Anda di halaman 1dari 6

1.

Pendekatan Classical Conditioningà yaitu proses pendidikan dengan mengutamakan


pada proses kemampuan peserta didik untuk merespon terhadap sesuatu rangsang
yang dapat dipindahkan ke rangsang lainnya (transfer pengertian dan pemahaman
terhadap rangsang/stimulus untuk direspon)
Contoh: Setiap selesai upacara bendera dilakukan parade di depan ruang Komandan
Satuan, melakukan penghormatan kepada senior dan atasan, serta melepaskan jaket
dan kacamata sebelum masuk satuan,dll.

2. Teori Rangsang Penginderaan (Sensory Stimulation Theory) menekankan bahwa


dalam belajar setiap individu dapat menggunakan penginderaannya dalam proses
yang dilakukan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Kesan yang ditangkap oleh indera
menjadi pengalaman (sensoris) yang direkam pada proses mental dengan melibatkan
aspek emosi (perasaan dalam penghayatan).

3. Pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan


prosedur yang sistematis dan terorganisir dengan peserta biasanya untuk tingkat non
manejeriaal akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-
tujuan tertentu.

4. Motivasi terbagi menjadi dua jenis yaitu:


a. Motivasi IntrinsikMotivasi yang berasal dari dalam diri individu.. Seperti
kebutuhan memahami pelajaran
b. Motivasi ekstrinsikMotivasi yang berasal dari luar diri individu. Seperti tidak
ingin dimarahi oleh gumil.

5. Komunikasi kebawah berlangsung dari Komandan satuan atas kepada Komandan


satuan bawahan dan kepada para anggota. Fungsi dari komunikasi kebawah ini dapat
merupakan petunjuk, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan penilaian. Komandan satuan
bawahan akan bertindak sebagai saringan untuk menentukan informasi yang akan
disampaikan kepada anggota secara rinci dan jelas.

6. Alasan organisasi atau lembaga tidak melaksanakan evaluasi Latihan:


a. Enggan mengevaluasi karena merasa yakin bahwa semua berjalan lancar dan
sukses (yang penting kegiatan berjalan).
b. Tidak mempunyai keterampilan yang memadai untuk mengadakan penelitian
atau evaluasi program.
c. Didorong oleh faktor peniruan/mengikuti saja (menggugurkan kewajiban)
tanpa mengetahui apa tujuan diadakan program pelatihan.
d. Beberapa model pelatihan sangat pelik/kompleks (tidak jelas tujuan dan
sasaran kegiatan) sehingga perilaku peserta pelatihan sulit diukur keberhasi-
lannya.
e. Biaya untuk menyelenggarakan program evaluasi cukup besar dan lama.
f. Membutuhkan keterampilan tehnik statistik dan eksperimental untuk menilai
keefektifan program pelatihan.
g. Menggunakan tolok ukur keberhasilan dan penyesuaian terhadap keinginan
user/pengguna atau pimpinan.
h. Training level kriteria.
1. Peserta didik mampu menyelesaikan s.d. latihan berakhir di lemdik (Bukan
di lingkungan kerja).
2. Mengukur apa yang telah dipelajari peserta didik.
i. Performance level kriteria.
1. Unjuk kerja peserta didik di lingkungan kerja sebagai hasil dari pendidikan
dan latihan sebagai à Transfer Of Learning.
2. Mengukur pengaruh/hasil dari pendidikan/latihan di lingkungan kerja.

7. Tingkatan/ranah belajar aspek pendidikan yang perlu dicapai:


Pengetahuan ketrampilan Psikologis(bloom)
1. Mengetahui 1. Dapat terbatas 1. Kognitif
2. Mengerti 2. Dapat 2. Afektif
3. Memahami 3. Mampu 3. Psikomotor
4. Menguasai 4. Mahir

8. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi:

a. Memiliki tingkat aspirasi yang sedang namun selalu meningkat sesuai dengan
situasi yang dihadapi karena memiliki dorongan rasa ingin tahu terhadap apa
yang dia lakukan dalam belajar. Kondisi ini mendorong individu untuk selalu
berusaha memahami materi dan memenuhi rasa ingin tahunya.
b. Ingin segera tahu hasil kongkrit dari usaha yang dilakukan agar tidak terlalu
melebar dari tujuan awal. Ia dapat mengendalikan kemauan dan dorongan untuk
mengejar harapan dan kepuasan namun tidak melebihi koridor yang ada
sehingga dapat memberikan hasil yang optimal tanpa terlalu berambisi.
c. Menyukai tugas yang menuntut usaha dan kemampuan individu sendiri, tanpa
bantuan teman atau “success by chance”. Memiliki sikap yang mandiri dalam
berusaha dan belajar tanpa bergantung kepada orang lain termasuk dengan
gumil dan pelatihnya.
d. Selalu melakukan antisipasi terhadap aktivitas yang akan dilakukakannnya,
kira-kira akan berhasil atau gagal. Mampu memperkirakan kemampuan dan
hambatan yang terjadi dalam usaha dan belajarnya untuk mencapai
keberhasilan.
e. Memilih teman kerja atas dasar kemampuan yang dibutuhkan dalam suatu tugas
atau kegiatan. Individu dapat menentukan sikap yang sesuai dengan semua
orang untuk dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki orang lain dalam
rangka mendukung atau mencapai tujuan yang dimilikinya tanpa menonjolkan
perbedaan yang dimiliki masing-masing rekan kerjanya.
f. Memiliki rasa percaya diri karena memilliki kemampuan yang bisa diandalkan
sehingga mau berusaha dan bertanya kepada orang lain/gumil. Cukup dapat
menghargai kemampuan yang dimiiliki diri sendiri serta dapat mengembangkan
dalam proses pendidikan dan latihan sehingga berkembang suasana yang saling
melengkapi antara gumil/pelatih dengan peserta didik.
g. Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan kebutuhan rasa
ingin tahunya terhadap sesuatu. Memanfaatkan waktu yang dimiliki secara
efektif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu serta
mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya.
h. Individu yang memiliki usaha dengan gigih/ tangguh menghadapi tantangan
untuk mendapatkan pengetahuan yang dicari dan ulet menghadapi hambatan
yang merintanginya. Memiliki sikap tangguh terhadap hambatan atau kesulitan
yang ditemui dalam belajar dan prakteknya.
i. Berusaha selalu mencari alternatif dalam menyelesaikan masalah atau kesulitan
yang ditemuinya serta berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar atau
bekerja.

9. Unsur-unsur dalam perilaku simak aktif:


a. Paraphrasing, yaitu kemampuan seseorang setelah mendengar dan melihat serta
mengamati proses kegiatan lalu ia dapat mengulangi hal-hal penting dari bagian
proses kegiatan tersebut secara benar.
b. Sikap Berminat, yaitu sikap seseorang yang menunjukkan perhatian penuh pada
kegiatan, obyek atau bahan pembicaraan yang sedang membahas materi
pelajaran. Biasanya sikap berminat akan berlanjut dengan proses belajar
mengajar yang dinamis dan interaktif dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
c. Pengulangan, usaha lain untuk menyimak aktif adalah usaha peserta didik
dengan mengulangi bahan materi pelajaran secara teratur, biasanya dilakukan
pada saat akan ujian atau ulangan.
d. Pengecekan terhadap diri sendiri, melakukan instrospeksi diri terhadap tingkat
pemahaman pada materi yang kita pelajari dengan mencoba menanyakan
apakah kita paham dengan apa yang kita baca, apakah kita mengerti dengan
pembicaraan guru tentang materi yang dibicarakan.

