Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN MULTILITERASI DALAM KONTEKS KURIKULUM

2013

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Kurikulum Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Dr. HASAN SUAEDI, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Intan Amalia Salsabila

1810221015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “PEMBELAJARAN MULTILITERASI DALAM
KONTEKS KURIKULUM 2013” yang di sususn untuk memenuhi salah satu tugas
Pembelajaran Kurikulum.

Makalah ini memberikan banyak sekali wawasan dan pengetahuan kepada


kalangan masyarakat. di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu
yang kami sajikan, sebagai tuntunan tugas dengan topik “PEMBELAJARAN
MULTILITERASI DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013”

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang


makalah ini, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang
lebih untuk makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 26 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1.................................................................................Latar Belakang 4
1.2............................................................................Rumusan Masalah 4
1.3..............................................................................................Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5

2.1 Struktur pentas wayang kulit ...............................................................5

2.2 Aspek filosofis pentas wayang kulit....................................................7

2.3 Aspek dramatis wayang kulit...............................................................8

BAB III KESIMPULAN ................................................................................10

BAB IV DAFTAR PUSTAKA .......................................................................11


BAB I

LATAR BELAKANG
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pembelajaran Multiliterasi

keterampilan menulis yang baik untuk membangun dan mengekspresikan


makna keterampilan berbicara secara aktif. secara akuntabel dan keterampilan
menguasai berbagai media digital ke-4 keterampilan ini menunjukkan bahwa
penguasaan literasi apapun tidak bisa lepas dari konsep literasi dalam dimensi bidang
ilmu keterampilan berbahasa sejalan dengan pendapat di atas salah satu keterampilan
utama yang harus dikuasai dalam rangka membentuk kompetensi multiliterasi adalah
keterampilan membaca pemahaman yang tinggi hal ini sejalan dengan esensi
keterampilan membaca yang berfungsi si sebagai salah satu jalan dalam
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan.

Keterampilan menulis untuk membangun makna dan berekspresi sebagai


salah satu kompetensi multiliterasi merupakan keterampilan untuk menghasilkan
gagasan kritis kreatif atas pengetahuan yang sudah dimiliki menulis untuk
membangun makna berarti bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya
sekedar berfungsi sebagai sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk
menyalurkan ide siswa sendiri sehingga pemahamannya atas sesuatu hal akan
semakin meningkat lebih jauh melalui kegiatan menulis ini siswa akan mampu
mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula
kemampuannya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain

Keterampilan berbicara secara akuntabel sebagai salah satu kompetensi


multiliterasi dapat diartikan sebagai kemampuan memproduksi ide secara lisan
dengan isi yang berbobot dan saluran penyampaian yang tepat keterampilan ini sangat
berguna untuk berbagai kepentingan baik dalam menyampaikan ide mempengaruhi
dan meyakinkan orang lain maupun menghibur orang lain keterampilan berbicara
secara akuntabel merupakan ciri kepemilikan pengetahuan yang mendalam
kemampuan berpikir yang kritis dan kreatif dan sekaligus ciri kemampuan
berkomunikasi secara matang dan dewasa untuk berbagai tujuan.

Keterampilan yang mendukung kompetensi multiliterasi yang keempat adalah


keterampilan mengelola Sa'i media digital keterampilan ini berhubungan dengan
kesanggupan menguasai berbagai teknologi digital yang berkembang pesat dan telah
menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan melalui media digital ini informasi
dapat secara cepat dan akurat disajikan sehingga untuk menguasai berbagai informasi
tersebut siswa harus mampu menguasai teknologi tersebut di sisi lain penggunaan
media digital ini memberikan berbagai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat
sehingga melalui penguasaan keterampilan ini diharapkan berbagai pengaruh buruk di
media digital tersebut dapat diantisipasi dan berbagai pengaruh positif dapat
dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran.

