Anda di halaman 1dari 10

SAWERIGADING

Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman 311—320

VERBA DALAM BAHASA MELAYU MANADO


(Verbs in Manado Malay)

Asri M. Nur Hidayah


Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang Makassar 90221
Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403
Pos-el: asrim.nurhidayah@yahoo.co.id
Diterima: 2 April 2014; Direvisi: 6 Juni 2014; Disetujui: 7 Juli 2014

Abstract
The research aims at describing verbs in Manado Malay. The data is obtained by the speaker, Bible Translation
of Manado Malay, Manado Malay dictionary, and popular song in Manado Malay language. The data is
collected by listening and noting technique. Analysis of data is done by structural analysis and qualitative
approach. The result of the research shows the forms of verbs, they are 1) basic verbs (free and bound basic
verbs), 2) derivational verbs (affixation, reduplication, combined verbs, compound verbs). The characteristic
of Manado Malay is suffix akang becomes -kan and -i in Indonesian language. Besides that, suffix akang
could become prefix me in Indonesian language with construction verbs + akang. Suffix akang could mean
pakaikan with construction noun + akang. The characteristic of verb that undergoes combining process with
repeated prefix (reduplication) + verb. The characteristic verb viewed by syntax behavior, verb always places
predicate function, viewed by noun accompaning, it is divided into intransitive (need object) and transitive (no
object) verbs. Based on semantic character, verbs are divided into active, passive, anti-active, anti-passive,
reciprocal, reflective, performative, constatative, locative, possesive, completive, deciderative, and directive.
Verbs undergo derivational (de-nominal, de-adjectival, and de-adverbial) and inflectional.
Keywords: verbs, feature, form, Manado Malay language

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan verba dalam bahasa Melayu Manado. Data diperoleh dari
penutur asli, terjemahan Al-kitab ke dalam bahasa Melayu Manado, kamus Melayu Manado, dan lagu popular
dalam bahasa Melayu Manado. Data dikumpulkan dengan teknik simak dan teknik catat. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis struktural dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini memperlihatkan
bentuk verba, yaitu 1) verba dasar (verba dasar bebas dan verba dasar terikat, 2) verba turunan (afiksasi,
reduplikasi,verba proses gabung, dan verba majemuk. Karakteristik verba bahasa Melayu Manado sufiks
akang menjadi sufiks kan dan i dalam bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang dapat juga menjadi awalan
me dalam bahasa Indonesia dengan struktur verba + akang. Sufiks akang dapat bermakna pakaikan dengan
struktur nomina + akang. Karakteristik verba berproses gabung yang berulang prefiks (reduplikasi) + verba.
Ciri verba ditinjau dari perilaku sintaksis, verba selalu menduduki fungsi predikat, dilihat dari nomina yang
mendampinginya terbagi atas verba intransitif (tidak memerlukan objek) dan verba transitif (memerlukan
objek). Ditinjau dari perilaku semantik verba terbagi atas verba aktif, pasif, anti aktif, anti pasif, resiprokal,
reflektif, performatif, konstatatif, lokatif, posesif, kompletif, desideratif, dan direktif. Verba mengalami
derivasional (denominal, deadjektival, dan deadverbial) dan infleksional.
Kata kunci: verba, ciri, bentuk, bahasa Melayu Manado

311
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320

PENDAHULUAN ‘untuk’ (Belanda), macis/matches ‘korek api’


