Anda di halaman 1dari 19

ETIKA DAN PROFESI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH


PADA MATA KULIAH: STRATEGI PEMBELAJARAN QUR’AN HADITS
DOSEN PENGAMPU: ZULKIPLI NASUTION, M.A

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
Muhammad Fikri M. Bagasan Nim 0301182127
Nadia Sapinah Harahap Nim 0301182138
Sariah Pasaribu Nim 0301181071
Siti Raudoh Panjaitan Nim 0301182177
Winna Syakilla Nim 0301182114

SEMESTER/JURUSAN : V/PAI-5

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu yang berjudul “ETIKA DAN PROFESI GURU DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR”. Dan tak lupa sholawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang diharapkan syafaat nya di hari akhir kelak.
Makalah ini diajukan guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
yaitu Bapak Zulkipli Nasution, M.A pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari dari
kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, November 2020

Penulis
Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian Etika Dan Guru.........................................................................................2
B. Etika Guru Dalam Pembelajaran................................................................................5
C. Persyaratan Yang Harus Dimiliki Untuk Menjadi Guru.........................................7
D. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran...................................................................9
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan wadah yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia ynag beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Guru merupakan sosok yang dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan
tersebut. Sebagai tenaga profesional yang bertugas dalam mengajar, mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi para peserta didik
sehingga sosok guru dibutuhkan dalam dunia pendidikan.
Guru merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah profesi menuntut orang untuk memiliki profesi
tersebut. Begitu juga guru, profesi tersebut dituntut memiliki kriteria dan syarat-syarat
menjadi seorang guru. Selain syarat, profesi guru juga dituntut untuk memiliki peran
sertanya dalam dunia pendidikan. Untuk melaksanakan peran guru tersebut, guru harus
memerhatikan bagaimana dia mengimplementasika perannya dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami penulis akan membahas mengenai syarat
sesorang disebut sebagai guru dan apa saja peran guru dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika dan guru?
2. Apa saja persyaratan yang harus dimiliki untuk menjadi guru?
3. Apa saja etika dan peran guru dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika dan guru.
2. Untuk mengetahui apa saja persyaratan yang harus dimiliki untuk menjadi guru.
3. Untuk mengetahui etika dan peran guru dalam proses pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Guru


1. Pengertian Etika
Etika dapat didefenisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu mengenai nilai,
ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
benar. Perilaku etika dapat meliputi :
a) Pertanggungjawaban (responsibility)
b) Pengabdian (dedication)
c) Kesetiaan (loyalitas)
d) Kepekaan (sensitivity)
e) Persamaan (equality)
f) Kepantasan (equity)
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang
hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut
masyarakat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan
dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Di dalam kamus istilah Pendidikan dan
Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran
budi (baik dan buruk).1
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika adalah
ilmu yang menelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Berikutnya,
etika dinyatakan dalam filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar
dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Sementara itu, etika dikelompokkan menjadi 2 definisi :

1
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),Hal. 36.

2
a) Etika merupakan karakter individu.
Dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.
Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai individu yang beretika. Etika
merupakan hukum sosial.
b) Etika merupakan hukum
Etika yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia. Dalam hal
ini Dr. H. Hamzag Ya’cub menyimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal dan perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Demikianlah, etika akhirnya merupakan ilmu pengetahuan rohaniah, normative,
teologis. Etika bukan lagi ilmu pengetahuan yang dapat diukur secara matematis. Karena
tidak dapat diramalkan dengan pasti. Etika lebih merupakan pengetahuan tentang
kepandaian atau seni hidup secara baik (the art of good living). Dari definisi etika
tersebut di atas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan 4 hal sebagai
berikut :
a) Dilihat dari segi objek pembahasannya, Etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan manusia.
b) Dilihat dari segi sumbernya, Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu
juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu
antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
c) Dilihat dari segi fungsinya, Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap sesuatu, perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik,buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian, etika tersebut berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu pada pengkajian system nilai-nilai
yang ada.
d) Dilihat dari segi sifatnya, Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.

Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatakan baik dan buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh
filosof barat mengenai perbuatan baik dan buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran

3
etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan
antroposentrid yakni pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata
lain, etika aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.2
2. Pengertian Guru
Secara etimologis, guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang
mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalam bahsa Arab, guru dikenal dengan
kata al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas untuk memberikan ilmu dalam majelis
ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini, al-mu’alim atau al-ustadz mempunyai
pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia.
Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional,
intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Dalam pengertian umum, orang tidak mengalami kesulitan untuk menjelaskan siapa
guru dan bagaimana sosok guru. Dalam pengertian ini, makna guru selalu dikaitkan
dengan profesi yang terkait dengan pendidikan anak di sekolah, di lembaga pendidikan,
dan mereka yang harus menguasai bahan ajar yang terdapat di dalam kurikulum. Secara
umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesinya, guru selalu disebut sebagai
salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting.
Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan telah mencoba merumuskan pengertian
guru dengan definisi tertentu. Menurut Poerwadaminta, guru adalah orang yang kerjanya
mengajar. dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Sedangkan menurut
Zakiyah Daradjat, guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan
memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak.3
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara
keseluruhan, yang harus mendapatkan perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur yang
satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan,
karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru
memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang
diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan
peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. guru merupakan
komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan

2
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),Hal. 5.
3
Suparlan, Menjadi Guru Efektif  (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005),Hal, 11-13.

4
yang berkualitas.4 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik
secara individual maupun klasikan, di sekolah maupun di luar sekolah.
B. Etika Guru Dalam Pembelajaran
1. Etika Guru Dalam Pembelajaran
Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di dalam menghadapi
tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah
terjun dan mengikuti latihan mengajar di kelas atau di sekolah. Cara pandangan guru yang
baik adalah tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi
seluruh kelas, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga
dapat dilihat dan didengar peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan
menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang jelas dan diadakan variasi sehingga
suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak.
Hubungan guru dengan siswa / anak didik di dalam proses belajar-mengajar
merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang
diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika hubungan
guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapay menciptakan
suatu yang tidak diinginkan.
Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik, karena anak
membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat tergantung ini dijumpai
dalam hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau dengan yang
bertanggungjawab atas perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui
perkembangan kejiwaan anak tersebut agar lebih mudah dilaksanakan pendidikan. Di
samping itu perlu dikembangka sikap demokratis dan terbuka dari para guru, perlu ada
keaktifan dari pihak siswa, guru harus bersikap ramah sebaliknya siswa juga harus
bersifat sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, masing-
masing pihak bilamana perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.

2. Etika Guru Indonesia

Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru membimbing
murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan terhadap tempat
4
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),Hal. 5.

5
kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang baik. Berikut beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang guru :

a) Etika guru terhadap peserta didiknya

Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan seorang guru
adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan menanamkan sikap
kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik dan sopan akan
mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu di dalam memberikan
contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan bagaimana bersifat objektif dan
terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang lain.

Guru harus bisa mempengaruhi dan mengendalikan muridnya. Perilaku dan pribadi
guru akan menjadi bagian yang ampuh untuk mengubah perilaku murid. Guru hendaknya
menghargai potensi yang ada di dalam keberagaman murid. Seorang guru dalam
mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan ilmu pengetahuan atau perkembangan
intelektual saja, namun juga harus memperhatikan perkembangan pribadi anak didiknya
baik perkembangan jasmani atau rohani.

b) Etika guru terhadap pekerjaan


Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani masyarakat
di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan layanan yang
memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan kemampuan serta
pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.

c) Etika guru terhadap tempat kerja


Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru yang
tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan
pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru supaya lebih
kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan
situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap profesional guru pada tempat kerja
adalah dengan cara menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan tempat kerja dan

6
lingkungan. Etika guru sangat dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.

C. Persyaratan Yang Harus Dimiliki Untuk Menjadi Guru


Pada hakikatnya, persyaratan yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi guru
adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi
untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada
umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Dengan kemuliannya, guru rela mengabdikan diri di desa terpencil sekalipun. Dengan
segala kekurangan yang ada, guru berusaha membimbing dan membina anak didik agar
menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya di kemudian hari. Gaji yang
kecil, jauh dari memadai, tidak membuat guru berkecil hati dengan sikap frustasi
meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Karenanya sangat wajar jika guru
dijuluki sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat
melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan
kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak didik menjadi
manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan
dirinya dan pembangunan bangsa dan negara.5
Sebagaimana disebutkan dalam PP R.I, nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, BAB VI, pasal 28 ayat 3, bahwa seseorang yang akan menjadi guru
haruslah mempunyai 4 kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi kepribadian
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu,
pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan di-
tiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan
pengembangan kepribadian.
2. Kompetensi professional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang

5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikolog, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),Hal. 32.

