Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1           Latar belakang masalah

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik


politik,militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki
suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent.

Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat
pengakuan dari negara lain.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu


wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara
itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara
diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada
wilayah tempat negara itu berada.

Sedangkan istilah susunan negara ditujukan untuk menentukan apakah negara itu
merupakan negara kesatuan, federasi atau konfederasi. Contoh negara kesatuan
adalah Republik Indonesia, dan ini jelas terdapat dalam UUD 1945 pasal 1, “Negara
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.

Adapun Negara Federal adalah suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian
(deelstaten) yang masing-masing tidak berdaulat biasa juga disebut sebagai negara
serikat (boomstaat). Dan negara konfederasi (statebond) pada hakikatnya bukanlah
negara, tetapi merupakan serikat atau perkumpulan masing-masing negara merdeka.
Ikatan perkumpulan tersebut, bisa karena kepentingan bersama atau karena
perkembangan sejarah, contohnya adalah Commonwealth.

1.2           Rumusan masalah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menentukan rumusan masalah, yaitu


sebagai berikut :

1. Apakah itu negara ?


2. Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara ?
3. Apakah tujuan dan fungsi negara ?

1
1.3           Tujuan penulisan

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas kuliah pada
mata kuliah Ilmu Negara semester ganjil. Dalam penulisan dan penyusunan makalah
ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan telaah
materi pada mata kuliah Ilmu Negara.

BAB II

2
PEMBAHASAN

Sebelum kita membahas topik tentang ‘Apakah itu negara ?’, dibawah ini disajikan
beberapa rumusan mengenai negara itu sendiri.

Menurut Roger H. Soltau :

Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat (The state is an
agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in
the name of the community)

Menurut Harold J. Laski :

Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang


yang bersifat memaksa dan yang secara sah  lebih berkuasa daripada individu atau
kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya
keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara
hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan
oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (The state is a society
wich is integrated by possesing a coercive authority legally supreme over any individual
ot group wich is part of the society. A society is a group of human beings living together
and working together for the satisfaction of their mutual wants. Such a society is a state
when the way of live to wich both individuals and associations must conform is
definedby a coercive authority binding upon them all)

Menurut Max Weber :

Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan


kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah (The state is a human society that
(succesfully) claims the monopoli of the legitimate use of physical force within a given
territory)

Menurut Robert M. Maclver :

Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu


masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa (The state is an association which, acting through law as
pormulgalted by a government endowed to this end with coercive power, maintains
within a community territorially demarcated the universal external conditions of social
orders)

3
Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik
Jikalau diperhatikan pendapat Georg Jellinek dalam bukunya yang
berjudulAllgemeine Staatslehre, ilmu negara sebagai Theoristische Staatswissenschaft
ataustaatslehre merupakan hasil penyelidikan dan diperbandingkan satu sama
lain,sehingga terdapat persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
diantara pelbagai sifat dan organisasi-organisasi negara itu.Karena itu dari fakta yang
bermacam-macam itu dicari sifat-sifat dan unsur-unsur  pokoknya yang bersifat
umum seakan-akan intisari unsur-unsur itu merupakan“pembagi persekutuan
terbesar (ppt) dalam ilmu hitung atau grootste gemenedeler-nya dari keadaan yang
berbeda-beda itu.
Dan jika pekerjaan yang dikerjakan untuk diharapkan, dijalankan atau
diterapkan di dalam praktek untuk mencapai tujuan tertentu, tugas itu diserahkan
kepada Angewandte staatswissechaft atauilmu politik. Jadi ilmu negara selaku ilmu
pengetahuan sosial yang bersifatteoritis, segala hasil penyelidikannya dipraktekkan
oleh ilmu politik sebagai ilmu pengetahuan dan bersifat praktis (angewandt, toegepast
atau applied).
Dengan demikian jelaslah menurut pahamnya, bahwa ilmu politik itu tidaklah
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang berdiri sendiri.Herman Heller menganggap
ilmu politik atau politikologie sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dan bertalian pula
dengan pengaruh konsepsi Ango-Saxon terutama Amerika terhadap ilmu politik yang
lebih menitikberatkan pembahasannya kepada hal-hal yang bersifat praktis dalam
masyarakat sebagai gejala sosio-politik.Maka dalam hubungan ini jelaslah ada sifat-
sifat komplementer, karena itu ilmunegara merupakan salah satu hardcore (teras inti)
dari pada ilmu politik.

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara dalam Arti Luas
Untuk istilah ilmu hukum tata negara ini disingkat HTN sering dipakai istilah
yang berlainan. Umpamanya di negara Belanda disebutkan Staatsrecht, di
negaraJerman Verfassungsrecht, di tanah Inggris Cosntitusional-law. Sedangkan
dinegara Prancis menurut sarjana yang bernama Maurice Duverger di dalam bukunya
yang berjudul Droit Constitutionnel et institutions Politiques, disebutdroit
constitutionnel.Selanjutnya menurut Prof. Usep Ranawidjaja, S.H. dalam tulisannya
“Himpunankuliah hukum tata negara Indonesia”. Istilah hukum tata negara
merupakan hasilterjemahan dari bahasa Belanda Staatsrecht. Sudah menjadi
kesatuan pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk membedakan antara
“hukum tata negaradalam arti luas” (staatsrecht in ruime zin), dan “hukum tata
negara dalam artisempit” (staatsrecth in engezin), dan untuk membagi hukum tata
negara dalam artiluas itu atas dua golongan hukum, yaitu:1.Hukum tata negara
dalam arti sempit atau untuk singkatnya dinamakanhukum tata negara2.Hukum tata
usaha negaraHukum tata usaha negara atau disingkat HTUN sebagai hasil alih
bahasa dari bahasa Belanda seringkali mempunyai istilah yang berlainan.
Umpamanya dinegara Belanda ada yang menyebutnya administratief recht ada pula
yangmenyebutnya Bestuurs recht seperti G.A. Van Poelje dan G. J. Wiarda.Di negara

4
Jerman disebut Verwaltungsrecht, di tanah Perancis droit administratief,sedangkan di
Indonesia ada yang menyebutnya “hukum tata usaha negara’ sepertidi kalangan
Universitas Negeri Padjajaran, akan tetapi dikalangan Universitas
Negeri Gajah Mada disebutnya “hukum tata pemerintahan,”, sedangkan Prof.
Dr.E. Utrech, S.H. menyebutnya ‘Hukum Administrasi Negara”, dalam undang-
undang dasar sementara republik Indonesia (UUDSRI) tahun 1950 pada pasal
108dipakai istilah “hukum tata usaha”, dan disamping itu Wirjono Prodjodikoro,
S.H.dalam majalah hukum tahun 1952 nomor 1 mengintroduksi istilah “Hukum
TataUsaha Pemerintahan”.Maka dengan demikian jelaslah bahwa ilmu negara yang
merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan
sendiri-sendiri pokok negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis yang bersifat
umum untuk hukum tata negara. Oleh karena itu agar dapat mengerti dengan
sebaik-baiknyadan sedalam-dalamnya sistem hukum ketatanegaraan sesuatu negara
tertentu,sudah sewajarnyalah kita harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan
segala hal ikhwalnya secara umum tentang negara yang didapat dalam ilmu
negara.Menjadi teranglah bahwa dalam rangka perhubungan ini ilmu negara
merupakan suatu pelajaran pengantar dan ilmu dasar pokok bagi pelajaran hukum
tata negara,karenanya hukum tata negara tidak dapat dipelajari secara ilmiah dan
teratur sebelum terlebih dahulu dipelajari pengetahuan tentang pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari pada negara umumnya.Maka ilmu
negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk hukum tata negarayang positif.
Hukum tata negara merupakan penerapan atau pelarapan di dalamkenyataan-
kenyataan konkret dari bahan-bahan teoritis yang dihasilkan oleh ilmunegara.
Karenanya ilmu hukum tata negara itu mempunyai sifat praktis appliedscience yang
bahan-bahannya diselidiki, dikumpulkan dan disediakan oleh purescience ilmu
negara.