Bahasa Melayu Manado digunakan (Inggris), hosa/husten ‘batuk, nafas terganggu’
berkomunikasi dalam hampir semua aktivitas (Jerman), fasung ‘cantik’, basombar ‘berteduh’
kehidupan di Sulawesi Utara. Bahasa Melayu berasal dari sombre ‘teduh’ (Prancis). Kosakata ini
Manado sebagai bahasa perhubungan antaretnis masih digunakan berkomunikasi oleh masyarakat
di Sulawesi Utara. Bahasa Melayu Manado di Sulawesi Utara.
sebagai bahasa ibu bagi masyarakat Sulawesi Kajian kategori kata dalam bahasa
Utara. Kedudukan bahasa Melayu Manado Melayu Manado dapat digunakan sebagai bahan
dikategorikan sebagai bahasa regional di pengembangan dan pembinaan bahasa itu sendiri.
Sulawesi Utara sama seperti bahasa Melayu Selain itu, kajian ini dapat juga digunakan
Betawi di Jakarta (Rattu, 2002:1). sebagai pengembangan pengajaran bahasa
Pengaruh bahasa Melayu Manado sangat pada umumnya dan linguistik nusantara pada
kuat sehingga diperkirakan akan menyebabkan khususnya. Sehubungan dengan bahasa nasional,
bahasa daerah di Sulawesi Utara terancam bahasa Melayu Manado mempunyai potensi
(Usup,1992:37). Hal ini memunculkan masalah yang cukup besar dalam memperkaya khazanah
tersendiri mengenai bahasa daerah, khususnya kosakata bahasa nasional, karena bahasa nasional
di Minahasa (Dani,1987:5) dan umumnya diperkaya oleh bahasa daerah, bahasa regional,
di Sulawesi Utara. Pengelola pendidikan dan bahasa asing (Halim, 2003:21)
atau pengajaran di Sulawesi Utara harus Najoan dkk. (1981:4) mendeskripsikan
memperhatikan hal ini. Mengapa demikian? morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Manado,
Hal ini disebabkan oleh bahasa Melayu Manado yang bertujuan untuk mencari sifat atau ciri
kadang-kadang dalam situasi resmi (dunia morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Manado,
pendidikan) dan (apalagi) tidak resmi (di luar dan Rattu (2002) mendeskripsikan tata bahasa
sekolah) senantiasa tampak pengaruh bahasa ini Melayu Manado, tetapi tidak menyinggung
(Usup, 1992:38). Oleh karena itu, bahasa Melayu kategori kata. Hidayah (2013) menulis tentang
Manado dapat menggeser bahasa daerah yang ada Pronomina dalam Bahasa Melayu Manado.
dan memengaruhi bahasa Indonesia khususnya Sekaitan dengan hal ini, menurut Lasut (2007:80)
dalam dunia pengajaran di Sulawesi Utara. deskripsi tentang bahasa Melayu Manado masih
Bahasa Melayu Manado secara selintas terbatas sehingga dibutuhkan lagi pendalaman dan
memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu di pengembangan dalam belbagai aspek kebahasaan.
kawasan timur Indonesia seperti bahasa Melayu Oleh karena itu, penelitian tentang bahasa Melayu
Papua, bahasa Melayu di Ambon, bahasa Melayu Manado perlu dilakukan untuk melengkapi
di Ternate, dan bahasa Melayu di Nusa Tenggara penelitian yang sudah ada. Hal ini diharapkan
(Supardi, 193:2011). Sejalan dengan hal ini Alwi, dapat menambah deskripsi tentang bahasa Melayu
(2003:2) berpendapat bahwa jenis kreol bahasa Manado umumnya dan khususnya kategori verba
Melayu-Indonesia, yakni Melayu Indonesia yang bahasa Melayu Manado.
bercampur dengan bahasa setempat, didapati Darwis (2012:1) berpendapat bahwa studi
di Jakarta dan sekitarnya, Manado, Ternate, tentang kategori kata (kelas kata) selalu menjadi
Ambon, Banda, Larantuka, dan Kupang. bagian terpenting dalam kajian gramatika (tata
Bahasa Melayu Manado atau dikenal bahasa) suatu bahasa. Hal ini menjadi penting
juga dengan bahasa Manado banyak mendapat karena kategori kata adalah bagian tata bahasa.
pengaruh Eropa, seperti bahasa Portugis, Oleh karena itu, penelitian tentang verba dalam
Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris, dan Jerman bahasa Melayu Manado perlu dilakukan untuk
dibandingkan bahasa Melayu lainnya di Indonesia melengkapi penelitian kategori kata yang sudah
(Tambayong, 2007:ix), contoh kadera ‘kursi’ ada dalam bahasa Melayu Manado.
(Spanyol), gargantang ‘tenggorokan’, voor Permasalahan dalam penelitian ini

312
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...

