utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Artinya, setiap kinerja
Bapak/Ibu di sekolah akan mendapatkan penilaian yang nantinya penilaian itu bisa mempengaruhi
jenjang karir Bapak/Ibu di sekolah, misal diberi kenaikan pangkat.
Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2010) kedudukan penilaian sangat penting bagi penunaian
tugas keberhasilan melaksanakan utamanya, yakni melaksanakan pembelajaran. Penilaian
kinerja guru tentunya sangat penting dilakukan dalam suatu sekolah Dengan penialaian ini kita
akan tahu sejauh mana target yang sebelumnya direncanakan tercapai atau belum.
1. Persiapan
a. Tahap persiapan ini diawali dengan penetapan penilai. Penilai PKG harus memenuhi
syarat berikut.
Sudah bersertifikat pendidik.
Kualifikasi akademik minimal S1/D4.
Pangkat, golongan, dan jabatan penilai minimal sama dengan guru yang dinilai,
kecuali kepala sekolah.
Penilai memiliki hasil penilaian kinerja “Baik” atau “Amat Baik”.
Penilai harus memiliki integritas, adil, dan jujur.
Penilai harus berkomitmen untuk berpartisipasi secara aktif dalam peningkatan
kualitas pembelajaran.
Penilai harus mampu mengamati dan menilai secara objektif, adil, dan transparan
pada kinerja teman sejawat.
b. Tanggung jawab penilai
Tanggung jawab penilai dalam menjalankan pkg adalah sebagai berikut.
Memberikan penilaian maksimum pada 10 guru mapel/kelas dan TIK.
Menjalankan PKG melalui pemantauan dan pengamatan.
Memastikan bahwa guru yang dinilai setuju dengan hasil penilaian.
Memberikan dan menyampaikan hasil penilaian beserta bukti pelaksanaan pada
kepala sekolah.
Memastikan bahwa guru yang dinilai memahami instrumen untuk pelaksanaan PKG.
c. Periode penugasan
Kinerja penilaian dikendalikan oleh Kepala UPTD/Kepala Dinas/Kabupaten/Kota/Provinsi
berdasarkan prinsip yang berlaku. Adapun periode penilaian kinerja ditetapkan selama 4
tahun oleh Kepala Sekolah. Kepala sekolah lalu melaporkannya pada Kepala UPTD/Kepala
Dinas Kabupaten/Kota/Provinsi.
5. Penilaian
Adapun tahapan penilaian adalah sebagai berikut.
Membuat klasifikasi antara fakta dan data berdasarkan indikator kompetensi.
Membuat perbandingan antara fakta dan data.
Memberikan skor dan nilai.
Meminta persetujuan hasil pada guru yang dinilai.
6. Pelaporan
Kegiatan pelaporan hasil PKG bisa dilakukan secara online dan offline. Pelaporan
secara online bisa dilakukan jika sekolah memiliki akses internet. Jika pihak sekolah tidak
memiliki akses jaringan internet, maka pelaporan bisa dilakukan secara offline.
Hakikat Pembinaan dan Pengembangan Profesional
Pembinaan dan pengembangan profesionalisasi guru dan staf sekolah dilakukan berdasarkan
kebutuhan institusi, kelompok, maupun individu guru dan staf sendiri. Dari perspektifinstitusi,
pengembangan guru dan staf dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga
bahwa pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting,namun hal yang lebih
penting adalah berdasar kebutuhan individu guru dan staf untuk menjalani proses profesionalisasi.
Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut
dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Lebih khusus lagi, Sanusi et.al (1991:24) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut:
Berdasarkan penuturan Hasibuan (2007: 72-73), terdapat dua jenis pengembangan SDM,
yaitu: pengembangan SDM secara formal dan secara informal. Pertama, pengembangan SDM secara
formal yaitu SDM yang ditugaskan oleh lembaga untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang
dilaksanakan oleh lembaga tersebut maupun lembaga diklat. Pengembangan SDM secara formal
dilakukan karena tuntutan tugas saat ini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, jenis
pengembangan ini dapat memenuhi kebutuhan kompetensi SDM yang bersifat empirical needs dan
predictive needs bagi eksistensi dan keberlanjutan lembaga. Kedua, pengembangan SDM secara
informal yaitu pengembangan kualitas SDM secara individual berdasarkan kesadaran dan keinginan
sendiri untuk meningkatkan kualitas diri sehubungan dengan tugasnya. Banyak cara yang dapat
dilakuklan SDM untuk meningkatkan kemampuannya, namun jenis pengembangan ini memerlukan
motivasi intrinsik yang kuat dan kemampuan mengakses sumbersumber informasi sebagai sumber
belajar.
Terdapat lima domain penting dalam pengembangan SDM bidang pendidikan, yaitu:
profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama.
Dimilikinya kemampuan terhadap kelima domain tersebut merupakan modal utama bagi SDM dalam
menghadapi masyarakat ilmu (Knowledge Society) yang dinamis. Asumsi yang mendasari pentingnya
kelima domain tersebut adalah sebagai berikut.
a. Profesionalitas
Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau kemampuan yang dimiliki SDM dalam
melaksanakan profesinya. Sedangkan profesionalisme adalah penyikapan terhadap profesi dan
profesionalitas yang dimilikinya. SDM yang profesional adalah mereka yang memiliki keahlian dan
keterampilan melalui proses pendidikan dan latihan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
teknik dan kemampuan konseptual dalam memberikan layanan formal sesuai dengan profesi dan
keahliannya. Berdasarkan kemampuan SDM dalam melaksanakan tugasnya tersebut, maka
masyarakat akan mengakui dan menghargainya. Dengan kata lain, penghargaan dan pengakuan
masyarakat bergantung kepada keprofesionalan SDM.
b. Daya Kompetitif
SDM yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang memiliki kemampuan ikut serta dalam
persaingan. Apabila kita memandang bahwa melaksanakan tugas adalah suatu persaingan, maka
SDM yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang dapat berfikir kreatif dan produktif. SDM
yang berfikir kreatif dapat bersaing dan dapat memunculkan kreasi-kreasi baru. Berfikir kreatif
dilandasi dengan kemampuan berfikir eksponensial dan mengeksplorasi berbagai komponen secara
tekun dan ulet hingga menghasilkan suatu inovasi. SDM yang inovatif tidak hanya terbatas pada
kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya, melainkan kemampuan mencari dan
menggunakan cara baru dalam menyelesaikan tugasnya tersebut. Sikap tekun dan ulet dalam
melaksankan tugas hanya dapat menghasilkan prestasi temporer, sedangkan tekun dan ulet dalam
berfikir kreatif akan menghasilkan pertasi berkelanjutan. Salah satu sifat SDM yang inovatif adalah
mereka yang tidak merasa puas dengan apa yang telah dikerjakan dan dihasilkannya, melainkan
merasa penasaran atas kinerjanya. SDM yang inovatif hanya dapat dihasilkan melalui proses
pengembangan kemampuan berfikir kreatif (creative thinking).
c. Kompetensi fungsional
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk melaksanakan profesinya.
