Anda di halaman 1dari 2

Pertama, ayat yang turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau peristiwa

yang melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat terdahulu, berita-berita alam
ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian alam kebagkitan, keadaan hari kiamat dan sebagainya
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an yang
terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan olehnya diturunkan suatu ayat
atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau menerangkan hukumnya pada saat terjadinya
peristiwa itu.

Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul,
namaun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara
khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.

Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu atau beberapa ayat
mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat beragam, di
antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi amtara suku Aus dan suku Khazraj;
kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan
mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik
berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.

Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-
Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang sebuah kitab
mengenai asbabun nuzul.

Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih banyak dari sebagian yang usahakan,
dan bagi para wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahan pula..

Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan mengemukakan satu
macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul yang dinamakan “penurunan ayat
lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya.” Contoh yang diberikan dalam hal ini tidaklah
menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamanya datang
sesudahnya.

Apabila bentuk redaksi tidak tegas, seperti : “ayat ini turun mengenai urusan ini”, atau “aku mengira
ayat ini turun mengenai urusan ini”, maka dalam hal ini tidak ada kontradiksi diantara riwayat-riwayat
itu, sebab maksud riwayat–riwayat tersebut adalah penafsiran dan penjelasan bahwa hal itu
termasuk kedalam makna ayat yang disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab nuzul, kecuali
bila ada qorinah atau indikasi pada salah satu riwayat bahwa maksudnya adalah penjelasan sebab
nuzul.

Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, misalnya “ayat ini turun mengenai urusan
ini”, sedang riwayat yang lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang berbeda dengan
riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul
secara tegas, dan riwayat yang lain dipandang termasuk didalam hukum ayat.

Anda mungkin juga menyukai