bagaimana verba (bentuk dan ciri) dalam bahasa dalam Darwis (2012:9) ialah bagian atau unsur
Melayu Manado. Tujuan penelitian ini untuk gramatikal terkecil yang menyertai pembentukan
mendeskripsikan ciri dan bentuk verba bahasa sebuah kata, misalnya fonem.
Melayu Manado. Manfaat penelitian ini untuk Morfem dibagi menjadi dua, yaitu morfem
menambah pendokumentasian bahasa Melayu bebas dan morfem terikat. Morfem bebas ialah
Manado dan penyusunan bahan ajar muatan lokal morfem yang bisa berdiri sendiri sebagai satu
pelajaran bahasa Melayu Manado di Sulawesi kata, sedangkan morfem terikat ialah morfem
Utara. yang tidak terdapat sebagai kata, tetapi selalu
dirangkaikan dengan satu morfem lain atau
KERANGKA TEORI lebih menjadi satu kata. Misalnya bentuk jalang
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan ‘jalan’ adalah morfem bebas, tetapi ba- dalam
menggunakan teori linguistik struktural yang kata bajalang ‘berjalan’ adalah morfem terikat.
memandang bahasa itu sebagai unit-unit yang Setiap kata dalam bahasa manapun
tersusun atau suatu struktur (sehingga bahasa mengandung semantik yang secara universal
mempunyai strukturnya sendiri). Linguistik melekat pada kata tersebut (Sukayana, 2012:117),
struktural berusaha mendeskripsikan suatu seperti ciri-ciri semantik dan sintaksis verba. Ciri-
bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1)
dimiliki bahasa itu (Chaer, 2003:346). Lyons perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan
(1971:51) mengatakan bahwa setiap bahasa (3) bentuk morfologinya (Alwi, dkk. 2003:87).
merupakan suatu sistem yang saling berhubungan Secara sintaksis sebuah satuan gramatikal dapat
dan Bloomfield (1933:20) berpendapat bahwa diketahui berkategori verba dari perilakunya
teori struktural memandang bahasa sebagai satu dalam satuan yang lebih besar (Kridalaksana,
kesatuan sistem yang memiliki sistem tersendiri. 2005:51).
Dalam aliran ini, setiap bahasa memiliki struktur Verba adalah kelas kata yang biasanya
yang mencakup struktur fonologi, morfologi, berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa;
dan sintaksis. Sejalan dengan ini, Kridalaksana verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
(2008:146) berpendapat bahwa linguistik aspek, persona atau jumlah. Sebagian besar verba
struktural adalah pendekatan dalam penyelidikan mewakili unsur semantik perbuatan, keadaan,
bahasa yang menganggap bahasa sebagai sistem atau proses. Kelas kata ini dalam bahasa Indonesia
yang bebas. Sistem dan struktur sebuah bahasa ditandai dengan kemungkinan untuk diawali
merupakan wujud mendasar bagi sebuah bahasa dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali
karena sesederhana apapun sebuah teks, akan dengan kata sangat, lebih, misalnya datang, naik,
dapat ditemukan sistem yang mengatur pola- bekerja, dsb. (Kridalaksana, 2008:254).
pola sturukturnya (Marnetti, 2011:90) Penelitian ini termasuk penelitian di bidang
Morfem dan kategori kata bagian dari morfologi. Morfologi berurusan dengan kategori
morfologi. Analisis morfem berkaitan dengan atau jenis kata tertentu. Pembentukan kata kerja
identifisikasi morfem yang mengacu kepada (verba) tentu berbeda dari pembentukan kata
pendapat Chaer (2008:13) bahwa morfem adalah benda (nomina), kata sifat (adjektiva), dan jenis
satuan gramatikal terkecil berarti “satuan” itu kata lain (Darwis, 2012:1)
tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi.
Ramlan (1978:11) berpendapat bahwa morfem METODE
adalah bentuk linguistik terkecil yang tidak Sumber data dalam penelitian ini
mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya. berdasarkan sumber lisan dan tulisan. Sumber
Setiap bentuk tunggal, baik bentuk bebas lisan dijaring melalui informan dan sumber
maupun bentuk terikat merupakan satu morfem. tulisan dijaring melalui cerpen remaja berbahasa
Sejalan dengan hal ini, morfem menurut Verhaar Melayu Manado, lagu pop Melayu Manado,
313
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320

kamus Melayu Manado-Indonesia, dan Al- gabungan proses atau berupa paduan
kitab yang berbahasa Melayu Manado. Metode leksem. Sebagai bentuk turunan
penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dapat ditemukan:
yaitu menggambarkan data apa adanya. Metode a) verba berafiks basosapu ‘menyapu’;
pengumpulan data digunakan adalah metode batangka ‘menangkap’, tadodeso
simak yang dilakukan dengan menyimak ‘terjerat’, bamanjae ‘manjae’; batulis
penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:92) dengan ‘menulis’ batanya ‘bertanya’, baurus
teknik catat. Metode simak juga menyimak ‘mengurus’, bacari ‘mencari’, baabu
pembicaraan informan. Selanjutnya, data dicatat ‘berdebu’, baair ‘berair’, banging
pada kartu-kartu data. ‘berangin’; baantar ‘mengendarai’,
Analisis struktural ini bersifat deskriptif bagra ‘bergerak’, bahoba ‘mengin-
sinkronis, yakni berusaha memberi gambaran tip’ manjae akang ‘jahitkan’; kadudu-
objektif tentang sturuktur bahasa yang dianalisis kan ‘kedudukan’; kamasokan ‘kema-
sesuai dengan pemakaian yang sebenarnya sukan’.
pada waktu sekarang. Penelitian ini tidak Ba adalah prefiks dalam bahasa Melayu Manado
bersifat diakronis, yakni meneliti perkembangan yang bermakna ‘ber- dan me-,’ dalam bahasa
pemakaian bahasa atau sejarah bahasa. Indonesia, contoh berikut ini.
Data-data penelitian diambil/digunakan
yang sesuai dengan masalah penelitian. Lalu Kita da bamanjae baju ‘Saya menjahit baju’
Dia da basosapu ‘Dia menyapu’
data dianalisis dengan analisis struktural untuk
Da orang batangka ikang ‘Ada orang menangkap
menentukan fungsi dalam kalimat. Data yang ikan’
diperoleh dihimpun dan dianalisis ke dalam suatu Ngoni cuma babahaga ‘Kamu hanya melihat-
kaidah seperti apa adanya pada bahasa tersebut. orang lihat orang saja’

