(STRUKTURAL PLYWOOD)
Disusun Oleh :
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN (1,2,dt..)
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Defenisi Kayu Lapis
1.2 Penggolongan Kayu Lapis
1.3 Proses Pembuatan Kayu Lapis
1.4 Kayu Lapis Struktural
BAB III PENUTUP
1. Lata Belakang
Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir
yang direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk kedalam
salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk
panel-panel struktural. Cikal bakal munculnya kayu lapis terjadi di Mesir sekitar tahun 1500
SM, dimana pada masa tersebut orang-orang Mesir telah mampu membuat vinir untuk
menghiasi perabot rumah tangga mereka. Selanjutnya disusul bangsa Yunani dan Roma
kuno mengembangkan alat pemotong vinir (Haygreen and Bowyer, 1993). Di Indonesia
sendiri, perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an semenjak
diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi
hutan di Indonesia masih sangat mendukung perkembangan industri kayu lapis, ketersediaan
log-log berdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama
bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih cukup melimpah (Iswanto, 2008).
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan kayu bulat
berdiameter besar yaitu dengan memanfaatkan kayu bulat berdiameter kecil (Small
Diameter Logs) yang berasal dari hutan rakyat maupun hutan tanaman industri. Akan
tetapi dalam pemanfaatannya terdapat kendala yakni kayu bulat berdiameter kecil banyak
mengandung kayu juvenile yang menyebabkan kerapatan dan kekuatannya lebih rendah
dari kayu mature. Selain itu, stabilitas dimensi Small Diameter Logs (SDL) lebih
rendah dari Large Diameter Logs (LDL) (Massijaya et al. 2010). Oleh karena itu,
dibutuhkan teknologi yang baik dan pengolahan yang tepat agar diperoleh produk yang
berkualitas (Arsadi, 2011).
Alasn mengapa kami mengambil video tentang proses pegolahan kayu, dikarenakan
kita sering menggunakan segala jenis barang ynag berhubungan dengan bahan bahan yang
terbuat dari kayu. Misalnya saja adalah meja, kursi, sendok, lemari dan masik banyak barang
lainya. Dan alasan lainya kami memilih proses pembuatan kayu ini adalah agar kita
memahami apa saja alur ataupun prosen pembuatan dari sebatang kayu di ubah menjadi
barang yang berguna dalam kehidapan kita sehari hari.
2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan, bahan
yang digunakan, mutu serta kegunaan dari kayu lapis struktural.
PEMBAHASAN
Kebanyakan jenis plywood, orientasi seratnya dari setiap lembaran saling tegak
lurus satu sama lain. Pada umumnya kayu lapis dibuat dengan jumlah lapisan ganjil,
tetapi ada beberapa kayu lapis yang dibuat dengan jumlah lapisan genap seperti
empat dan enam lapis (Bowy
Sifat dan kinerja kayu lapis dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Faherty dan
Williamson (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan kinerja kayu lapis
berasal dari komposisi kayu lapis itu sendiri, antara lain ketebalan lapisan, jumlah
lapisan, jenis vinir dalam satu panel, orientasi lapisan, kualitas kelas vinir dan jenis perekat.
Kombinasi dari komposisi tersebut memungkinkan produsen untuk menyesuaikan produk
sesuai tujuan penggunannya.
Contoh kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku kayu lapis antara lain
meranti, kamper, mersawa, mengkulang, gerunggang, mahoni, agathis, trembesi, sengon,
mindi dan sebagainya. Diameter log yang digunakan disarankan diatas 30 cm, tetapi saat
ini mesin-mesin yang lebih modern dapat mengolah log dengan diameter yang lebih kecil.
a. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaanya di dalam ruangan atau
dengan kata lain tidak langsung terekpos oleh kondisi lingkungan luar ruangan,
perekat yang digunakan adalah perekat interior seperti UF, MF dan MUD.
b. kayu lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaannya di luar ruangan yang
terekspos langsung dengan kondisi luar ruangan, perekat yang dipergunakan
adalah perekat eksterior seperti PF
4. Penyortiran Vinir
Kegiatan ini dilakukan untuk menyeleksi firmware setelah proses
pengupasan.vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak serta vinir
untuk bagian face dan core.
5. Pengeringan Vinir
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air tinggi
sehingga dapat menghindari terjadinya bliter pada kayu lapis setelah dilakukan
panen panas.
8. Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa tegangan akibat
proses pengempanan serta menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Bisanya
dilakukan selama 1-2 minggu.
9. Remanufacturing
Selanjutnya dilakukan pengampelasan ulang pada plywood yang telah
diperbaiki (bagian permukaan atas bawah atau satu muka saja). Pekerjaan
perbaikan dan penghallusan ulang ini termasuk remanufacturing dan dilakukan
grading ulang pada plywood ini.
10. Packing
Selanjutnya dilakukan penentuan kelas mutu, pemberian tanda merk
penghitujngan dan pegepakan dilakukan sebelum plywood tersebut dibawa ke
gudang dan siap di jual.
Klasifikasi
Kayu lapis structural diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
Syarat mutu
Kayu lapis hadir dengan inovasi penggunaan kayu Solid agar lebih efektif dan
efisien. Dan kayu lapis structural hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan
konsumen yang senang memilih kayu sebagai bahan baku untuk berbagai
kebutuhan konstruksi. Agar kualitasnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
konsumen, ketentuan dalam pemilihan bahan baku, perekat, pengawet, dan tata
cara pembuatan kayu lapis structural harus diperhatikan dengan seksama.
Berbagai penelitian mengenai kayu lapis structural juga telah dilakukan, tetapi
seiring berkembangnya zaman kebutuhan informasi dan inovasi mengenai ini juga
sangat dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian Penelitian lain untuk
menjawab berbagai permasalahan dan kebutuhan konsumen.