Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel.Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga
berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan
dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium.
Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan obstruksi saluran nafas.
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan
tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh
menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi
jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami
ancaman,terkait dengan ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan sedatif, dan
lain-lain (Hidayat, 2012).
B. Etiologi
a. Faktor Fisiologi
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur
sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang 2. Exercise,
exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen. 3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner 4. Alkohol dan obat-obatan menyebbkan intake nutrisi
mengakibatkanpenurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pernafasan. 5. Kecemasan,
menyebabkan metabolisme meningkat.
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi
permenit, penggunaaan otot nafas tambahan8
untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anteriorposterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi
tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna
kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
Penatalaksanaan
c. Suctioning
b. Pemberian oksigen
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang : 1. Biodata pasien (umur, sex,
pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis
kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya. 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat
mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time) 3. Riwayat perkembangana. Neonatus : 30 - 60
x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
Yang sama .
5. Riwayat sosial
6. Riwayat psikologis
8. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
b. Faring
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan
e. Thoraks
Inspeksi :
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
adalah (1 : 2)
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan
diameter tranversal sempit, diameter
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest,
yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest
3) Pola napas
o tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan
6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea.
kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas
8) Perlu juga dikaji bunyi napaso stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas
o stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
o rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi
o ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
obradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji tekanan darah
o anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
o hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang
o cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara
pria besar.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
5. Rasa berduka
8. Potensial/resiko infeksi
Tanda-tandanya :
Dispnea
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
Immobilisasi
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
Dispnea
Retraksi dada
Vomitus
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial
atau oedema
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
Dispnea,
Hipoksia
Gelisah
Takikardia
Sianosis
Hipoksemia
Kemungkinan penyebab :
Bronkhospasme
Edema paru
Pembedahan paru
C. Rencana Keperawatan
Inter vensi:
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.b. Lakukan
pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil dan membantu silia
analgesik
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain mis :
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah untuk dikeluarkan
jaringan
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik
c. Pantau pernapasan
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan
9. Cuci tangan
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan
struktur yang mudah cedera seperti :
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan
inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-
paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya
yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari.
Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi
drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
Peralatan:a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol
Prosedur:
1. cuci tangan
2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk,
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
13. Dokumentasikan
a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse
lips breathing.
Prosedur:
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik 2. Batukkan 2 kali. Pada saat
batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot. 3. Hindari penggunaan waktu yang
lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi
kebutuhan oksigenasi.
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan 2. Kateter pengisap lendir 3. Pinset
steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan 5. Kasa steril 6. Kertas tisu
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan. 3. Atur pasien dalam posisi
terlentang dan kepala miring ke arah perawat 4. Gunakan sarung tangan
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau
NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa. 8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak
mengisap 9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik 10. Bilas kateter dengan
akuades atau NaCl 0,9% 11. Lakukan hingga lendir bersih 12. Catat respon yang terjadi 13. Cuci tangan
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien DM, antara lain : 1. Kondisi tubuh stabil, tidak terjadi gangren dan
nyeri 2. Turgol kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan 3. Tanda-tanda vital normal 4. Berat
badan normal 5. Cairan dan elektrolit normal 6. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi 7. Rasa lelah
berkurang 8. Pasien paham dengan kondisinya