PEMBAHASAN Prefiks/awalan ba dalam bahasa Melayu


Manado juga menjadi ber- dalam bahasa
Bentuk verba dalam bahasa Melayu Indonesia, contoh berikut ini.
Manado ada dua, yaitu verba dasar bebas dan
Tu ayang ada batolor ‘Ayam bertelur’
verba dasar terikat dan verba turunan.
Mari torang pi dudu di tampa baanging
1. a) Verba dasar bebas ialah verba yang ‘Mari kita duduk di tempat yang berangin’
berupa morfem dasar bebas, contoh
berikut ini: Sufiks ma dalam bahasa Melayu Manado
makang ‘makan’, tasono ‘tidur’,urus menjadi ‘me-’ dalam bahasa Indonesia, contoh
‘urus’, togor ‘tegur’, cari ‘cari’,lego berikut ini, manimpang;mayimpang ‘menata’,
‘lempar’, rado ‘tarik dengan keras’, manabung ‘menabung’ , malawang ‘melawan’,
ambe ‘ambil’, angka ‘angkat’, antar mangaku ‘mengaku’, manyanyi ‘menyanyi’,
‘membawa,menyetir’ manangis ‘menangis’, maraya ‘merayap’,
b) Verba dasar terikat (ta ‘ter’, ba ‘ber’, manganto ‘mengantuk’, mangamu ‘mengamuk’,
ma ‘me’) sebagai prefiks/awalan, mangarti ‘mengerti’.
prefiks baku membentuk verba Sufiks/akhiran akang dalam bahasa
resiprokal/berbalas-balasan,dan Melayu Manado menjadi sufiks kan- dalam
(akang ‘kan’) sebagai sufiks/akhiran, bahasa Indonesia, contoh berikut ini.
dan ka-an ‘ke-an’ sebagai konfiks Manjae akang baju pa dia ‘jahitkan baju dia’
(gabungan awalan dan akhiran).
Awalan ta dalam bahasa Melayu Manado
2. Verba turunan ialah verba yang telah
menjadi ter dalam bahasa Indonesia, contoh
mengalami afiksasi, reduplikasi,
berikut ini.

314
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...

Tu ikang so tatangka ‘ikan sudah tertangkap’ Dasar (Verba Dasar) dan R (Reduplikasi)
Tu babi so tadodeso ‘babi sudah terjerat’ c) Verba berproses gabung ialah verba yang
Tu bola roda tatanang di pece ‘roda pedati itu
mengalami proses morfologis berupa
tertanam di lumpur’
Torang nyandaq taangka akang tu koi deri brat afiksasi dan reduplikasi : tabaku-bakutoki
skali ‘tabrak-tabrakan’ ;babaaer ‘berair air’,
‘Kita tidak terangkat tempat tidur karena berat babaabu ‘berdebu-debu’, babaator ‘me-
sekali’ ngatur-atur’, babaiko ‘mengikut- ikut’,
‘Tempat tidur tidak terangkat oleh kita karena babainjang ‘menginjak-injak sesuatu’;
berat sekali’ babaitong ‘menghitung-hitung’.
Verba dalam suatu konstruksi biasa juga Verba proses gabung dalam bahasa
diikuti sufiks akang. Sufiks/akhiran akang Melayu Manado yang berulang adalah awalan
dalam bahasa Melayu Manado menjadi sufiks kata/prefiks, sedangkan dalam bahasa Indonesia
kan dalam bahasa Indonesia, contoh berikut ini. yang berulang kata dasarnya seperti pada contoh
Manjae akang baju pa dia ‘jahitkan baju dia’ babaator ‘mengatur-atur’ , contoh lain seperti
Ngoni dengar akang ta pe mimpi ini ‘Kalian yang telah disebutkan di atas. Hal ini dapat
dengarkan mimpi saya ini’ dirumuskan menjadi prefiks (direduplikasikan)
Sufiks akang pada contoh di bawah ini + verba dasar, Prefiks (R) + D
dalam bahasa Melayu Manado menjadi sufik i ba baba + ator  babaator
dalam bahasa Indonesia. ba baba + aer  babaaer
ba baba + abu  babaabu
1) Waktu mikrolet yang dorang ada nae akang so
sampe, Joice dan Tonce turung kong langsung d) Verba majemuk: basuar lala ‘bekerja
turus ka skola keras’; baku ajar ‘saling mengenal’;angka-
(Ketika mikrolet yang mereka tumpangi angka ‘sanjung’, contoh dalam kalimat
sudah sampai, Joice dan Tonce turun lalu berikut ini.
langsung ke sekolah)
1) Tape papa so basuar lala for torang
Nomina yang diikuti oleh sufiks akang “Bapak saya sudah bekerja keras
dapat bermakna pakaikan, seperti contoh berikut untuk kami
ini: pola verba majemuk contoh (1) berpola
2) blangket akang ‘pakaikan selimut’ V+A
3) calana akang ‘pakaikan celana’ 2) Kita suka sklai angka-angka padia
Contoh di bawah ini sufiks akang tidak Saya suka sekali (me)sanjung dia
berarti akhiran i atau kan dalam bahasa Indonesia, Pola verba majemuk contoh (2) berpola
melainkan me. V+V
Dorang pe onta-onta da muat akang damar, 3) Deri so lama baku kanal, dorang so
balsem, deng geta pohong for mo beking minya bakuajar kalakuang
wangi (Onta-onta kita memuat damar, balsam, Karena sudah lama berkenalan, mereka
dan getah pohon untuk membuat minyak wangi) sudah saling mengenal kelakuan
Konfiks (ka-...-kan) dalam bahasa Melayu Pola verba majemuk contoh (3) berpola
Manado ialah kadudukan ‘kedudukan’; baku + V
kahidopan ‘kehidupan’. Karakteristik verba bahasa Melayu Manado
b) Verba reduplikasi: inga-inga ‘ingat-ingat’;; sufiks akang menjadi sufiks -kan dan -i dalam
lia-lia ‘lihat-lihat’; bise-bise ‘bisik-bisik’. bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang dapat
Verba reduplikasi dirumuskan D + R juga menjadi awalan me dalam bahasa Indonesia

315
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320

dengan struktur verba + akang. Sufiks akang mempunyai satu objek, contoh berikut ini.
dapat bermakna pakaikan dengan struktur nomina Kita momasa nasi ‘Saya memasak nasi’
+ akang. Karakteristik verba berproses gabung S O
yang berulang prefiks (reduplikasi) + verba. Dia biasa baurus kambing ‘Dia biasa
Ciri verba dapat dilihat berdasarkan S O
perilaku sintaksis dan semantik verba. Perilaku mengembala kambing’
sintaksis verba dalam bahasa Melayu Manado. Yakub dapa kanal tu baju ‘Yakub
Verba berfungsi sebagai predikat dalam S O
kalimat berikut ini. mengenal baju itu’
1) Dia slalu kase nasehat supaya Tonce Papa batifar saguer ‘Ayah menyadap
S P O K S O
blajar bae-bae sagu’
(dia selalu memberi nasihat (menasihati) b.
Verba bitransitif adalah verba yang
supaya Tonce belajar dengan baik agar mempunyai dua objek, contoh berikut ini.
menjadi orang pandai) Mama bakase adek kukis ‘Ibu memberi
2) Ta pe gandum badiri tre ‘gandumku S O1 O2
S P adik kue’
berdiri lurus’ Tanta manjae baju baru ‘Bibi menjahit
3) Dorang manyao pa dia ‘Mereka menyahut S O1 O2
S P K baju baru’
kepada dia’ Ciri verba dapat dilihat dari perilaku
4) Torang se lego pa dia ka satu parigi kring semantik. Perilaku semantik mengandung
S P K makna inheren perbuatan yang merupakan
‘Kita lempar dia ke satu sumur kering’ jawaban apa yang dilakukan subjek, contoh
5) Dorang trus rado tu de pe baju ‘Mereka badeka (mendekat), papancuri (mencuri), babli
S P O ‘membelikan’, bapukul ‘memukuli’, mandi
lalu (me)narik bajunya’ ‘mandi’, mati ‘mati’, jatung ‘jatuh’, tabakar
Dilihat dari nomina yang mendampinginya ‘terbakar’.
dapat dibedakan atas verba intransitif ialah yaitu Verba juga mengandung makna inheren
verba yang menghindarkan objek dan verba proses. Verba proses menyatakan perubahan dari
transitif ialah verba yang bisa mempunyai atau suatu keadaan ke keadaan yang lain, contoh verba
harus mendampingi objek. jenis ini, yaitu jatung ‘jatuh’ ; tabakar ‘terbakar’;
baplote ‘meledak’. Baplote ‘meledak’ adalah
1.Verba intransitif perubahan dari keadaan yang utuh menjadi tidak
a) Yance so bakarja ‘Yance sudah bekerja’ utuh lagi. Verba yang mengandung makna ini
b) Bibit pohon pala so tumbu ‘Bibit pohon biasa juga merupakan jawaban apa yang terjadi
pala sudah tumbuh’ pada subjek?.
c) Aer so mandidi ‘Air sudah mendidih’ Berdasarkan hubungan verba dengan
d) Orang Ismael badatang dari Gilead mo ka nomina dapat bedakan sebagai berikut:
Mesir
‘Orang Ismail berdatangan dari Gilead 1. Verba aktif ialah verba yang subjeknya
akan ke Mesir’ berperan sebagai pelaku.
2. Verba transitif terbagi atas: Tanta bajual baju di pasar 45 ‘Bibi menjual
a) verba monotransitif adalah verba yang S
baju di pasar 45’
Mama babli ikang ‘Ibu membeli ikan’
316
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...

