Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Developmental

Research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa

instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi Jamur (Fungi)

untuk peserta didik SMA kelas X dengan menggunakan model pengembangan 4-

D (four-D models)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) dan SMAN 2 Pertiwi Padang.

Produk yang dihasilkan peneliti berupa instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi

yang akan diujicobakan di SMAN 2 Pertiwi Padang pada Semester Ganjil Tahun

Ajaran 2019/2020.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini terdiri dari validator dan peserta didik. Objek

penelitian ini adalah instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi pada

materi Jamur (Fungi) untuk peserta didik SMA kelas X di SMAN 2 Pertiwi

Padang.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa data dari hasil validasi, uji praktikalitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, alternatif jawaban merupakan

pengecoh soal dalam pilihan ganda. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi

secara baik apabila memiliki daya tarik yang besar bagi pengikut tes yang kurang

23
24

memahami konsep. Data ini termasuk data primer, yaitu data yang diperoleh

secara langsung dari subjek penelitian.

E. Definisi Operasional

Instrumen berpikir tingkat tinggi merupakan instrumen yang digunakan

dalam penilaian untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Instrumen yang digunakan berupa tes objektif yang memiliki tingkatan kognitif

dari C4, C5, dan C6. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah instrumen

penilaian berpikir tingkat tinggi pada materi jamur (fungi).

Menganalisis peserta didik dapat menganalisis dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi untuk mengenali pola atau hubunganya. Peserta didik

mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

pertanyaan yang rumit. Mengevaluasi merupakan peserta didik dapat memberikan

suatu solusi, gagasan dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok

untuk memastikan keefektivitas atau manfaatnya. Mencipta artinya, dapat

membuat suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu, serta dapat merancang

suatu ide untuk menyelesaikan masalah. Tingkatan kognitif yang mengharapkan

peserta didik mampu membuat suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu,

untuk merancang suatu cara dalam menyelesaikan sebuah masalah,

mengorganisasian unsur-unsur atau bagian-bagian struktur baru yang belum

pernah ada sebelumnya. Proses kognitif yang pada menciptakan meliputi

perumusan, merencanakan, dan memproduksi (Julianingsih, 2017: 18)


25

F. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket uji validitas dan

praktikalitas yang telah diisi oleh dosen dan guru instrumen penilaian kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Angket uji validitas dan angket uji praktikalitas disusun

menurut Skala Likert yang telah dimodifikasi dari (Arikunto, 2013: 180) dengan 4

alternatif jawaban berikut ini.

SS = Sangat Setuju dangan bobot 4

S = Setuju dangan bobot 3

TS = Tidak Setuju dangan bobot 2

STS = Sangat Tidak Setuju dengan bobot 1

Penambahan 4 alternatif jawaban dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

jawaban kategori tengah (netral). Menurut Sukardi (2012: 147) “Jawaban angket

yang didominasi tengah dapat mengakibatkan ketidaksiapan informasi dan

kesulitan dalam penarikan kesimpulan”

1. Angket uji validitas instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi oleh dosen dan guru.

Angket uji validitas ini berguna untuk mengetahui valid atau tidaknya

instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi yang telah dirancang.

Skala instrumen penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert.

Angket sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada buku Depdiknas (2008: 28)

yang meliputi materi, konstruksi, bahasa, dan kompetensi instrumen penilaian

kemampuan berpikir tingkat tinggi.


26

2. Angket uji praktikalitas instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi oleh dosen dan guru.

Angket uji praktikalitas instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi oleh guru berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan degan kemudahan

dalam pelaksanaan, pemeriksaan, dan petunjuk soal instrumen penilaian

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Angket praktikalitas sesuai dengan ketentuan.

Arikunto (2008: 62) meliputi pelaksanaan, pemeriksaan, dan petunjuk-petunjuk

yang jelas.