10. Teknik mengatasi hambatan komunikasi:


a. Gunakan dan manfaatkan umpan balik. Bila kedua belah pihak menggunakan
umpan balik. Maka masing-masing pihak akan mengetahui apakah terdapat
kesalahan interpretasi terhadap pesan atau tidak;
b. Gunakan komunikasi tatap muka, karena memungkinkan penggunaan umpan
balik secara optimal;
c. Pekalah terhadap dunia penerima. Kesadaran disertai sikap toleran terhadap
perbedaan individual akan memudahkan proses komunikasi;
d. Sadarilah makna-makna simbolik;
e. Gunakan bahasa yang sederhana; dan
f. Gunakan pengulangan dalam jumlah yang tepat.
11. Aspek-aspek dalam proses dalam diri individu:
a. Persepsi yaitu cara pandang seseorang terhadap obyek yang dihadapi atau
pengertian yang diterima dari sudut pandang dirinya karena dibentuk oleh
lingkungan dan pertumbuhannya. Persepsi sangat dipengaruhi lingkungan sosial
dan lingkungan keluarga beserta latar belakang budaya yang ada di masyarakat
sekitar individu berada. Jika kita berasal dari Jawa, maka segala sesuatunya
menggunakan etika sopan santun bersikap dengan orang lain.
b. Sikap yaitu perilaku seseorang yang ditampilkan keluar dengan beberapa aspek
terlihat antara lain aspek kognitif yaitu aspek pemikiran dan penyelesaian
masalah serta perencanaan kegiatan di masa mendatang, aspek perasaan yang
lebih menekankan pada dunia emosi dengan nuansa perasaan terhadap situasi
yang dihadapi dan aspek konasi yang lebih menekankan pada kemauan untuk
berjuang, lebih maju dan lebih berhasil.
c. Nilai yaitu komponen terakhir dari proses perilaku dari individu yang
menentukan tingkat kepentingan dari sesuatu pada individu dalam hidup.
d. Motivasi yaitu adanya kebutuhan atau dorongan untuk memenuhi hasrat
berprestasi, berhasil dan melakukan dengan lebih baik. Motivasi terlihat dalam
bentuk energi seseorang untuk menggerakkan perilakunya dan tenaganya dalam
menghadapi situasi hidup untuk mencapai keberhasilan.

12. Hirarki kebutuhan Maslow:


1. Kebutuhan fisiologik, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan badan
atau fisik seperti makan, minum dan sandang pangan.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan aman
karena ada dalam kelompok atau kebersamaan dalam menghadapi tantangan
hidup.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kerjasama dan
kebersamaan dengan orang lain sehingga ia merasakan adanya kepekaan sosial
dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada orang lain.
4. Kebutuhan harga diri/penghargaan, kebutuhan yang berkaitan dengan harga diri
atau nilai yang dimiliki seseorang berkaitan dengan persepsi dalam kehidupan.
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk melakukan kegiatan
dalam rangka mewujudkan keberadaan dirinya.

