Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang.


Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui
ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar
sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini.

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan
dewasa ini menerapkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS), atau ‘Membuat Kehamilan
Lebih Aman’, yang merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang
‘Penyelamatan Ibu Hamil’. Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis,
walaupun tidak mengabaikan aspek non-medis. Indonesia telah mencanangkan Making
Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju
Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood.
Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu
melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan,
kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada
pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan
pelayanan kesehatan. Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2015, visi MPS adalah:Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat.

1.2  Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka terbentuk beberapa rumusan masalah:


1.      Apa yang dimaksud dengan SM (Safe Motherhood)/MPS (Making Pregnancy
Safer)?

2.      Bagaimana upaya pemberdayaan dalam SM (Safe Motherhood)/MPS (Making


Pregnancy Safer)?

1.3  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan SM (Safe Motherhood)/MPS (Making


Pregnancy Safer)

2.      Mengetahui upaya pemberdayaan dalam SM (Safe Motherhood)/MPS (Making


Pregnancy Safer).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian SM (Safe Motherhood)/MPS (Making Pregnancy Safer)

Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima
perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat
pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan
obstetri esensial.

Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung
maupun tak langsung.  Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan
disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan,
kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas.
Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau
bedah kaisar. Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada
sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan
penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti
kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan dan menjadi
gerakan nasional sejak tahun 1996, namun dalam perkembangannya gerakan ini perlu
ditingkatkan kembali baik kepedulian maupun tanggung jawab masyarakat, LSM, swasta dan
pemerintah.

Upaya yang dilakukan Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:

a.       Persalinan yang ditolong dukun


b.      Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan rujukan,
akan membutuhkan waktu cukup lama.

c.       Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita
anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4 terlalu.

d.      Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil keputusan


ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan.

Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus
lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar
persalinan yang sebenarnya dapat dicegah.

Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu
sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan,
pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta
peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan
kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2015.

Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut denganSafe
Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe
Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah,
masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.

Terdapat Empat pilar Safe Motherhood:

a.      Keluarga berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana., maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."

Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga.Pembatasan bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang
dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan


sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahirananak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan


ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

b.      Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan.
Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen
penting pelayanan antenatal meliputi:

a.       Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.

b.      Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-
eklampsia.

c.       Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara
memperoleh pelayanan rujukan

c.       Persalinan yang bersih dan aman

Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih
dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong
kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan
pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.

Dalam persalinan:
a)      Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara
menolong persalinan secara bersih dan aman.

b)      Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda
komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan
tanda tersebut.

c)      Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom


plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.

d.    Pelayanan obstetri esensial

Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri


untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi
diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial
meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam
mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.

Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya pelayanan secara terus
menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik,
dan cairan infus), transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum
untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan obstetri
esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi
berbasis masyarakat yang meliputi:

a.       Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan


setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.

b.      Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah sikap
terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

c.       Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang


komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra)
jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam
Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang
mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan
bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga
pesan kunci.

Tiga pesan kunci MPS itu adalah:

1.      Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2.      Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses
terhadap pencegahan kehamilan.

3.      Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.

2.2        MPS (Making Pregnancy Safer)

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kembar kesehatan dan kesakitan ibu dan bayi.Strategi MPS merupakan
tonggak sejarah yang menandai komitmen baru untuk memastikan hak ibu dan
bayinya. Strategi MPS disusun berdasarkan pengetahuan epidemiologi yang didapat sejak
pencanangan Prakarsa Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987. Strategi ini disusun
berdasarkan konsensus yang dicapai pada International Conference on Population and
Development (ICPD-Cairo, 1994), Konferensi Dunia ke-IV tentangWanita (Beijing, 1995) dan
pernyataan bersama WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank.MPS menyerukan kepada seluruh
pihak terkait, seperti pemerintah,masyarakat dan organisasi international.