G. Prosedur Pengembangan

Intrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi ini dikembangkan

dengan menggunakan model pengembangan prangkat perangkat pembelajaran 4-

D (four-D models). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu define,

(pendefenisian), design (perancangan), Develop (pengembangan), dan

disseminate (penyebaran). Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka

penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop (pengembangan).

1. Tahap pendefinisian (define)

Pada tahap ini dilakukan penetapan syarat-syarat pembelajaran dengan

menganalisis kompetensi inti, kompetensi dasar, dan bahan materi pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013. Beberapa langkah yang dilakukan pada tahap define

adalah sebagai berikut.

a. Analisis Masalah

Analisis masalah pada tahap ini peneliti mengamati, menganalisis, dan

mendefinisikan masalah-masalah dalam proses pembelajaran biologi. Tahap yang


27

dilakukan yaitu melakukan observasi dengan cara menganalisis soal ulangan

harian materi jamur di SMAN 2 Pertiwi Padang. Soal yang dianalisis yaitu

kesesuaian soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik

berdasarkan Taksonomi Bloom.

b. Analisis Peserta Didik

Analisis peserta didik memiliki Karakteristik yang dapat dilihat dari

kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Analisis peserta didik dilakukan melalui observasi, seperti usia peserta

didik yang telah mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingginya,

sehingga peserta didik dapat menyelesaikan soal kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Karakteristik peserta didik ini dapat dilihat dari nilai hasil uji coba soal

kemampuan berpikir tingkat tinggi.

c. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan prosedur yang digunakan untuk menetukan

isi dalam satuan pembelajaran. Instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi terlebih dahulu dilakukan pengacuan pada kurikulum. Analisis kurikulum

dapat dilakukan dengan menganalisis KI dan KD Kurikulum 2013 revisi 2016.

KD yang dianalisis yaitu KD 3.7 kemudian dijabarkan dalam beberapa indikator

pencapaian kompetensi.

d. Analisis Konsep

Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama pada materi

pokok jamur. Peneliti menyusun konsep-konsep utama materi agar instrumen

penilaian yang dibuat sesuai dengan KD yang telah dituntut dan sesuai dengan
28

materi yang telah dipelajari peserta didik, sehingga soal yang dibuat sesuai dengan

kemampuan peserta didik.

e. Analisis Tujuan Pembelajaran

Analisis tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar (KD) dan

indikator yang telah disesuaikan dengan kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran

yang baik adalah mengandung 4 unsur yaitu audience peserta didik merupakan

pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, behavior merupakan

perilaku spesifik khusus yang diharapkan kepada peserta didik setelah

menyelesaikan proses dalam pembelajaran, condition merupakan kondisi yang

dijadikan syarat pada peserta didik yang digunakan untuk menguji kinerja

belajarnya, dan degree merupakan tingkatan keberhasilan yang harus dicapai

peserta didik dalam menunjukan perilaku hasil belajar.

2. Tahap perancangan (design)

Tahap ini bertujuan untuk dapat merancang instrumen penilaian

kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi jamur untuk peserta didik SMA

kelas X. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perancangan ini adalah sebagai

berikut:

a. Merancang indikator pencapaian kompetensi

b. Merancang kisi-kisi soal berdasarkan indikator pencapaian kompetensi,

perancangan ini bertujuan untuk mempermudah penulisan butir soal.

c. Merancang butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

d. Mempersiapkan kunci jawaban

3. Tahap pengembangan (develop)


29

Tahap ini bertujuan untuk menguji validasi, praktikalitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya beda pada soal-soal yang telah dikembangkan.

a. Uji validasi

Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan validitas adalah dengan

mengkaji isi tes itu. Validitas instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi dilakukan dengan validitas logis dan empiris. Validitas logis bertujuan

untuk menganalisis kesesuaian instrumen penilaian dangan materi, konstruksi,

bahasa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Validasi dilakukan

oleh ahli pendidikan sesuai dengan bidang keahliannya. Validator pada penelitian

ini terdiri dari tiga orang dosen biologi FMIPA UNP. Tanggapan dari validator

berupa, kritikan, masukan dan saran yang digunakan sebagai dasar untuk merevisi

instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi yang telah dibuat. Setelah

dilakukan validitas logis, maka dilakukan validitas empiris setelah soal di uji

cobakan kepada peserta didik kelas X SMAN 2 Pertiwi Padang, sebagai bagian

dari validitas item.