13. Ada beberapa cara untuk memberikan motivasi belajar yaitu


a. Dengan menggunakan prinsip pleasure dan pain, dari hukum belajarnya
Thordike (law of effect), dikemukakan bahwa perilaku yang mendatangkan hasil
memuaskan atau menyenangkan cenderung untuk diulang, sedangkan perilaku
yang membawa akibat tidak menyenangkan akan dihindari pada lain
kesempatan. Implikasinya dari teori ini adalah semestinya pendidik
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswanya. Pengalaman dan
suasana dalam proses belajar mengajar tersebut akan memberi motivasi pada
siswa untuk mengikuti aktivitas belajar berikutnya.
b. Dengan memakai sistem reward dan punishment. Pemberian reward atas
perilaku/prestasi belajar yang diharapkan akan menimbulkan interes bagi siswa ,
sehingga ia akan termotivasi belajarnya. Adapun reward dalam situasi
pendidikan bentuknya adalah pujian, pemberian perhatian yang lebih daripada
siswa lain, sering dijadikan model atau contoh yang baik. Sedangkan pemberian
punishment atas perilaku/prestasi belajar yang jelek, pada siswa dikenakan
tindakan atau hukuman yang diharapkan dapat menimbulkan efek negatif bagi
siswa sehingga siswa akan berubah sikapnya terhadap materi pelajaran. Kondisi
punishment yang tidak menyenangkan tersebut harus diberi penjelasan yang
tepat dengan maksud pendidikan sehingga tidak berdampak pada sikap negatif
siswa seperti dendam, malu, cemas, atau malas berusaha atau berubah karena
mengalami suasana yang tidak menyenangkan. Selain itu sistem reward dan
punishment sebenarnya bersifat unpredictable. Artinya proses penerimaan dan
tanggapan dari siswa dapat berubah dan berbeda tergantung dari situasi siswa
dan proses yang diikuti dalam pengajaran. Oleh karena itu hendaknya dalam
pemberlakuan sistem reward dan punishment tetap memperhatikan proses yang
terjadi pada siswa dan dihindari menjadi tujuan dari perilaku yang dilakukan
siswa sehingga perlu diarahkan dan dijelaskan yang sebenarnya sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman.
c. Memperhatikan taraf aspirasi siswa peserta didik dengan memperhatikan latar
belakang pendidikan, latar belakang budaya serta heterogenitas daya
tangkapnya. Dengan pertimbangan tersebut maka gumil dapat memberikan
materi pelajaran sesuai dengan kondisi siswa, termasuk tingkat kecakapan yang
harus dimiliki sesuai tujuan pendidikan serta memberikan tugas pada anak didik
sesuai dengan materi dan tujuan pendidikannya.
d. Menciptakan suasana kompetitif Gumil juga harus bisa menciptakan suasana
yang kompetitif dan konstruktif sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan
menguasai materinya.Sarana kompetitif itu terdiri dari 3 tipe yaitu:
1. Antar individu dalam kelompok;
2. Antar kelompok; dan
3. Dengan dirinya sendiri.
e. Menciptakan sarana umpan balik. Dalam proses belajar mengajar interaksi
gumil dengan siswa didik diharapkan mampu memberikan umpan balik yang
dapat digunakan untuk kemajuan siswa dalam bidang ketrampilan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan materi pelajaran dalam mendukung
kemampuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas di masa mendatang.
14. Menghindari beberap perilaku dalam simak aktif, yaitu:
a. Mencemari pesan dengan pemikiran sendiri (subyektifitas).
b. Sebagai alat manipulasi yang dapat merubah persepsi dan pengertian.
c. Mencampuri persoalan pribadi.
d. Mengarahkan untuk memecahkan persoalan tidak dengan menggunakan cara si
pendengar.
e. Meminta penjelasan jika diperlukan untuk memperjelas

15. Hambatan-hambatan dalam komunikasi, adalah:


a. Mendengar terhadap apa yang diharapkan akan terdengar, hal ini akan
mengakibatkan salah interprestasi, sebagai contoh Siswa yang terbiasa dikritik
akan tetap merasa dikritik meskipun pembina mengungkapkan kata-kata yang
bersifat memuji;
b. Mengabaikan informasi-informasi yang bertentangan dengan apa yang kita
ketahui. Bila kita menerima informasi yang bertentangan dengan pendapat kita,
maka kita cenderung menolak informasi tersebut daripada kita harus merubah
gagasan pemikiran kita ataupun mencari kejelasan tentang informasi tersebut;
c. Mengevaluasi sumber penilaian kita terhadap pengirim pesan akan sangat
mempengaruhi interpretasi kita terhadap pesan yang diberikan;
d. Pengamatan yang berbeda. Sudut pandang yang berbeda akan mengakibatkan
perbedaan dalam interpretasi pesan;
e. Pengertian yang berbeda dari suatu pesan. Suatu kata bagi orang yang berbeda
mungkin pengertian yang berbeda pula, sebagai contoh kata ‘sikap tobat’ bagi
Siswa berbeda artinya bagi para santri di pesantren;
f. Tanda-tanda nonverbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah atau
gerakan tubuh yang tidak sesuai akan mengganggu komunikasi;
g. Pengaruh perasaan atau emosi. Suasana perasaan atau emosi sesaat yang ada
pada diri seseorang akan sangat mempengaruhi interpretasi terhadap pesan yang
diterima; dan Noise, jelas akan mengganggu komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai