Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 3

PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA


(Konferensi Asia-Afrika dan GNB)

3.5 Mengevaluasi peran bangsa indonesia dalam perdamaian dunia antara lain KAA,
Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta
Informal Meeting
4.5 Menyajikan hasil telaah tentang peran bangsa indonesia dalam perdamaian dunia
antara lain KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN,
OKI, dan Jakarta Informal Meeting serta menyajikannya dalam bentuk laporan
tertulis

4.5.1 Membuat deskripsi tentang alasan Indonesia mempelopori KAA, dan GNB .

A. Latar belakang dan Tujuan

Setelah Perang dunia 2 berakhir, muncul jenis konflik baru yang dikenal dengan
Perang dingin. Dunia terkonsentradi dalam dua kubu yang saling bersaing/
bermusuhan, yaitu: kelompok negara komunis yang dimotori oleh Uni Sovyet dan
kekuatan negara liberal-kapitalis yang dimotori oleh Amerika serikat, Inggris,dll.
Akibatnya: negara-negara bekas koloni yang baru saja merdeka, jadi ajang
pertarungan/perebutan pengaruh.
Beberapa pemimpin negara di Asia dan Afrika sadar akan bahaya Perang Dingin,
termasuk presiden Indonesia Sukarno dan PM Ali Sastroamidjojo. Dalam sidang
Dewan Perwakilan Rakyat Sementara pada 23 Agustus 1953, Ali Sastroamidjojo
mengusulkan pentingnya kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika dalam
perdamaian dunia.
Indonesia memiliki peran penting dalam KAA. Tanggal 25 April - 2 Mei 1954, Ali
Sastroamidjojo memenuhi undangan PM Srilangka Sir John Kotelawala, dan juga
bertemu dengan beberapa pemimpin lainnya seperti Jawaharlal Nehru dari India,
Mohammed Ali dari Pakistan, dan U Nu dari Birma. Indonesia mengusulkan perlu
diadakannya sebuah pertemuan. Akhirnya, tepatnya pada 28-29 Desember 1954,
mereka berkumpul lagi di Bogor, dan hasilnya: merumuskan prakarsa kerja sama
yang netral.
Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah pertemuan tingkat
tinggi. Gubernur Jawa barat ketika itu, Samsi Hardjadinata, membentuk panitia lokal di
Bandung pada 3 Januari 1955. Panitia lokal ini mengurusi akomodasi, transportasi,
logistik, keamanan, penerangan, komunikasi, kesehatan, hiburan, dan lainnya. Panitia
Interdepartemental juga dibentuk pada 11 Januari 1955 oleh pemerintah pusat.
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat konferensi.
Hotel Preanger, Hotel Homman, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di sekitar
Lembang, Ciumbuleut, dan jalan Cipaganti disiapkan untuk penginapan. Jumlah
peserta yang hadir dalam konferensi diperkirakan 1.500 orang. Akomodasi untuk 500
wartawan juga diurus. Demi kelancaran transportasi, sebanyak 143 mobil, 30 taksi, 20
bus, serta 230 sopir pun disiapkan. Demi memperkuat identitas dan semangat, maka
nama Gedung Dana Pensiun diubah menjadi gedung Dwiwarna dan gedung
Concordia diganti menjadi gedung Merdeka.
Forum ini bertujuan  mempromosikan perdamaian dunia dan kerja sama antarnegara,
serta kebebasan dari kolonialisme dan imperialisme. Lima negara pemrakasa dan
sekaligus anggota ‘organizing committee’ KAA adalah Indonesia, India, Pakistan,
Myanmar, dan Srilangka.
B. Pelaksanaan KAA dan Hasilnya
Konferensi antar negara Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung pada 18 – 24 April 1955.
Dihadiri 29 negara, sebagian besar di antaranya negara-negara yang baru saja merdeka.
Terdiri dari 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. Peristiwa ini terkenal dengan nama “Bandung
Conference,” atau dalam bahasa Indonesia disebut “Konferensi Asia-Afrika.” KAA merupakan
konferensi intercontinental pertama yang pernah diselenggarakan di dunia. KAA juga
merupakan perhelatan di tingkat internasional pertama yang difasilitasi oleh Indonesia, dan
tercatat menuai sukses.
KAA di Bandung ini, menghasilkan azas-azas kesepakatan yang dikenal dengan
Dasasila Bandung. Persamaan derajat, saling menghormati kedaulatan negara
masing-masing negara dan kerja sama antar bangsa menjadi hal penting dalam
Dasasila Bandung tersebut. Dasasila Bandung juga mengandung semangat
kemerdekaan.isi Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang
termuat di dalam piagam PBB
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa,
besar maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam
negeri negara lain
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara
sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak
melakukannya terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan
politik suatu negara
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya, menurut
pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

