku kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
kk) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/, suku kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
ll) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /ta/
yaitu intan
mm) Peserta didik meraba DIY Sand Letter suku kata terbuka /ta/, suku
kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
nn) Peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila
oo) Peserta didik membuat mozaik berbentuk bintang

3) Kegiatan Penutup
a) Guru merefleksi pembelajaran yang diajarkan
b) Guru memberikan tugas melalui game edukasi “Make It”
c) Peserta didik dengan didampingi orang tua mengirimkan screen layar
evaluasi melalui game edukasi “Make It”
d) Orang tua mengirimkan gambar mozaik bintang yang telah selesai

E. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II


1. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri atas dua kali pertemuan untuk pelaksanaan
tindakan disetiap akhir kegiatan dilaksanakan posttestt, pelaksanaan tindakan
dilakukan secara pembelajaran luring selama pandemi. Menerapkan protokol
kesehatan dengan cara mengunjungi rumah siswa. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan selama 3 pertemuan 90 menit. Selama tindakan berlangsung guru
kelas berperan sebagai pelaksana tindakan dan penelitian mengobservasi
pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran membaca
permulaan menggunakan media Sandpaper Letter Montessori sebagai berikut:
a. Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
a) Guru dan peserta didik melakukan kegiatan salam dan saling menyapa
b) Guru menyampaikan menggunakan video pembelajaran “lingkungan
sekolah”
c) Guru menceritakan tujuan pembelajaran pada peserta didik
d) Guru menyampaikan adaptasi kehidupan baru selama pandemi

2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mendengarkan guru membacakan teks tentang “nama
temanku” melalui video youtube
b) Peserta didik menyebutkan nama teman
c) Guru mempresentasikan fonem /a/i/ u/ e/ o/n/s/ menggunakan DIY
Sandpaper Letter Montessori
d) Guru mempresentasikan cara meraba fonem /a/i/ u/ e/
o/n/s/menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
e) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem /a/i/ u/
e/ o/n/s/
f) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
g) Guru mempresentasikan cara meraba suku kata
/da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in menggunakan DIY Sandpaper Letter
Montessori
h) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori diaplikasikan pada
huruf lepas (movable alphabet)
i) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
j) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danisa
k) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “sa” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
l) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
m) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “da” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
n) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “sa” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
o) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da/ni/sa” dengan menampilkan kartu bergambar yang
berbunyi “da/ni/sa” yaitu danisa
p) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “si” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “si” yaitu yosi
q) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
r) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “yo” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“yo” yaitu yosi
s) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “yo” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “yo” yaitu yosi
t) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “za” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “za” yaitu zaki
u) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “za” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“za” yaitu zaki
v) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ki” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ki” yaitu zaki
w) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ki” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ki” yaitu zaki
x) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata tertutup “in” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “in” yaitu intan
y) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “in” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“in” yaitu intan
z) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori suku kata terbuka “ta” dengan
menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “ta” yaitu intan
aa) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
tertutup “tan” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ta” yaitu intan
bb) Peserta didik mendengarkan guru mempresentasikan penggunaan DIY
Sandpaper Letter Montessori fonem “n” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
cc) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem “n”
dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “n” yaitu intan
dd) Peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila
ee) Peserta didik membuat mozaik berbentuk bintang

3) Kegiatan Penutup
a) Guru merefleksi pembelajaran yang diajarkan
b) Guru memberikan tugas melalui game edukasi “Make It”
c) Peserta didik dengan didampingi orang tua mengirimkan screen layar
evaluasi melalui game edukasi “Make It”
d) Orang tua mengirimkan gambar mozaik bintang yang telah selesai
Kegiatan Awal

b. Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
a) Guru dan peserta didik melakukan kegiatan salam dan saling menyapa
b) Guru menyampaikan menggunakan video pembelajaran “lingkungan
sekolah”
c) Guru menceritakan tujuan pembelajaran pada peserta didik
d) Guru menyampaikan adaptasi kehidupan baru selama pandemi