Keempat keterampilan yang mendukung kompetensi multiliterasi di atas


merupakan keterampilan berbahasa yang difungsikan sebagai sarana menguasai
berbagai disiplin ilmu dan bukan semata-mata untuk menguasai disiplin ilmu bahasa
saja. Hal ini harus disadari bahwa apapun yang dipahami melalui membaca, yang
dimaknai dan di Ekspresikan melalui menulis, dan di komunikasikan melalui
berbicara bisa berupa pengetahuan apa saja di luar pengetahuan tentang bahasa. Oleh
sebab itu kemampuan multiliterasi ini dikenal dengan istilah kemampuan literasi
lintas bidang ilmu dan kemampuan literasi interdisiplin ilmu.

Maka model pembelajaran multiliterasi dapat didefinisikan sebagai model


pembelajaran yang mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam
mewujudkan situasi pembelajaran saintifik proses. pembelajaran ini diorientasikan
bagi pengembangan dan penggunaan ke-4 kompetensi abad ke-21 yakni kompetensi
berpikir kritis, kompetensi pemahaman konseptual, kompetensi kolaboratif dan
komunikatif, dan kompetensi berpikir kreatif. keterampilan-keterampilan yang
digunakan guna mendukung dan keempat kompetensi tersebut adalah keterampilan
membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara, dan keterampilan
penggunaan media informasi dan komunikasi.

2.2 Beberapa Studi Empiris Penerapan Pembelajaran Multiliterasi

Pembelajaran literasi yang dilakukan secara terintegrasi dengan mata


pelajaran lain telah dilakukan banyak ahli di luar negeri upaya ini dikenal bukan
hanya dilakukan di kelas rendah melainkan pula di kelas tinggi Sekolah Dasar bahkan
sampai Sekolah Menengah Atas di Indonesia pembelajaran terintegrasi hanya
dilakukan di kelas rendah Sekolah Dasar sehingga pemberlakuannya di kelas tinggi
hampir tidak pernah dijumpai. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa di kelas
tinggi mata pelajaran IPA IPS dan matematika berdiri sendiri sehingga seolah-olah
tidak berhubungan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Keberhasilan
pengintegrasian pembelajaran literasi dengan berbagai mata pelajaran lain dapat
dipahami jika ditinjau dari sudut pandang pedagogi. Dalam sudut pandang ini,
pembelajaran diyakini akan berhasil jika materi pembelajaran telah dikemas dan
disusun sesuai dengan kemampuam siswa belajar. Oleh karena itulah, dikenal istilah
pedagogical content Knowledge (PCK). Sejalan dengan persepsi ini Moje (2007)
yang telah mengembangkan pendekatan pembelajaran pck melalui penelitiannya
menyimpulkan bahwa wa penerapan pck mampu digunakan untuk mengembangkan
kognitif siswa dan sekaligus membina kebiasaan Siswa belajar secara bertahap
hingga membentuk kemampuan siswa dalam mengontrol diri dalam Bagaimana
seharusnya Ia belajar agar lebih memahami apa yang dipelajari secara esensial pck
yang dikembangkan dengan berbasis tahapan proses membaca telah mampu
digunakan untuk meningkatkan penguasaan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran apapun yang sedang dipelajarinya.

Penelitian tentang pembelajaran membaca yang dilakukan Abidin (2013) juga


menyimpulkan bahwa ada pola-pola penilaian autentik yang berbeda antara
pembelajaran membaca dengan materi sastra dan ilmu pengetahuan bertemali dengan
ditemukannya pola-pola penilaian otentik yang berbeda antara materi sastra dan
materi ilmu pengetahuan strategi pembelajaran membaca pun harus pula dilakukan
berbeda sesuai dengan muatan keilmuan yang terkandung dalam teks bacaan. Oleh
karena, itu pembelajaran membaca secara multiliterasi diyakini merupakan salah satu
solusi terbaik untuk diterapkan pada mata pelajaran lain baik materi ajar ilmu
pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial sehingga diharapkan strategi
membaca yang dikuasai siswa akan dapat digunakan secara optimal untuk memahami
isi materi kedua mata pelajaran tersebut integrasi dimaksudkan bahwa selama
pembelajaran sains dan ilmu sosial proses membaca akan dipinjam untuk
memaparkan materi pembelajaran sains dan studi sosial tersebut sehingga
pembelajaran dilakukan secara integratif penuh