b. Uji praktikalitas

Uji praktikalitas pada instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi dengan memberikan angket uji praktikalitas kepada guru biologi di SMAN

2 Pertiwi Padang. Tujuan dari uji praktikalitas yang diberikan kepada guru untuk

mengetahui sejauh mana kemudahan pelaksanaan tes, kemudahan pemeriksaan,

dan terdapatnya petunjuk penggunaan instrumen penilaian kemampuan berpikir

tingkat tinggi oleh peserta didik dan guru.


30

c. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian menunjukan

hasil yang relatif sama Sudjana (2009: 148). Reliabilitas instrumen penilaian

kemampuan berpikir tingkat tinggi didapatkan setelah soal di uji cobakan di

SMAN 2 Pertiwi Padang kepada peserta didik, kemudian dicari nilai reliabelnya.

Suatu tes dikatakan reliabel jika r11 sama dengan atau lebih besar 0,70 (Supardi,

2015: 114).

d. Tingkat kesukaran

Suatu tes yang baik dapat ditentukan oleh tingkat kesukaran masing-masing

item (Yusuf 2015,:2054). Tingkat kesukaran merupakan suatu tingkat yang

mengukur mudah atau sulitnya suatu soal yang dijawab oleh peserta didik. Soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Data

yang diperoleh dari analisis butir soal setelah instrumen penilaian diujikan kepada

peserta didik dengan menggunakan rumus yang ada.

e. Daya pembeda soal

Daya pembeda dapat diartikan seberapa besar suatu soal untuk membedakan

peserta didik antara yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah. Data yang digunakan untuk mencari daya pembeda dapat

diperoleh setelah instrumen penilaian kemampuan berfikir tingkat tinggi diujikan

kepada peserta didik. Uraian langkah pengembangan instrumen penilaian tersebut

dapat digambarkan dalam bagan Gambar 2.


31

Define

Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Tujuan


masalah peserta didik kurikulum Konsep Pembelajaran

Design

Perancangan Soal Berdasarkan Indikator

Develop

Validasi oleh tenaga ahli


Tidak

Revisi

Valid

Ya

Uji coba
Uji Coba

Analisis uji coba


Analisis Uji coba

Instrumen Berpikir Tingkat Tinggi yang Valid, Praktis,


Reliabel, Tingkat Kesukaran Sedang, dan Daya Pembeda
Soal yang Baik
Gambar 3. Prosedur Penelitian Pengembangan

f. Pola distribusi jawaban


32

Pola distribusi jawaban didapatkan dari analisis menggunakan ANATES

versi 4.09. Pola distribusi jawaban dapat menggambarkan bagaimana peserta tes

dapat menentukan pilihan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir soal.

H. Teknik Analisis Data

Satistika deskriptif merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk

menilai instrumen kemampuan berpikir tingkat tinggi. Teknik ini

mendeskripsikan hasil dari uji validitas, uji praktikalitas, uji reliabilitas, dan hasil

analisis soal. Analisis ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Analisis validitas logis instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi

Analisis validitas logis instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi meliputi materi, konstruksi, bahasa, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Analisis validitas logis merupakan analisis sebuah instrumen yang memenuhi

persyaratan ysng valid berdasarkan hasil penalaran (Arikunto, 2008: 64). Uji

validitas logis dilakukan oleh ahli pendidikan yang berpengaruh pada bidang

kajiannya. Angket digunakan sebagai uji validitas logis yang nantinya akan diisi

oleh masing-masing validator dengan memberi skor.

Nilai validitas logis ini diubah kedalam kriteria yang telah dimodifikasi dari

Arikunto (2012: 180) sebagai berikut.

Sangat Setuju (SS) = bobot 4

Setuju (S) = bobot 3

Tidak Setuju (TS) = bobot 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = bobot 1


33

Analisis validitas logis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80-89%.

2. Analisis validitas empiris instrumen penilaian kemampuan berpikir

tingkat tinggi

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah

diuji cobakan. Analisis validitas empiris secara kuantitatif menggunakan rumus

korelasi product moment yang dinyatakan Arikunto (2008: 72).

Nilai validitas empiris ditentukan dengan korelasi yang telah dijelaskan

Arikunto (2013: 89) sebagai berikut:

0.76 – 1,00 = Sangat tinggi

0,51 – 0,75 = Tinggi

0,26 – 0,50 = Rendah

0,00 – 0, 25 = Sangat rendah

Kriteria validitas empiris instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 0,51-0,75%.

3. Analisis praktikalitas penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi

Data uji praktikalitas instrumen kemampuan berpikir tingkat tinggi

dianalisis dengan presentase (%). Setelah presentase diperoleh, kriteria nilai

praktikalitas yang dimodifikasi oleh Purwanto (2009: 102-103).

90% - 100% = Sangat Valid

80% - 89% = Valid

60% - 79% = Cukup Valid

0% - 59% = Tidak Valid


34

Analisis praktikalitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 80-89%.

4. Analisis reliabilitas instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi

Reliabilitas untuk soal kemampuan berpikir tingkat tinggi pilihan ganda

dapat dilakukan dengan menggunakan ANATES versi 4.09. reliabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 0,51-0,75. Menggunakan ANATES dalam

menentukan reliabilitas suatu tes juga bisa dipakai rumus kuder-Richardson 21

(K-R-21) yang telah dikemungkakan oleh Arikunto (2013:89) yaitu:

Penafsiran nilai reliabilitas yang dikemukakan oleh Arikunto (2013: 89)

sebagai berikut.

0.76 – 1,00 = Sangat tinggi

0,51 – 0,75 = Tinggi

0,26 – 0,50 = Rendah

0,00 – 0, 25 = Sangat rendah

Kriteria reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,51-0,75.

5. Tingkat kesukaran instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat

tinggi

Tingkat kesukaran suatu soal dapat dilihat dari kesanggupan atau

kemampuan yang dimiliki siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut

guru sebagai pembuat soal (Sudjana, 2009: 135). Tingkat kesukaran suatu soal

dapat ditentukan setelah dilakukannya uji coba soal kepada peserta didik.

Menurut Arikunto (2005: 225) klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut.


35

a. 0,00 sampai 0,30 = sukar

b. 0,30 sampai 0,70 = sedang

c. 0,70 sampai 1,00 = mudah

6. Daya pembeda instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi

Daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kesanggupan suatu soal dalam

membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang memiliki

kemampuan yang kurang. Instrumen kemampuan berpikir tingkat tinggi indeks

daya pembeda yang digunakan adalah cukup, baik dan baik sekali. Daya pembeda

juga bisa didapatkan dari hasil ANATES versi 4,09 dan juga dapat menggunakan

rumus yang telah dikemukakan oleh Arikunto (2013: 228).

klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2013: 232) sebagai berikut.

D : 0,00 - 0,20 = poor

D : 0,20 - 0,40 = satistifactory

D : 0,40 - 0,70 = good

D : 0,70 - 1,00 = excellent

Kriteria daya pembeda yang digunakan adalah daya pembeda 4,40 sampai

dengan 0,70 karena instrumen penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

baik adalah instrumen yang memiliki daya pembeda dengan kategori cukup, baik,

dam baik sekali. Dengan adanya kategori ini dapat membedakan antara peserta

didik yang berkemampuan berpikir tingkat tinggi dan rendah.

Anda mungkin juga menyukai