Pesan Kunci MPS Kompleksnya masalah kematian ibu memerlukan strategi kesehatan
yang memastikan bahwa:

a.       Setiap persalinan harus diinginkan.

b.      Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan terlatih.


c.       Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

Kerangka Pikir MPS dalam Safe Motherhood dukungan yang efektif untuk upaya Safe
Motherhood nasional membutuhkan pelaksanaan kegiatan dalam kerangka pikir MPS yang
meliputi area:

a.       Membangun Kemitraan

b.      Advokasi

c.       Penelitian untuk Pengembangan

d.      Penyusunan Standar dan Instrumen

e.       Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan Kebijaksanaan

f.       Monitoring dan Evaluasi

Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia. Strategi kegiatan yang akan dilakukan melalui kemitraan dengan pemerintah dan
mitranya:

a.       Meningkatkan kapasitas pemerintah.

b.      Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar nasional pelayanan


kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak, KB, termasuk pelayanan pasca abortus,pelayanan
aborsi bila dilegalkan) dan menyusun kombinasi perundangan untuk mendukung
kebijaksanaan dan standar ini.

c.       Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini dengan baik.

d.      Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak dan pelayanan KB yang


efektif dengan memacu investasi sektor pemerintah dan swasta sertamengembangkan
pengaturan alternatif (seperti melalui kontrak) untuk memaksimumkan kontribusi pihak
swasta pada tujuan nasional.

e.       Mendorong pelayanan di tingkat keluarga dan masyarakat yang mendukungkesehatan


ibu anak dan KB
f.       Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g.      Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam agenda


pembangunan kesehatan nasional dan internasional

Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood nilai tambah Making Pregnancy


Safer terletak pada fokus pada sektor kesehatan. Meskipun tujuanSafe Motherhood dan
MPS sama, MPS memiliki fokus yang lebih kuat yang dibangun atas dasar sistem kesehatan
yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensi yang cost-effective dan berdasarkan
bukti, yang bertujuan untuk menanggulangi penyebab utama kematian ibu dan kematian
bayi baru lahir.

Tujuannya adalah menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir. Perhatian khusus difokuskan pula pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat
yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan bayi baru lahirnya mempunyai akses
terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan
penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan dan
berkelanjutan.

Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah melakukan suatu bentuk
kerjasama dengan organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB tersebut, yang
bergerak dalam bidang kesehatan dunia untuk menangani permasalahan AKI ini. Dalam
kerjasama ini pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan (Depkes) sangat
berperan penting karena dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes mengadopsi langkah
strategi yang dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan maksimal untuk
mensukseskan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2015.

Empat strategi utama ini yang merupakan strategi yang diadopsi langsung oleh Depkes dari
empat strategi MPS global:

a.       Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas yang cost-effective dan


berdasarkan bukti-bukti.
b.      Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan kemitraan lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumberdaya yang
tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

c.       Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan


mereka untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir.

d.      Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan


pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

2.2  Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi SM/MPS Di Masyarakat/ Puskesmas


Maupun Posyandu.

A.    Penerapan prinsip pemberdayaan

 Dalam melihat prinsip-prinsip pemberdayaan terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB,
studi ini mengacu pada buku Panduan Umum Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan Ibu dan Anak Republik Indonesia dan Unicef, 1999) Pada dasarnya terdapat 7
prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pemberdayaan.Ketujuh prinsip tersebut
antara lain: prinsip menumbuh kembangkan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi
masyarakat, mengembangkan budaya gotong royong, bekerja bersama masyarakat,
pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan desentralisasi.

Untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi posyandu
merupakan pemberdayaan, tidak harus mengandung semua prinsip sebagaimana tersebut
di atas. Walaupun posyandu hanya menumbuhkembangkan salah satu prinsip saja, kondisi
ini sudah dapat dikatakan bahwa posyandu sudah melakukan kegiatan pemberdayaan. Studi
ini tidak mengungkap apakah posyandu telah melakukan kegiatan pemberdayaan, tetapi
lebih kepada upaya untuk mengungkap prinsip-prinsip apa saja yang sudah diterapkan dan
dikembangkan oleh posyandu. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa banyak potensi
masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Potensi tersebut antara
lain dapat berupa pimpinan masyarakatnya, organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan
sarana masyarakat, pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dikuasai oleh masyarakat
serta potensi yang berupa kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan. Banyak
kesamaan kondisi antara daerah Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar bahwa
banyak potensi yang dapat dikembangkan. Ketidak sadaran ini membuat mereka tidak
pernah melakukan identifikasi sumberdaya potensi yang ada di lingkungan sekitarnya.
Walau demikian, secara langsung ataupun tidak, dalam kenyataan sehari-hari mereka sudah
memanfaatkan keberadaan beberapa potensi yang ada. Posyandu sudah memanfaatkan
keperdulian tokoh masyarakat setempat untuk terlibat dalam kegiatannya. Keberadaan
tokoh masyarakat ditempat pelaksanaan kegiatan posyandu, dinilai para kader posyandu
sebagai hal yang sangat menunjang kegiatan posyandu. Selain itu, yang banyak perduli
dengan posyandu adalah PKK. PKK organisasi sosial yang mensupport posyandu.

Selama ini budaya gotong royong di masyarakat masih bagus. Demikian juga dengan gotong
royong dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi. Prinsip memperkuat dan
mengembangkan budaya gotong royong antara lain dilakukan dengan memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan. Budaya gotong royong tersebut diwujudkan dalam bentuk
bersamasama mengingatkan para ibu untuk menghadiri kegiatan Posyandu. Posyandu
sebagai lembaga berbasis masyarakat, dalam melaksanakan kegiatannya sudah berusaha
untuk melibatkan masyarakat. Prinsip bekerja bersama masyarakat sudah dilakukan
posyandu mulai dari mengidentifikasi permasalahan sampai melakukan pengawasan dan
evaluasi kegiatan. Penilaian kader terhadap keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
Posyandu dalam skala nilai 1 sampai 10, gambarannya adalah sebagai berikut: Walau para
kader posyandu merasa telah memfasilitasi keterlibatan masyarakat, tetapi partisipasi
masyarakat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan. Dalam melaksanakan kegiatannya,
posyandu sudah melakukan kemitraan dengan PKK dan Puskesmas. Dalam menjalankan
kemitran ini, setiap pihak sudah memahami kedudukan dan kemampuan masing-masing.
Contohnya dalam melakukan penyuluhan kesehatan. Sadar akan keterbatasan di bidang
pengetahuan, kalau ada kegiatan penyuluhan maka kader posyandu akan menyerahkan
tugas itu kepada petugas kesehatan. Di antara mereka sudah ada upaya untuk saling
menghubungi, mendekati, membantu dan saling menghargai.
Bila kita melihat prinsip desentralisasi, di mana setiap posyandu diharap mampu
mengembangkan otonomi dirinya untuk melaksanakan kegiatan dan otonomi kelompok
sasarannya untuk mampu mengambil keputusan. Mengenai kemampuan mengambil
keputusan, karena peran orang tua dan adat begitu kuat, seorang ibu jarang sekali mampu
mengambil keputusan. Untuk memeriksakan dan melakukan pertolongan persalinan secara
cepat kepada tenaga kesehatan terlatih.

B.     Upaya pemberdayaan masyarakat

Sebagai lembaga kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai


sasaran primer yakni ibu hamil, sasaran sekunder yang terdiri dari kepala keluarga dan
orang tua ibu hamil dan sasaran tersier yakni para tokoh masyarakat baik yang formal
maupun yang informal. Ada beberapa kegiatan yang dilihat terkait dengan upaya
pemberdayaan yang dilakukan posyandu. Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan untuk cepat mengambil keputusan
dan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Pada kegiatan meningkatkan pengetahuan ibu, materi ini memperhatikan bagaimana para
kader posyandu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak, meningkatkan
pengetahuan tentang konsep ”4 terlalu” dan ”3 terlambat”, meningkatkan pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan, meningkatkan pengetahuan tentang tanda-tanda
persalinan dan meningkatkan pengetahuan tentang bahaya upaya-upaya tradisional yang
tidak mendukung kesehatan ibu dan bayinya.

Setiap ibu hamil dan baru melahirkan sudah punya buku ”kesehatan ibu dan anak” yang
diberi oleh Puskesmas saat pertama kali memeriksakan kehamilannya. Karena buku ini
memuat berbagai informasi tentang kehamilan dan persalinan, diharapkan setiap ibu dan
suami serta orang tuanyaberkenan membaca buku tersebut. Untuk meningkatkan
pengetahuan ibu, kader posyandu idealnya mampu memberikan penyuluhan kepada setiap
sasaran kegiatannya. Dalam pelaksanaannya, para kader mengakui bahwa tidak pernah
mengalokasikan waktu khusus untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan kepada
sasaran primer. Upaya yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan pada saat
dilaksanakannya kegiatan organisasi posyandu. Mengingat kegiatan posyandu dilakukan
secara rutin setiap bulan, ini diartikan oleh para kader bahwa penyuluhan dilakukan sekali
dalam satu bulan.