Berdasarkan beberapa penelitian di atas diketahui bahwa upaya


mengembangkan kemampuan belajar dan kompetensi abad ke-21 pada diri siswa
dapat dilakukan an8 menerapkan keterampilan multiliterasi melalui penerapan
keterampilan model multiliterasi siswa tidak hanya mampu menguasai materi
pembelajaran Tetapi lebih jauh mampu berpikir kritis kreatif dan mampu pula
berkolaborasi dan berkomunikasi secara efektif Oleh sebab itu model pembelajaran
multiliterasi merupakan salah satu model yang dapat diaplikasikan dalam konteks
kurikulum 2013 menuju penugasan 4 kompetensi abad ke 21.

2.3 Dimensi-Dimensi Pembelajaran Multiliterasi

Model pembelajaran multiliterasi merupakan model pembelajaran yang


mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan situasi
pembelajaran saintifik proses keterampilan-keterampilan multiliterasi yang digunakan
yakni keterampilan membaca keterampilan menulis keterampilan berbicara dan
keterampilan penguasaan media informasi dan komunikasi bertemali dengan definisi
ini perlu diketahui dimensi apa yang terkandung dalam keempat keterampilan
tersebut yang bisa difungsikan untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa
berdasarkan aspek tersebut barulah akan terbentuk kerangka dasar pembelajaran
multiliterasi.
Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan multiliterasi
menuntut pembelajaran hendaknya dilakukan dengan berlandaskan pada
pengembangan kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Upaya ini
dimaksudkan agar keterampilan membaca yang dikembangkan dapat sesuaian dengan
isi materi pelajaran lain yang memang dikemas secara lebih terpola dan sistematis
guna mencapai kondisi ini ada beberapa sub keterampilan membaca yang harus
diperhatikan agar keterampilan membaca berfungsi bagi pengguna materi berbagai
mata pelajaran

1. Keterampilan memilih strategi membaca yang tepat keterampilan membaca


ini menyatakan siswa agar menggunakan berbagai strategi pembelajaran
membaca yang sesuai dengan isi materi yang akan dibaca. penggunaan
berbagai strategi ini akan mendorong Siswa memiliki kemampuan
metakognisi Sehingga nantinya siswa mampu menemukan strategi membaca
yang paling tepat sesuai dengan isi materi pelajaran yang dibacanya.
2. Keterampilan memahami organisasi teks keterampilan membaca ini menuntut
siswa agar terampil memahami struktur berbagai jenis tulisan yang dibacanya
keterampilan membaca ini dapat dikembangkan melalui pelibatan siswa
secara langsung dalam membandingkan pola pola organisasi berbagai jenis
wacana sehingga mereka mengetahui bagaimana teks sains dikemas teks Ilmu
Sosial diorganisasikan dan teks matematika disajikan.
3. Keterampilan mengkritisi teks membaca ini menuntut siswa agar terbiasa
menguji dan mengkritisi kebenaran sebuah teks akurasi sumber bacaan dan
kelengkapan teks.
4. Keterampilan membangun makna kata keterampilan membaca pemahaman
siswa atas makna makna tertentu yang biasanya digunakan dalam mata
pelajaran tertentu berdasarkan konsep ini siswa harus dibiasakan menggali
makna kata dan istilah sebelum mereka melakukan kegiatan membaca.
Keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan multiliterasi
menghendaki siswa mampu mengekspresikan ide dan gagasan dalam bentuk tertulis.
isi tulisan yang dibuat Siswa tentu saja akan sangat beragam sesuai dengan isi materi
yang dipelajarinya berdasarkan kondisi ini siswa harus memahami organisasi teks
sehingga mampu menulis dengan menggunakan pola pengembangan tulisan yang
benar untuk setiap materi yang berbeda Selain itu kegiatan menulis hendaknya
didasarkan atas hasil membaca hasil penelitian atau hasil observasi sehingga data
mentah dan bahan atau bahan tulisan pada saat proses menulispun siswa harus
memahami beberapa sistematika tulisan yang dikehendaki. Bertemali dengan
penggunaan keterampilan menulis untuk mengembangkan 4 kompetensi abad ke-21
keterampilan ini akan dapat bermanfaat jika diterapkan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut: 1). Kegiatan menulis harus digunakan sebagai sarana
memahami teks dalam hal ini jenis tulisan yang dapat dikembangkan siswa antara
lain intisari bacaan sinopsis visual teks, 2). keterampilan menulis harus digunakan
untuk mengkritisi isi bacaan artinya tulisan hendaknya mencerminkan tanggapan
kritis respons resensi atau jenis tulisan lain yang sejenis, 3). Tulisan yang dihasilkan
tidak nya jelas sesuai dengan jenis tujuan dan sasarannya. Berdasarkan pernyataan ini
siswa harus memahami benar struktur berbagai genre tulisan, memahami tujuan
proses menulis, dan memahami Siapa yang menjadi sasaran baca tulisannya.

