Disusun oleh:
S1 FARMASI
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN2
D. MANFAAT 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. HIPERTENSI 3
B. GAGAL JANTUNG 10
C. ANGINA PECTORIS 14
D. ATEROSKLEROSIS 18
BAB III PENUTUP 24
A. KESIMPULAN 24
B. SARAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi
epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari penyakit
hipertensi ?
2. Bagaimana pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi
epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari penyakit gagal
jantung ?
3. Bagaimana pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi
epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari penyakit angina
pectoris ?
4. Bagaimana pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi
epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari penyakit
aterosklerosis ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit hipertensi ?
2. Untuk mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit gagal jantung ?
3. Untuk mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit angina pectoris ?
4. Untuk mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, koplikasi dari
penyakit aterosklerosis ?
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit hipertensi ?
2. Dapat mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit gagal jantung ?
3. Dapat mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit angina pectoris ?
4. Dapat mengetahui pengertian, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
klasifikasi epilepsi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dari
penyakit aterosklerosis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERTENSI
PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat/tenang (Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014). Sedangkan definisi hipertensi
menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
(JNC VIII, 2014).
EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Perkembangan penyakit degeneratif telah menjadi suatu masalah yang
besar di dunia dan khususnya di Indonesia pada saat ini. Penyakit degeneratif
banyak terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Masyarakat banyak
mengkonsumsi makanan instan yang mengandung pengawet, memiliki kandungan
gizi rendah, mengandung lemak jenuh, garam, gula, dan MSG yang tinggi.
Makanan dengan kandungan lemak jenuh dan kalori yang tinggi dapat
mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Hal ini memicu semakin
berkembangnya penyakit degeneratif, salah satunya hipertensi (Anita dkk, 2013).
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),
karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu (Vitahealth. 2006 dalam Kaisar Pahlawan, M dkk. 2013). Pasien
hipertensi tidak menunjukkan gejala dan diagnosis hipertensi selalu dihubungkan
dengan kecenderungan penggunaan obat seumur hidup dan implikasi berdasarkan
analisis risiko dari asuransi jiwa (Gray, H dkk. 2005 dalam Kaisar Pahlawan, M
dkk. 2013).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Joint Treatment on High Blood PressureVIII (JNC VIII) menyatakan hampir satu
milyar orang menderita hipertensi di dunia. Data WHO tahun 2000 menunjukkan,
di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang. Prevalensi hipertensi pada penderita
dewasa pada tahun 2000 di dunia adalah sebesar 26,4% dan diperkirakan tahun
2025 akan mencapai 29,2% (Purnamawati, S dkk. 2010). Profil data kesehatan
Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa secara nasional terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5 % pada tahun 2013
(Profil Data Kesehatan Indonesia, 2014).
KLASIFIKASI HIPERTENSI
Pada umumnya, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya
>140/90 mmHg. Berdasarkan tingginya tekanan darah, JNC VIII membagi
hipertensi menjadi 4 kategori, yaitu normal, pre-hipertensi, stadium 1 & stadium
2. Tekanan darah seseorang yang normal yaitu berkisar antara 120/80 mmHg. Jika
tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 120/90 mmHg maka seseorang
dimasukkan dalam kategori pre-hipertensi. Sedangkan untuk hipertensi stadium 1,
tekanan darah seseorang mencapai 140/99 mmHg dan untuk hipertensi stadium 2,
tekanan darah seseorang melebihi dari 160/100 mmHg. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Kategori tekanan darah berdasarkan JNC VIII
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <120 mmHg (dan) <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥160 mmHg (atau) ≥100 mmHg
Sumber : Joint Treatment on High Blood Pressure VIII (2014)
ETIOLOGI HIPERTENSI
Hipertensi bedasarkan etiologi patofisiologinya dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi
sekunder atau non esensial yang diketahui penyebabnya (Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Hipertensi, 2006).
a. Hipertensi Primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial
(primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui tetapi faktor
genetik dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan
hipertensi esensial (Weber dkk, 2014).
Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor
genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-
lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan
merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Gunawan, dkk, 2007 dalam
Florensia, Anissa, 2016). Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan
arteri normal merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan
ekskresi natrium dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung
dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan
dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stress, kegemukan,
merokok, aktivitas fisik yang kurang dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi (Robbins dkk, 2007 dalam
Florensia, Anissa, 2016).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh
masalah kesehatan atau penyakit lain. Penyebab umum hipertensi sekunder yaitu
penyakit ginjal, penyakit endokrin, kehamilan dan obat-obatan. Kurang dari 10%
penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat
tertentu yang dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati
kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder (Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Hipertensi, 2006).
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistence).
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik
vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer
ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh
darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin-angiotensin-
aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah (Florensia, Anissa, 2016).
Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) diaktivasi oleh sekresi renin, yang
merupakan katalisator pembentukan angiotensin I dari hidrolisis angiotensinogen.
Angiotensin I kemudian dihidrolisis oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE)
menjadi angiotensin II. Angiotensin II dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah, peningkatan sintesis aldosteron, peningkatak absorbsi natrium,
menaikkan tahanan perifer serta meningkatkan curah jantung sehingga
menyebabkan hipertensi. Korteks adrenal adalah bagian ginjal yang memproduksi
hormon mineral kortikoid dan glokukortikoid, yaitu aldosteron dan kostisol.
Kelebihan aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi air dan natrium, sedangkan
kelebihan kortisol meningkatkan sintesa epinefrin dan norepinefrin yang bertindak
sebagai vasokonstriktor pembuluh darah. Secara tidak langsung, ini akan
mempengaruhi peningkatan volume darah, curah jantung dan menyebabkan
peningkatan tahanan perifer total (Florensia, Anissa, 2016). Mekanisme
pengaturan tekanan darah ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut Ardiansyah, M (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
- Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
- Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
- Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomelurus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke inti
fungsional ginjal, neuron terganggu dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urin dan terjadilah
tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita
hipertensi kronik.
- Ensafalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan
oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorang cairan
kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro
disekitarnya terjadi koma dan kematian.
B. GAGAL JANTUNG
EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3-
3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat
dimasa depan karna semakin bertambahnya usia harapan hidup dan
berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan
harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung. (Harbanu H Mariyono,
Anwar Santoso, 2007. “GAGAL JANTUNG” Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam,
FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar)
PATOFISIOLOGI
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi
mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron
(sistem RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk
memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac
output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta
vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul
berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi
simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit,
hipertofi dan nekrosis miokard fokal.
Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin,
angiotensin II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
renal yang poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang
pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat tonus vagal dan
merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium
dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek
pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yeng
memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap
peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain
Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,
kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada endotel
pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai
respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis
terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi ladosteron dan reabsorbsi
natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada gagal
jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker
diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita
gagal jantung.
Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada
gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada
pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia.
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan
peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada
pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi
endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Selain itu juga berhubungan dengan tekanan pulmonary artery capillary wedge
pressure, perlu perawatan dan kematian. Telah dikembangkan endotelin-1
antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja menghambat terjadinya
remodelling vaskular dan miokardial akibat endotelin.
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan
kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab
tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi
ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti
infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial,
dikatakan 30 – 40 % penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang
masih normal. Pada penderita gagal jantung sering ditemukan disfungsi sistolik
dan diastolik yang timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri.
(PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULER
INDONESIA, 2015. “Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung Edisi I”
MANIFESTASI KLINIS GAGAL JANTUNG
Tabel 2.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung
Gejala Tanda
Tipikal
Spesifik
- Sesak nafas
- Peningkatan JVP
- Ortopneu
- Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe
- Suara jantung S3 (gallop)
- Toleransi aktifitas yang berkurang
- Apex jantung bergeser ke lateral
- Cepat lelah
- Bising jantung
- Begkak di pergelangan kaki
Kurang tipikal
- Batuk di malam / dini hari
Kurang tipikal
- Mengi
- Edema perifer
- Berat badan bertambah > 2 kg/minggu
- Krepitasi pulmonal
- Berat badan turun (gagal jantung
- Sura pekak di basal parupada perkusi
stadium lanjut)
- Takikardia
- Perasaan kembung/ begah
- Nadi ireguler
- Nafsu makan menurun
- Nafas cepat
- Perasaan bingung (terutama pasien
- Heaptomegali
usia lanjut)
- Asites
- Depresi
- Kaheksia
- Berdebar
- Pingsan
C. ANGINA PECTORIS
D. ATEROSKLEROSIS
PENGERTIAN ATEROSKLEROSIS
- Diabetes Melitus
Diabetes militus dapan menjadi penyebab terjadinya PJK. Hal ini akibat
dari peningkatan kadar lemak sehingga meningkatkan faktor resiko terjadinya
aterosklerosis (Lumongga, 2007).