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara


Ilmu perbandingan hukum tata negara ini dikenal dengan sebutan
vergelijkendestaatsrechtswetenschap atau comparative government, sedangkan Prof.
M. Nasroen, S.H., menamakannya “Ilmu Perbandingan Pemerintahan”
sebagaimana judul bukunya.Sedangkan dengan hal tersebut di atas Roelof
Kranenburg dalam bukunya; inleidinin de vergelijkende staastrecht sweetens chap
pada bab; object der vergelijkendestaastrecht sweetens chap, menyatakan bahwa dari
ilmu pengetahuan dan diferensiasi itu dihasilkan ilmu perbandingan tata negara.
Kemudian yang menjadi objek penyelidikan ilmu perbandingan hukum tata negara,
ialah bahwa “dalam peninjauan lebih lanjut, mungkin ternyata manfaat mengadakan
perbandingan secara metodis dan sistematis terhadap ‘bentuk’ yang bermacam-
macam dari sifat-sifat dan ketentuan-ketentuan umum dari genus “negara”. Dan
sekali lagi, jikalau penyelidikan itu berkembang dapatlah dicapai suatu tingkatan
yang menghendaki,agar penyelidikan dan kumpulan-kumpulan masalahnya dijadikan
satu kesatuan yang baru sekali dan sekali lagi timbullah suatu cabang ilmu
pengetahuan, yaitu ilmu perbandingan hukum tata negara.Jadi jelaslah, bahwa ilmu
perbandingan hukum tata negara bertugas menganalisissecara teratur, menetapkan

5
secara sistematis, sifat-sifat apakah yang melekat padanya, sebab-sebab apa yang
menimbulkannya, mengubah dan menghilangkan atau menyebabkan yang satu
memasuki yang lain terhadap bentuk-bentuk negara itu.Maka dalam hubungan ini
Roelof Kranenburg dalam buku tersebut di atas menyatakan bahwa dalam
menunaikan tugasnya, ilmu perbandingan hukum tatanegara itu, haruslah
mempergunakan hasil yang diperoleh ilmu negara. Karena itu perkembangan ilmu
negara dan ilmu hukum merupakan syarat mutlak bagi kesuburan tumbuh nya ilmu
perbandingan hukum tata negara untuk menjadi ilmu yang memberi keterangan dan
penjelasan atau verklarend.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Admnistrasi Negara


Kedua cabang ilmu tersebut mempunyai kaitann yang sangat erat, karena
staatrechtin engere zein (HTN dalam arti sempit) dan administratiet recht (HAN)
adalah bagian dari staatrecht in ruimere zin (HTN) dalam arti luas. Terdapat dua
kelompok dalam memandang hubungan ntar HTN dengan HAN: Golongan yang
berpendapat bahwa antara HTN da HAN terdapat perbedaan prinsipil (asasi), karena
kedua ilmu tersebut dapat dibagi secara tajam baik seistematika maupun isinya.

2.1 Apakah itu Negara ?

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi


pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia
hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh
pertentangan.

Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan


kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang
dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidpan bersama itu. Negara menetapkan
cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam
kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan atau asosiasi, maupu oleh negara
sendiri. Dengan demikian negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-
kegiatan sosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama. Dalam rangka ini boleh
dikatakan bahwa negara mempunyai dua tugas :

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang


bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonis yang
membahayakan ;
2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan
ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyrakat seluruhnya. Negara
menentukan bagaimana kegiatan-kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan
disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional.

6
Pengendalian ini dilakukan berdasarkan sistem hukum dan dengan perantaraan
pemerintah beserta segala alat perlengkapannya. Kekuasaan negara mempunyai
organisasi yang paling kuat dan teratur, maka dari itu, semua golongan atau  asosiasi
yang memperjuangkan kekuasaan harus dapat menempatkan diri dalam rangka ini.

2.2 Bagaimana Sifat dan unsur suatu negara ? 

Sifat-sifat negara

Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifesti dari kedaulatan yang
dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada
asosiasi atau organisasi lainnya. Umumnya dianggap bahwa setiap negara
mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli, dan sifat mencakup semua.

1. Sifat memaksa. Agar peraturan perundangan-undangan ditaati dan dengan


demikian dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta
timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam arti
mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana
untuk itu adalah polisi, tentara, dan sebagainya. Organisasi dan asosiasi yang
lain dari negara juga mempunyai aturan, akan tetapi aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh negara lebih mengikat.

Di dalam masyarakat yang bersifat homogen dan ada konsensus nasional yang
kuat mengenai tujuan-tujuan bersama, biasanya sifat paksaanini tidak begitu
menonjol ; akan tetapi di negara-negara baru yang kebanyakan belum
homogen dan konsensus nasionalnya kurang kuat, sering kali sifat paksaaan
ini akan lebih tampak. Dalam hal demikian di negara demokratis tetap disadari
bahwa paksaan hendaknya dipakai seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya
dipakai persuasi (meyakinkan). Lagi pula pemakaian pemaksaan secara ketat ,
selain memerlukan organisasi yan ketat, juga memerlukan biaya yang tinggi.

Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap
warga negara harus membayar pajak dan orang yang menghindari kewajiban
ini dapat dikenakan denda, atau disita miliknya, atau di beberapa negara
malahan dapat dikenakan hukuman kurungan.

2. Sifat monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan


bersama dalam masyarakat. Dalam rangka ini negara dapat menyatakan
bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan
disebarluaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan
masyarakat.

3. Sifat mencakup semua (all-encompassing, all-embracing). Semua peraturan


perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk

7
semua orang tanpa kecuali. Keadaan demikian memang perlu, sebab kalau
seseorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha
negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal. Lagi
pula, menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involuntary
membership) dan hal ini berbeda dengan asosiasi lain di mana keanggotaan
bersifat sukarela.

Unsur-unsur negara

Negara terdiri atas beberapa unsur yang dapat diperinci sebagai berikut :

1. Wilayah. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan


mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh
wilayah, tidak hanya tanah, tetapi juga laut disekelilingnya dan angkasa
diatasnya. Karena kemajuan teknologi dewasa ini masalah wilayah lebih rumit
daripada di masa lampau. Sebagai contoh, jika pada masa lampau laut sejauh
3 mil dari pantai (sesuai dengan jarak tembak meriam) dianggap sebagai
perairan teritorial yang dikuasai sepenuhnya oleh negara itu, maka peluru-
peluru missile sekarang membuat 3 mil tidak ada artinya. Oleh karena itu,
beberapa negara (termasuk Indonesia)  mengusulkan agar perairan teritorial
diperlebar menjadi 12 mil. Di samping itu kemajuan teknologi yang
memungkinkan penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai, atau
yang dinamakan landas benua (continental self) telah mendorong sejumlah
besar negara untuk menuntut penguasaan atas wilayah yang lebih luas.
Wilayah ini diusulkan  selebar 200 mil sebagai economic zone agar juga
mencakup hak menangkap ikan dan kegiatan ekonomis lainnya.
Dalam mempelajari wilayah suatu negara perlu diperhatikan beberapa
variabel, antara lain besar kecilnya suatu negara. Menurut hukum
internasional, berdasarkan prinsip the sovereign equality of nations, semua
negara sama martabatnya. Tetapi dalam kenyataan sendiri negara kecil sering
mengalami kesukaran untuk mempertahankan kedaulatannya, apalagi kalau
tetangganya negara besar.
Di lain pihak, negara yang luas wilayahnya menghadapi bermacam-
macam masalah, apalagi kalau mencakup berbagai suku bangsa, ras, dan
agama. Juga faktor geografis, seperti iklim dan sumber daya alam merupakan
variabel yang perlu diperhitungkan. Juga perbatasan merupakan
permasalahan ; misalnya apakah perbatasan merupakan perbatasan alamiah
(laut, sungai, gunung), apakah negara itu tidak mempunyai hubungan dengan
laut sama sekali (land-locked), atau apakah negara itu merupakan benua atau
nusantara.