Penggunaan keterampilan berbicara untuk mendukung kompetensi abad ke-21


harus dilakukan melalui penggunaan berbicara sebagai sarana berpikir kritis dan
rasional dalam mengungkapkan berbagai ide dan gagasan yang dimilikinya dalam
konteks ini jenis-jenis keterampilan berbicara yang dapat digunakan antara lain debat
diskusi presentasidan jenis percakapan lain yang relevan. Bertemali denngan kondisi
ini, siswa harus menguasai berbagai ragam tujuan berbicara, ragam kegiatan
berbicara, dan ragam etika berbicara. Berdasarkan konsep di atas, penerapan
keterampilan berbicara dalam pembelajaran hendaknnya memperhatikan beberapa hal
berikut:
1. Berbicara hendaknnya di gunakan untuk sarana memaknai teks
2. Berbicara hendaknya di lakukan dengan mempertimbangkan giliran peran
sehingga terjalin komunikasi efektif.
3. Berbicara hendaknya digunkana sebagai sarana berfikir kritis melalui kegiatan
berdiskusi, berdebat, dan atau kegiatan berbicara lainya.
4. Berbicara hendaknya tetap dilaksanakan dalam koridor etika berbicara
sehingga akan terjalin komunikasi efektif.
5. Berbicara hendaknya disertai kesempatan pascabicara yang bersifat terbuka,
kritis, dan juga etis.

Penggunaan media dan media digital sebagai alat pendukung penguasaan


kompetensi abad ke-21 dapat memainkan peran pentingnya jika berbagai media
ini di jadikan alat berfikir kritis dan digunakan dalam berbagai bidang kegiatan
inkuiri yang dilakukan siswa. Berkenaan dengan hal ini, siswa harus mampu
memnggunakan media, mengetahui fungsi media, dan memahami etika
penggunaan berbagai media tersebut.

2.4 Komponen Pembelajaran Multiliterasi

Komponen pertama dalam kerangka pembelajarn multiliterasi adalah tujuan.


Berdasarkan tujuannya, pemeblajaran multiliterasi adalah diorientasikan pada
pencapaian kompetensi abad ke-21. Guna mencapai keempat kompetensi tersebut,
siswa harus dibiasakn melakukan berbagai aktivitas inkuiri kritis sehingga akan
tumbuh kemampuannya dalam merumuskan masalah, melakukan penelitian,
menganalisi data, dan menyimpulkan berbagai hasil inkuiri. Melalui kenirja inkuiri
kritis ini, siswa akan beroleh pemahaman yang tinggi melalui kemampuan berfikir
kritis dan kemampuan berfikir kreatif.

Komponen kedua dalam pembelajaran multiliterasi adalah pertanyaan


penting. Pertanyaan penting merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang jawabannya
hanya dapat diperoleh melalui kinerja inkuiri kritis. Dengan demikian, kata tanay
yang digunkan adalah bagaimana dan mengapa. Fungsi utama pertanyaan ini adalah
memberikan landasan dan panduan bagi siswa untuk belajar dan beraktivitas serta
sekaligus menjadi pembangkit motivasi selama siswa mengikuti proses pembelajaran.