C. Dampak KAA
Momen KAA memiliki dampak dan arti penting baik bagi Indonesia maupun dunia.
Bagi Indonesia:
1. Forum KAA merupakan  implementasi kebijakan politik luar negeri Indonesia
berdasarkan spirit “bebas-aktif”. KAA (dan juga GNB), merupakan perwujudan dari visi
politik luar negeri Indonesia. Visi politik luar negeri Indonesia ialah konstitusi UUD
1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 tertuang jelas amanat dan visi politik luar negeri
Indonesia. Alinea Pertama dan ke empat Pembukaan UUD 1945.
2. Secara tidak langsung KAA juga mengharumkan nama Indonesia di forum
Internasional. Dengan perannya yang kuat, Indonesia menjadi salah satu negara baru
yang diperhitungkan di percaturan politik dunia
3. KAA maupun GNB merupakan bentuk peran serta Indonesia dalam turut serta
dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.
Arti Penting Bagi Dunia:
1. KAA 1955 merupakan tonggak perjuangan bangsa-bangsa terjajah di Asia-Afrika
melawan imperialisme dan kolonialisme. Negara-negara yang baru merdeka ataupun
ada beberapa negara yang waktu itu belum merdeka penuh.
2. Sebagai sarana negara-negara baru dalam bersikap terhadap rivalitas antara Blok
Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni
Soviet dalam periode Perang Dingin.
3. Sebagai forum bagi negara-negara yang baru merdeka untuk menyuarakan aspirasi
politiknya kepada dunia. Atau, negara-negara Dunia Ketiga ingin menempatkan dirinya
sebagai aktor global baru, yang tak bisa diabaikan oleh kedua blok kekuatan.
4. Dalam konteks konstelasi global, forum KAA merupakan pengejawantahan cita-cita
masyarakat dunia Ketiga.
5. Momen KAA 1955 menghasilkan semangat yang dikenal dengan “Bandung Spirit.”
Berisi seruan ko-eksistensi damai antarbangsa, demi tujuan pembebasan dunia dari
struktur dominasi antarnegara, demi tujuan solidaritas bagi bangsa-bangsa yang
terjajah, lemah, atau dilemahkan oleh tatanan dunia yang tidak adil. Istilah Bandung
Spirit juga sering menjadi rujukan dari gerakan-gerakan sosial politik di tingkat rakyat
ataupun di tingkat negara. Dalam semangat Bandung terkandung nilai-nilai
antikolonialisme, antiimperialisme, demi kemerdekaan, demi kedaulatan nasional, demi
keadilan sosial, demi solidaritas bagi rakyat yang tertindas, dan demi perdamaian antar
negara-negara di dunia.
6. KAA juga telah menyulut perjuangan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika dari
penjajahan. Sepanjang 1955-1965 tercatat 30 negara Afrika berhasil meraih
kemerdekaan mereka.
7. KAA juga telah ikut mendorong/menginspirasi lahirnya blok tersendiri dalam tatanan
dunia. Di tengah-tengah dominasi Blok Barat dan Blok Timur, mengemban Bandung
Spirit lahirlah kekuatan Dunia Ketiga pada 1961, yang disebut Gerakan Non Blok (Non
Aligned Movement). Maka momen KAA juga sering disebut sebagai momen lahirnya
Dunia Ketiga.