2. Penduduk. setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara


menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya. Dalam mempelajari soal
penduduk ini, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk,

8
tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan, homogenitas, dan masalah
nasionalisme. Dalam hubungan antara dua negara yang kira-kira sama tingkat
industrinya, negara yang sedikit penduduknya sering lebih lemah
kedudukannya daripada negara yang banyak penduduknya. (Prancis terhadap
Jerman dalam Perang Dunia II). Sebaliknya, negara yang padat penduduknya
(India, China) menghadapi persoalan bagaimana menyediakan fasilitas yang
cukup sehingga rakyatnya dapat hidup secara layak. Di masa lampau ada
negara yang mempunyai kecerendungan untuk memperluas negaranya melalui
ekspansi. Dewasa ini cara yang dianggap lebih layak adalah meningkatkan
produksi atau menyelenggarakan program keluarga berencana untuk
membatasi pertambahan penduduk. Dalam memecahkan persoalan semacam
ini faktor-faktor seperti tinggi-rendahnya  tingkat pendidikan, kebudayaan, dan
teknologi dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting.

3. Pemerintah. Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk


merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi
seluruh penduduk di dalam wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain
berbentuk undang-undang dan peraturan-peraturan lain. Dalam hal ini
pemerintah bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan
dari negara. Bermacam-macam kebijaksanaan ke arah tercapainya tujuan-
tujuan lasyarakat dilaksanakannya sambil menertibkan hubungan-hubungan
manusia  dalam masyarakat. Negara mencakup semua penduduk, sedangkan
pemerintah hanya mencakup sebagian kecil daripadanya. Pemerintah sering
berubah, sedangkan negara terus bertahan (kecuali kalau ada pengaruh dari
negara lain). Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.

4. Kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat


undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk
paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi ini untuk
memaksa semua penduduknya agar menaati undang-undang serta peraturan-
peraturannya (kedaulatan ke dalam-internal sovereignty). Di samping itu
negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari
negara lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty).
Untuk itu negara menuntut loyalitas yang mutlak dari warga negaranya.

Kedaulatan merupakan suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak
terlalu sama dengan komposisi dan letak dari kekuasaan politik. Kedaulatan
yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada,  sebab pemimpin kenegaraan (raja
atau diktator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan dan faktor-faktor yang
membatasi penyelenggaraan kekuasaan secara mutlak. Apalagi kalau
menghadapi masalah dalam hubungan internasional ; perjanjian-perjanjian
internasional pada dasarnya membatasi kedaulatan suatu negara. Kedaulatan

9
umumnya tidak dapat dibagi-bagi, tetapi dalam negara federal sebenarnya
kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian.

A.     Pengertian Negara


Istilah negara di terjemahkan dari kata-kata asing yaitu “steat” (bahasa
Belanda dan Jerman). “state” (Bahasa Inggris). “Etat” (bahasa Perancis). Kata “Staat,
State, etat itu diambil dari kata bahasa latin yaitu “status” atau “statum” yang artinya
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat yang tegak dan tetap.
Kata “status” atau “statum” lazim diartikan sebagai “standing” atau “station”
(kedudukan) yang dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia
sebagaimana diartikan dalam istilah “Status Civitatis” atau “Status Republicae”.
Menurut sejarah pengertian Negara memang selalu berubah-ubah hal ini
memang sejalan dengan perkembangan masyarakat saat itu. Beberapa pendapat para
ahli hukum mengenai pengertian Negara yaitu:
1. Aristoteles
Merumuskan Negara dalam bukunya yang berjudul politica yang disebutnya
sebagai Negara polis, yang pada saat itu masih dipahami dengan pengertian Negara
dalam lingkup wilayah yang kecil. Dalam pengertiannya itu Negara disebut sebagai
Negara hukum yang di dalamnya terdapat warga Negara yang ikut dalam
permusyawaratan. Oleh karena itu keadilan merupakn syarat mutlak bagi
terbentuknya Negara yang baik dan terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
2. Agustinus
Agustinus merupakan seorang tokoh katolik. Ia membagi Negara dalam dua
pengertian yaitu Civitas dei yang artinya Negara Tuhan dan Civitas terrene atau
Civitas diaboli yang artinya Negara duniawi. Civitas Terrena ini ditolak agustinus dan
yang dianggap baik adalah Civitas Dei atau nagara Tuhan.
3. Nicollo Machiavelli
Dalam bukunya II principle ia memandang bahwa dalam suatu Negara harus
ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja
sebagai pemegang kekuasaan Negara tidak mungkin hanya mengandalkan satu
kekuasaan saja jadi dengan kata lain raja mempunyai kekuasaan yang luas dan
dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya tersebut. Teori mendapat
tentangan dari filsuf yang lain seperti Thomas Hobbes, John Locke, Rousseau. Mereka
mengartikan Negara sebagai suatu badan/organisasihasil dari perjanjian masyarakat
bersama. Menurut mereka manusia itu sudah membawa hak-hak asasinya seperti
hak untuk hidup, hak milik serta hak kemeredekaan, tetapi yang menjadi masalah
ialah tidak adanya yang menjamin perlindungan hak-hak tersebut yang selanjutnya
menimbulkan perbenturan kepentingan berkaitan dengan hak-hak masyarakat
tersebut.
4. Roger H. Soltau
Negara adalah sebagai alat agency atau wewenang/authority yang mengatur
atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
5. Harold J. Lasky

10
Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
memepunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari masyarakat itu
6. Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yan mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan secara fisik di suatu wilayah

B.      Sifat Hakikat Negara (Das Wessen Des States)

Kalau kita ingin mengetahui tentang sifat dan hakikat suatu negara, maka
dapat pula pertayaan dirumuskan apa sebenarnya negara itu. Hal ini jelas tergantung
darimana kita meninjaunya.

Secara Historis, Pada zaman yunani Negara itu adalah “polis” yang berarti
Negara kota dengan sifat yang khusus. Di abad pertengahan kita lihat bahwa Negara
adalah suatu organisasi yang terbentuk. Di permulaan abad modern kita jumpai
pandangan bahwa Negara adalah milik dinasti/imperium.

Secara historis akhirnya kita jumpai pula pandangan bahwa Negara itu sifat
hakikatnya adalah suatu ikatan tertentu atau status tertentu, yaitu status bernegara
sebagai lawan dari status belum bernegara.

Pada zaman modern kemudian kita lihat peninjauan-peninjauan dari segi


sosiologis dan yuridis yang dalam batas-batas tertentu diterapkan di dalam Ilmu
Negara khusus.

Pendapat para sarjana mengenai sifat hakikat Negara dalam peninjauan sosilogis.

a.      Pandangan Socrates

Semua manusia menginginkan kehidupan aman, tenteram, dan lepas dari


gangguan yang memusnahkan harkat manusia. Kala itu, orang-orang yang
mendambakan ketenteraman menuju bukit dan membangun benteng, serta mereka
berkumpul disana menjadi kelompok. Kelompok inilah yang oleh Socrates dinamakan
polis (suatu kota saja) . organisasi yang mengatur hubungan antara orang-orang yang
ada dalam polis itu tidak hanya mempersoalkan organisasinya saja, tapi juga tentang
kepribadian orang-orang yang disekitarnya. Socrates menganggap polis identik
dengan masyarakat, dan masyarakat identik dengan Negara.

b.      Pandangan Plato

Plato adalah murid dari Socrates. Ia banyak menulis buku, diantaranya yang
terpenting adalah “politeia” (Negara), “Politicos” (Ahli Negara), dan “Nomoi” (Undang-
undang). Paham Plato mengenai Negara adalah keinginan kerjasama antara manusia
untuk memenuhi kepentingan mereka. Kesatuan  mereka inilah kemudian disebut
masyarakat, dan masyarakat itu adalah Negara. Terdapat persamaan antara sifat-
sifat manusia dan sifat-sifat Negara.

