Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PELAYANAN FARMASI

KEMENTERIAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

1. BETRY APRILIANA ALDILLA


2. HAMISAH
3. NAS SOFI OKTAVIA
4. PUTRI ANDIANI
5. RIZQY DARMAWAN
6. SESILIA ANANDA PUTRI

KELAS :
XI FARMASI B

SEKOLAH MENENGAH KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALANGKARAYA
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah pelayanan Kefarmasian tentang Kementerian
Kesehatan ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Palangkaraya, 13 Januari 2020

Penyusun

A. Pengertian Kementerian Kesehatan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah kementerian dalam Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Kesehatan dipimpin oleh seorang Menteri
Kesehatan (Menkes)

B. Filosofi logo Kementerian Kesehatan


- Tiga bidang warna biru turqoise : Melambangkan tiga pilar program Indonesia sehat yaitu
Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional.
- Kemudian, bidang warna hijau terang : berbentuk hati melambangkan semangat universal
yang tulus dalam mewujudkan seluruh warga negara Indonesia yang sehat tanpa membedakan
suku bangsa, ras, sosial, dan budaya.
- Inisial K, mewakili bentuk sederhana dari singkatan kata Kesehatan. Makna verbal dari
bidang yang ditangani oleh institusi Kementerian ini.
- Garis busur pahan, mewakili target dan tujuan institusi Kementerian Kesehatan yakni
mewujudkan Indonesia Sehat sesuai dengan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.
- Lima ujung bidang yang membulat, mewakili nilai - nilai Kemenkes yaitu Pro rakyat,
Inklusif, Responsif, Efektif, dan Bersih serta berlandaskan Pancasila.

C. Struktur Kabinet Kementerian Kesehatan


a. Sekretariat Jenderal
Tugasnya : Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian Kesehatan
b. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Tugasnya : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tugasnya : Sebagai pelaksana di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatanyang mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tugasnya : Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Inspektorat Jenderal
Tugasnya : Sebagai unsur pengawas pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia
f. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Tugasnya : Sebagai unsur pendukung di Kementerian Kesehatan Republik Indonesiaang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan
g. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Tugasnya : Sebagai unsur pendukung di Kementerian Kesehatan Republik Indonesiaang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan BPPSDMK mempunyai
tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan.
h. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan;
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
j. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan
k. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan

D. Sosok Menteri Kesehatan periode 2019-2024


Yogyakarta,5 Agustus 1964, Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad.
(K) RI dilantik menjadi Menteri Kesehatan RI Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Sebelumnya,

beliau menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
sejak tahun 2015.

Selain itu, beliau menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia (2014-sekarang), World Chairman of World International Committee of Military
Medicine (2014-2017), Deputy Chairman of World International Committee of Military
Medicine (2017-2019) , Ketua ASEAN Association of Radiology (2014-sekarang), Exofficio
Wakil Ketua Dokter Kepresidenan RI (2015-sekarang), dan Dosen Luar Biasa Radiologi di
Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Pelita Harapan.
Beliau menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada tahun 1990, meraih gelar dokter spesialis radiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya tahun 2004, serta gelar doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar tahun 2013.
Penghargaan terakhir yang diterima adalah Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun, Satya
Lencana Dwidya Sistha dan Satya Lencana Bhakti Kesehatan Timor Leste.

E. Visi dan Misi Kementerian Kesehatan


Setiap pergantian kabinet, visi dan misi Kementerian Kesehatan Indonesia itu selalu
berbeda-beda. Antara periode 2014 dan 2019 juga sangat berbeda. Berikut adalah visi dan misi
untuk periode 2019 :
Visi :
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
Misi :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Nilai-Nilai dalam filosofi :
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kemenkes selalu mendahulukan
kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kemenkes saja.
Seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor,
organisasi profesi, organisasi masyarakat, pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar
rumput.
3. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap
dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi
geografis.
Faktor-faktor tersebut menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang
berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), transparan dan akuntabel.