S 5. Verba refleksif ialah verba yang


Verba pasif ialah verba yang subjeknya menyatakan perbuatan yang mengenai
berperan sebagai penderita, sasaran, atau diri pelakunya sendiri 1) yang nominanya
hasil. (cermin) berpadu dengan prefiks ba,
Baju ada jual tanta di pasar 45 ‘Baju dijual
contoh berikut ini, bacermin, dan verbanya
S
tante di pasar 45’ (cukur, pake, garo) berpadu dengan prefiks
Ikang ada bli mama ‘Ikan dibeli ibu’ itu, contoh berikut ini: bacukur ‘bercukur’;
S pakean‘berpakaian rapi; ‘berdandan’;
bagaro ‘menggaruk’; verba dasar mandi,
Subjek pada kalimat di atas berperan barika ‘mandi, berbaring’; 2) yang
sebagai sasaran. adjektiva (jao) menyatu dengan prefiks ba
2. Verba anti-aktif (ergatif) ialah verba menjadi bajao ‘menjauhkan diri’.
pasif yang tidak dapat diubah menjadi 6. Verba performatif ialah verba dalam
verba aktif, dan subjeknya merupakan kalimat yang secara langsung
penanggap (yang merasakan, menderita, mengungkapkan pertuturan yang dibuat
dan mengalami), contoh berikut ini. pembicara ketika mengujarkan kalimat,
a) De pe kaki tasontong batu ‘Kakinya contoh berikut ini: bajanji ‘berjanji’.
terantuk batu’ a. Oma bilang trima kasih ‘Nenek
sontong  tasontong
mengucapkan terima kasih’
‘antuk’ ‘terantuk’
toki  tatoki
b. Dorang cumu pangana pe nama
‘bentur’ ‘terbentur’
‘Mereka menyebutkan namamu’
Verba tasontong ‘terantuk’ ; tatoki c. Kita bajanji padia mo datang lebe fruk’
‘terbentur’ sudah mengalami proses ‘Saya berjanji kepadanya akan datang
morfologi berupa afiksasi yang berbentuk lebih awal’
prefiks/awalan ta ‘ter’. 7. Verba konstatatif ialah verba dalam kalimat
b) Kita kena marah tadi ‘Saya dimarahi tadi’ yang menyatakan atau mengandung
3. Verba anti-pasif ialah verba aktif yang gambaran tentang suatu peristiwa, contoh
tidak dapat diubah menjadi verba pasif, batulis ‘menulis’ .
contoh berikut ini. 8. Verba kontransitif ialah verba yang
Petani batanam ubi ‘Petani bertanam memerlukan pendamping letak kanan
singkong; Petani menanam singkong’ berupa sebuah klausa yang menjadi
4. Verba resiprokal ialah verba yang pelengkapnya, contoh berikut ini.
menyatakan perbuatan yang dilakukan Dia kira kita nyanda datang ‘Dia (me)
oleh dua pihak dan perbuatan tersebut kira saya tidak akan datang’
dilakukan dengan saling berbalasan. Istilah Kita sangka dia muslim ‘Saya (me)sangka
lain juga sering digunakan ialah verba dia muslim’
kesalingan, dalam bahasa Melayu Manado 9. Verba lokatif membutuhkan maujud
hal ini ditandai dengan kata baku. pendamping letak kanan sebagai
baku + verba dasar, baku cucu ‘baku tikam’ keterangan tempat, contoh: taro, simpang,
baku ambe ‘berkelahi; bertengkar’ batitip ‘menaruh,meyimpan, menitip’,
Baku bage ‘baku hantam’ contoh dalam kalimat berikut ini.
Torang da baku dapa ‘Kami bertemu’ Tonce taro depe buku di atas meja ‘Tonce
Dorang cuma baku-baku marah ‘Mereka menaruh buku di atas meja’
bermusuhan terus’ Papa basimpang doi di Bank Sulut ‘Ayah
Torang da baku mara ‘Kami bermusuhan’ menyimpan uang di Bank Sulut’
Dorang batitip de pe oto di torang pe

317
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320

kintal hal ini kategori nomina, adjektiva, dan adverbia


(Mereka menitip mobilnya di halaman berubah menjadi kategori verba karena proses
kami) afiksasi. 1) Verba denominal ialah perubahan
10.Verba posesif menyatakan makna kategori kata nomina menjadi verba, seperti
kepemilikan atas sesuatu, contoh berikut contoh berikut ini; suar ‘keringat’; mimpi
ini. ‘mimpi’; tolor ‘telur’; angin ‘anging’ berkategori
Kita ada kukis for ngana “Saya ada kue nomina menjadi basuar ‘berkeringat’; bamimpi
untukmu” ‘bermimpi’; batolor’ bertelur’; baangin ‘ber-
Dorang punya oto ada di bengkel “Mereka angin’ yang berkategori verba. Sufiks akang
punya mobil di bengkel” menjadikan nomina menjadi verba, contoh: knop
11.Verba kompletif menyatakan perbuatan ‘kancing’; foto ‘foto’; knop akang ‘kancingkan’;
yang telah selesai dilakukan. Verba ini foto akang ‘fotokan’ 2) Verba deajektival ialah
dalam bahasa Melayu di tandai dengan perubahan kategori adjektiva menjadi kategori
prefiks ta ‘ter’ verba, contoh berikut ini: jao ‘jauh’; itang
Tape baju so tasusun rapi di lamari ‘hitam’; kuning berkategori adjektiva menjadi
‘Bajuku sudah tersusun rapi di lemari’ bajao ‘menjauhkan diri’; baitang ‘menghitam’;
Depe harta so habis tabage pa depe anak- bakuning ‘menguning’ berkategori verba. Sufiks
anak akang dapat juga membentuk verba, contoh: besar
“Hartanya sudah habis terbagi kepada akang ‘jadikan besar’; wora akang ‘longgarkan’;
anak-anaknya” los akang ‘jadikan lepas’; kacil akang ‘jadikan
Sarundajang tapilih ulang manjadi kecil’. 3) Verba deadverbial ialah perubahan
Gubernur Sulawesi Utara kategori adverbia menjadi kategori verba, contoh
“Sarundayang terpilih kembali menjadi berikut ini: kurang ‘kurang’ berkategori adverbia
Gubernur Sulawesi Utara menjadi takurang ‘mengurang’ berkategori verba.
12.Verba desideratif ialah verba yang Perubahan kategori verba menjadi
mengandung atau yang menyatakan kategori nomina, contoh: duduk, turung, turung,
makna menghendaki atau berhasrat atas maso, hidop, prenta menjadi ‘kadudukan,
sesuatu, contoh berikut ini. katurunan, kamasokan (kerasukan), kaprentahan
Torang mo doi “Kita mau uang” (pemerintahan)
Dia butuh ngana pe perhatian “Dia butuh Infeleksional adalah perubahan kata yang
perhatianmu” tidak mengakibatkan perubahan kelas kata,
Kita perlu bantuan “Saya perlu bantuan” contoh berikut ini:
13.Verba direktif memerlukan maujud pete: petik bapete: memetik
pengisi fungsi objek dan juga masih lur: intip balur: mengintip
membutuhkan maujud pengisi keterangan, lucur: luncur balucur: meluncur
contoh berikut ini. talucur: jatuh dari pinggang karena longgar
a) Papa kase akang oto for kita ‘Ayah misalnya celana
memberikan mobil untuk saya’ lolo: curi kecil-kecilan balolo: mencuri kecil-
b) Tanta kirim akang baju for adek ‘Bibi kecilan
mengirimkan baju untuk adik’ foro: eram baforo: mengeram bage ‘hantam’
Oto ‘mobil’ dan baju ‘baju’ sebagai objek ; babage ‘menghantam’; baku bage ‘baku
dan for kita ‘untuk saya’ dan for adek ‘untuk hantam’
adik’ sebagai keterangan.
Derivasional adalah perubahan kata yang
mengakibatkan perubahan kategori kata. Dalam

318
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...