11
c.       Pandangan Aristoteles

Menurut Aristoteles Negara itu adalah gabungan keluarga sehingga menjadi


kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam Negara akan tercapai bila terciptanya
kebahagiaan individu (perseorangan). Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia, dia
harus bernegara, karena manusia saling membutuhkan satu dengan yang lain dalam
kepentingan hidupnya. Manusia tidak lepas dari kesatuannya. Kesatuan manusia itu
adalah Negara. Negara menyelenggarakan kemakmuran warganya. Oleh karena itu,
Negara sebagai alat agar kelompok manusia bertingkah laku mengikuti tata tertib
yang baik dalam masyarakat. Dengan demikian Negara sekaligus merupakan
organisasi kekuasaan.

d.      Pandangan Kranenburg dan Rudolf Smend

Yang dipersoalkan dalam peninjauan sosiologis ini adalah bagaimana kelompok


manusia sebelum terjadinya Negara. Karena kelompok itu perlu diatur, maka
dibentuklah organisasi sebagai alat untuk mengatur kelompok tersebut, yaitu
organisasi Negara. Agar alat itu dapat bermamfaat, maka alat itu harus mempunyai
kekuasaan/kewibawaan. Dengan demikian, maka muncul sifat hakikat Negara
Dwang organisatie, Zwang ordnung dan Coercion instrument.

Jadi Negara dalam hal ini semata-mata sebagai alat yang dapat memaksakan
manusia-manusia dalam kelompok itu tunduk pada kekuasaannya, agar berlaku tata
tertib yang baik dalam masyarakat. Yang memiliki kekuasaan/kewibawaan ini
pertama-tama dilihat dalam masyarakat keluarga, maka seorang ayah muncul
sebagai yang mempunyai kekuasaan itu. Kemudian  masyarakat itu menjadi makin
besar yang disebut Negara, kekuasaan demikian masih tetap terbawa oleh pemimpin
Negara itu (form the family to state). Perkembangan lebih lanjut, teryata bahwa tidak
semua kelompok masyarakat terjadi dengan sendirinya seperti masyarakat keluarga
itu, melainkan adapulakelompok masyarakat yang sengaja dibuat. Kelompok
masyarakat itu sengaja dibuat, karena orang-orang yang berkelompok itu merasa
dirinya senasib, sekeinginan, sekemauan dan setujuan. Untuk itu, Kranenburg
mencoba mengadakan system pengelompokan manusia di dalam masyarakat
berdasarkan dua ukuran, yaitu
 Apakah pengelompokan itu ada disuatu tempat tertentu atau tidak;
 Apakah kelompok itu teratur atau tidak.

Dari dua unsur tersebut, diperoleh empat macam kelompok masyarakat sebagai
berikut:
1) Kelompok yang ada di satu tempat tertentu dan teratur, contohnya, kelompok
orang-orang dalam ruang kuliah, atau kelompok orang-orang yang menonton
bioskop.

12
2) Kelompok yang ada disatu tempat tertentu, namun tidak teratur, misalnya,
massa dalam demonstrasi liar.
3) Kelompok yang tidak setempat dan tidak teratur; misalnya, kelompok tukang
jual kacang rebus, kelompok penjaja Koran.
4) Kelompok yang tidak setempat tetapi teratur; kelompok inilah yang disebut
Negara oleh Kranenburg karena kelompok ini terbentuk bukan karena
kesamaan tempat, melainkan  membentuk kelompok yang teratur.

Usaha mereka untuk mengadakan pengelompokan karena adanya rasa bersatu


yang erat di samping mereka menghadapi bahaya bersama. Jadi yang penting
menurut Kranenburg adalah pengelompokan itu terjadi atas dasar bahaya bersamaan
tujuan kelompok itu adalah mengatur diri mereka sendiri dengan peraturan yang
dibuat. Sebaliknya dari segi individu, timbul keinginan untuk menaati peraturan-
peraturan yang dibuat (adanya ikatan keinginan). Ikatan keinginan itu lalu menjelma
dalam ikatan kemauan bersama, yang terkenal dengan istilah willenverhaltnis, baru
kemudian secara logis timbul suatu tujuan bersama.

Kesatuan akan tujuan bersama disebut teleologische einheit. Setelah adanya


ikatan kemauan baru timbul soal penguasaan, yaitu persoalan siapa yang menguasai
dan siapa yang dikuasai. Yang memegang kekuasaan adalah ikatan penguasa atau
yang disebut dengan istilah Herrschaftsverhaltnis. Ikatan penguasa dilihat dari
adanya kekuatan yang mengharuskan ditaatinya peraturan dalam Negara tersebut.
Peninjauan sosiologis yang menimbulkan taraf demi taraf sampai timbulnya
hubungan antara yang menguasai dan yang dikuasai inilah merupakan suatu
peninjauan ilmiah yang sistematis.

Sebagai spesifikasi dari peninjauan sosiologis ini adalah peninjauan politis.


Menurut Rudolf Smend, fungsi dari Negara yang terpenting ialah untuk integrasi
(mempersatukan). Kerangka berfikir Rudolf Smend adalah Negara sebagai ikatan
keinginan yang diusahakan agar selalu tetap (statis), dengan cara mengadakan
faktor-faktor integrasi tersebut. Ikatan keinginan dikatakan sebagai faktor integrasi,
karena jika ikatan keinginan itu lepas dari Negara, maka Negara menjadi tidak ada
(lenyap) dan menimbulkan separatisme. Oleh karena Rudolf Smend mengatakan
bahwa tugas Negara yang terpenting adalah integrasi, maka peninjauannya bersifat
politis.

e.      Pandangan Heller dan Logemann

Berbeda dengan pendapat Kranenburg, Heller dan Logemann menyatakan,


bahwa yang terlihat adalah bukan Negara sebagai suatu kesatuan bangsa, melainkan
kewibawaan atau kekuasaan tertinggi ada pada siapa atau berlakunya untuk siapa.
Logemann mengatakan bahwa Negara itu pada hakikatnya adalah suatu
organisasi kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang
kemudian disebut bangsa. Jadi, pertama-tama Negara itu adalah suatu organisasi

13
kekuasaan, dalam mana terkandung pengertian dapat memeksakan kehendaknya
kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi ini. Maka, Logemann berpendapat
bahwa yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya, yaitu Negara. sedangkan
kelompok manusianya adalah sekunder.

Heller juga mengatakan bahwa teori Kranenburg itu tidak benar karena jika
dalam Negara jajahan maka antara yang menguasai dengan yang dikuasai tidak
meupakan satu kesatuan bangsa. Demikian pula, seperti di Commenwealth Inggris.

f.        Pandangan Openheimer dan Gumplowicks


Bertolak dari herrschaftsverhaltnis, mereks berpendapat bahwa suatu Negara
itu ada karena penaklukan kelompok yang satu dengan yang lain. Jadi, sifat hakikat
Negara adalah organisasi yang melaklukan kelompok-kelompok lain.

g.      Pandangan Leon Duguit

Sebagaimana pandangan-pandangan sebelumnya yang bertolak belakang dari


herrschaftsverhaltnis, demikian pula Leon Duguit, namun dengan versi yang berbeda.
Leon Duguit mengatakan, bahwa sifat hakikat Negara adalah organisasi dari orang-
orang yang kuat untuk melaksanakan kehendaknya terhadap orang-orang yang
lemah.

h.      Pandangan Harold J. Laski

Dengan adanya herrschaftsverhaltnis berarti adanya kekuasaan tertentu, yang


biasanya disebut adanya suatu kedaulatan tertentu. Laski berpendapat, bahwa akibat
perkembangan peradaban manusia, maka banyak kelompok masyarakat yang
terbentuk karena kesadaran akan bahaya bersama. Kelompok-kelompok itu memiliki
kedaulatannya sendiri dalam bidannya sendiri pula (misalnya perkumpulan/
organisasi mahasiswa, pemuda, sepakbola). Jika dibandingkan dengan Negara, maka
organisasi Negara memiliki kedaulatan tertinggi (top organisatie).