2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mendengarkan guru membacakan teks tentang “nama
temanku” melalui video youtube
b) Peserta didik menyebutkan nama teman
c) Guru mempresentasikan fonem /a/i/o/n/s/ menggunakan DIY
Sandpaper Letter Montessori
d) Guru mempresentasikan cara meraba fonem /a/i/o/n/s/ menggunakan
DIY Sandpaper Letter Montessori
e) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori fonem
/a/i/o/n/s/
f) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori
g) Guru mempresentasikan cara meraba suku kata
/da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/ menggunakan DIY Sandpaper Letter
Montessori
h) Guru mempresentasikan suku kata /da/ni/ki/sa/si/ta/yo/za/in/tan/
menggunakan DIY Sandpaper Letter Montessori diaplikasikan pada
huruf lepas (movable alphabet)
i) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danisa
j) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danisa
k) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “sa” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “sa” yaitu danisa
l) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“da” yaitu danisa
m) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ni” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ni” yaitu danisa
n) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “sa” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“sa” yaitu danisa
o) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /da/ni/sa/ dengan menggunakan Movable Alphabet
yaitu danisa
p) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /da/ni/sa/ dan menggunakan Movable Alphabet suku kata
terbuka /da/ni/sa/ untuk memperkuat kata yaitu danisa
q) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “da” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “da” yaitu danis
r) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka “ni” dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi “ni” yaitu danis
s) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori akhiran “s” dengan menampilkan kartu bergambar yang
berbunyi “s” yaitu danis
t) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “da” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“da” yaitu danis
u) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “ni” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
“ni” yaitu danis
v) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka “s” dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi “s”
yaitu danis
w) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /da/ni/ dan akhiran /s/ dengan menggunakan
Movable Alphabet yaitu danis
x) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /da/ni/ dan kata akhiran /s/ menggunakan Movable Alphabet
/da/ni/ dan kata akhiran /s/ untuk memperkuat kata yaitu danis
y) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka /si/ dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi /si/ yaitu yosi
z) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /si/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /si/
yaitu yosi
aa) Guru membandingkan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /si/ dengan /sa/ pada kata yosi
bb) Guru mempresentasikan penggunaan DIY Sandpaper Letter
Montessori suku kata terbuka /yo/ dengan menampilkan kartu
bergambar yang berbunyi /yo/ yaitu yosi
cc) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /yo/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi
/yo/ yaitu yosi
dd) Guru memperkuat penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori
suku kata terbuka /yo/si/ dengan menggunakan Movable Alphabet
yaitu yosi
ee) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /yo/si/ dengan mengaplikasika Movable Alphabet yaitu yosi
ff) Guru penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ki/ dengan memperkuat penggunaan Movable Alphabet
yaitu zaki
gg) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /za/
yaitu zaki
hh) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ki/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /ki/
yaitu zaki
ii) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /za/ki/ dengan memperkuat penggunaan Movable Alphabet
yaitu zaki
jj) Guru penggunaan DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/, suku kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
kk) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/, suku kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
ll) Peserta didik meraba DIY Sandpaper Letter Montessori suku kata
terbuka /ta/ dengan menampilkan kartu bergambar yang berbunyi /ta/
yaitu intan
mm) Peserta didik meraba DIY Sand Letter suku kata terbuka /ta/, suku
kata tertutup /in/tan/ dan akhiran /n/ pada nama intan
nn) Peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila
oo) Peserta didik membuat mozaik berbentuk bintang

3) Kegiatan Penutup
e) Guru merefleksi pembelajaran yang diajarkan
f) Guru memberikan tugas melalui game edukasi “Make It”
g) Peserta didik dengan didampingi orang tua mengirimkan screen layar
evaluasi melalui game edukasi “Make It”
h) Orang tua mengirimkan gambar mozaik bintang yang telah selesai

2. Observasi Tindakan Siklus II


Observasi tindakan siklus II dilakukan sma seperti pada observasi siklus I Selama
Kegiatan Pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan kegiatan observasi atau
pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa tujuan dari kegiatan observasi yaitu
untuk mengetahui kegiatan selama belajar mengajar secara luring. Kegiatan
observasi menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Beberapa aspek yang
diamati diantaranya pengamatan terhadap pengajaran guru menggunakan metode
membaca permulaan suku kata dengan media Sandpaper Letter Montessori atau
biasa disebut SPL, meliputi cara perabaan. Hasil observasi pda siklus I ini dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
c. Deskripsi Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Metode Suku Kata
Menggunakan Sandpaper Letter Montessori
Hasil dari pengamatan Pembelajaran membaca permulaan melalui metode
suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori diperoleh sebagai
berikut:

Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Pembelajaran Membaca Permulaan


