KEMENTERIAN KESEHATAN
DISUSUN OLEH :
KELAS :
XI FARMASI B
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah pelayanan Kefarmasian tentang Kementerian
Kesehatan ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
beliau menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
sejak tahun 2015.
Selain itu, beliau menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia (2014-sekarang), World Chairman of World International Committee of Military
Medicine (2014-2017), Deputy Chairman of World International Committee of Military
Medicine (2017-2019) , Ketua ASEAN Association of Radiology (2014-sekarang), Exofficio
Wakil Ketua Dokter Kepresidenan RI (2015-sekarang), dan Dosen Luar Biasa Radiologi di
Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Pelita Harapan.
Beliau menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada tahun 1990, meraih gelar dokter spesialis radiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya tahun 2004, serta gelar doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar tahun 2013.
Penghargaan terakhir yang diterima adalah Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun, Satya
Lencana Dwidya Sistha dan Satya Lencana Bhakti Kesehatan Timor Leste.
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat
serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini
juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program
infrastruktur dengan basis masyarakat.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan
upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan
melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.
Adapun 7 gerakan yang menjadi misi dari GERMAS
1. Melakukan aktivitas fisik
2. Mengonsumsi sayur dan buah
3. Tidak mengonsumsi alkohol
4. Tidak merokok
5. Rutin melakukan pengecekan kesehatan
6. Rajin berolahraga
7. Menggunakan jamban
b. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Puskesmas Wajib
Mendata Seluruh Keluarga yang ada di Wilayah Kerjanya. Pendataan yang biasa dilakukan
dengan kunjungan rumah (keluarga) ini harus dilakukan secara terjadwal dan rutin. Nantinya,
Puskemas bisa memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (Family Folder)
ini untuk intervensi masalah kesehatan yang ditemui.
Pendekatan keluarga merupakan strategi atau pendekatan pelayanan terintegrasi antara upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang didasari oleh data
dan informasi profil kesehatan keluarga melalui kunjungan rumah.
Mengingat penting dan strategisnya program keluarga sehat tersebut, maka diperlukan penguatan
dan koordinasi pengelola PIS-PK di 23 kabupaten/kota dengan bidang yang terkait dan
mengimplementasikan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga tersebut dengan
melakukan pemilihan prioritas masalah serta pemecahan masalah melalui manajemen
puskesmas.
c. Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut
UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan
tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari
standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti
ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi
udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai upaya agar anak-anak
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan
berkompetisi di tingkat global. Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia
produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak berbadan lebih pendek untuk
anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
d. Jaminan Kesehatan Nasional
JKN yang mulai hadir pada 31 Desember 2013 ini sendiri merupakan program pemerintah yang
memang harus diketahui oleh para peserta BPJS. Maka jika Anda adalah peserta BPJS yang
masih bingung tentang JKN, maka Anda harus membaca informasi berikut ini.
Apa Perbedaannya dengan BPJS Kesehatan?
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pelayanan kesehatan dari pemerintah yang
berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan sistemnya menggunakan sistem
asuransi. Dengan adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia berkesempatan besar untuk
memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik. Dengan hanya menyisihkan sebagian kecil
uangnya, maka mereka pun akan mampu menjadi peserta dan memperoleh manfaatnya.
Bagaimana dengan masyarakat tidak mampu? Untuk mereka juga tidak perlu khawatir, karena
semua rakyat miskin atau PBI (Penerima Bantuan Iuran) akan ditanggung kesehatannya oleh
pemerintah. Dari sini maka tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksa
penyakitnya.
K. Peran farmasi dalam Kementerian Kesehatan
a. Tugas
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Fungsi
1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang manajemen dan
klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat
rasional;
4) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat
rasional;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
c. Pejabat
1) Direktur Pelayanan Kefarmasian
Dita Novianti Sugandi Argadiredja, S.Si., Apt., MM
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1)Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2)Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
kesehatan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan kefarmasian dan alat
kesehatan;
b.koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
c.pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan;
d.pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan;
e.pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan
serta pengelolaan tenaga kesehatan;
f.pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Kesehatan di daerah;
g.pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; dan
h.pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 4
Kementerian Kesehatan terdiri atas:
a.Sekretariat Jenderal;
b.Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat;
c.Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
d.Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan;
e.Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
f.Inspektorat Jenderal;
g.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
h.Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
i.Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan;
j.Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
k.Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan
l.Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan.