Pandangan ini disebut pliralistis karena mengakui kedaulatan ditiap kelompok


organisasi, atau istilah lainnya polyaarchisme. Harold J, Laski adalah salah seorang
tokohnya. Kedaulatan dalam organisasi yang bukan Negara ini yang bukan Negara ini
yang kemudian oleh serjana-serjana belanda disebut souverinitet in eigen kring atau
subsidiariteits beginsel, misalnya gereja-gereja yang mempunyai kedaulatan sendiri.
Sifat hakikat Negara ditinjau dari segi yuridis, dalam peninjauan yuridis ini,
ada tiga pokok persoalan dalam masyarakat yang perlu diketahui sebelumnya, yaitu;
Rechts objek, Rechts subjek dan Rechts verhaltnis.

a.      Negara sebagai Rechts Objek

14
Negara sebagai Rechts objek berarti Negara dipandang sebagai objek dari orang
untuk bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang Negara sebagai alat dari
manusia tertentu untuk melaksanakan kekuasaannya. Oleh karena itu, manusia
tertentu itu mempunyai status lebih tinggi dari Negara sebagai objek tadi.

Teori-teori ini ini dijumpai dalam abad pertengahan, dimana panglima, raja,
dan tuan-tuan tanah sebagai Rechts subjek, dan Negara hanyalah Rechts objek, yaitu
alat untuk menguasai orang yang ada di atas tanah. Jadi, status Negara lebih rendah
daripada orang-orang tertentu tersebut. Negara ini terjadi karena tuan tanah tidak
dapat mengawasi tanahnya yang begitu luas sehingga diangkatlah panglima, dengan
memberikan tanah sebagai hadiah.

Selain tuan tanah mempunyai hak atas tanah, dia mempunyai hak untuk
memungut pajak terhadap orang yang berada diatas tanah tersebut, mempekerjakan
orang yang tinggal disitu, dan menghukum orang-orang yang tidak patuh pada
peraturan yang dibuatnya. Agar orang tersebut dapat tunduk pada kekuasaan tuan
tanah dan panglima itu, lau dibentuklah Negara. Maka Negara sebagai alat dari tuan
tanah dan panglima tersebut.

b.      Negara sebagai Rechts verhaltnis

Pandangan pertama mengenai Negara sebagai alat, sedangkan yang kedua ini
mengenai Negara sebagai hasil perjanjian. Setelah ada perjanjian masyarakat, lalu
timbul ikatan (verhaltnis) dan ikatan inilah yang dinamakan Negara itu.

Dalam setiap perjanjian, termasuk ajaran Rousseau mengenai pejanjian


pembentuk Negara, terjadilah pertemuan pentingan. Pandangan dualism pada abad
pertengahan mengatakan bahwa para petani, pedagang, tukang, dan lainnya selaku
warga masyarakat yang tidak dapat menjamin keselamatannya, maka mereka
memerlukan perlindungan dengan mengadakan kontrak dengan penguasa sebagai
orang sekotanya. Dalam hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda, yang satu
pihak menghendaki jaminan keselamatan, sedangkan pihak lain menghendaki uang
(berupa pajak). Ini perjanjian yang timbale balik atau disebut verdrag.

Sisi lain dari teori Rousseau, dimana melihat rakyat mempunyai keinginan
yang satu, kemudian bersama-sama berjanji membentuk Negara, atau biasa disebut
gesamtakt (suatu tindak hukum  bersama).

Baik verdrag maupun gesamtakt, sama-sama membentuk verhaltnis. Maka,


sifat hakikat Negara jika dipandang sebagai Rechts verhaltnis, Negara adalah
perjanjian yang merupakan tampat pertemuan kepentingan. Meskipun demikian,

15
kontruksi tentang sifat hakikat Negara berdasarkan verhaltnis ini ada dua macam,
yaitu:
 Pertemuan yang timbale balik (verdrag); dan
 Pertemuan kepentingan yang sama (tidak timbal balik) atau gesamtakt.

c.       Negara sebagai Rechts subjek

Pandangan Negara sebagai Rechts subjek berarti Negara sebagai pembuat


hukum. Oleh karena Negara merupakan organisasi kekuasaan, maka Negara juga
dipandang sama dengan organisasi lainnya yang dipandang sebagai orang atau
persoon atau subjek hukum  (Rechts persoon) sebagai Rechts persoon, Negara juga
mempunyai hak dan kewajiban, termasuk hak untuk membuat hukum, dan
kewajiban untuk melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sifat
hakikat Negara jika di pandang dari sudut Rechts subjek, maka Negara adalah Rechts
person.

C.      Fase-fase terjadinya Negara

Dalam teori ini dkandung pengertian bahwa urutan pentahapan yang


berkembang dari hal yang sangat sederhana dari terjadinya Negara sampai kepada
lahirnya Negara modern. Untuk memahami terjadinya Negara banyak dasar-dasar
ataupun teori-teori yang dikemukakan para ahli Negara dan hukum.
Proses terjadinya Negara secara primer
Proses terjadinya Negara dilihat secara primer (primaries staatswording) adalah
teori yang membahas tentang terjadinya Negara yang tidak di hubungkan dengn
Negara yang telah ada sebelumnya. Menurut teori ini perkembangan Negara secara
primer melalui fase :
1. Fase genootschap (genossenschaft) pada fase ini merupakan perkelompokan dari
orang–orang yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama, dan
didasarkan pada persamaan mereka menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan yang sama dan kepemimpinan disini dipilih secara primus inter
pares atau terkemuka diantara yang sama jadi yang penting pada masa ini
adalah unsur bangsa.
2. Fase reich (kerajaan). Pada fase ini, kelompok orang–orang yang menggabungkan
diri telah sadar akan hak milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa
atas tanah dan orang–orang yang menyewa tanah, sehingga timbul system
feodalisme. Jadi, yang penting pada masa ini adalah unsur wilayah.
3. Fase staat (Negara). Pada faase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara
menjadi bernegara dan telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok.
Jadi, yang penting pada masa ini adalah bahwa unsur daripada Negara yaitu
bangsa, wilayah dan pemerintah yang berdaulat telah terpenuhi.

16
4. Fase democratische natie, pada fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut
dari pada fase staat, dimana democratische natie, ini terbentuk atas dasar
kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan di tangan
rakyat.
5. Fase dictator, mengenai fase ini timbul 2 pendapat:
 menurut sarjana jerman: mereka berpendapat bahwa bentuk dictator ini
merupakan perkembangan lebih lanjut dari padademocratische natie
 menurut sarjana lainnya: mereka berpendapat bahwa dictator ini bukanlah
merupakan perkembangan lebih lanjut daripada democratic natie, tetapi
merupakan variasi atau penyelewengan daripada democratische natie

Proses Terjadinya Negara Secara Sekunder


Secondaires staats wording adalah teori yang membahas tentang terjadinya
Negara yang dihubungkan dengan negara–negara yang telah ada sebelumnya. Jadi,
yang penting dalam pembahasan terjadinya Negara skunder ini adalah masalah
pengakuan (erkening).
Pengakuan ini meliputi 3 macam:
1. Pengakuan de fakto (sementara), pengakuan yang bersifat sementara terhadap
muculnya atau terbentuknya suatu Negara baru, karena kenyataannya Negara
baru itu ada namun apakan prosedurnya melalui hukum, hal ini masih dalam
penelitian, hingga akibatnya pengakuan yang diberikan adalah bersifat
sementara.
2. Pengakuan de jure, yaitu pengakuan yang seluas–luasnya dan bersifat tetap
terhadap munculnya atau timbulnya atau terbentuknya suatu Negara,
dikarenakan terbentuknya negara baru adalah berdasarkan yuridis atau
berdasarkan hukum.
3. Pengakuan atas pemerintahan de facto, pengakuan ini diciptakan oleh van huller.
Pengakuan ini adalah suatu pengakuan hanya terhadap pemerintahan daripada
suatu Negara jadi, yang diakui hanya terhadap pemerintahan sedangkan
terhadap wilayahnya tidak diakui, sedangkan unsur–unsur adanya Negara adalah
harus ada pemerintahan wilayah dan rakyat, jikalau hanya pemerintahan saja
yang ada, maka bukanlah merupakan Negara karena tidak cukup unsur.

