Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel.Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga
berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan
dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium.

Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan obstruksi saluran nafas.
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan
tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh
menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi
jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami
ancaman,terkait dengan ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan sedatif, dan
lain-lain (Hidayat, 2012).

B. Etiologi

a. Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia 2. Menurunnya konsentrasi O2 yang


diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas

3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen(O2) 4.


Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll

5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur
sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.

b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang 2. Exercise,
exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen. 3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner 4. Alkohol dan obat-obatan menyebbkan intake nutrisi
mengakibatkanpenurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pernafasan. 5. Kecemasan,
menyebabkan metabolisme meningkat.

Tanda dan Gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi
permenit, penggunaaan otot nafas tambahan8

untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anteriorposterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi
tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,

hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna
kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

Penatalaksanaan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

a. Pembersihan jalan nafas

b. Latihan batuk efektif

c. Suctioning

d. Jalan nafas buatan

2. Pola Nafas Tidak Efektif

a. Atur posisi pasien ( semi fowler )

b. Pemberian oksigen

c. Teknik bernafas dan relaksasi

3. Gangguan Pertukaran Gas

a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )

b. Pemberian oksigen

c. Suctioning
Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang : 1. Biodata pasien (umur, sex,
pekerjaan, pendidikan)

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis
kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya. 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat
mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time) 3. Riwayat perkembangana. Neonatus : 30 - 60
x/mnt

b. Bayi : 44 x/mnt

c. Anak : 20 - 25 x/mnt

d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt

e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit

Yang sama .

5. Riwayat sosial

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,

rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya

b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup

c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi

d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi


7. Riwayat spiritual

8. Pemeriksaan fisik

a. Hidung dan sinus

Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,

darah), kesimetrisan hidung.

Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

b. Faring

Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea

Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian

bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan

trakhea dapat diketahui.

e. Thoraks

Inspeksi :

Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya

menjadi elevasi ke atas.

Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk

bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (

1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal

adalah (1 : 2)

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan
diameter tranversal sempit, diameter

antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.

b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest,

yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest

ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.


Kelainan tulang belakang diantaranya :

a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang.

b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.

c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

3) Pola napas

o eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang,

diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,

o tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau

bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt

o apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

4) Kaji volume pernapasan

o hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai

dengan pernapasan yang dalam dan panjang

o hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan

pernapasan yang lambat.

5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan

yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan

yang ditandai dengan pengembangan perut.

6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,

- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang

diselingi apnea.

kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu

pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode

apnea.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang

dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas

hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri

8) Perlu juga dikaji bunyi napaso stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas

o stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi

o wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,

o rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi

o ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

9) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami

o batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,

o non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi

o hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi

o takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah

obradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji tekanan darah

o hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi

o hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

11) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah

o anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang

o hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang

o hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan

internal atau eksternal

o cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat

deoksigenasi yang berlebihan dari Hb

o clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen


dalam waktu yang lama.

Palpasi :

Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,

kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal

selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding

dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara

pria besar.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif2. Pola napas tidak efektif

3. Gangguan pertukaran gas

4. Penurunan kardiak output

5. Rasa berduka

6. Koping tidak efektif

7. Perubahan rasa nyaman

8. Potensial/resiko infeksi

9. Interaksi sosial terganggu

10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.

Tanda-tandanya :

 Bunyi napas yang abnormal

 Batuk produktif atau non produktif


 Cianosis

 Dispnea

 Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :

 Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi

 Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)

 Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada

 Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan

 Hilangnya kesadaran akibat anasthesi

 Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran

 Immobilisasi

Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif

Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat

Tanda-tandanya :

 Dispnea

 Peningkatan kecepatan pernapasan

 Napas dangkal atau lambat

 Retraksi dada

 Pembesaran jari (clubbing finger)

 Pernapasan melalui mulut

 Penambahan diameter antero-posterior Cianosis, flail chest, ortopnea

 Vomitus

 Ekspansi paru tidak simetris


Kemungkinan faktor penyebab :

 Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri

 Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi

 Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru

 CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli

 Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi

 Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial

atau oedema

 Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas

Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.