7
sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh
sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini.6
3. Kompetensi sosial
Kompetensi social adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.7
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, menjadi guru harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a) Takwa Kepada Allah SWT.
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak
didik agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada-Nya. Sebab ia
adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi
umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar
menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
b) Berilmu.
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi merupakan suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang
diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia
diperbolehkan mengajar. kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik
sangat meningkat, sedangkan jumlah guru jauh dari kata mencukupi, maka terpaksa
menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa semakin tinggi pendidikan guru maka semakin baik
pendidikan dan semakin tinggi pula derajat masyarakat.8

6
M. Walid Mudri, Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran, Jurnal Falasifa Vol. 1 No.1
Maret 2010,Hal. 113.
7
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Bandung: Alfabeta, 2014),Hal. 124-126.
8
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikolog, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),Hal. 32.

8
c) Sehat Jasamani.
Kesehatan jasmani seringkali dijadikan sebagai salat satu syarat bagi mereka yang
melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya,
sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Di samping itu, guru yang sakit tidak
akan bergairah dalam mengajar. kita kenal ucapan “mensana in corpore sano”, yang
artinya adalah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Kesehatan badan
sangatlah mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang tidak sehat, seringkali absen dan
tentunya akan merugikan anak didik.
d) Berperilaku Baik
Budi pekerti yang dimiliki guru sanagtlah penting dalam pendidikan watak anak
didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara
tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan
ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang
tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan
akhlak mulia dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran
Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW. Di antara akhlak
mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap
semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi,
bekerjasama dengan guru-guru lain, dan bekerjasama dengan masyarakat.9

D. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang menjadi tanggung
jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan. Diantara
peran guru adalah sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik


Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan, yang memiliki nilai
moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh dan keteladanan itu
lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlak mulia, seperti
jujur, tekun, mau belajar, amanah, sosial, dan sopan santun terhadap sesama. Sikap dan
perilaku guru yang sehari-hari dapat diteladani oleh anak didik, baik di dalam maupun di
luar kelas merupakan alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk kepribadian
siswa kelak di masa dewasa. Dalam konteks inilah maka sikap dan perilaku guru menjadi
9
Ibid. Hal. 34.

9
semacam bahan ajar secara tidak langsung yang dikenal dengan hidden curriculum. Sikap
dan perilaku guru menjadi bahan ajar yang secara langsung dan tidak langsung akan ditiru
dan diikuti oleh para siswa. Dalam hal ini guru dipandang sebagai role model  yang akan
digugu dan ditiru oleh para siswanya.10
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-
tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta
tugastugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-
tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.11

2. Guru sebagai pengajar


Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang disiplin
ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa. Guru harus menguasai materi
yang akan diajarkan, menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar yang akan
digunakan untuk menyampaikan bahan ajar, dan menentukan alat evaluasi pendidikan
yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek-aspek manajemen kelas,
dan dasar-dasar kependidikan.12
Guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar. Maka, dalam hal ini guru yang
dimaksudkan adalah guru yang memberi pelajaran atau memberi materi pelajaran pada
sekolah-sekolah formal dan memberikan pelajaran atau mengajar materi pelajaran yang
diwajibkan kepada semua siswanya berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Mengajar
artinya proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.8
Pendapat lain mengatakan bahwa mengajar atau pengajar artinya membantu
pengembangan intelektual, afeksi dan psikomotor melalui penyampaian pengetahuan,
pemecahan masalah latihan-latihan afektif dan keterampilan.
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya
10
Suparlan, Menjadi Guru Efektif  (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), Hal. 28.
11
Juhji, Peran Urgen Duru dalam Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 10 No. 1 Tahun
2016,Hal. 54-55.
12
Suparlan, Menjadi Guru Efektif  (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), Hal. 28.

10
proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping
menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan
suatu kondisi belajar yang sebaik-baiknya. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya: motivasi, kematangan (hubungan peserta didik dengan
guru, tingkat kebebasan, rasa aman, keterampilan guru dalam berkomunikasi). Jika
faktor-faktor tersebut dipenuhi, maka melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar
dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.13

3. Guru sebagai pembimbing


Peranan guru yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai pembimbing.
Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia
dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan  anak didik menyebabkan lebih
banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik
semakin berkurang. Jadi, bagaimana juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada
saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).14
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan  pengalamannya  bcrtanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan,
serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru
memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru
memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan
dan dilaksanakannya.15

4. Guru sebagai tenaga profesional


13
Juhji, Peran Urgen Duru dalam Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 10 No. 1 Tahun 2016,
Hal. 54-55.
14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikolog, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Hal. 46.
15
Mudri, Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran, Jurnal Falasifa Vol. 1 No.1 Maret 2010.
Hal. 117.