Komponen ketiga dalam pembelajaran multiliterasi adalah siklus belajar atau


siklus pembuatan makna. Komponen ini menyiratkan bahwa pembeljaran
multiliterasi memiliki tahapan yang jelas. Tahapan-tahapan tersebut akan berperan
sebagai sintaks umum dalam pembelajaran multiliterasi. Penggunaan tahapan ini
diharapkan mampu meningkatkan penugasan pengetahuan dalam diri siswa sekaligus
mampu mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka panjang.

Komponen keempat dalam pembelajran multiliterasi adalah sumber belajar.


Hal ini menandakan bahwa pembeljaran multiliterasi menghendaki keterssediyaan
berbagai sumber belajar yang mendukung terciptanya proses pembelajaran yang
bermutu, harmonis, dan bermartabat. Berbagai sumber belajar ini akan digunakan
siswa selama beraktivitas inkuiri kritis di dalam kelas maupun di luar kelas.

Komponen kelima adalah penilaan. Penilaian yang hendaknya digunakan


dalam pembelajaran multiltarasi adalah penilaian otentik, penilaian ini dipandang
sebagai penilaian yang mampu mengukur secara menyeluruh dan otentik dari pada
proses maupun hasil belajar. Penilaian ini juga bersifat formatif, sehingga hasil
penilaian pada setiap tahapan belajar akan digunakan untuk mengukur capaian
tahapan belajar. Melalui penilaian otentik ini seluruh kinerja siswa akan diketahui,
diperbaiki, dan selanjutnya dapat dikembangkan.

Komponen keenam adalah keluaran. Keluaran model ini tentu saja adalah
kompetensi abad ke-21 yakni pemahaman konsep, kemampuan berfikir kritis,
kemampuan berfikir kreatif, dan kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pembbelajaran ini sejalan dengan tuturan
implementasi kurikulum 2013.
Berdasarkan komponen dan karakteristik di atas pembelajaran multiliterasi
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pembelajaran multiliterasi dilaksanakan melalui pemanfaatan


keterampilan berbahasa sebagai sarana pengembangan pengetahuan.
2. Proses pembelajaran multiliterasi melibatkan siswa secara utuh dalam
pembelajaran dari tahapan penentuan tujuan, hingga membuat simpulan
hasil belajar.
3. Pembelajaran multiliterasi ditekankan untuk mengembangkan kompetensi
pemahaman konsep kemampuan berpikir kritis dan kreatif secara
pengembangan kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi.
4. Pembelajaran multiliterasi didasarkan atas strategi strategi pembelajaran
literasi bahasa sehingga siswa dapat menggunakan berbagai cara dalam
membangun dan mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri.
5. Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran integratif interdisiplin
ilmu sehingga pemanfaatannya dapat melingkupi berbagai disiplin ilmu.
6. Pembelajaran multiliterasi senantiasa melibatkan seluruh komponen
sekolah dan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar alamiah,
otentik, dan kaya.
7. Pembelajaran multiliterasi dikemas dengan berbasis pada pembelajaran
mandiri sehingga memberikan banyak tantangan kepada siswa dalam
rangka membentuk rasa percaya dir,i keberanian, mengambil resiko, dan
memberikan peluang untuk belajar sepanjang hayat.
2.5 Siklus Pembelajaran Multiliterasi

Salah satu komponen dalam pembelajaran multiliterasi adalah siklus belajar


atau siklus pembelntukan makna. Siklus inilah yang menggambarkan tahapan-
tahapan pembelajaran multiliterasi.

Digambarkan oleh morocco(2008:27)

1. Melibatkan
Pada tahap ini guru harus melibatkan siswa dalam pembeljaran melalui
pembangkitan skemata atau pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa diajak untuk menghubungkan topic yang
akan dibahas dengan diri siswa dengan tujuan agar siswa merasa mempelajari
topic tersebut penting bagi dirinya. Kegiatan ketiga pada tahap ini adalah
siswa di bawah bimbingan guru membuat berbagai pertanyaan yang bersifat
esensial yang akan di cari jawabannya melalui berbagai kinerja inquiri kritis
pada tahap selanjutnya. Guna mempersiapkan siswa mengikuti langkah-
langkah selanjutnya guru juga harus memaparkan aktivitas belajar yang akan
siswa lakukan sekaligus memaparkan capaian aktivitas apa yang harus siswa
hasilkan pada setiap tahapan aktivitas belajar tersebut.
2. Merespon
Pada tahap ini siswa secara individu merespon semua tantanagan belajar yang
diberikan guru. Siswa secara aktiv mulai melakukan berbagai penyelidikan
observasi ataupun kegitaan penelitian sederhana yang berhubungan dengan
pertanyaan yang telah dibuat pada tahap pertama.
3. Elaborasi
Pada tahap ini setiap siswa mengelaborasikan setiap temuan individu dengan
temuan teman kelompoknya. Proses elaborasi ini harus sampai menghasilkan
ide-ide bersama yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang di
berikan. Hasil kelompok ni dituangkan dalam sebuah laporan kelompok yang
juga harus dimiliki oleh seluruh anggota.
4. Meninjau ulang
Pada tahap ini draf laporan kelompok ditinjau ulang kebenarannya. Proses ini
dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap data individu,
keabsahan sumber, dan pengecekan keakuratan hasil. Jika sudah di lakukan
pengecekan maka setiap kelompok menunjuk satu anggota untuk memaparkan
kesimpulan, dan siswa lain dipersilahkan untuk mencatat hasil diskusi .
5. Mempresentasikan
Pada tahap ini perwakilan kelompok memaparkan hasil kerjanya di depan
kelas. Pemaparan dilanjutkan diskusi kelas dan diakhiri dengan kegiatan
peninjauan, penguatan, dan pengembangan materi oleh guru.
2.6 Implementasi Pembelajaran Multiliterasi
Penerapan pembelajaran multiliterasi berkaitan erat dengan penggunaan
keterampilan bahasa sebagai alat belajar. Bertema Ali dengan kenyataan ini,
berikut dipaparkan beberapa prosedur pembelajaran keterampilan berbahasa yang
dapat diaplikasikan sebagai satu model pembelajaran multiliterasi.
1. Metode Tranformasi Persuasive
Metode tranformasi merupakan metode pembelajaran membaca yang diakhiri
dengan pelibatan siswa untuk mengubah genre wacana yang dibacanya
menjadi jenis genre yang lain. Bahan ajar yang digunakan untuk menerapkan
metode ini seyogyanya merupakan wacana bersifat persuasif. Tujuan metode
ini adalah meningkatkan keterampilan siswa membaca sekaligus
meningkatkan kemampuannya dalam mengemukakan gagasan persuasif
melalui penciptaan genre baru dari wacana yang telah dibaca.
Tahap prabaca:
a. Membangun rasa ingin tahu
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan pancingan tentang hal apa
saja yang siswa belum ketahui sehingga mereka ingin mengetahuainya.
b. Pertanyaan pemandu
Berdasarkan LKP yanga berisi rasa keingntahuan yang dibuat siswa pada
langkah selanjutnya, guru mengubah keinginan tersebut menjadi
pertanyaan yang harus mereka jawab selama proses pembelajaran.
Tahap membaca:
c. Menjawab pertanyaan pemandu
Pada tahap ini siswa membaca wacana dengan teknik baca layap atau
teknik baca memindai agar dapat menjawab pertanyaan yang dibuatnya.
d. Diskusi persuasif
Pada tahap ini siswa mendiskusikan berbagai upaya yang dapat mereka
lakukan dalam rangka membujuk orang lain agar tertarik dengan ide
mereka.
Tahap pascabaca:
e. Mengubah genre
Atas dasar ide yang dihasilkan pada tahap diskusi, siswa menulis sebuah
iklan ataupun poster yang menarik yang berdaya persuasive.
2. Metode Observasi Kritis