C. Latar Belakang dan tujuan Gerakan Non Blok

KAA 1955, memiliki hubungan kausal dengan GNB. Latar belakang munculnya GNB
adalah sebagai berikut.
1. Ditahun 1960 terjadi ketegangan antara blok barat dengan blok timur semakin
memanas. Munculnya tembok Berlin, krisis ketegangan teluk babi di Kuba,dll.
Hal ini menimbulkan kekawatiran para pemimpin negara dunia ketiga, sehingga
ketegangan memicu negara dunia ketiga untuk menentukan sikapnya.
2. Akibat dari KAA, eksistensi dunia ketiga mulai diperhatikan, dan akhirnya
banyak negara yang berhimpun dalam KAA tersebut menjadi partisipan(bahkan
ada yang menjadi pelopor) dalam munculnya gerakan Non-Blok.
Menghadapi persaingan antar dua blok dalam perang dingin, maka beberapa negara
yang berusaha tetap netral terus berkonsolidasi. Josip Broz Tito, pemimpin
Yugoslavia, Bersama Sukarno (Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Kwame
Nkrumah (Ghana), dan Jawaharlal Nehru (India), memprakarsai Gerakan Non-Blok.
Tujuan GNB meliputi tujuan ke dalam dan tujuan keluar.
 Tujuan ke dalam: mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi,
sosial, dan politik negara-negara berkembang, Memupuk solidaritas dan
kerjasama di antara negara anggota, dan Memperjuangkan negara
berkembang untuk mencapai persamaan kemerdekaan dan kemakmuran.
 Tujuan keluar: Membantu terciptanya perdamaian dunia dengan meredakan
ketegangan antara blok barat dan blok timur
Banyak negara mengikuti gerakan ini. Di Beograd, ibu kota Yugoslavia, pada 1 hingga
6 September 1961, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok pertama kali diadakan,
dan Tito terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pertamanya hingga 1964.
Dalam KTT GNB 1 ini disepakati serangkaian prinsip:
1. Tidak berpihak terhadap persaingan antara blok barat dan blok timur
2. Berpihak pada perjuangan antikolonialisme
3. Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer
4. Menolak ikut serta dalam aliansi bilateral dengan negara adikuasa
5. Menolak pendirian basis militer negara adi kuasa di wilayah masing-masing.

Dalam melaksanakan kerjasama yang bebas, gerakan ini memperjuangkan misinya


salah satunya melalui KTT GNB, dan hasil dari KTT tersebut merupakan kesepakatan
yang diperjuangkan diforum internasional. Namun dalam sejarah perkembangannya,
sikap netral banyak negara dalam Gerakan Non-Blok itu mengalami dinamika.
Misalnya, akhir tahun 1960-an, gerakan ini kehilangan pamornya. Banyak negara-
negara anggotanya merapat ke Blok Barat maupun Blok Timur.
Peran Indonesia dalam GNB, adalah:
1. Sebagai salah satu pelopor GNB bersama 4 tokoh negara lainnya,
2. Pernah menjadi tuan rumah KTT GNB ke X tahun 1992
3. Menjadi ketua GNB periode 1992 -1995

Di masa Kini, Sejak tahun 1990 perang dingin dinyatakan selesai, ditandai dengan
hancurnya tembok Berlin, diteruskan dengan hancurnya Uni Sovyet. Tetapi GNB tetap
melaksanakan KTT GNB yang membahas berbagai agenda dan masalah-masalah
dunia yang penting.

REFERENSI:
Matroji.2016. Catatan peristiwa Sejarah. Jakarta: Bumi Aksara
Abdurrahman,dkk. 2018.Sejarah Indonesia. Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI 2018, CV Sindunata
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/bandung-spirit-sebagai-memory-of-the-
world
https://tirto.id/sejarah-konferensi-asia-afrika-yang-lahirkan-solidaritas-global-Fvp
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/17/080000369/konferensi-asia-afrika-1955--
sejarah-peserta-dan-hasilnya.

TUGAS ANDA:
1. Upaya Indonesia dalam mempelopori dan mensponsori KAA dan mempelopori
berdirinya gerakan GNB mengandung berbagai nilai semangat. Carilah dan
jelaskan 5 diantaranya (lengkap dengan argumen dan buktinya)!

Contoh jawaban:
a. Semangat/ nilai menghargai, argumen: salah satu hasil KAA(dasasila
bandung) menyatakan perlunya mnghormati kedaulatan dan integritas
teritorial semua bangsa. Dan Tidak melakukan intervensi atau campur
tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.
b. Semangat .......
c. Dst

2. Di masa kini perang dingin sudah usai. Dalam perkembangan dunia dewasa ini
peran GNB dirasakan masih penting. Karena GNB dapat menjadi forum
perjuangan dan kerjasama negara berkembang.
Sebutkan dan jelaskan peran penting GNB dimasa kini!

3. Buatlah deskripsi tentang ALASAN Indonesia ikut mempelopori KAA dan GNB!

Anda mungkin juga menyukai