11
Seseorang dapat disebut professional jika menjalankan pekerjaannya sesuai dengan
tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan
tuntutan profesinya. Seorang yang professional menjalankan pekerjannya dengan
profesionalisme yang tinggi.16
Sebagai tenaga professional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.
Sebagai tenaga profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara
professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional.
Adapun ciri-ciri profesionalisme guru dalam garis besarnya ada tiga, yaitu:
a) Guru professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang diajarkannya
dengan baik.
b) Guru professional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu
yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
c) Guru professional harus berpegang teguh pada kode etik professional.17
Kedudukan guru sebagai tenaga professional dimaksud berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Kedudukan guru sebagai tenaga
professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional itu
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.18

5. Guru sebagai pembaharu


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi
yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih
banyak dari pada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang secara
16
M. Miftahul Ulum, Demitologi Profesi Guru (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011), Hal. 32.
17
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan di Indonesia (Jakarta:
Prenada Media, 2003), Hal. 141-143.
18
Sudarwan Danim, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta CV, 2012), Hal.6.

12
psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik,
jika tidak, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang
berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.
Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana
menjembataninya secara efektif. Oleh karena itu, sebagai jembatan antara generasi tua
dan generasi muda, yang juga sebagai penerjemah pengalaman, guru harus menjadi
pribadi yang terdidik.19

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
19
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),Hal. 44.

13
1. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual maupun klasikan, di sekolah maupun di
luar sekolah.
2. Di antara persyaratan yang harus dipenuhi saat akan menjadi guru adalah:
a) Memiliki 4 kompetensi, yaitu:
1) Kompetensi pedagogik
2) Kompetensi profesinal
3) Kompetensi kepribadian
4) Kompetensi sosial.
b) Guru harus bertaqwa kepada Allah SWT
c) Guru harus berilmu
d) Guru harus sehat jasmani
e) Guru harus berperilaku baik

3. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:


1) Guru sebagai pendidik
2) Guru sebagai pengajar
3) Guru sebagai pembimbing
4) Guru sebagai tenaga professional
5) Guru sebagai pembaharu

4. Etika dapat didefenisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu mengenai nilai,
ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
benar. Perilaku etika dapat meliputi :
1) Pertanggungjawaban (responsibility)
2) Pengabdian (dedication)
3) Kesetiaan (loyalitas)
4) Kepekaan (sensitivity)
5) Persamaan (equality)
6) Kepantasan (equity)

5. Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik, karena anak
membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat tergantung ini dijumpai
dalam hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau dengan yang

14
bertanggungjawab atas perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik harus
mengetahui perkembangan kejiwaan anak tersebut agar lebih mudah dilaksanakan
pendidikan. Di samping itu perlu dikembangka sikap demokratis dan terbuka dari para
guru, perlu ada keaktifan dari pihak siswa, guru harus bersikap ramah sebaliknya
siswa juga harus bersifat sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat
manusiawi, masing-masing pihak bilamana perlu mengetahui latar belakang baik guru
maupun siswa.
6. Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru membimbing
murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan terhadap
tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang baik.

B. Saran
Guru merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah profesi menuntut orang untuk memiliki profesi
tersebut. Begitu juga guru, profesi tersebut dituntut memiliki kriteria dan syarat-syarat
menjadi seorang guru. Selain syarat, profesi guru juga dituntut untuk memiliki peran
sertanya dalam dunia pendidikan. Untuk melaksanakan peran guru tersebut, guru harus
memerhatikan bagaimana dia mengimplementasika perannya dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami penulis akan membahas mengenai syarat
sesorang disebut sebagai guru dan apa saja peran guru dalam dunia pendidikan.
Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga dapat menambah ilmu pengetahuan
dan sebagai pegangan kita sebagai calon guru. Untuk kritik dan saran dipersilahkan guna
penyempurnaan makalah. Serta untuk mengetahui lebih dalam silahkan membaca buku
terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta CV, 2012.

15
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Juhji, Peran Urgen Duru dalam Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 10 No. 1

Tahun 2016.

Mudri, M. Walid. Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran, Jurnal Falasifa

Vol. 1 No.1 Maret 2010.

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008.

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan di

Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta, 2014.

Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005.

Ulum, M. Miftahul. Demitologi Profesi Guru. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,

2011.

16

Anda mungkin juga menyukai