Di samping kepada sasaran primer, kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan hendaknya


juga diberikan kepada suami dan orang tua ibu hamil sebagai sasaran sekunder.  Kepada
sasaran tersier yang berupa tokoh masyarakat, hendaknya pada pengelola posyandu
mampu mengadvokasi mereka untuk terlibat dalam upaya mencegah adanya kasus
kematian ibu dan bayi. Hasil-hasil kegiatan tersebut oleh posyandu dilaporkan ke
puskesmas, dan kemudian puskesmas melaporkan ke dinas kesehatan. Selain itu posyandu
juga melapor ke instansi terkait, termasuk ke kecamatan. Terkadang ada pemantauan
kegiatan dari lembaga di tingkat kabupaten/kota, namun tidak rutin.

Kegiatan diseminasi hasil/laporan kegiatan pernah dilakukan di tingkat


kecamatan/kabupaten/kota, dan hasil kegiatan tersebut pernah dimanfaatkan untuk
pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Fasilitasi pernah dilakukan oleh puskesmas
setempat untuk operasional posyandu. Untuk mampu mencegah adanya kondisi yang tidak
diinginkan seperti resiko persalinan dan mampu menjalankan kegiatan sebagaimana
tersebut di atas, setiap organisasi seperti posyandu dalam melaksanakan kegiatannya
hendaknya menggalang kemitraan dengan berbagai lembaga dan melakukan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan dengan segenap jajarannya.

C.    Faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan

Secara garis besar gambaran faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut.

1.      Pendukung:

a.       Pimpinan pemerintah setempat seperti Camat dan Lurah/Kepala Desa mempunyai


keperdulian yang cukup tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan khususnya kesehatan
ibu dan anak.

b.      Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah mau terlibat secara langsung dalam
kegiatan kesehatan.

c.       Dinas Kesehatan (Puskesmas) sudah melakukan pembinaan secara rutin.


d.      Masyarakat tidak segan berkontribusi dalam hal tenaga dan dana.

e.       Di setiap daerah banyak terdapat sumbardaya organisasi yang potensial seperti PKK,
BPD, LSM, Karang Taruna, Lembaga Keagamaan dan Lembaga Adat.

f.       Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan ibu dan anak.

2.       Penghambat:

a.       Organisasi potensial yang ada belum banyak dilibatkan untuk membantu


mensukseskan kegiatan dan program yang sedang dikerjakannya.

b.      Tidak ada pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kepada


kader.

c.       Kader tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk member ikan penyuluhan
kepada masyarakat.

d.      Kesulitan untuk mengumpulkan masyarakat karena kesibukan masing-masing orang,


terutama terhalang dengan pekerjaan.

e.       Suami dan orang tua masih belum dijadikan sebagai sasaran yang perlu ditingkatkan
pengetahuan dan kesadarannya tentang masalah yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak. Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak masih rendah.
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.      Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan


menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin.

2.      Empat pilar safe motherhood yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, per-
salinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial

3.      Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukan
untuk mengatasi masalah kembar kesehatan dan kesakitan ibu

4.      Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.

5.      Upaya menurunkan kematian ibu merupakan masalah kompleks yang melibatkan


berbagai aspek dan disiplin ilmu termasuk faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat
sebagai mata rantai yang berkaitan. Sehingga, selain komitmen politik pemerintah sebagai
pengambil keputusan yang akan menentukan arah dan prioritas pelayanan kesehatan, juga
diperlukan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan. Tidak ada intervensi tunggal
yang mampu menyelesaikan masalah kematian ibu. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk
mengatasi hal ini melalui Strategi Menyelamatkan Persalinan Sehat, meskipun dalam
pelaksanaannya masih menemui beberapa kendala, perlu untuk didukung. Kesehatan ibu
adalah hal yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia dan hal ini menjadi tanggung
jawab kita bersama untuk memelihara dan meningkatkannya.

3.2  Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di
dalamnya. Oleh karena itu kami mengharap saran yang membangun dari pembaca sebagai
penyempurna dari makalah asuhan kebidanan komunitas yang kami susun.  
DAFTAR PUSTAKA

suryanti romauli,s.st,ana vida vindari2009.,kesehatan reproduksi.,Yogyakarta:nuha medika

Purnomo W,prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir),FKM Unair

WHO,SAFE MOTHERHOOD.,modul dasar bidan di masyarakat.jakarta:penerbit buku


kedokteran

www.depkes.go.id/downlod/profil

novitasarisobri.blogspot.com/2012

www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-com

Anda mungkin juga menyukai