PENUTUP Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta:


Penelitian ini mendeskripsikan verba dalam Rineka Cipta
bahasa Melayu Manado ditinjau dari segi bentuk Darwis, Muhammad. 2012. Morfologi Bahasa
dan ciri. Bentuk verba terdiri atas: 1. verba dasar, Indonesia Bidang Verba. Makassar: CV
a) verba dasar bebas, b) verba dasar terikat , 2. Menara Intan.
verba turunan ialah verba yang telah mengalami ------- 2008. Morfologi Bahasa Indonesia
afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa (Pendekatan Proses). Jakarta: .... Rineka
paduan leksem, dan verba majemuk. Cipta.
Karakteristik verba bahasa Melayu Halim, Amran.2003. Politik Bahasa Nasional.
Manado sufiks akang menjadi sufiks kan dan i Jakarta: Balai Pustaka
dalam bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang Hidayah, Asri M. Nur. 2013. Pronomina dalam
dapat juga menjadi awalan me dalam bahasa Bahasa Melayu Manado. Sawerigading.
Indonesia dengan struktur verba + akang. Sufiks Jurnal Bahasa dan Sastra. Edisi April
akang dapat bermakna pakaikan dengan struktur 2013.Balai Bahasa Provinsi Sulawesi
nomina + akang. Karakteristik verba berproses Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat.
gabung yang berulang prefiks dengan struktur Dani, Akun. J. 1987. Kajian Geografi Dialek di
prefiks (reduplikasi) + verba. Minahasa Timur Laut. Disertasi. Jakarta:
Ciri verba dapat dilihat dari perilaku Balai Pustaka
sintaksis dan perilaku semantik. Perilaku Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata
sintaksis verba menunjukkan bahwa verba selalu dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua.
menjadi predikat, dilihat berdasarkan nomina Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
yang mendampinginya ialah verba intransitif ------- 2008. Kamus Linguistik.
(verba yang tidak memerlukan objek) dan verba Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
transitif (verba yang memerlukan objek). Perilaku Lasut, Conny. 2007. Partikel dalam Bahasa
semantik verba terbagi ke dalam 1) verba aktif, 2) Melayu Manado. Majalah Interlingua.
verba pasif, 3) verba anti aktif (ergatif), 4) verba Vol. 1. April.www google. Diakses 4
anti pasif, 5) verba resiprokal, 6) verba reflektif, November 2013
7) verba performatif, 8) verba konstatatif, 9) verba Lyons, Jhon. 1971. Introduction To Theoritical
lokatif, 10) verba posesif, 11) verba kompletif, 12) Linguistich. Cambridge: University Press
verba desideratif, 13) verba direktif. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa
Derivasional adalah perubahan kata Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya.
yang mengakibatkan perubahan kategori kata. Edisi Revisi. Depok: Raja Grafindo
Dalam hal ini kategori nomina, adjektiva, dan Perkasa
adverbia berubah menjadi kategori verba karena Marnetti. 2011. Nomina Isiolek Rantau Sialang.
proses afiksasi, disebut 1) verba denominal, Madah Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra.
2) verba deajektival, 3) verba deadverbial. Volume 2 Nomor 1. Edisi April. Riau:
Infleksional perubahan kategori kata yang tidak Balai Bahasa Provinsi Riau.
mengakibatkan perubahan kelas kata. Najoan dkk. 1981. Morfologi dan Sintaksis
Bahasa Melayu Manado. Jakarta: Pusat
DAFTAR PUSTAKA Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Rattu. A.B.G. 2002. Tata Bahasa Melayu
Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Manado. Laporan Penelitian. Fakultas
Pustaka Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Bloomfield. Leonard. 1933. Language. New Manado. Tidak diterbitkan
York: Hendri Holt & Co Ramlan, M. 1978. Morfologi: Suatu Tinjauan

319
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320

Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyo Balai Bahasa Bandung.


Sukayana, I Nengah. 2012. “Penurunan Nomina Tambayong, Yapi. 2007. Kamus Bahasa dan
Dan Makna Afiks-Afiks Pembentukannya Budaya Manado.Gramedia: Jakarta
Dalam Bahasa Bali”. Kandai. Jurnal Usup, H. T.dkk. 1992. Kaji Banding Leksikal
Bahasa dan Sastra. Edisi November. Bahasa Melayu Manado dan Bahasa
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Indonesia Analisis Konstratif dan
Tenggara. Kontribusinya dalam pengajaran Bahasa
Supardi. 2011. Afiksasi dalam bahasa Melayu Indonesia. Laporan penelitian. FPBS IKIP
Papua. Metalingua. Jurnal Bahasa dan Manado. Tidak diterbitkan.
Sastra. Volume 9 Nomor 2. Bandung:

320

Anda mungkin juga menyukai