F. Perizinan izin edar perbekalan kesehatan


a. Pengertian
Izin edar alat kesehatan diberikan oleh Menteri Kesehatan c.q.Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah melalui proses evaluasi dan dinyatakan telah memenuhi
persyaratan keamanan (safety), mutu (quality), dan manfaat (efficacy), baik untuk produk alat
kesehatan dalam negeri maupun impor.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar
Alat Kesehatan dan PKRT, untuk produk alat kesehatan yang telah mendapatkan persetujuan izin
edar, nomor izin edar harus dicantumkan pada kemasan/wadah/pembungkus, etiket, produk,
brosur/leaflet alat kesehatan.
b. Jenis Layanan Izin Edar Alat Kesehatan
Pelayanan izin edar alat kesehatan terdiri dari:
1. Izin edar alat kesehatan
2. Perpanjangan/perubahan izin edar alat kesehatan
c. Tempat Pelayanan Izin Edar Alat Kesehatan
Dalam melaksanakan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel, pendaftaran izin
edar alat kesehatan dilakukan secara online melalui website dengan alamat
http://www.regalkes.depkes.go.id dan proses selanjutnya dilakukan di Unit Layanan Terpadu
Kementerian Kesehatan RI, Gedung Prof. DR. Sujudi, Lantai 5, Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5
Kav 4-9, Jakarta Selatan.
d. Konsultasi Teknis
Konsultasi teknis dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Konsultasi di loket 5 Unit Layanan Terpadu jam 09.00 – 14.00 WIB sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Konsultasi dilakukan 3 minggu perbulan sesuai jadwal yang ditentukan.
2. Pemohon yang akan berkonsultasi harus menunjukan nomor antrian dan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
3. Konsultasi dilakukan secara efektif, efisien dan transparan.
4. Bila ingin melakukan perubahan jadwal konsultasi maka pemohon harus mengambil nomor /
jadwal kembali.
e. Asistensi Teknis
Untuk meningkatkan kemampuan teknis pemohon izin edar dalam memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan untuk mendapat izin edar maka Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat kesehatan akan melakukan asistensi 1 (satu) kali setiap bulan
dengan peserta ± 50 orang dan dengan topik, jadwal dan tempat yang akan ditentukan lebih
lanjut.
Setiap pemohon harus mendaftarkan terlebih dahulu dengan mencantumkan nama,
pendidikan dan jabatan serta topik yang diinginkan peserta dalam asistansi. Jadwal asistensi akan
diberikan secara online dan dibawa sebagai bukti pada saat pelaksanaan asistensi.
Peserta asistensi juga harus membawa ID sebagai tanda pengenal. Asistensi hanya untuk
peserta yang telah terdaftar dan tidak dipungut biaya.
f. Waktu dan Biaya
Persyaratan dan lamanya waktu untuk mendapatkan izin edar ditentukan berdasarkan resiko
yang ditimbulkan dari alat kesehatan tersebut. Lamanya waktu proses izin edar dihitung sejak
mendapatkan tanda terima tetap. Tanda terima tetap diberikan
G. Syarat izin edar Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
1. berbentuk badan hukum yang telah memperoleh izin usaha;
2. memiliki penanggung jawab teknis yang bekerja penuh, dengan pendidikan yang sesuai;
3. memiliki sarana dan prasarana berupa ruangan dan perlengkapan lainnya yang memadai
untuk kantor administrasi dan gudang dengan status milik sendiri, kontrak atau sewa paling
singkat 2 (dua) tahun;
4. memiliki bengkel atau bekerja sama dengan perusahaan lain dalam melaksanakan
jaminan purna jual, untuk perusahaan yang mendistribusikan alat kesehatan yang
memerlukannya;
5. memenuhi Cara Distribusi Alat Yang Baik (CDAYB).

H. Lokasi Kementerian Kesehatan


🏠 : Jl H.R.Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Jakarta 12950
📄 : @kemkes.go.id
📞 : 0215201590
📂 : http://www.depkes.go.id
I. Tugas dan Wewenang Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakansebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di
bidangkesehatan
2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinyakepada Presiden
Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan :
1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan
secara makro
2. Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakanoleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan
3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan
4. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahliserta persyaratan jabatan di bidang kesehatan
5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberianpedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan
6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas
namaNegara di bidang kesehatan;
7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan
8. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan
9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan
10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan
11. Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan
12. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian
ibu,bayi, dan anak
13. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
14. Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan
15. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
16. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan
danstandar etika penelitian kesehatan
17. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi
18. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan

19. Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan


wabah,penyakit menular dan kejadian luar biasa
20. Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangatessential (buffer stock nasional)
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu :
1. Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
2. pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan

J. Program Kesehatan periode Indonesia Terpimpin


Menteri Kesehatan (Menkes) RI Kabinet Indonesia Maju, Terawan Agus Putranto bakal
melanjutkan program kesehatan di era kepemimpinan Nila Moeloek. Menurut Terawan, program
kesehatan yang sudah dijalankan Kementerian Kesehatan saat dipimpin Nila dari 2014-2019
sangat mendasar dan dibutuhkan masyarakat.
Adapun gerakan Kesehatannya :
a. GERMAS
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari
masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat
serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini
juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program
infrastruktur dengan basis masyarakat.

GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan
upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan
melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.
Adapun 7 gerakan yang menjadi misi dari GERMAS
1. Melakukan aktivitas fisik
2. Mengonsumsi sayur dan buah
3. Tidak mengonsumsi alkohol
4. Tidak merokok
5. Rutin melakukan pengecekan kesehatan
6. Rajin berolahraga
7. Menggunakan jamban
b. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Puskesmas Wajib
Mendata Seluruh Keluarga yang ada di Wilayah Kerjanya. Pendataan yang biasa dilakukan
dengan kunjungan rumah (keluarga) ini harus dilakukan secara terjadwal dan rutin. Nantinya,
Puskemas bisa memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (Family Folder)
ini untuk intervensi masalah kesehatan yang ditemui.
Pendekatan keluarga merupakan strategi atau pendekatan pelayanan terintegrasi antara upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang didasari oleh data
dan informasi profil kesehatan keluarga melalui kunjungan rumah.
Mengingat penting dan strategisnya program keluarga sehat tersebut, maka diperlukan penguatan
dan koordinasi pengelola PIS-PK di 23 kabupaten/kota dengan bidang yang terkait dan
mengimplementasikan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga tersebut dengan
melakukan pemilihan prioritas masalah serta pemecahan masalah melalui manajemen
puskesmas.
c. Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut
UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan
tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari
standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti
ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi
udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai upaya agar anak-anak
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan
berkompetisi di tingkat global. Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia
produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak berbadan lebih pendek untuk
anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
d. Jaminan Kesehatan Nasional
JKN yang mulai hadir pada 31 Desember 2013 ini sendiri merupakan program pemerintah yang
memang harus diketahui oleh para peserta BPJS. Maka jika Anda adalah peserta BPJS yang
masih bingung tentang JKN, maka Anda harus membaca informasi berikut ini.
Apa Perbedaannya dengan BPJS Kesehatan?

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pelayanan kesehatan dari pemerintah yang
berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan sistemnya menggunakan sistem
asuransi. Dengan adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia berkesempatan besar untuk
memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik. Dengan hanya menyisihkan sebagian kecil
uangnya, maka mereka pun akan mampu menjadi peserta dan memperoleh manfaatnya.
Bagaimana dengan masyarakat tidak mampu? Untuk mereka juga tidak perlu khawatir, karena
semua rakyat miskin atau PBI (Penerima Bantuan Iuran) akan ditanggung kesehatannya oleh
pemerintah. Dari sini maka tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksa
penyakitnya.
K. Peran farmasi dalam Kementerian Kesehatan
a. Tugas
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

b. Fungsi
1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat
rasional;
4) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat
rasional;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

c. Pejabat
1) Direktur Pelayanan Kefarmasian
Dita Novianti Sugandi Argadiredja, S.Si., Apt., MM

2) Kepala Subbagian Tata Usaha


Nuning Kurniasih, S.Si

3) Kepala Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi


Dina Sintia Pamela, S.Si, Apt, M.Farm

4) Kepala Seksi Manajemen Farmasi


Andrie Fitriansyah, S.Farm., Apt

5) Kepala Seksi Klinikal Farmasi


Sri Suratini, S.Si, Apt, M.Farm

6) Kepala Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi


Helsy Pahlemy, S.Si, Apt, M.Farm

7) Kepala Seksi Analisis Farmakoekonomi Obat


Hendra Hermawan, S.Si, Apt

8) Kepala Seksi Analisis Farmakoekonomi Alat Kesehatan


Dra. Ema Viaza, Apt

9) Kepala Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan


Dra. Ardiyani, Apt
10) Kepala Seksi Seleksi Obat
dr. A. Irwan Irawan Asfar, Sp.FK

11) Kepala Seksi Alat Kesehatan


Sari Mutiarani, S.Si., Apt

12) Kepala Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional


Refiandes, S.Si., Apt, MPH

13) Kepala Seksi Peningkatan Penggunaan Obat Rasional


Candra Lesmana, S.Farm., Apt

14) Kepala Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional


Erie Gusnellyanti, S.Si, Apt

M. Undang-undang tentang Kementerian Kesehatan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 35 TAHUN 2015
TENTANG
KEMENTERIAN KESEHATAN
Menimbang:
Bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan Kementerian Kabinet Kerja periode
tahun 2014-2019 dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Kementerian Kesehatan;
Mengingat:
1.Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 [±24.14 kb] tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3.Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
4.Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 [±57.48 kb] tentang Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN.

BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1
(1)Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2)Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
kesehatan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan kefarmasian dan alat
kesehatan;
b.koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
c.pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan;
d.pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan;
e.pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan
serta pengelolaan tenaga kesehatan;
f.pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Kesehatan di daerah;
g.pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; dan
h.pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi

Pasal 4
Kementerian Kesehatan terdiri atas:
a.Sekretariat Jenderal;
b.Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat;
c.Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
d.Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan;
e.Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
f.Inspektorat Jenderal;
g.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
h.Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
i.Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan;
j.Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
k.Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan
l.Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan.

Bagian Kedua
Sekretariat Jenderal
Pasal 5
(1)Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 6
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
Kementerian Kesehatan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a.koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
b.koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Kesehatan;
c.pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan
dokumentasi Kementerian Kesehatan;
d.pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e.koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi
hukum;
f.penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan
barang/jasa; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Ketiga
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Pasal 8
(1)Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 9
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Keempat
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pasal 11
1)Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
2)Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin oleh Direktur
Jenderal.

Pasal 12
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak
menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
(NAPZA);
b.pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit
tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya (NAPZA);
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans epidemiologi dan karantina,
dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit
zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik,
dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Lainnya (NAPZA);
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Kelima
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Pasal 14
(1)Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 15
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan
kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan
kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan
mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Keenam
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pasal 17
(1)Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 18
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Ketujuh
Inspektorat Jenderal

Pasal 20
(1)Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 21
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian
Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan;
b.pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c.pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d.penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan;
e.pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Kedelapan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Pasal 23
(1)Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2)Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 24
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan di bidang kesehatan.
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis penelitian dan pengembangan di bidang biomedik dan
epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat
kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
b.pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang biomedik dan epidemiologi
klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan,
sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
c.pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas penelitian dan pengembangan di
bidang biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan,
kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
d.pelaksanaan administrasi Badan; dan
e.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Bagian Kesembilan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pasal 26
(1)Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin
oleh Kepala Badan.
Pasal 27
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai
tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan.
Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan di bidang perencanaan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan
mutu sumber daya manusia kesehatan;
b.pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang
perencanaan, pendayagunaan, dan peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber
daya manusia kesehatan;
c.pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas perencanaan, pendayagunaan, dan
peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan;
d.pelaksanaan administrasi Badan; dan

Bagian Kesepuluh
Staf Ahli

Pasal 29
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan secara administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 30
(1)Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang ekonomi kesehatan.
(2)Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang teknologi kesehatan
dan globalisasi.
(3)Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang desentralisasi kesehatan.
(4)Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang hukum kesehatan.

Bagian Kesebelas
Jabatan Fungsional
Pasal 31
Di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan
kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB III
UNIT PELAKSANA TEKNIS

Pasal 32
(1)Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di
lingkungan Kementerian Kesehatan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis.
(2)Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala.
Pasal 33
Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.

BAB IV
TATA KERJA

Pasal 34
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kementerian Kesehatan harus menyusun peta bisnis
proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit
organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Pasal 35
Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Pasal 36
Kementerian Kesehatan harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja,
dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Pasal 37
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya harus
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
Kementerian Kesehatan maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah.
Pasal 38
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di
lingkungan masing-masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas
publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang
terintegrasi.
Pasal 39
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan
bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas
bawahan.
Pasal 40
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya masing-
masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung
jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat
pada waktunya.
Pasal 42
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.

BAB V
PENDANAAN
Pasal 43
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Kesehatan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja
Kementerian Kesehatan ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan pelaksanaan dari Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang
berkaitan dengan Kementerian Kesehatan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pasal 46
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang
memangku jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan, tetap melaksanakan tugas dan
fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
a.Semua ketentuan mengenai Kementerian Kesehatan dalam Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan
b.Peraturan Presiden Nomor 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet
Kerja sepanjang mengatur mengenai Kementerian Kesehatan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 48
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 17 Maret 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ir. H. Jokowi Dodo

DAFTAR PUSTAKA

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/kemenkes/
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/menkes/
http://farmalkes.kemkes.go.id/unit-kerja-dan-pejabat/yanfar/
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/jkn-apa-bedanya-dengan-bpjs-kesehatan-91
https://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2019/04/11/254/dalam-program-pis-pk-puskesmas-
wajib-mendata-seluruh-keluarga-yang-ada-di-wilayah-kerjanya.html
https://dinkes.gorontaloprov.go.id/apa-itu-germas/
https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/

Anda mungkin juga menyukai