- Inflamasi
Inflamasi berkaitan erat dengan aterogenesis melalui aktivasi
dan proliferasi makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh darah. Pada
individu yang sehat, makrofag tersebar di semua jaringan. Inflamasi umumnya
berawal dari cedera endotel yang diakibatkan oleh suatu mekanisme Vaskular
Cell Adhesi Molekul 1 (VCAM-1) sehingga terdapat banyak di dinding endotel
yang cedera atau rusak. Dengan adanya VCAM-1, maka monosit akan
menempel di VCAM-1 kemudian masuk ke sela endotel yang rusak. Saat itu
monosit mengaktifkan sitokin dan berubah menjadi makrofag (Peter, 2002).
- Stres emosional
Stress berhubungan dengan aliran darah local yaitu aliran darah relatife
lambat tetapi mengalami oksilasi cepat yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan berlanjut pada disfungsi endotel yang merupakan cikal bakal
aterosklerosis. Mudah rupturnya plak dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
plak yang eksentrik non klasifikasi, tipisnya fibrous cap, luasnya plak, jumlah sel
radang yang berinfiltrasi, neovaskularisasi dan hemodinamik local. (Fukumoto et
al, 2008)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Cortas K et al. Hypertension Last update May 11 2008. [Cited 2015 Jan 10].
Available from http://www.emedicine.com
Graber, MA. 2003. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik Edisi 2. Framedia.
Jakarta.
Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru. Jakarta. Hal : 341-360
Guyton, A dan J.Hall. 2006. Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta, Indonesia. Hal:
231.
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman,W.C.,Dennison-Himelfarb, C.,
Handler, J., Lackland, D.T., LeFevre, M.L., MacKenzie, T.D., Ogedegbe, O.,
Smith Jr, S.C., Svetkey, L.P., Taler, S.J., Townsend, R.R., Wright Jr, J.T., Narva,
A.S. dan Ortiz, E., 2014. Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee (JNC 8), JAMA, 311(5), 507-520.
Kaisar Pahlawan, M., dkk. 2013. Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi di Bagian Rawat Jalan RS Muhammadiyah Palembang Periode Juli
2011–Juni 2012. Syifa Medika. Palembang. Jurnal Farmasi Syifa Medika Vol 4
No. 1 September 2013.
Kearney, P.M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P.K. dan He, J.
2005. Global Burden of Hypertension:Analysis of Worldwide Data, Lancet,
365(9455), 217-223.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi & Perizinan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease, Dalam Robbin
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders. 2005. p: 528-529
Robbins, L.S. Cotran. S.R dan Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Volume 2
Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 379-383.
Rumah Sakit Umum Daerah Undata. 2018. Profil RSUD Undata Tahun 2018.
RSUD Undata. Palu.
Salwa, A., Nurul, M. 2013. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien
hipertensi dengan gagal ginjal di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2010. Naskah
publikasi UMS. Jurnal Ilmiah Farmasi UMS 2013.
Soenarta, Arieska Ann dkk, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Jakarta
Swandari, Swestika. 2013. Penggunaan Obat Rasional (POR) 8 Tepat 1 Waspada
Efek Samping. http:bppkmalang.com diakses pada 12 Februari 2014 pukul 02.03
WIB.
Tandi, Joni. 2012. Farmasi Klinik 1. STIFA Pelita Mas. Palu
Tjay, T.H dan K. Raharja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI. PT. Elax Media
Komputindo. Jakarta
WHO. 2013. A global brief on Hypertension Silent Killer, Global Public Health
Crisis. World Health Organization Press. Geneva
World Health Organization. 2012. Guidelines for ATC classification and DDD
assignment 15th Edition. WHO Collaborating Centre for Drug Statistics
Methodology Norwegian Institute of Public Health.