Tanda-tandanya :

 Dispnea,

 Abnormal gas darah arteri

 Hipoksia

 Gelisah

 Takikardia

 Sianosis

 Hipoksemia

 Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

Kemungkinan penyebab :

 Penumpukan cairan dalam paru

 Gangguan pasokan oksigen

 Obstruksi saluran pernapasan

 Bronkhospasme
 Edema paru

 Pembedahan paru

C. Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Inter vensi:

a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior

Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.b. Lakukan
pengisapan jalan napas bila diperlukan

Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada

pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran

c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.

Rasional : memobilisasi keluarnya sputum

d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.

Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil dan membantu silia

untuk mempermudah jalan napas

e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,

analgesik

Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik, ekspektoran, bronkodilator.

Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret

g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain mis :

spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2. Pola napas tidak efektif

a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler

Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru


b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam

Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah untuk dikeluarkan

c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.

d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran

Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan

3. Gangguan pertukaran gas

a. Berikan O2 sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki hipoksemia

jaringan

b. Pantau GDA Pasien

Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik

c. Pantau pernapasan

Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan

Beberapa Metode pemenuhan kebutuhan oksigen1. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui

saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga

cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier

2. Nasal kateter, kanula, atau masker

3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Cek flowmeter dan humidifier

4. Hidupkan tabung oksigen

5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.

6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.

7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan

lubrikan dan masukkan.

8. Catat pemberian dan lakukan observasi.

9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,

vibrasi dan postural drainage.

a. Perkusi

Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan

punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.

Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.

Prosedur:

1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi

ketidaknyamanan.

2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi

3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan
struktur yang mudah cedera seperti :

mammae, sternum dan ginjal.

b. Vibrasi

Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada

dinding dada klien.


Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan

melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,

Prosedur:

1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di

drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.

Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.

2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara

lambat lewat mulut atau pursed lips.

3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua

tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan

inspirasi.

4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.

c. Postural drainage

Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-

paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya

yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari.

Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi

kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:

a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi

b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.

c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural

drainage

d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.

Peralatan:a. Bantal
b. Papan pengatur posisi

c. Tisu wajah

d. Segelas air

e. Sputum pol

Prosedur:

1. cuci tangan

2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data

klinis dan chest X-ray.

3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.

4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.

5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas

area yang di drainage

6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk,

lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.

7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu

8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.

9. Anjurkan klien minum sedikit air.

10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage

11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.

12. Cuci tangan

13. Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif

a. Napas dalam

Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse

lips breathing.
Prosedur:

1. Atur posisi yang nyaman

2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen

3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga

4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi

5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan

b. Batuk efektifYaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret. Prosedur:

1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik 2. Batukkan 2 kali. Pada saat
batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot. 3. Hindari penggunaan waktu yang
lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi
kebutuhan oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan 2. Kateter pengisap lendir 3. Pinset
steril

4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan 5. Kasa steril 6. Kertas tisu

Prosedur Kerja : 1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan. 3. Atur pasien dalam posisi
terlentang dan kepala miring ke arah perawat 4. Gunakan sarung tangan

5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap 6. Hidupkan mesin penghisap

7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau
NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa. 8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak
mengisap 9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik 10. Bilas kateter dengan
akuades atau NaCl 0,9% 11. Lakukan hingga lendir bersih 12. Catat respon yang terjadi 13. Cuci tangan

4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien DM, antara lain : 1. Kondisi tubuh stabil, tidak terjadi gangren dan
nyeri 2. Turgol kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan 3. Tanda-tanda vital normal 4. Berat
badan normal 5. Cairan dan elektrolit normal 6. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi 7. Rasa lelah
berkurang 8. Pasien paham dengan kondisinya

Anda mungkin juga menyukai