NIM : 1197060055
Kelas : 3B Agroteknologi
Tiket Ekologi ke 9
1. Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas
baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain suksesi dapat
diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem
seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas
atau ekosistem. Suksesi vegetasi adalah urutan proses pergantian komunitas tanaman
di dalam satu kesatuan habitat, adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan
biotik dan abiotik tercapai (Odum,1971). Suksesi terjadi akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem, dan terjadinya faktor persaingan di
antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke arah tertentu.
2. Faktor penyabab terjadinya suksesi yaitu (1) Iklim : Tumbuhan tidak akan dapat
tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi
keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian
maupun seluruhnya. (2) Topografi : Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi
tanah, antara lain erosi dan pengendapan. Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di
suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan
merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di
tempat tersebut. (3) Biotik : Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan
pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan
vegetasi. Adapun faktor yang mempengaruhi proses suksesi yaitu;
a) Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.
b) Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.
c) Kecepatan pemancaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.
d) Iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora, dan benih lain
serta curah hujan yang sangat berpengaruh daam proses perkecambahan.
e) Jenis substrat baru yang terbentuk
3. Macam-macam suksesi terdapat suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer
terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas
awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk
substrat dan habitat baru. Contoh : tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan
lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai, penambangan dll.
Sedangkan Suksesi Sekunder Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami
gangguan,baik secara alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut
tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem
tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Pada suksesi sekunder benih
ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu sendiri
Contohnya gangguan alami misalnya seperti semak belukar bekas ladang, padang
alang-alang dan kebun karet dan kebun kelapa sawit yang ditinggalkan, penebangan
hutan secara selektif.
4. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi yaitu : (1) Fase Permulaan. Setelah
penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang
mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semak-semak muncul dengan cepat
dan menempati tanah yang gundul. (2) Fase Awal/Muda. Kurang dari satu tahun,
tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh jenis-jenis pohon pionir awal yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu
yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang
sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih
dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa
hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan
daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa
tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-
pohon tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang tumbuh
didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai
beberapa jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera
digantikan/ditutupi oleh pionir-pionir awal yang cepat tumbuh. (3) Fase Dewasa.
Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan mati
satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir yang
juga akan membentuk lapisan pohon yang homogen (Finegan 1992). Secara garis
besar, karakteristik-karakteristik pionir-pionir akhir yang relatif beragam dapat
dirangkum sebagai berikut: Walaupun sewaktu muda mereka sangat menyerupai
pionir-pionir awal, pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun),
dan sering mempunyai kayu yang lebih padat. Pionir-pionir akhir menggugurkan daun
dan memiliki biji/benih yang disebarkan oleh angin, yang seringkali dorman di tanah
dalam periode waktu yang sangat lama (4) Fase klimaks. Pionir-pionir akhir mati satu
per satu setelah sekitar 100 tahun (Liebermann & Liebermann 1987) dan berangsur-
angsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan yang telah tumbuh dibawah tajuk
pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer,
yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Termasuk dalam jenis-jenis ini
adalah jenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi dan banyak jenis lainnya
yang tidak (belum) memiliki nilai komersil. Proses suksesi sangat terkait dengan
faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat
menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi
berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks)
pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah,
maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan
terhenti pada hutan hujan tropic (Irwanto, 2010).
5. Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu
yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. kompetisi adalah
hubungan interaksi antara dua individu tanaman baik yang sejenis (intraspesifik)
maupun berlainan jenis (interspesifik) yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi
keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan
terbatas secara bersama. Kompetisi atau persaingan tanaman dapat didefenisikan
sebagai salah satu bentuk interaksi antar tanaman yang saling memperebutkan sumber
daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu.
6. Faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu adanya
kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang
terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Persaingan terjadi ketika
organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda
menggunakan sumber daya alam. persaingan yang dilakukan organisme-organisme
dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar,
udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai
sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya. Faktor lain yang mempengaruhi, yaitu : jenis tanaman, kepadatan
tanaman, penyebaran tanaman, dan waktu.
7. Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
yang lainnya. Interaksi interspesifik adalah hubungan yang terjadi antara organisme
yang berasal dari satu spesies. Persaingan interspesifik merupakan suatu interaksi
antara dua atau lebih populasi yang berlainan jenis. Saling mempengaruhi secara
merugikan. Biasanya persaingan dalam hal ruang, makanan atau nutrient, sinar
matahari, air dan lain-lain.
8. Intraspesifik Tanaman yaitu Interaksi yang terjadi antara dua spesies tanaman yang
sama ditanam dalam satu media tanam yang sama. jarak tanam terlalu rapat atau
populasi terlalu tinggi, kompetisi antar individu tanaman akan berlangsung begitu
kuat sehingga pertumbuhan dan hasil per tanaman akan sangat berkurang dan
akibatnya hasil per hektar menurun. Hal tersebut merpakan faktor dari interaksi
kompetisi Intraspesifik tanaman. Bila jarak tanam terlalu renggang atau populasi
terlalu rendah maka hasil per hektar akan rendah karena penggunaan lahan tidak
efisien, banyak ruang antar tajuk 76 tanaman. Pada populasi yang sama tingkat
kompetisi dapat dikurangi dengan mengatur model jarak tanam. Pada populasi yang
lebih rendah, saat terjadinya kompetisi akan lebih lambat sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik. Namun bila populasi terlalu sedikit, kompetisi tidak akan
terjadi sampai akhir pertumbuhan tanaman.
9. Nomena
Artinya : Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang
bersyukur.