2.3 Apakah tujuan dan fungsi negara ?

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerja sama
untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir
setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum,
common good, common wealth).

17
Menurut Roger H. Soltau tujuan negara ialah : Memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (The freest
possible development and creative self-expression of its members)

Dan menurut Harold J. Laski : Menciptakan keadaan di mana rakyat dapat


mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal (Creation of those conditions
under wich the members of the state may attain the maximum satisfaction of their
desires).

Tujuan negara Republik Indonesia sebagai tercantum sebagai di dalam Undang-


Undang Dasar 1945 ialah : « Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan yang
Mahaesa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pancasila) ».

Negara yang berhaluan Marxisme-Leninisme bertujuan untuk membangun


masyarakat komunis, sehingga bonul publicum selalu ditafsirkan dalam rangka
tercapainya masyarakat komunis. Tafsiran itu memengaruhi fungsi-fungsi negara di
bidang kesejahteraan dan keadilan. Negara dianggap sebagai alat untuk mencapai
komunisme dalam arti segala alat kekuasaannya harus dikerahkan untuk mencapai
tujuan itu. Begitu pula fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan (termasuk
hak-hak asasi warga negara) terutama ditekankan pada aspek kolektifnya, dan sering
mengorbankan aspek perseorangannya.

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa


minimum fungsi yang mutlak, yaitu :

1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan bersama


dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara harus
melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai
stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi
ini sangat pentng, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan di Indonesia
tercermin dalam usaha pemerintah untuk membangun suatu rentetan
Repelita.
3. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari
luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

Sarjana lain, Charles E. Merriam, menyebutkan lima fungsi negara, yaitu :

18
1. Keamanan ektern
2. Ketertiba intern
3. Keadilan
4. Kesejahteraan umum
5. Kebebasan

Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan bersama.

2.4 Kasus atau Permasalahan Negara

PERMASALAHAN DI PERBATASAN ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA


Adanya rekruitmen warga negara Indonesia menjadi anggota pasukan
paramiliter Malaysia (Askar Wataniah) di perbatasan Indonesia-Malaysia kawasan
Kalimantan bergulir dan menjadi komoditas politik.

            Masalah perbatasan antarnegara menjadi perhatian publik internasional saat


masalah kejahatan transnasional dianggap sebagai ancaman serius. Salah satu
kawasan yang dianggap rentan karena suburnya sindikat kejahatan transnasional
adalah kawasan perbatasan di Asia Tenggara, baik di darat maupun perairan.
Keseriusan (atau kecemasan) global ini dipicu serangan 11 September 2001 dan
kebijakan penangkalnya dalam war against terrorism regime.

Masalah Kesejahteraan
             Mengurut ke belakang, masalah perbatasan Indonesia-Malaysia di
Kalimantan menyisakan persoalan historis dan berakibat hingga kini. Perbatasan
Kalimantan merupakan kawasan konflik saat Soekarno melancarkan konfrontasi
mengganyang Malaysia. Ribuan pasukan reguler dan paramiliter dikerahkan untuk
menyokong politik konfrontasi itu.

Realitas kawasan perbatasan Kalimantan yang rentan dan pertahanan yang


rapuh menyuburkan bisnis-bisnis ilegal yang terkait kejahatan transnasional,
misalnya illegal logging, perdagangan perempuan, dan pengerahan buruh
migran tak berdokumen (undocumented migrant workers).
Ironinya, banyak perkebunan swasta dan BUMN Malaysia memanfaatkan
buruh migran Indonesia tak berdokumen yang diselundupkan lewat jalur-jalur
tikus yang jumlahnya ratusan di sepanjang perbatasan Kalimantan (Investigasi
Migrant CARE, 2004-2005). Kajian Sidney Jones (ICG) mengindikasikan,
kawasan perairan Laut Sulawesi atas yang membatasi Indonesia, Malaysia, dan
Filipina adalah pasar gelap senjata dan amunisi untuk konflik di Ambon, Poso,
dan Moro (Filipina Selatan).

              Dengan menelisik kompleksnya masalah di perbatasan Indonesia-Malaysia,

19
kabar rekruitmen warga Indonesia menjadi paramiliter Askar Wataniah tidak harus
ditanggapi secara reaksioner dan menjadi komoditas politik, tetapi harus menjadi
pembelajaran dari kegagalan kita mengelola perbatasan. Masalah perbatasan bukan
hanya masalah menjaga, tetapi juga menyejahterakan masyarakat pemangku
perbatasan.
Melihat kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh Malaysia kali ini, tentunya kita
harus mengantisipasinya dengan tepat. Pihak TNI sendiri memberi solusi dengan
membangun sabuk perbatasan, yaitu jalan perbatasan yang dianggap penting untuk
mengatasi kondisi medan yang sulit ditempuh.

             Dengan dibangunnya sabuk perbatasan tersebut, oleh beberapa kalangan


diyakini pencurian kayu oleh Malaysia dan pemindahan patok batas tidak akan
berani dilakukan. Di samping itu, ketegasan pemerintah terhadap Malaysia yang
berulangkali melakukan kecurangan hubungan bilateral sangat perlu dilakukan.

A. Masalah Perbatasan

1. Selat Malaka

Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia, masalah


perbatasan
merupakan masalah yang kerap dihadapi. Tumpang tindih pengaturan ZEE dengan
beberapa negaratetangga juga berpotensi melahirkan friksi dan sengketa yang dapat
mengarah pada konflik
internasional. Kaitannya dengan hubungan Indonesia-Malaysia, masalah perbatasan
dapat terlihat dalam kasus Selat Malaka dimana kawasan perairan tersebut diklaim
oleh beberapa negara yaitu Singapura, Malaysia, dan termasuk Indonesia. Kenapa
Selat Malaka begitu penting? Karena Selat Malaka merupakan jalur lalu lintas
perdagangan yang menghubungkan antara negara-negara barat dengan negara-
negara timur, sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang strategis bagi jalur
perdagangan. Masalah Selat Malaka sempat akan diinternasionalisasikan, namun
tidak jadi karena cukup negara-negara pantai yang menjaga perairan tersebut, yaitu
Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Penjagaan Selat Malaka dilakukan dengan
cooperative security, dimana masing-masing angkatan laut negara-negara pantai
melakukan patroli bersama di sekitar wilayah perairan selat Malaka. Hingga sekarang
masih belum jelas status dari Selat Malaka merupakan bagian dari wilayah
negara mana.

2. “Hilangnya” Pulau Sipadan-Ligitan dan masalah Ambalat

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau
dan terdapat pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Namun

20
kondisi geografis tersebut kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia terutama
pulau-pulau terluar dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan “hilangnya” Pulau
Sipadan-Ligitan, kejadian ini membuat hubungan Indonesia-Malaysia makin
memanas. Sebenarnya skenario “pengambilalihan” Pulau Sipadan-Ligitan telah
dipersiapkan sejak lama oleh Malaysia tinggal menunggu waktu yang tepat dan tiba-
tiba pada tahun 2000 Malaysia membawa masalah Sipadan-Ligitan ke International
Court of Justice (ICJ) yang pada kahirnya dimenangkan oleh Malaysia. Kejadian
membuat hubungan Indonesia-Malaysia merenggang dan slogan “ganyang Malaysia!!”
kembali terdengan di Indonesia.

Hubungan RI-Malaysiapun makin tegang dan menyeret konflik yang lebih luas.
Setelah
mendapatkan Sipadan-Ligitan, Malaysia berambisi menduduki Ambalat yang diduga
mengandung minyak dan gas bumi yang nilainnya amat besar mencapai miliaran
dollar Amerika4. Krisis hubungan ini dimulai sejak PETRONAS (perusahaan minyak
milik Malaysia) memberikan konsesi pengeboran minyak lepas pantai Sulawesi yaitu
di blok Ambalat kepada SHELL (perusahaan milik Inggris danBelanda) yang
mengakibatkan hubungan Indonesia-Malaysia mengalami ketegangan yang
mencemaskan. Dengan munculnya isu Ambalat tersebut, barulah Indonesia
meresponnya dengan mengirim armada-armada angkatan lautnya untuk
mengamankan blok Ambalat dan bahkan beberapa kali kapal-kapal perang Indonesia
dan Malaysia salilng berhadapan dan nyaris baku tembak5. Namun kedua pihak
dapat menahan diri, jika salah satu pihak mulai menembak maka dapat terjadi
perang terbuka antara Indonesia-Malaysia.