Melalui Metode Kata Menggunakan Sandpaper Letter Montessori
NO ASPEK CEK KET
YA TIDAK
1. Guru dapat membuka pelajaran dengan ✓
salam, doa dan sikap yang hangat
2. Guru mempersiapkan alat dan media ✓
pembelajaran
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran ✓
4. Guru menjelaskan cara penggunaan ✓
Sandpaper Letter pada huruf vokal /a/i/o/,
pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/
5. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori dengan dua jari seperti
menulis
6. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori dengan dua jari beserta
membunyikan yang di raba.
7. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori pada huruf vokal
/a/i/u/e/o, pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/
8. Guru membimbing siswa meraba Sandpaper ✓
Letter Montessori pada suku kata terbuka
/da/ni/sa/yo/si/za/ki/ta, pada suku kata
tertutup /in/tan/ dan akhiran /s/n/ diperkuat
dengan Movable alphabet
9. Guru membimbing siswa membunyikan suku ✓
kata dengan nama teman
10. Guru membimbing siswa menggabungkan ✓
suku kata yang sedang dipelajari
11. Guru mengulang kembali untuk mengajarkan ✓
materi kata yang lainnya.

Tabel diatas menunjukkan data hasil pengamatan pembelajaran


membaca permulaan menggunakan metode suku kata yang diperoleh guru.
Hal tersebut menggambarkan bahwa guru dapat melaksanakan langkah-
langkah pengajaran membaca permulaan menggunakan metode suku kata
sesuai rencana.

d. Deskripsi Partisipasi Siswa


Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan melalui metode suku
kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan
Intelektual dilaksanakan secara luring. Pada awal pembelajaran siswa
berpatisipasi aktif mulai percaya diri dengan kartu gambar yang disediakan
dan media yang disediakan. Sudah mulai percaya diri saat menyebutkan nama
teman dengan melafalkan suku kata sesuai dengan nama teman secara pelan-
pelan. Setiap pembelajaran merasakan dengan sungguh-sungguh perabaan
pada sandpapaper Letter dengan memejamkan mata mengikuti pola suku kata.

3. Evaluasi Tindakan Siklus II


Evaluasi hasil tindakan siklus II dilakukan setelah guru memberikan posttestt
pada siswa. Hasil posttestt dapat menjadi acuan untuk mengetahui keberhasilan
dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan dari hasil posttestt sebelum
dilakukan tindakan terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan hasil pretest
sebelum dilakukan tindakan.
Gambar 4.14 Hasil Postest Siklus II

a. Pengolahan Nilai dan presentase Pretest

4.14 Tabel Nilai

4064
NP = X 100
4385

= 86,7

Keterangan:
NP = Nilai yang diberi
R = Skor yang didapat siswa
SM = Skor maksimal semua item

4.15 Tabel presentase


4046
Skor diubah dalam presentase : x 100% = 86,7 %
4385
Tabel 4.16 Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
suku kata pada rentangan sebagai berikut
Presentase Kategori
85% - 100% Sangat baik
67,5% - 82,5% Baik
45% - 65% Sedang
32,5% - 47,5% Kurang
15% - 30% Sangat kurang

Berdasarkan tabel hasil posttestt setelah diberikan perlakuan terjadi


peningkatan dan dinyatakan tuntas. Hal ini dibuktikan pada tabel nilai dan tabel
presentase diatas bahwa skor yang diperoleh pada siklus II adalah 86,7 dengan
presentase 86,7% pada kategori sangat baik dan sudah melampaui batas (KKM)
yang ditetapkan yakni 75%. Peneliti menyiapkan materi posttestt berupa game
edukasi “Make It” yang tersusun atas 5 soal dan setiap soal dibatasi waktu 60
detik.

Gambar 4.15 Soal No 1


Gambar 4.16 Soal No 2

Gambar 4.17 Soal No 3


Gambar 4.18 Soal No 4

Gambar 4.19 Soal No 5


Gambar 4.20 butir soal

Gambar 4.21 butir soal

Intan dinyatakan tuntas setelah memperoleh skor 4064 jika diberikan nilai
sebesar 86,7 dan presentase nilai yang diperoleh Intan pada posttestt adalah 86,
7% dari nilai yang diperoleh sudah melampaui kriteria yang ditetapkan sehingga
dinyatakan tuntas. Pada siklus II ini siswa diberikan materi tentang membaca suku
kata menyebutkan nama teman. Sudah mau mengucapkan suku kata nama teman
saat evaluasi melalui games “Make It”. Kemajuan sangat terasa ketika guru
memberikan pembelajaran merasakan perabaan Sandpaper Letter Montessori
dengan sungguh-sungguh. Dengan berakhirnya siklus II menyepakati bahwa
tindakan kela pada siklus II berhasil dan dinyatakan cukup pada siklus II.
4. Analisis Data Tindakan Siklus I
Pada siklus II dari hasil posttestt diketahui kemampuan membaca permulaan
Intan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil posttestt siklus I, hal
ini terlihat dari meningkatnya nilai yang diperoleh pada siklus I. Presentase nilai
yang diperoleh Intan pada posttestt siklus I adalah 19,3 % dan presentase nilai
yang diperoleh Intan pada Postestt siklus II adalah 86, 7%. Nilai Intan dinyatakan
tuntas karena nilai yang diperoleh dapat melampaui KKM yang telah ditetapkan.
Berikut ini data hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan
metode suku kata menggunakan media Sandpaper Letter Montessori dapat dilihat
dari grafik berikut ini:

presentase nilai
100.00%
90.00%
80.00% 86.70%
70.00%
60.00%
50.00% posttes siklus I

40.00% posttes siklus II

30.00%
20.00%
19.30%
10.00%
0.00%
posttes siklus I posttes siklus II

Gambar 4.22 Grafik Peningkatan Kemampuan Membaca permulaan melalui


metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori kelas tiga
siklus II

Tabel diatas menunjukkan perolehan presentase yang dicapai selama tindakan


berlangsung. Setelah pemberian tindakan pada siklus I dan dilanjutkan posttest
Intan memperoleh presentase nilai 19, 3%, presentase meningkat tetapi belum
tuntas sesuai KKM yang ditetapkan. Pada tahap siklus II dan dilanjutkan posttestt
mengalami peningkatan dengan presentasi 86,7% dengan kategori sangat baik dan
dinyatakan berhasil mencapai KKM sebesar 75%.
Peningkatan hasil Pretest, Posttest siklus I dan Posttest siklus II meningkatkan
kemampuan membaca permulaan menggunakan metode suku kata melalui
Sandpaper Letter Montessori dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
presentase nilai
100%
90%
80% 86.70%
70%
60%
pretest
50%
posttes siklus I
40%
posttes siklus II
30%
20%
19.30%
10%
0%
0%
pretest posttes siklus I posttes siklus II

Gambar 4.23 Grafik Peningkatan Kemampuan Membaca permulaan melalui


metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori kelas
tigansiklus II

F. Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan hasil posttest yang diperoleh siswa, terjadi peningkatan
kemampuan membaca permulaan seperti yang diharapkan oleh peneliti yakni nilai
yang diperoleh siswa telah melampaui KKM yang ditentukan yaitu 75%. Dengan
demikian hipotesis penelitian telah dibuktikan dengan adanya bukti ketercapaian
KKM kemampuan membaca permulaan melalui metode suku kata menggunakan
media Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan intelektual kelas tiga SDLB
Budi Mulya wates dapat ditingkatkan menggunakan metode suku kata melalui
Sandpaper Letter.
G. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan tindakan metode suku kata melalui Sandpaper
Letter Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak
hambatan intelektual di SDLB Budi Mulya Wates. Setelah dilakukan pretest subjek
diberikan tindakan berupa penggunaan metode suku kata. Pada siklus I diketahui
presentase nilai yang diperoleh siswa sebesar 19,3% berada pada kategori sangat
kurang dan berada dibawah KKM yang telah ditetapkan yaitu 75%.
Subjek penelitian ini adalah anak hambatan intelektual atau tunagrahita sesuai
dengan pernyataan dari Edgar Doll berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika:
(1) secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3) kecerdasannya
terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat, (5)
tidak didasarkan pada asal-usul, (6) tidak dapat disembuhkan.
Peningkatan kemampuan membaca permulaan yang dialami oleh Intan pada
siklus I cukup membuat tertarik, Intan mampu mengikuti pembelajaran dengan baik
pada saat pelajaran membaca menggunakan metode suku kata merupakan hal yang
baru. Intan terlihat tertarik mulai dari mengeksplore media yang digunakan hingga
evaluasi.
Hasil dari pelaksaan tindakan siklus I menunjukkan bahwa Intan telah
mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan terlihat dari beberapa suku
kata yang telah dikuasai, dilihat dari posttestt presentase meningkat yang awalnya 0%
menjadi 19, 3% meskipun presentase dalam kategori sangat kurang dan belum
mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga perlu perlukan perbaikan kembali
dengan, melakukan tindakan siklus II. Pada saat diberikan siklus II selesai, Subjek
mengalami peningkatan dan berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditentukan. Peningkatan kemampuan membaca permulaan terlihat dari posttest
semakin banyak suku kata yang dikuasai sehingga dapat dirangkai menjadi nama
teman.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan
melalui metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori. Dalam proses
pembelajan melalui metode suku kata dilaksanakan dua siklus. Pada siklus I terdiri
dari tiga pertemuan satu kali pretest dan dua kali pertemuan dengan diakhir posttest
dan pada siklus II terdiri dari dua pertemuan dengan diakhiri posttestt. Dari kegiatan
membaca permulaan yang dilaksanakan, siswa nampak antusias dan kooperatif saat
mengikuti pembelajaran pada siklus II. Siswa mulai mampu menyebutkan suku kata
dan tidak tergesa-gesa pada saat posttestt. Semakin bersemangat dengan reward tos
tatanan hidup baru.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak


hambatan intelektual melalui metode suku kata sejalan dengan pendapat Makmur
Karim (1984) yang mengatakan keuntungan dari metode suku kata yang membantu
anak dalam membaca permulaan, antara lain: (1) Dalam membaca tidak ada mengeja
huruf demi huruf sehingga mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca
permulaan, (2) Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan
suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya, (3) Penyajian tidak
memakan waktu yang lama, (4) Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam
kata.
Apalagi penamabahan media SandpaperLetter adalah media yang tepat bagi
anak berkesulitan belajar karena memaksimalkan kemampuan indranya. Sandpaper
Letter atau huruf raba yang terbuat dari amplas dipasang disesuaiakan dalam ukuran
dan bentuk setiap huruf. Huruf-huruf tersebut dikelompokkan berdasarkan huruf
vokal dan huruf konsonan. Huruf vokal pada Sandpaper Letter Montessori diberi
warna terang pada amplas sedangkan huruf konsonan diberi warna gelap yang
bertujuan untuk menarik minat siswa yang berasal dari warna yang kontras. Sesuai
dengan pendapat yang disampaikan oleh Azhar Arsyad (2006:10) bahwa semakin
banyak alat indera yang dipergunakan untuk menerima dan mengolah informasi,
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dan dapat dipertahankan dalam
ingatan.
Guru yang bertindak sebagai peneliti melaksanakan kegiatan membaca
permulaan sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang disusun. Penelitian ini
dihentikan pada pertemuan kedua pada siklus II dikarenakan pada pertemuan kedua
dan dilakukan posttestt siklus II hasil telah memenuhi KKM yang telah ditetapkan dan
meiliki presentase pada kategori sangat baik.
Pencapaian KKM sebesar 75% salam penelitian ini diperoleh pencapaian
kemampuan siswa menguasai suku kata mengunakan nama teman sebesar 80% yang
telah dibatasi pada lingkup nama teman sebagai prasyarat membaca tingkat lanjut.
Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah menjadi grafik dan dapat ditarik
kesimpulan. Berdasarkan hasil refleksi sebelum tindkaan dan selama pelaksanaan
tindakan pembelajaran siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan pada setiap
pertemuan pada setiap siklus yang telah diamati. Peningkatan dan perubahan dari
sebelum tindakan, tindakan siklus I sampai dengan siklus II terlihat terjadi
peningkatan pada setiap siklusnya.
Penelitian ini menggunakan dua siklus, pada siklus I siswa mendapatkan
pembelajaran membaca dengan menggunakan metode suku kata selama tiga
pertemuan. Pada sikluas II pembelajaran difokuskan pada suku kata sesuai nama
teman menggunakan Sandpaper Letter Montessori dengan sadar perabaan. Menurut
Shodiq (1996:126) pada tahap membaca permulaan anak lebih diarahkan kepada
membaca huruf atau kata.
Dalam tindakan penelitian melalui metode suku kata terjadi hamabatan selama
proses pembelajaran, hambatan tersebut dari lingkungan saat pembelajaran, banyak
orang, suara-suara gaduh, lingkungan yang juga tertarik pada pembelajaran anak
dengan hambatan intelektual yang secara umum sangat jarang dijumpai.
Dari beberapa paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan kemapuan membaca permulaan
melalui metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori pada anak
hambatan intelektual kelas tiga SDLB Budi Mulya Wates. Pelaksaan pembelajaran
sesuai dengan rencana yang telah disusun sehingga penelitian tindakan kelas ini dapat
dikatakan berhasil. Metode suku kata melalui Sandpaper Letter Montessori berhasil
digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan kelas tiga sehingga
dapat dijadikan pertimbangan untuk dijadikan metode alternatif pembelajaran
membaca.