Sesungguhnya kompetensi tersebut merupakan suatu sistem pengetahuan yang terdiri atas
pengetahuan konseptual, pengetahuan teknik, pengetahuan menyeleksi, dan pengetahuan
memanfaatkan. Apabila seluruh pengetahuan tersebut diaktualisasikan secara simultan, maka
manfaatnya dapat dirasakan baik oleh yang bersangkutan maupun oleh masayarakat. Kompetensi
pada tiga tataran pertama, yaitu kemampuan: konseptual, teknik, dan memutuskan merupakan
kompetensi potensial. Sedangkan kompetensi pada tataran aplikasi tepat waktu dan tepat sasaran,
itulah kompetensi fungsional. Kompetensi fungsional akan menunjukkan efektivitasnya manakala
SDM memiliki motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berkaitan
erat dengan etos kerja, sedangkan motivasi ekstrinsik dapat berasal dari rekan kerja, lembaga, dan
masyarakat. SDM yang memiliki kompetensi fungsional adalah mereka yang memiliki kemampuan
dalam mendayagunakan potensi diri (kompetensi potensial) yang disumbangkan (kemampuan
mengaplikasikan secara tepat) dalam melaksanakan tugas atau profesinya. Untuk itu,
pengembangan SDM bidang pendidikan dengan memberikan motivasi merupakan salah satu strategi
yang dapat dipilih
d. Keunggulan partisipatif
SDM unggul adalah SDM berkualitas yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan yang
lainnya. Mereka dapat mengembangkan potensi diri dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin.
Dengan kemampuannya tersebut, SDM yang unggul dapat mencapai prestasi untuk kemajuan
dirinya, lembaga, bangsa dan negara. Mereka yang memiliki keunggulan dapat survive dalam
kehidupan yang kompetitif, karena mereka memiliki banyak pilihan dan kecerdasan untuk
mengambil keputusan yang tepat. Terapat dua jenia SDM unggul, yaitu: keunggulan individualistik
dan keunggulan partisipatoris. SDM unggul secara individualistik adalah mereka yang memanfaatkan
kemampuan dirinya untuk kepentingan pribadi
e. Kerja Sama
Kemampuan kerja sama (teamwork) sangat penting di era globalisasi, karena dengan
kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan potensial bagi suatu organisasi atau institusi.
Sesungguhnya, era globalisasi bersifat potensial yang menuntut kemampuan menyeleksi dan
mendayagunakannya agar teraktualisasikan hingga bernilai guna. Salah satu upaya
mengatualisasikan potensi tersebut adalah melalui kerja sama. Namun demikian, aspek penting
dalam proses seleksi dan memanfaatkan potensi tersebut adalah kemampuan menyelaraskannya
dengan nilai-nilai indigeneous. Pada tataran praktis operasional, SDM yang memiliki nilai-nilai
indigeneous tersebut adalah memahami visi dan misi lembaga, serta merefleksikannya dalam
pelaksanaan tugas. SDM yang memiliki kemampuan kerja sama harus diimbangi dengan kemampuan
untuk mengembangkan jaringan-jaringan kerja sama (network). Pentingnya jaringan kerja sama dan
kerja sama menjadi katalisator bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi kerja. Kemampuan yang
dibutuhkan dalam kerja sama adalah mengembangkan kemampuan untuk mengintegrasikan
kemampuan diri dengan kemampuan mitra kerja terhadap orientasi kerja sama. Untuk itu,
pengembangan pada aspek dedikasi, disiplin, dan kejujuran sangat mutlak dalam suatu kerja sama,
termasuk jujur terhadap kemampuan diri. Pentingnya sikap jujur dalam suatu kerja sama
dikemukakan Fukuyama (1996), tanpa kejujuran tidak mungkin seseorang dapat melakukan bekerja
sama dengan baik.
Seperti telah dikemukakan pada bagian awal bahan ajar, pengembangan SDM merupakan
upaya membantu pegawai (dalam hal ini tenaga kependidikan) secara individual
menanganitanggung jawabnya di masa kini dan pengembangannya di masa depan.
Pengembanganpegawai banyak dilakukan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini
bertujuanuntuk (1) menghilangkan kesenjangan kinerja pegawai yang disebabkan mereka bekerja
tidaksesuai dengan yang diharapkan, (2) meningkatkan kemampuan angkatan kerja yang lenturdan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi baru yang dihadapiorganisasi, dan (3)
meningkatkan keterikatan (komitmen) pegawai terhadap organisasi danmembina persepsi bahwa
organisasi itu tempat yang baik untuk bekerja. Pelaksanaanpendidikan dan latihan bagi para tenaga
kependidikan harus dirancang dengan sebaik-baiknya:
Pengertian Pembinaan
Dalam buku yang dikeluarkan oleh Departemen Agama (1979: 2), pembinaan adalah suatu usaha
yang dilakukan dengan sabar, terencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian dengan segala aspek-aspeknya.
Pembinaan guru berarti serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berujud
layanan profesional yang diberikan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan pembina
lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan diatas, guru dituntut harus memiliki kemampuan
profesional yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan terutama dalam mengelola
program pembelajaran, penerapan implimentasi proses belajar mengajar, dan kemampuan
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Disamping itu profesi seorang guru bukan sekedar wahana
untuk meyalurkan hobi sebagai pekerjaan sambilan karena secara kenyataan, kita lihat dan
diperdengungkan profesi seorang guru yang disandang merupakan pilihan kedua sehingga dalam
tugas dan sikap yang dijalankannya hanya sekedar wahana mengisi kewajiban dalam arti tidak
bertanggung jawab sepenuhnya, akan tetapi tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada
penyampaian informasi saja kepada peserta didik, akan tetapi guru harus memiliki untuk memahami
peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu siswa dalam menghadapi kesulitan
belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memahami berbagai model dan ketrampilan
dalam pembelajaran yang efektif agar dapat mengarahkan siswa secara optimal.
Prinsip-prinsip Pembinaan dan Pengembangan Personil Sekolah Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan SDM pendidikan, yaitu:
Dengan kata lain bahwa pengembangan SDM Pendidikan hendaknya didasari prinsip berikut:
pengembangan SDM merupakan upaya membantu pegawai (dalam hal ini tenaga
kependidikan) secara individual menangani tanggung jawabnya di masa kini dan
pengembangannya di masa depan. Pengembangan pegawai banyak dilakukan melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini bertujuan untuk (1) menghilangkan
kesenjangan kinerja pegawai yang disebabkan mereka bekerja tidak sesuai dengan yang
diharapkan, (2) meningkatkan kemampuan angkatan kerja yang lentur dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi baru yang dihadapi organisasi, dan (3)
meningkatkan keterikatan (komitmen) pegawai terhadap organisasi dan membina persepsi
bahwa organisasi itu tempat yang baik untuk bekerja. Pelaksanaan pendidikan dan latihan
bagi para tenaga kependidikan harus dirancang dengan sebaik-baiknya:
1. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan dalam konteks sumber daya manusia dimaksudkan upaya yang dilakukan terutama
oleh pimpinan untuk meningkatkan daya dukung tenaga pendidik dan kependidikan terhadap
sekolah, melalui peningkatan kemampuan, kinerja serta komitmen.
2. Manfaat Pemberdayaan.
Pemberdayaan seperti pengertian yang dimaksudkan di atas sangat penting dilakukan dalam sekolah
apapun. Pembangunan dan kemajuan yang dicapai oleh sekolah pada dasarnya bersifat akumulatif
dan berkelanjutan. Ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang telah dicapai sebelumnya
merupakan modal lanjutan bagi pengembangan lanjut. Dengan kata lain, apabila terjadi upaya
pemberdayaan dalam berbagai bentuk potensi sekolah, maka akan terjadi penghematan. Di samping
itu, kondisi tersebut dapat mempercepat proses pengembangan sekolah, yang disebabkan oleh
terjadinya akumulasi potensi yang dimilki sekolah. Pemberdayaan potensi SDM memiliki
“opportunity cost” dan “opportunity ussage”. Hal ini dimungkinkan karena sumberdaya yang telah
ada memiliki durasi pelayanan yang lama dan manfaat yang besar, sedangkan biaya pengadaan
tenaga pendidik dan kependidikan baru dapat digunakan 106 untuk pengembangan program lain, di
samping meneruskan program- program pengembangan yang telah ada.
Ketiga, Merumuskan spesifikasi pelayanan yang ada, dan menterjemahkannya kepadatuntutan SDM.
Cara seperti ini memungkinkan dilakukannya “human resource sharing” diantara unit-unit kerja yang
ada. Dalam pelaksanaannya diperlukan koordinasi dan kerjasama.Kesamaan visi di antara pimpinan
unit-unit kerja sangat diperlukan untuk menghindariadanya kultus kepentingan. Organisasi sebagai
sistem terdiri dari berbagai komponen/bagianyang saling berkaitan. Siatem hanya akan berfungsi
secara efektif apabila di antara masing-masing unsur dapat saling membangun sinerjik yang
harmonis, termasuk dalam resourcesharing.”
Keempat, Meningkatkan tingkat kepuasan pegawai. Cara seperti ini diwujudkan melalui penciptaan
budaya kerja yang melahirkan sistem pengawasan suportif, evaluasi kinerja yangobyektif bagi
pengembangan karir dan renumerasi, penciptaan mutu lingkungan kerja yangkondusif, sistem
“reward and funishment” yang diterapkan secara konsisten, dan kegiata nsejenisnya.
Kelima, melakukan audit kinerja. Audit kinerja dapat dilakukan oleh pimpinan masing-masing unit
kerja. Audit dapat dilakukan pada kinerja individual, kelompok yangmengerjakan satuan tugas, dan
unit kerja secara utuh. Hal ini dapat dilakukan apabiladeskripsi tugas dan target-target
pencapaiannya dirumuskan dengan jelas.
Keenam, mempraktekan gugus kendali mutu untuk meningkatkan tanggung jawab bersamadan rasa
memiliki di antara anggota organisasi. Praktek ini dimungkinkan apabila gagasanpengendalian mutu
menyeluruh difahami, di mana pegawai telah terbiasa mengidentifikasimasalah yang dihadapinya
dan terlibat dalam memecahkan persoalan tersebut.
Guru Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan, baik
itusecara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga.
Mulyasa(2003:43) menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara
on the jobtraining dan in service training . Sementara Castetter menyampaikan lima
modelpengembangan untuk guru seperti pada tabel berikut
Tabel 1
Model Pengembangan Guru
Dari kelima model pengembangan guru di atas, model ”training” merupakan model
pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan swasta. Pada
lembagapendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan profesional guru
adalahdengan melakukan penataran ( in service training ) baik dalam rangka penyegaran
( refreshing )maupun peningkatan kemampuan ( up-grading ). Cara lain baik dilakukan
sendiri-sendiri(informal) atau bersama-sama, seperti: on the job training , workshop,
seminar, diskusi panel,rapat-rapat, simposium, konferensi, dsb
Sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi (2004:54), pengembangan sikap profesional
inidapat dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam
jabatan).
Profesionalisme tenaga pendidik sangat berhubungan erat dengan mutu pendidikan, sebab proses
belajar sebagai inti dari pendidikan akan sangat tergantung pada tenaga pendidik yang professional
dan kualitas hasil belajar merupakan ujung tombak kualitas pendidikan. Dengan anggapan semacam
itu, maka keberadaan tenaga pendidik atau guru yang profesional semakin penting, dan peranan
siswa dalam belajar merupakan tumpuan upaya peningkatan kualitas pendidikan sesuai standar
nasional pendidikan. Pasal 35 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan agar "Pendidikan memiliki Standar Nasional Pendidikan (SNP), sebagai acuan
pengembangan dan pengendalian pendidikan". Dan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Bab II Pasal 2, menyebutkan ‘’ standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan’’
Aspek-aspek yang dipandang perlu untuk dikaji, berkaitan dengan fungsi pembinaan personil sekolah
adalah, (1) Fungsi dan konsep umum pembinaan: (2) Pengertian profesi; dimaksudkan untuk
meletakkan dasar pemahaman terhadap profesi Guru SD. (3) Kemampuan profesional Guru SD;
membahas kemampuan dasar yang harus dikuasai Guru SD. Dan (4) Tujuan pembinaan kemampuan
profesional Guru SD.
1. Coaching
Wibowo (2013: 453) mengatakan coaching adalah suatu proses interaktif melalui pimpinan dan
supervisor/ pengawas yang bermaksud me- nyelesaikan persoalan kinerja atau mengembangkan
kemampuan orangnya. Orang yang memberikan bimbingan dinamakan coach, sedangkan
bawahan yang menerima bimbingan dinamakan coachee.
Menurut Kirkpatrick (2006: 170), ada tujuh prinsip dasar yang perlu di- perhatikan dalam
menyelenggarakan coaching yaitu:
2. Use visioning
Menyelaraskan gambaran pekerja tentang masa depan yang diinginkan dengan
citra sukses organisasi. Hal tersebut menunjukkan kepada pekerja bagaimana masalah
kinerja dengan skema yang lebih besar.
3. Establish goal
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang spesifik, terjangkau, relevan memberikan
arah, jelas dan kerangka kerja untuk mengukur kemajuan.
7. Recognize accomplishments
Pujian dan pengakuan atas ke- menangan dapat mendorong harga diri dan
memberi pekerja percaya diri dalam menjaga saluran dan tantangan akan
kemampuannya, (Wibowo, 2013: 454-456)
2. Mentoring
Mentoring merupakan proses dimana seorang pekerja yang lebih ber- pengalaman memberikan
saran, nasihat, bimbingan dan sebaliknya meningkatkan pengembangan profesional pekerja baru.
Seorang mentor merupakan seseorang pekerja yang lebih berpengalaman yang membimbing
pekerja yang lebih baru dalam belajar tentang pekerjaan dan organisasi. Seorang mentor adalah
orang yang membantu orang lain melakukan per- tumbuhan pribadi melalui pembelajaran.
Sementara mentoring, adalah orang yang menawarkan nasihat, informasi, atau bimbingan oleh
orang dengan pengalaman yang bermanfaat, keterampilan, atau keahlian untuk pengembangan
pribadi dan prifesional individu lain.
Menurut Grenberg dan Baron (2013: 479), proses mentoring dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
Pembinaan profesional guru memiliki masalah yang dikemukakan memang belum menggambarkan
secara keseluruhan berkenaan dengan profesionalisme guru, hal ini disebabkan karena kompleksnya
masalah guru, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Namun tugas utamanya antara
lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berperan
sebagai perencanaan, pelaksanaan, dan penilai pembelajaran.
Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan diatas, guru dituntut harus memiliki kemampuan profesional
yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan terutama dalam mengelola program
pembelajaran, penerapan implimentasi proses belajar mengajar, dan kemampuan melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Disamping itu profesi seorang guru bukan sekedar wahana untuk meyalurkan
hobi sebagai pekerjaan sambilan karena secara kenyataan, kita lihat dan diperdengungkan profesi
seorang guru yang disandang merupakan pilihan kedua sehingga dalam tugas dan sikap yang
dijalankannya hanya sekedar wahana mengisi kewajiban dalam arti tidak bertanggung jawab
sepenuhnya, akan tetapi tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi
saja kepada peserta didik, akan tetapi guru harus memiliki untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikan agar mampu membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memahami berbagai model dan ketrampilan dalam
pembelajaran yang efektif agar dapat mengarahkan siswa secara optimal.
Daftar Pustaka
Eka Viandari.2020.Penilaian Kinerja Guru: Fungsi, Syarat & Mekanisme.
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/penilaian-kinerja-guru/
Satori Djam'an & Fatah, N. (2001). Konsep Dasar MBS dan Dewan Sekolah, Seri MBS Modul.
Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.
Muhammad Minan Zuhri.2014. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA GURU DAN KARYAWAN DALAM
ORGANISASI PENDIDIKAN.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/download/2108/1752