Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mutia Ramadhan

NIM : 1197060055

Kelas : 3B Agroteknologi

Tiket Ekologi ke 6

Visi Misi Universitas, Fakultas, dan Jurusan

 Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Menjadi Universitas Islam Negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu
memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah di ASEAN tahun 2025.
 Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 Menyelenggarakan dan mengelola pendidikan tinggi yang professional,
akuntabel, dan berdaya saing di tingkat nasional dan ASEAN dalam rangka
memperkuat pembangunan Nasional;
 Menyelenggarakan proses perkuliahan, penelitian dan kajian ilmiah dengan
bingkai akhlak karimah berbasis wahyu memandu ilmu untuk
mengembangkan pengetahuan dan teknologi;
 Menyelenggarakan pengabdian untuk mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat menuju tatanan masyarakat madani yang demokratis dna
berkeadilan;
 Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang berorientasi pada
pembentukan jiwa entrepreneurship di kalangan sivitas akademika.
 Visi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Unggul dan kompetetif secara nasional (2020) dan internasional (2030) dalam
mengembangkan sains dan teknologi yang meneguhkan keimanan dan akhlak
karimah berbasis wahyu memandu ilmu.
 Misi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 Menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam bidang Matematika, Biologi,
Fisika, Kimia, Teknik Informatika, Agroteknologi, dan Teknik Elektro yang
profesional, akuntabel, dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional
yang dapat meneguhkan keimanan dan akhlak karimah berbasis wahyu
memandu ilmu;
 Menyelenggarakan penelitian sains dan teknologi untuk mengembangkan ilmu
dasar dan terapan bagi peningkatan penguasaan sains dan teknologi
masyarakat muslim berbasis wahyu memandu ilmu;
 Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang sains dan
teknologi yang mampu mengembangkan potensi keunggulan dan kearifan
lokal bagi kemandirian dan peningkatan daya saing masyarakat berbasis
wahyu memandu ilmu;
 Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga untuk memperkokoh jejaring
dan kemitraan ditingkat nasional maupun internasional.
 Visi Jurusan agroteknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Menjadi jurusan unggulan dalam bidang Agri-Tech yang berwawasan ekologis dan
dijiwai oleh nilai-nilai islam
 Misi Jurusan Agroteknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang Agri-Tech sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi untuk menghasilkan lulusan yang cakap, berdaya saing, dan
cerdas secara spiritual.
 Mengembangkan penelitian yang berorientasi pada pengembangan ilmu dan
teknologi Agri-Tech dan kebutuhan masyarakat.
 Melibatkan diri secara aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada
komunitas agro.
 Mensinergikan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

1. Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
individu dan populasi. . Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup
bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi
kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama
pada suatu daerah. Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri dari individu-individu
spesies tumbuhan dan secara ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Komunitas
Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara
alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu
menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam kumpulana
ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan
timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau derajat
keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas (Irwan, 1992).

2. Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan


pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik. Bentuk hidup tumbuhan menurut Tsuyuzaki (2007)
yaitu ;
 Phanerofit (P), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat minimal 25
cm dari permukaan tanah. Termasuk ke dalam kelompok tumbuh-tumbuhan ini
adalah: semua tumbuhan berkayu baik pohon, perdu, semak yang tinggi, liana
(tumbuhan berkayu merambat), epifit (tumbuhan yang hidup pada tumbuhan lain
(inang) tanpa menghisap makanan dari inangnya), dan sukulen (Tumbuhan berbatang
lunak karena mengandung air dan batang tebal. Tumbuhan ini tahan hidup dalam
iklim kering yang tidak menguntungkan dengan menggunakan air yang tersimpan
dalam jaringannya yang berasal dari air hujan musim sebelumnya). Kelompok
tumbuhan ini menguasai daerah tropis.
 Kamaefit (Ch), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat maksimal 25
cm di atas permukaan tanah. Pada kelompok tumbuhan ini termasuk herba,
suffurencen (tumbuhan perdu rendah, kecil, bagian pangkal berkayu dengan tunas
yang memiliki batang basah), tumbuhan berkayu rendah, stoloniferus, tumbuhan
batang sukulen rendah, dan tumbuhan bentuk bantalan. Banyak dari tumbuhan ini
dalam bentuk semak dan tumbuhnya dekat dengan tanah. kebanyakan hidup didaerah
beriklim dingin, meskipun ada yang hidup di daerah beriklim tropis.
 Hemikriptofit (H), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan herba perenial yang memiliki
kuncup rehat pada permukaan tanah atau setengah tersebunyi di bawah permukaan
tanah. Termasuk ke dalam kelompok tumbuh-tumbuhan ini adalah: tumbuhan herba
annual berdaun lebar, rumput-rumputan, dan roset. kelompok tumbuhan ini adalah
tumbuhan yang pada musim dingin atau pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, maka kincup rehatnya akan bertahan di dekat permukaan tanah.
Kebanyakan dari kelompok tumbuhan ini hidup di daerah beriklim sedang.
 Kriptofit (Cr), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat terkubur di
dalam tanah atau di dalam air. Dengan kemampuannya ini, maka kelompok tanaman
ini dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Kuncup
rehat yang terkubur di dalam tanah akan berfungsi sebagai penyimpan bahan
makanan. Kelompok ini dibagi lagi sebagai berikut:
a. Geofit (G), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan terkubur di dalam tanah,
misalnya tumbuhan dengan umbi lapis, akar rimpang, dan subang.
b. Helofit (Hl) yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah paya dan
kuncup rehatnya terdapat pada tempat jenuh air.
c. Hidrofit (Hd) yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat di bawah
permukaan air.
 Therofit (T), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang berkecambah, berbuah, dan
menghasilkan biji dalam daur lengkap yang singkat. Dalam keadaan lingkungan yang
ekstrim, kuncup-kuncup akan terlindung. Setelah masa yang tidak menguntungkan
tiba mereka hidup dalam bentuk biji yang melakukan dormansi. Tumbuhan ini
tersebar di seluruh dunia termasuk di daerah gurun yang panas dan kering, tetapi
sangat jarang ditemukan di dalam hutan. Untuk membantu dlm interpretasi spektrum
life form, Raunkiaer membuat spektrum normal untuk flora dunia berdasarkan pada
100 spesies yg dipilih secara acak, yg dipakai sebagai pembanding.

3. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi
spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto,2006).
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsis mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi
oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies
organisme. Hal ini menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi
fungsi suatu komunitas, distribusi individu antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada
stabilitas komunitas. (Leksono, 2007). Terdapat 3 macam parameter kuantitatif yaitu
densitas (kerapatan), frekuensi, dan kerimbunan.
4. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei dalam Bhima Wibawa
Santoso). Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode
nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.
 Metode destruktif umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan
ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi.
Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya.
 Metode non destruktif dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan
pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi atau pendekatan floristika
 Metode non floristika membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu
bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih
rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
 Metode floristika didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman
dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies
pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga pemahaman dari setiap jenis
tumbuhan secara taksonomi adalah sangat dibutuhkan.
5. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007). Dengan kata lain, vegetasi
tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu
kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut
sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
6. Struktur vegetasi yaitu sebagai hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan
dan bentuk hidup, stratifikasi, dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui
keadaan diameter, tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk, serta
kesinambungan jenis (Fachrul,2007). Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri
dari 3 komponen, yaitu:
 Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil
yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun
vegetasi.
 Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu
individu terhadap individu lain.
 Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
7. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang
luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling
ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak
contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak
adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat
mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,
dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Caranya adalah dengan
mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut
diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Berdasar
maksud dan tujuan maka parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung
adalah :
1) Nama jenis (lokal atau botanis)
2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung
volume pohon.
5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting
untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir
ukuran volume pohon.
8. Noumena Vegetasi
Islam melarang menebang pohon tanpa alasan yang dibenarkan dan merusak hutan
(Abdullah, 2010). Hukuman menebang pohon bahkan dikaitkan akan masuk neraka seperti
sabda Nabi Muhammad Saw:
‫َّب ِس ْد َرةً قَطَ َع َم ْن َو َسلّ َم َعلَ ْي ِه هَّلل ِ َرسُو ُل قَا َل قَا َل ُحب ِْش ٍّي ْبنِاللَّ ِه َع ْب ِدع ْ@َن‬
َ ‫صو‬َ ُ‫ار فِي هَّللا ُ َر ْأ َسه‬
ِ َّ‫َم ْعنَى ع َْن دَا ُود أَبُو ُسئِ َل الن‬
ِ ‫ال ْال َح ِدي‬
‫ث هَ َذا‬ ُ ‫َص ٌر ْال َح ِد‬
َ َ‫يث فَق‬ َ ‫ق بِ َغي ِْر َوظُ ْل ًما َعبَثًا َو ْالبَهَائِ ُم ال َّسبِي ِل ابْنُ بِهَا يَ ْستَ ِظلُّ فِيفَاَل ٍة ِس ْد َرةً قَطَ َع َم ْن يَ ْعنِي ُم ْخت‬
ٍّ ‫َح‬
ُ‫َّب لَهفِيهَا يَ ُكون‬ َ ‫صو‬ َ ُ ‫لنَّارفِي َر ْأ َسهُ هَّللا‬
Artinya : Dari Abdullah bin Habasyi berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Barangsiapa yang menebang pohon (tempat berteduh), Allah akan menundukkan
kepalanya di dalam neraka.
9. Noumena Komunitas

Artinya : Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan
bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (QS.
Thaha Ayat 53).

DAFTAR PUSTAKA
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu,
Kabupaten Seram Barat, Provinsi Maluku. Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, Di
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kershaw, K. A. 1973. Quantitative An Dynamic Plant Ecology. Buttler dan Tanner. London.

Leksono, S. 2007. Ekologi : Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif. Malang : Bayumedia


Publishing

Tsuyuzaki. (2007). Life form (on vascular plants). Graduate School of Environmental Earth
Science, Hokkaido University.

Anda mungkin juga menyukai