H. Keterbatasan Penelitian
Penelitian membaca permulaan melalui metode suku kata menggunakan media
Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan intelektual kelas tiga SDLB Budi
Mulya Wates tidak terlepas dari adanya keterbatasan yang selama berlangsungnya
penelitian, keterbatasan muncul antara lain:
1. Keterbatasan waktu pengambilan data menjadikan hasil yang diperoleh
belum dapat dimaksimalkan.
2. Selama pandemi pembelajaran dapat dilaksanaakan baik secara luring dan
daring. Peneliti memilih pembelajaran luring karena perlu mengeksplor
media yang digunakan untuk pembelajaran membaca permulaan melalui
metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori.
3. Lingkungan yang tidak bisa dikontrol oleh peneliti, sehingga banyak
kegaduhan dari sekitar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak hambatan intelektual kelas tiga SDLB Budi
Mulya Wates. Peningkatan kemampuan membaca suku kata dapat ditandai dari
peningkatan nilai yang diperoleh subjek dari hasil pretest hingga posttest siklus I dan
posttestt siklus II. Perolehan nilai akhir setelah tindakan siklus II diperoleh subyek
mencapai presentase KKM yakni 75% menjadi bukti metode suku kata menggunakan
Sandpaper Letter meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
Pada test kemampuan awal diperoleh nilai 0 dengan presentase 0% dalam kategori
sangat kurang, setelah pemberian tindakan siklus I nilai 19, 3 dengan presentase 19, 3%
dalam kategori sangat kurang, tindakan siklus I berupa pemberian pembelajaran membaca
permulaan melalui metode suku kata menggunakan Sandpaper Letter. Tindakan siklus II
berupa pembelarian pembelajaran membaca permulaan melalui metode suku kata
menggunakan Sandpaper Letter Montessori dengan sadar rabaan dan memangkas materi
materi dengan menunjukkan beberapa suku kata melalui Sandpaper Letter Montessori
berdasarkan nama teman. Perolehan nilai pada siklus II yang diperoleh siswa yaitu 86, 7
dengan presentase 96, 7% kategori sangat baik. Presentase yang diperoleh pada posttest
siklus II telah tercapai dari KKM yang telah ditetapkan.
Dengan hasil test tersebut kemampuan membaca permulaan melalui metode suku
kata menggunakan Sandpaper Letter Montessori pada anak hambatan intelektual kelas
tiga SDLB Budi Mulya Wates meningkat.

B. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan penjelasan pada bab sebelumnya,
peneliti menuliskan saran sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan penggunaaan metode suku
kata sebagai metode alternatif dalam pembelajaran. Diharapkan pihak sekolah
memberikan pelatihan kepada guru kelas tentang metode - metode yang digunakan
untuk melayani anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik.
2. Bagi guru kelas
Pemilihan metode pembelajaran yang sangat variatif menjadi alternatif bagi guru
untuk membantu mengatasi anak hambatan intelektual. Diharapkan metode suku kata
menggunakan Sandpaper Letter Montessori monttesori dapat dijadikan salah satu
referensi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan
kemampuan dalam membaca permulaan.
DAFTAR PUSTAKA

Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Diakses
dari https://dasarguru.com/hakikat-membaca/ dalam. html pada 12 Oktober 2020, jam
09.15 WIB.

Mangunsong, Frieda. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

Mulyasa, E.(2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Menciptakan Perbaikan


Berkesinambungan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Paramita, Vidya Dwina.(2020). Montessori : Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja.


Yogyakarta: Bentang.

Sukaryana, I Wayan.(2002). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional


Direktorat jendral pendidikan Dasar dan Menengah: Proyek Peningkatan Pusat
Pengembangan Guru IPS dan PMP Malang.

Anda mungkin juga menyukai