Semua kelalaian pemerintah tersebut berakibat fatal terhadap utuhnya wilayah


NKRI.
Pertahanan dan keamanan kita terlalu berfokus pada aspek darat dan mengabaikan
kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Pemerintah juga terlalu lama
berkutat dalam masalah ekonomi, politik, korupsi, lalu kurang memperhatikan
kondisi pulau-pulau terluar wilayah Indonesia yang menjadi pintu masuk bagi
berbagai ancaman dari luar sehingga pada saat muncul konflik pada saat itu pula
pemerintah baru sadar dan bertindak untuk mengamankannya.

B. Persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ilegal

Masalah tenaga kerja asal Indonesia, khususnya TKI ilegal, telah sejak lama
menjadi ganjalan dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Seperti yang diketahui bahwa
Indonesia adalah pemasok tenaga kerja (baik legal, maupun ilegal) paling banyak ke
Malaysia yang rata-rata bekerja sebagai buruh pabrik atau pembantu rumah tangga.
Banyaknya kejadian penganiayaan, pelecehan seksual, hingga tidak dibayarkannya
gaji oleh majikan merupakan masalah yang kerap dihadapi oleh para TKI ilegal di

21
Malaysia dan jika masalah ini diperkarakan secara hukum maka para TKI akan
terbentur status mereka yang ilegal. Memang benar Malaysia akan menghukum
semua tenaga kerja ilegal dari negara manapun. Tetapi tenaga kerja pendatang paling
banyak di Malaysia berasal dari Indonesia (TKI) dan yang menjadi persoalan mengapa
pemerintah Malaysia hanya menghukum para TKI ilegal, bukan menghukum para
majikan yang senang memakai TKI ilegal dan memperlakukan mereka secara semena-
mena. Pemerintah Malaysia terkesan hanya keras terhadap TKI ilegal tanpa mau
bersikap keras terhadap warganya yang sengaja menjadi penadah TKI ilegal.

Persoalan TKI ilegal termasuk dalam Trans Orginized Crime (TOC) yang bersifat
lintas batas negara sehingga diperlukan pengawasan di daerah perbatasan, baik di
laut maupun darat terhadap lalu lintas penyaluran penyaluran TKI ilegal. Hal ini
untuk menghindari makin banyaknya TKI ilegal di negara-negara tetangga. Diplomasi
Indonesia dalam melakukan lobi-lobi untuk membela hak-hak TKI ilegal termasuk
kurang “greget”, Indonesia kurang berani “menekan” untuk membela warganya
sehingga masih terdapat TKI-TKI ilegal yang mengalami pelanggaran HAM. Hingga
saat ini, 330.000 TKI yang sudah tiba di tanah air dengan memanfaatkan amnesti,
sementara sekitar 400.000 TKI akan dideportasi karena tidak memiliki dokumen.

Data Perbatasan Milik Indonesia Dinilai Tidak Lengkap

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufik Kiemas menyarankan pemerintah


melakukan perundingan soal perbatasan kedua negara di Camar Bulan dan Tanjung
Datu, wilayah Kalimantan Barat, dengan Malaysia. Karena, jika permasalahan ini
dibawa ke Mahkamah Internasional, ia yakin Indonesia bakal kalah.

            Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengungkap


informasi intelijen soal adanya pergeseran batas wilayah di Dusun Camar Bulan,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Menurutnya, batas wilayah Indonesia
bergeser hingga 3,3 kilometer dari posisi asal. Indonesia pun berpotensi kehilangan
wilayah sebesar 1.500 hektare. Menurutnya, sejumlah Polisi Diraja Malaysia juga
dikabarkan telah berpatroli di wilayah ini.

            Selain itu, di Tanjung Datu, Malaysia juga dikabarkan telah membangun
pusat konservasi penyu. Mereka juga membangun taman nasional yang dijadikan
sebagai daerah tujuan pariwisata bertaraf internasional. Malaysia kabarnya juga telah
membangun dua mercusuar di wilayah ini. TB Hasanuddin mengatakan pencaplokan
ini sudah terjadi sejak lima tahun lalu

Namun, kabar ini dibantah oleh Menteri Koordinator Politik dan Keamanan
Djoko Suyanto. Menurutnya tak ada batas wilayah Indonesia yang dicaplok oleh
Malaysia. Pemerintah melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa beberapa hari

22
lalu di Komisi I DPR menyatakan bahwa masalah ini terjadi karena terdapat
perbedaan standar peta yang digunakan oleh DPR dan pemerintah.

DPR menggunakan peta perjanjian Belanda-Inggris tahun 1891. Sementara


pemerintah berpedoman pada MoU 1978 antara Indonesia dan Malaysia. MoU inilah
yang dipertanyakan oleh DPR. Mereka mempertanyakan mengapa batas wilayah pada
1978 dengan 1891 terjadi perbedaan.

              Berdasarkan pemaparan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri


dalam rapat dengan Panja Perbatasan di DPR kemarin, memang terungkap data
bahwa peta tahun 1891 yang digunakan DPR sebagai acuan memang tidak sedetil
milik Malaysia. Menurutnya, peta milik pemerintah Indonesia berskala 1:1.500.000,
sedangkan Malaysia memiliki peta dengan skala yang lebih detil 1:50.000. Karena
itulah, Indonesia kesulitan untuk mengklaim batas wilayah perbatasan.

              Dalam pemaparan itu, Kemendagri juga mengatakan bahwa Indonesia


sebenarnya telah dua kali meminta perundingan kembali batas wilayah Camar Bulan
dan Tanjung Datu pada 2001 dan 2002. Namun, Malaysia malah balik mengancam
tak mau membahas sembilan masalah batas wilayah lainnya jika Indonesia
mempermasalahkan wilayah ini. Menurut mereka, masalah Camar Bulan dan
Tanjung Datu telah selesai dengan MoU 1978 itu.

              Soal ancaman Malaysia ini, Taufik Kiemas membantahnya. Menurut Taufik,
Malaysia bersedia untuk merundingkan kembali soal ini dengan Indonesia. Ia
mendapatkan kepastian itu dari mantan Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi,
yang juga pejabat teras di partai bepengaruh Malaysia, UMNO. "Kalau kemarin yang
dikatakan Abdullah Badawi beliau mau-mau saja berunding," ujarnya.

Konflik antar dua negara

 1963: Pada tahun 1963, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
Perang ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei,
Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961
(Lihat: Konfrontasi Indonesia-Malaysia).

         2002: Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat


memburuk pada tahun 2002 ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan diklaim
oleh Malaysia sebagai wilayah mereka, dan berdasarkan keputusan Mahkamah
Internasional (MI) di Den Haag, Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan
merupakan wilayah Malaysia. Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil di
perairan dekat kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan
Timur, yang diklaim dua negara sehingga menimbulkan persengkataan yang
berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sipadan dan Ligitan menjadi

23
ganjalan kecil dalam hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara
mengajukan klaim atas kedua pulau itu. Kedua negara tahun 1997 sepakat
untuk menyelesaikan sengketa wilayah itu di MI setelah gagal melakukan
negosiasi bilateral. Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada Mei
1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI. MI diserahkan
tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan. Kedua
belah pihak juga sepakat untuk menerima keputusan pengadilan sebagai
penyelesaian akhir sengketa tersebut.

         2005: Pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan
kepemilikan Ambalat.

 2007: Pada Oktober 2007 terjadi konflik akan kepemilikan lagu Rasa Sayang-
Sayange dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia
untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar Oktober
2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor
mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu Kepulauan Nusantara
(Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu
"Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang
telah membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu
hanya mengada-ada. Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik
bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti
tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan
bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange
merupakan lagu rakyat Indonesia.

 April 2011: Pada bulan April 2011 dua negara ini kembali digegerkan dengan
kasus penangkapan nelayan Malaysia yang tertangkap tangan oleh petugas
Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Belakangan terungkap bahwa
posisi dari penangkapan yang terjadi tidak akurat dikarenakan alat GPS
petugas Indonesia yang tidak berfungsi.

 April 2011: Pada bulan yang sama, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan
didirikannya Museum Kerinci di Malaysia. Gedung ini berdiri atas kerja sama
Malaysia dengan Pemkab Kerinci, Indonesia. Kedua pihak berharap
keberadaan museum akan mempererat hubungan Kerinci-Malaysia. Namun
masyarakat Indonesia banyak yang menyayangkan pendirian museum ini.

24
 Oktober 2011: Pada Oktober 2011 Komisi I DPR RI menemukan adanya
perubahan tapal batas negara di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yaitu
Camar Bulan & Tanjung Datuk. Pemerintah Indonesia diminta untuk
menginvestigasi masalah ini secara hati-hati.

Teori Lenyapnya Negara


1. Faktor Alam
contoh : Indonesia
Beberapa daerah istimewa di Indonesia ternyata juga diistimewakan oleh Allah.
- Nanggroe Aceh Darussalam, luluh lantah akibat diterjang tsunami yang dahsyat.
mungkin salah satu akibatnya adalah karena tentara GAM yang telah banyak
membunuh orang.
- Daerah Istimewa Yogyakarta, tanahnya rata akibat gempa bumi berkekuatan hebat
beberapa tahun silam. DIY memang kota pendidikan, tetapi malah sangat banyak
orangtua yang takut menyekolahkan anaknya karena sangat banyak sekali terjadi
pergaulan bebas terjadi pada anak-anak sekolahnya.

2. Faktor Sosial
contoh : Perang antara Uni Soviet melawan Afghanistan
Uni Soviet memang salah satu negara yang hebat dulu, Uni Soviet menguasai
teknologi teknologi canggih, khususnya dalam mengembangkan senjata perangnya.
Sedangkan Afghanistan tidak terlalu maju perkembangan teknologinya, tetapi mereka
sangat menguasai alam, menggunakan taktik yang memanfaatkan alam negara
mereka. Jadi saat Uni Soviet akan menyerang, negara Afghanistan membuat bunker-
bunker didalm tanah yang berisi senjata-senjata yang ditempatkan di tempat-tempat
kemungkinan datangnya tentara Uni Soviet. Tentara Uni Soviet tidak pernah
mengetahui itu, mereka sangat tidak menguasai alam yang akan ditempuhnya. Jadi
deh beratus-ratus ribu tentara Uni Soviet mati, tidak kembali dari Afganistan.
Uni Soviet pun menjadi negara miskin karena telah kalah perang.

TEORI LENYAPNYA SEBUAH NEGARA YANG DIUNGKAPKAN AHLI LAIN


1. Teori Organisme
yaitu, pada mulanya sebuah negara muncul, tumbuh, berkembang, lalu mencapai
tahap take off (lepas landas) maju, menjadi negara superpower, tapi lama kelamaan
menurun kembali (mundur), dan lenyaplah negara tersebut.
contoh : Uni Soviet, dulunya adalah negara superpower bersama Amerika, tetapi
sekarang telahhancur.
Kalau Indonesia bahkan belum mencapai tahap take off, melainkan "lepas kandas!"
- di negara berkembang seperti di Indonesia, orang tingkat ekonomi rendah (miskin)
bergentayangan. sedangkan di negara maju, yang ekonominya sangat berkembang
pesat, orang kaya bergentayangan.

2. Teori Anarkis

25
An = tidak ada
Archeis = pemerintahan
Menurut teori ini, pada mulanya, manusia itu baik, maka dibiarkan berkembang.
Kalau ada keterpaksaan di dalam negara, maka negara akan bubar. Jadi teori anarkis
adalah negara yang rakyatnya hidup tanpa ada keterpaksaan. Menurut teori ini,
kalau ada suatu keterpaksaan maka negara akan lenyap.
- biarlah indah pada waktunya, walau sesat pada akhirnya.
- janganlah kita memaksakan sesuatu, karena hal itu juga akan kembali seperti
sebelumnya. Waktulah yang menentukan, seiring berjalannya waktu, semuanya akan
berubah.

3. Teori Mati Tuanya sebuah Negara


- Kalau syarat- syaratnya dipenuhi, maka akan menjadi negara yang sesungguhnya
dan menjadi eksis.
- Kalau syaratnya tidak dipenuhi, maka lenyaplah negara itu.

BAB III
PENUTUP

3.1           Kesimpulan

Apakah itu negara ?

Jadi, sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis terhadap kekuasaan yang
sah.

Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara ?

26
Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan yang
dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada
asosiasi lainnya. Setiap negara mempunyai sifat, yaitu :

-          Sifat memaksa

-          Sifat monopoli

-          Sifat mencakup semua

Dan negara terdiri atas beberapa unsur, yaitu :

-          Wilayah

-          Penduduk

-          Pemerintah

-          Kedaulatan

Apakah tujuan dan fungsi negara ?

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerja sama
untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir
setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya.

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa


minimum fungsi yang mutlak, yaitu :

-          Melaksanakan penertiban

-          Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya

-          Pertahanan

-          Menegakkan keadilan

3.2           Saran

Mewujudkan suatu negara yang sempurna sangtlah sulit. Dibutuhkannya seorang


pemimpin yang  baik dan bertanggung  jawab, wilayah strategis yang kaya akan
sumber daya alam, penduduk yang bernasionalisme tinggi dan pemerintahan yang
profesional dan berdaulat.

Untuk tercapainya cita-cita suatu negara, yang paling utama tentu saja adalah
adanya niat yang besar untuk membangun negara secara idealis dan utopis.
Memahami nilai-nilai suatu negara diperlukan pembelajaran, yaitu belajar dari

27
pengalaman dan kesalahan negara-negara yang sekarang telah menjadi pemegang
kuasa global. Dalam usaha mewujudkan cita-cita negara, kadang kita mengalami
kegagalan dan penghambatan dimana-mana, tetapi itu bukan alasan bagi kita bangsa
Indonesia untuk melemahkan niat dan tekad kita untuk terus berusaha agar Tanah
Air dapat berjaya kembali.

Suatu saat, saya yakin bahwa Indonesia akan sembuh dari ‘penyakit-penyakit’nya
dan bangkit kembali, Merah-Putih akan berkibar dengan gagah, globalisasi ideologi
Pancasila di seluruh dunia dan Macan Asia akan kembali kedalam masa kejayaan!

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.
2. Soltau, An introduction to politic.
3. Harold J. Laski, The State in Theory and Practice (New York : The Viking Press,
1947).
4. H.H. Gerth and C. Wright Mills, trans., eds and introduction, From Max
Weber : Essays in Sociology (New York : Oxford University Press, 1958).
5. Charles E. Merrian, Systematic politics (Chicago : University of Chicago Press,
1947).
6. Soehino. 2005. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty
7. Becker,Gary S, (1984, Human Capitl, A theoretical and Emprical Analysis with
special referens to education,third edition, The Univercity of Chicagho Press,
Chicago n London.

28
8. Bouilding, Kenneth, E,1987 Principles Economic policy (diterjemahkan oleh
Mubyarto dan Boediono), yayasan badan penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

9. Feibleman, James K., Understanding Philosophy :A Popular History of


Ideas,Billing & Sons Ltd, London, 1986
10. Johnson, Doyle Paul, Teori Sosilogi : Klasik dan Modern, Jil. 1Cet. 3, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994
11.Taryadi, Alfons, Epistemologi Pemecahan Masalah : Menurut Karl R. Popper, PT.
Gramedia, Jakarta, 1989
12.Wuisman, J.J.J.M, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, jilid 1, Lembaga Penerbit FE UI,
Jakarta, 1996

29

Anda mungkin juga menyukai