Metode observasi kritis merupakan metode pembelajaran menulis yang
menekankan kamampuan siswa melakukan serangkaian aktivitas pengamatan
sebagai bahan dalam kegiatan menulis. Pelaksanaan metode menulis observasi
kritis adalah:
Tahap pramenulis
a. Menentukan topic
Pada tahap ini siswa menentukan topic yang akan ditulisnya. Jika ada
beberapa siswa yag memiliki ketertarikan topik yang sama, mereka dapat
bekerja sama, melakukan elaborasi, bercurah pendapat, dan melakukan
maksud dan tujuan penulisan.
b. Menentukan maksud dan tujuan penulisan.
Tahap menulis
c. Melakukan observasi
Pada tahap ini siswa melakukan observasi, wawancara, eksplorasi, atau
bahkan melakukan kegiatan eksperimen/penelitian.
d. Membuat peta konsep
Pada tahap ini siswa mencatat seluruh hasil kegiatan pengumpulan
datanya dalam bentuk peta konsep. Peta konsep ini berfungsi sebagai
kerangka karangan.
e. Menulis draf
Pada tahap ini siswa menulis draf karangan sesuai dengan peta konsep
yang di buatnya.
Tahap pascamenulis
f. Revisi
Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya
ataupun guru mengoreksi isi tulisan yang dibuatnya.
g. Pengeditan
Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya
ataupun guru mengoreksi dan memperbaiki tulisannya khusunya dalm hal
penggunaan ejaan, kejelahan tulisan, kesalahan format, dan kesalahan-
kesalahan mekanis lainnya.
h. Pembacaan professional
Pada tahap ini siswa membaca tulisannya secara hati-hati untuk
memastikan bahwa seluruh tulisannya telah di perbaiki dan yakin tidak
ada lagi kesalahan di dalamnya.
i. Publikasi
3. Metode Rangsangan Gagasan
Metode rangsangan gagasan merupakan metode pembelajaran
menyimak yang dikembangkan berdasarkan kegiatan curah gagasan yang
dilakukan siswa sebelum proses menyimak. Bahan ajar yang digunakan
hendaknya merupakan bahan ajar yang problematik sehingga nantinya siswa
dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah baik berdasarkan versi teks
sebagai wujud pemahaman maupun versi siswa sendiri sebagai wujud
penalaran. Tujuan utama metode ini adalah meningkatkan kemampuan daya
simak siswa sekaligus membangun kemampuan penalaran siswa. Langkah-
langkah metode:
a. Tahap prasimak
1. Apersepsi, pada tahap ini guru memperkenalkan tema wacana yang
akan siswa pelajari selama pembelajaran menyimak.
2. Curah pendapat, pada tahap ini siswa ditugaskan untuk mencurahkan
gagasannya dalam hal memecahkan masalah seputar tema materi
simakan.
b. Tahap menyimak
3. Menangkap ide, siswa ditugaskan mencatat semua ide penting yang
berhubungan dengan usaha pemecahan masalah sekait dengan tema.
4. Membedakan fakta dan opini, siswa dituntutuntuk mampu
mambedakan fakta dan opini berdasarkan cara pandang mereka.
5. Diskusi ide pokok, pada tahap ini siswa secara kooperatif berusaha
memecahkan masalah yang di sajikan.
c. Tahap pascasimak
6. Membuat intisari, yang bertujuan untuk menguji kemampuan
menyimak siswa dan juga daya nalar mereka.
7. Menjawab pertanyaa, untuk menguji kemampuan siswa menyimak dan
dayanalarnya.
4. Debat Inisiasi
Metode inisiasi debat pada dasarnya merupakan metode pembelajaran
berbicara yang menuntut siswa terampil berbicara dengan mengandalkan
kemampuan berlogikan dan kemapuan bertutur santun ketika debat. Tahapan
metode:
a. Tahap prabicara
1. Guru menyajikan permasalahan yang bersifat problematik, guru
membagi siswa kedalam dua kelompok yakni kelompok pro dan
kontra.
2. Siswa menyusun urraian yang disajikan guru sesuai dengan
kedudukannya.
b. Tahap berbicara
c. Tahap pascabicara
1. Diskusi konsep dan performa, mendiskusikan segala Sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan debat yang telah dilakukan.
2. Tindak lanjut, siswa diberikan tugas untuk menentukan sendiri
masalah.

Demikianlah beberapa contoh penerapan pembelajaran multiliterasi yang


dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai