Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS LITERASI BACA TULIS TERHADAP PEMAHAMAN BACA

SISWA SEKOLAH DASAR


Daffa Carisa Putri Bayu1, Natasya Amalia Mokol2, Mailisa Tri Wulandari3, Maria Herawati
Suni4, Fioren Juni Kurnia Putri5, Rifda Aini Waluyo6
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Email :

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pemahaman baca dan gambaran solusi yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi baca tulis pada kegiatan bimbingan belajar yang
para peneliti lakukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Instumen penelitian ini adalah lembar soal kerja siswa, wawancara dan
observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Pemahaman baca dari hasil observasi
peneliti 1-5 yaitu masih rendah dan subjek memiliki beberapa kesamaan dalam tipe belajar
yaitu Stimulus Respon Learning (belajar rangsangan jawaban); 2) Solusi yang dapat
diberikan untuk dapat meningkatkan literasi baca tulis dan pemahaman baca siswa ialah
sebelum memulai pembelajaran anak dibiasakan untuk membaca terlebih dahulu. Kebiasaan
membaca yang dibangun pada anak akan membantu anak menjadi lebih terbiasa membaca
dan memperluas wawasan mereka serta pemahaman baca anak menjadi semakin meningkat.
Selain itu, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif
dapat membuat siswa fokus dan nyaman dalam proses pembelajaran sehingga hal ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan literasi dan pemahaman baca pada anak.

Kata kunci: Literasi baca tulis, pemahaman baca, sekolah dasar


PENDAHULUAN

Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (2004: 195) adalah bimbingan yang
ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan
efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Bimbingan belajar ini
dilaksanakan diluar kegiatan intrakulikuler untuk menunjang pemahaman pelajaran yang
telah dialami siswa di dalam kelas, sehingga bimbingan belajar ini sangat membantu siswa
Sekolah Dasar apalagi perubahan kurikulum yang membingungkan guru serta siswa karena
SDM yang belum matang. Padahal Pendidikan yang sebaiknya diterapkan adalah pendidikan
yang sejak dini sudah difokuskan untuk menggali potensi apa yang ada di dalam diri siswa.
Misalnya pada jenjang SD siswa masih diajarkan semua mata pelajaran untuk mengetahui
minat dan bakatnya. Kemudian di jenjang SMP mulai dijuruskan sesuai minat bakat setiap
siswa, sehingga nantinya sewaktu di SMA siswa diberikan mata pelajaran yang langsung
berhubungan dengan bidang yang dia minati. Siswa diharapkan sudah mengetahui hal apa
saja yang harus dilakukan untuk mengembangkan bakatnya, sehingga ilmu yang
dipelajarinya akan berguna setelah lulus.
Sesuai ulasan diatas sehingga calon pendidik memiliki inspirasi untuk mengabdi
kemasyarakat dengan membuka Bimbingan Belajar khusus anak Sekolah Dasar kelas I - VI
secara private maupun berkelompok di rumah masing – masing disetiap individu dari 6
mahasiswa sebagai pembimbing atau tentor yaitu wilayah sidoarjo-surabaya. Bimbingan
belajar ini dimulai dari 27 maret 2023 dengan tujuan membantu siswa dalam mengerjakan
Pekerjaan Rumah (PR) disebabkan siswa di jaman sekarang begitu banyak yang merasa resah
kebingungan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di Sekolah.
Pelaksanaan Bimbingan Belajar ini disela perkuliahan dengan waktu yang ditentukan
oleh siswa itu sendiri. Didalam setiap pertemuan pembelajaran dalam seminggu 2 hingga 3
kali yang dimana disetiap pertemuannya adanya laporan evaluasi yang tertuju ke orang tua
siswa atas kemajuan belajar dan konsultasi hambatan yang telah dialami. Pembimbing
mengelola sebaik mungkin dalam memberikan stimulus berupa media pembelajaran,
mengenal tipe belajar, mengetahui latar belakang siswa, hingga kebiasaan dalam belajar guna
untuk meningkatkan gairah belajar siswa.
Sehingga adanya penelitian ini karena tertarik dengan adanya sebuah permasalahan
tersebut yang diperoleh dari observasi disetiap pertemuan pembelajaran. Adapun
permasalahannya diantaranya meliputi jika disuruh membaca siswa mengalami malas
dikarenakan anak mengalami kesulitan membaca dan kurang mengetahui tanda baca, anak
mengalami kesulitan dalam memahami soal pertanyaan. Anak lamban membaca Ketika di
berikan soal dengan teks yang Panjang, anak kesulitan dalam mengingat karena buku modul
siswa terkonsep sehingga malas membaca dikarenakan sulit untuk dipahami, anak
menemukan kata-kata yang tidak familiar baginya sehingga Anak mengalami kesulitan untuk
menceritakan/menulis kembali cerita dengan kata-katanya sendiri, anak kurang yakin dengan
jawabannya dan dia tidak ingat apakah jawaban yang ada di bacaan tersebut benar atau tidak,
sehingga dia harus membaca kembali soal tersebut atau melihat soal sambil menulis jawaban.
Oleh karena itu, peneliti menerapkan teori belajar yaitu meliputi Teori Classical
Conditioning, teori gestalt, teori belajar behaviorisme, dan teori belajar Operant
Conditioning. Dengan penerapan teori belajar tersebut berharap siswa dapat meningkatkan
minat baca, memudahkan memahami tanda baca dan memperbanyak kosakata.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan Teknik kualitatif deskripstif. Menurut
Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada
kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.
Pengumpulan data instrument berupa Lembar Kerja Latihan soal, wawancara, dan observasi.
Peneliti melakukan pengumpulan data Dalam kurun waktu tiga bulan di setiap pertemuan
dalam seminggu 2-3 kali untuk mengetahui perkembangan dari sebuah permasalahan yang
dihadapi siswa dalam belajar. Dengan siswa yang berbeda sekolah namun masih lingkup
domisili peneliti yaitu Sidoarjo-Surabaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peneliti mengambil data tentang pelaksanaan literasi baca tulis yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara pada siswa di sekolah yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi selama penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan
pada tahun 2023. Berikut paparan data hasil penelitian:
a. Peneliti 1 (Siswa dengan inisial HNT kelas 4)
Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 1, Pada saat
kegiatan bimbingan belajar berlangsung anak kesulitan untuk membaca dan memahami
gagasan penting di dalam sebuah bacaan. Hal ini dikarenakan kurangnya latihan atau minat
dalam membaca. Anak mengalami kesulitan dalam membaca, penting untuk mengidentifikasi
masalah yang mendasarinya. Konsultasikan dengan guru atau spesialis pendidikan anak
untuk mengevaluasi kemampuan membaca anak. Dengan diagnosis yang tepat, strategi
pembelajaran yang sesuai dapat diterapkan, termasuk pendekatan individual, dukungan
tambahan, atau bantuan khusus jika diperlukan.
Siswa mampu mendalami tipe belajar seperti problem solving (belajar memecahkan
masalah) menurut Gagne (1977) seperti contoh jika anak mendapatkan tugas sekolah bahasa
Indonesia pada bab mengidentifkasi ide pokok. Anak akan berusaha bagaimana cara
memecahkan masalah untuk mendapat kan jawaban yang pas dan benar.
Maka hasil belajar dapat di cerminkan dalam tingkah laku anak yang di peroleh yaitu
tentang keterampilan dan sikap-sikap dan emosional. Faktor yang mempengaruhi belajar
pada anak yaitu faktor eksternal. Serta teori pembelajaran yang di terapkan yaitu terori
gestlat dengan adanya pengamatan dan menerapkan dalam belajar dan berfikir anak dapat
mengetahui dan memahami dalam bacaan pada lembar kerja siswa.

b. Peneliti 2 (Siswa dengan inisial MZD kelas 3)


Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 2, Pada saat
proses pembelajaran anak kesulitan dalam membaca. Anak kesulitan memahami gagasan
penting dalam sebuah bacaan, Kurang memahami kata-kata dasar, Mengalami kesulitan
mengingat kalimat atau kata yang telah dibaca, Pelafalan kata atau kalimat yang masih sulit
dimengerti Sehingga anak menghindari kegiatan membaca dan cenderung malas jika disuruh
untuk membaca. Selain itu, kesulitan membaca dapat dipengaruhi oleh kondisi otak yang
tidak mampu memproses bahasa dan pusat penalaran visual. Selain faktor kesehatan,
sebaiknya perhatikan lagi kebiasaan yang ibu lakukan di rumah bersama anak. Saat ibu jarang
memperkenalkan buku dan kebiasaan membaca, maka hal ini juga dapat menyebabkan anak
akan mengalami kesulitan membaca.
Anak mendalami tipe belajar Problem solving (belajar memecahkan masalah) seperti
contoh, Saat mendapatkan PR (Pekerjaan Rumah) dari sekolah tentang Arti warna dasar
rambu lalu lintas. Saat mengerjakan anak sudah paham mengenai warna rambu lalu lintas,
akan tetapi anak belum faham mengenai arti dari warna rambu lalu lintas tersebut. Sehingga
anak akan berusaha untuk membaca dan memahami arti warna dasar rambu lalu lintas.
Dari penjelasan diatas, dapat disumpulkan bahwa anak menggunakan jenis belajar dengan
belajar rasional ( proses belajar menggunakan kemampuan berfikir sesuai dengan akal sehat,
logis dan rasional untuk memecahkan masalah). Dan pada saat belajar menerapkan teori
gestalt (pandangan bahwa pembelajaran tidak hanya tentang rangsangan dan respon, namun
juga pemahaman tentang suatu masalah yang dapat menarik suatu kesimpulan baru yang
lebih berwawasan). Dengan menggunakan teori ini anak mampu membangun dan
menemukan masalah menjadi sebuah pengetahuan dan pemahaman baru.

c. Peneliti 3 (Siswa dengan inisial ASA kelas 3)


Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 3, anak
tersebeut memiliki permasalahan pada minat membaca. Peneliti membutuhkan buku cerita
sebagai media yang digunakan dalam proses bimbel, untuk buku cerita tersebut digunakan
anak untuk membaca setiap sebelum memulai bimbel jadi anak menjadi lebih suka membaca
karena dalam buku tersebut terdapat gambar-gambar yang menarik unuk menarik perhatian
anak tersebut.
Dalam permasalahan ini menurut Gagne (1977) terdapat delapan tipe belajar Stimulus
respons learning (belajar rangsangan jawaban) dalam tipe pembelajaran ini dengan kegiatan
pembiasaan membaca sebelum memulai bimbel,kemampuan literasi anak terbentuk
bersamaan dengan proses belajar dan lingkungan disekitar. Berdasarkan jenis belajar tesebut
sesuai dengan teori behaviorisme teori yang memandang bahwa terbentuknya tingkah laku
diperoleh karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan melalui hubungan
stimulus (rangsangan) dengan respon (jawaban).

d. Peneliti 4 (Siswa dengan inisial ARB kelas 5)


Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 4, peneliti
mendapatkan hasil atau permasalahan sebagai berikut. Ketika pembelajaran berlangsung anak
kurang berminat untuk membaca soal cerita atau bacaan panjang yang ada pada buku paket
atau lks dan ketika menjawab soal yang sudah ada, anak kurang yakin dengan jawabannya
dan dia tidak ingat apakah jawaban yang ada di bacaan tersebut benar atau tidak, sehingga dia
harus membaca kembali soal tersebut atau melihat soal sambil menulis jawaban. Hal tersbeut
terjadi karena minimnya kemampuan literasi baca tulis.
Menurut Gagne (1977) terdapat delapan tipe belajar. Berdasarkan permasalahan tersebut,
anak ini termasuk ke tipe belajar Stimulus respons learning (belajar rangsangan jawaban).
Dengan adanya permasalahan diatas peneliti memberikan pembiasan di awal sebelum
memulai pembelajaran yakni meminta anak untuk membaca komik dengan karakter
kesukaannya dan tidak lupa juga peneliti melakukan upaya membaca berulang-ulang,
berdiskusi tentang teks, membaca bersama untuk meningkatkan literasi baca anak.
Jenis belajar anak tersebut yaitu termasuk dalam Belajar Kebiasan dan peneliti
menggunakan Teori Classical Conditioning yaitu dengan di awal pembelajaran peneliti
memberikan pembiasan membaca dengan menggunakan media komik kemudian anak
diminta untuk menyimpulkan setelah itu pembelajaran dimulai dengan mengajak anak
berdiskusi tentang materi dan diselingi dengan menjawab soal yang sudah tersedia.
e. Peneliti 5 (Siswa dengan inisial NDCP kelas 5)
Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 5, Dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan belajar, permasalahan yang dihadapi oleh peneliti yakni
terkait rendahnya literasi pada anak. Saat anak membaca teks bacaan yang diberikan, anak
kurang memahami isi dari bacaan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat membaca
anak menemukan kata-kata yang tidak familiar baginya. Anak juga mengalami kesulitan
untuk menceritakan/menulis kembali cerita dengan kata-katanya sendiri. Kesulitan yang
dialami oleh anak dalam mengekspresikan ide-ide yang ingin disampaikan dikarenakan
kurangnya kosa kata pada anak.
Berdasarkan permasalahan tersebut, anak ini termasuk ke tipe belajar stimulus respons
learning (belajar rangsangan jawaban). Dalam kegiatan bimbingan belajar perlu adanya
pembiasaan untuk membaca sebelum memulai pembelajaran agar kemampuan literasinya
meningkat. Jenis belajar anak tersebut termasuk dalam belajar kebiasaan. Berdasarkan jenis
belajar ini sesuai dengan teori belajar behaviorisme. Teori ini memandang bahwa
terbentuknya perilaku diperoleh karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan
melalui hubungan stimulus (rangsangan) dengan respon (jawaban).
f. Peneliti 6 (Siswa dengan inisial SANF kelas 6)
Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti 6, pada saat
melakukan penelitian Bimbingan belajar ini yang ini bermula dari membantu siswa dalam
mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) dengan gaya belajar visual sehingga cenderung memiliki
pengamatan yang teliti terhadap sesuatu dan mampu mencatat dengan detail, lebih mudah
mengingat sesuatu yang dilihatnya biasanya yang berkaitan dengan bentuk, warna maupun
artistik sehingga lebih suka mencatat ataupun mencoret-coret kertas saat diberikan
penjelasan.
Dengan pembiasaan pembelajaran yang dilakukan siswa lebih identik dengan melakukan
belajar abstrak hal itu terlihat saat diberikan materi teks fiksi dan non fiksi, ia mudah dalam
menangkaptanpa di berikan tulisan yang mendetail. Sehingga pembimbing tertarik
menerapkan teori belajar Operant Conditioning karena hal ini sangat membantu siswa dalam
kegiatan bimbingan belajar yang begitu antusias dalam melakukan nya.
Pelaksanaan kegiatan terlihat pada saat dikasih latihan soal berupa teks panjang pada 1-2
pertemuan siswa mengalami keresahan kemudian 3-8 pertemuan siswa mengalami antusias
apabila dikasih latihan soal tersebut hal tersebut adanya dorongan melalui video
pembelajaran animasi bergerak.
Berdasarkan berbagai macam permasalahan di atas, solusi yang dapat peneliti berikan
untuk dapat meningkatkan literasi baca tulis dan pemahaman baca siswa ialah sebelum
memulai pembelajaran anak dibiasakan untuk membaca terlebih dahulu. Kebiasaan membaca
yang dibangun pada anak akan membantu anak menjadi lebih terbiasa membaca dan
memperluas wawasan mereka serta pemahaman baca anak menjadi semakin meningkat.
Selain itu, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif
dapat membuat siswa fokus dan nyaman dalam proses pembelajaran sehingga hal ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan literasi dan pemahaman baca pada anak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pokok perubahan paradigma pembelajaran pada masa pandemi COVID-19 memberikan


beberapa dampak yang sangat luar biasa tentunya, apalagi Siswa Sekolah Dasar karena
perubahan sistem pembelajaran yang tadinya manual menjadi sistem daring. Dan beberapa
orang tua murid menyarankan agar pembelajaran jarak jauh tidak terbatas pada pemberian
tugas saja. Ada baiknya jika sesi penyampaian materi juga diperbanyak, agar murid dapat
benar-benar merasa seperti belajar dan tidak hanya diberi tugas saja. Ketidaksiapan diri ini
memaksa siswa untuk mau tidak mau mengikutinya. Hal ini mengharuskan siswa untuk
beradaptasi menghadapi kebiasaan baru yang mungkin dapat menimbulkan kebosanan saat
belajar. Oleh karena itu banyak siswa yang mengalami ketertinggalan dalam materi pelajaran
dan memiliki berbagai permasalahan yang dialami siswa. Adapun permasalahannya yang
dialami siswa diantaranya meliputi jika disuruh membaca siswa mengalami malas
dikarenakan anak mengalami kesulitan membaca dan kurang mengetahui tanda baca, anak
mengalami kesulitan dalam memahami soal pertanyaan. Anak lamban membaca Ketika di
berikan soal dengan teks yang Panjang, anak kesulitan dalam mengingat karena buku modul
siswa terkonsep sehingga malas membaca dikarenakan sulit untuk dipahami, anak
menemukan kata-kata yang tidak familiar baginya sehingga Anak mengalami kesulitan untuk
menceritakan/menulis kembali cerita dengan kata-katanya sendiri, anak kurang yakin dengan
jawabannya dan dia tidak ingat apakah jawaban yang ada di bacaan tersebut benar atau tidak,
sehingga dia harus membaca kembali soal tersebut atau melihat soal sambil menulis jawaban.
Oleh karena itu, solusi yang dapat diberikan untuk dapat meningkatkan literasi baca tulis dan
pemahaman baca siswa ialah sebelum memulai pembelajaran anak dibiasakan untuk
membaca terlebih dahulu. Kebiasaan membaca yang dibangun pada anak akan membantu
anak menjadi lebih terbiasa membaca dan memperluas wawasan mereka serta pemahaman
baca anak menjadi semakin meningkat. Selain itu, menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat membuat siswa fokus dan nyaman dalam
proses pembelajaran sehingga hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan literasi dan
pemahaman baca pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Assudais, A. R., Hilmianti, A., Silvianti, D., Maulidina, Y., & As' ad, M. (2021). Efektivitas Penerapan
Bimbingan Belajar dalam Meningkatkan Pemahaman Belajar Anak pada Masa Pandemi di
Desa Babelan Kota. Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1(52), 12-25.

Wiradhika, N., Sastromiharjo, A., & Mulyati, Y. (2020). Pemanfaatan teknologi virtual reality untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa. In Seminar Internasional Riksa Bahasa (pp.
396-401).
Nurcholis, R. A., & Istiningsih, G. (2021). Problematika dan Solusi Program Literasi Baca-Tulis
Siswa Kelas Rendah di SD Negeri Butuh. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6(2), 189-
195.

Anda mungkin juga menyukai