Bagian Kedua
Sekretariat Jenderal
Pasal 5
(1)Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 6
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
Kementerian Kesehatan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a.koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
b.koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Kesehatan;
c.pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan
dokumentasi Kementerian Kesehatan;
d.pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e.koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi
hukum;
f.penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan
barang/jasa; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Pasal 8
(1)Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 9
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keempat
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pasal 11
1)Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
2)Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 12
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak
menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
(NAPZA);
b.pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit
tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya (NAPZA);
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans epidemiologi dan karantina,
dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit
zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik,
dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Lainnya (NAPZA);
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kelima
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Pasal 14
(1)Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 15
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan
kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan
kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan
mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keenam
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pasal 17
(1)Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2)Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 18
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
b.pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
c.penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
d.pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
e.pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
f.pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
g.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Ketujuh
Inspektorat Jenderal
Pasal 20
(1)Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 21
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian
Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan;
b.pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c.pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d.penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan;
e.pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kedelapan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pasal 23
(1)Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2)Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 24
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan di bidang kesehatan.
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis penelitian dan pengembangan di bidang biomedik dan
epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat
kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
b.pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang biomedik dan epidemiologi
klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan,
sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
c.pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas penelitian dan pengembangan di
bidang biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan,
kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
d.pelaksanaan administrasi Badan; dan
e.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kesembilan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pasal 26
(1)Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin
oleh Kepala Badan.
Pasal 27
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai
tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan.
Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan kebijakan teknis pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan di bidang perencanaan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan
mutu sumber daya manusia kesehatan;
b.pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang
perencanaan, pendayagunaan, dan peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber
daya manusia kesehatan;
c.pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas perencanaan, pendayagunaan, dan
peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan;
d.pelaksanaan administrasi Badan; dan
Bagian Kesepuluh
Staf Ahli
Pasal 29
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan secara administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 30
(1)Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang ekonomi kesehatan.
(2)Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang teknologi kesehatan
dan globalisasi.
(3)Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang desentralisasi kesehatan.
(4)Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu-isu strategis kepada Menteri, terkait bidang hukum kesehatan.
Bagian Kesebelas
Jabatan Fungsional
Pasal 31
Di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan
kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB III
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 32
(1)Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di
lingkungan Kementerian Kesehatan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis.
(2)Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala.
Pasal 33
Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 34
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kementerian Kesehatan harus menyusun peta bisnis
proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit
organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Pasal 35
Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Pasal 36
Kementerian Kesehatan harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja,
dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Pasal 37
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya harus
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
Kementerian Kesehatan maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah.
Pasal 38
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di
lingkungan masing-masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas
publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang
terintegrasi.
Pasal 39
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan
bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas
bawahan.
Pasal 40
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya masing-
masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung
jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat
pada waktunya.
Pasal 42
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 43
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Kesehatan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja
Kementerian Kesehatan ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan pelaksanaan dari Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang
berkaitan dengan Kementerian Kesehatan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pasal 46
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang
memangku jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan, tetap melaksanakan tugas dan
fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
a.Semua ketentuan mengenai Kementerian Kesehatan dalam Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan
b.Peraturan Presiden Nomor 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet
Kerja sepanjang mengatur mengenai Kementerian Kesehatan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 48
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 17 Maret 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ir. H. Jokowi Dodo
DAFTAR PUSTAKA
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/kemenkes/
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/profil/menkes/
http://farmalkes.kemkes.go.id/unit-kerja-dan-pejabat/yanfar/
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/jkn-apa-bedanya-dengan-bpjs-kesehatan-91
https://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2019/04/11/254/dalam-program-pis-pk-puskesmas-
wajib-mendata-seluruh-keluarga-yang-ada-di-wilayah-kerjanya.html
https://dinkes.gorontaloprov.go.id/apa-itu-germas/
https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/