Anda di halaman 1dari 7

SEMESTER PENDEK BIOFARMASETIKA

IBUPROFEN

NAMA : SARTIKA

NIM : 517 20 011 031

KELAS :E

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR

2020/2021
A. FORMULASI IBUPROFEN

a. Ibuprofen tersedia dalam bentuk:


1. Tablet: 200 mg
2. Kaplet: 400 mg
3. Suspensi: 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL
4. Topikal: gel 5%
5. Supositoria per rektal: 60 mg, 75 mg, 125 mg
6. Injeksi: 10 mg/mL, 800 mg/8 mL[6,15]
b. Cara Penggunaan
Cara penggunaan ibuprofen tergantung bentuk sediaannya:
1. Oral
Ibuprofen dapat dikonsumsi bersama makanan atau susu untuk menghindari
terjadinya efek samping nyeri lambung. [1,2]
2. Injeksi
Pemberian obat ibuprofen secara drip infus intravena mesti dilarutkan terlebih
dahulu dengan larutan NaCl 0,9%, dekstrosa 5%, atau larutan Ringer Laktat,
hingga konsentrasi obat tidak melebihi 4 mg/mL. Drip infus harus diberikan
dalam waktu 30 menit atau lebih. Ibuprofen tidak boleh diberikan secara
bolus intravena maupun secara intramuskuler. Obat yang telah dilarutkan
stabil dalam waktu 24 jam pada suhu ruangan sekitar 20‒25 derajat Celcius.
Sisa obat dalam vial yang tidak terpakai, mesti dibuang. [16]
3. Rektal
Cuci tangan terlebih dahulu dan gunakan sarung tangan sebelum memberikan
ibuprofen suppositoria. Buka bungkus suppositoria, basahi ujung suppositoria
dengan air. Posisikan pasien berbaring miring di tempat tidur dengan satu
kaki ditekuk, lalu masukkan suppositoria ke dalam dubur dengan posisi
bagian runcing terlebih dahulu. Pertahankan posisi atau tahan bokong dengan
kedua tangan selama kurang lebih 5 menit untuk mencegah obat keluar. Cuci
tangan kembali setelah prosedur selesai.
4. Topika
Cuci dan bersihkan tangan sebelum menggunakan ibuprofen topikal. Oles dan
ratakan ibuprofen topikal pada bagian yang terasa nyeri. Gunakan sekitar 1-4
cm dan hindari penggunaan pada luka, area kulit yang terinfeksi, serta area
dengan membran mukosa (misalnya mata, mulut, hidung).
5. Cara Penyimpanan
Ibuprofen disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada tempat yang
kering dan sejuk, pada temperatur ruangan sekitar 15‒30 derajat Celcius.
Sediaan injeksi disimpan pada suhu ruangan 20‒25 derajat Celcius. Obat
jangan dibekukan dan jauhkan dari lingkungan yang lembap, panas, atau
terkena paparan sinar matahari langsung. [2,16]
6. Kombinasi dengan Obat Lain
Ibuprofen dapat dikombinasikan dengan kafein atau paracetamol untuk
meningkatkan efek analgesik ibuprofen. Studi menunjukkan kombinasi
ibuprofen dengan kafein atau paracetamol akan meningkatkan efek analgesik
ibuprofen dibandingkan dengan ibuprofen saja. [10,17-19]
Pada penggunaan jangka panjang, misalnya untuk mengatasi nyeri kronis,
ibuprofen dapat dikombinasikan dengan famotidin. Famotidin diberikan
untuk memproteksi terhadap risiko efek samping gastrointestinal ibuprofen,
khususnya efek samping yang berat seperti perdarahan saluran cerna atau
ulkus peptikum
Obat jangan dibekukan dan jauhkan dari lingkungan yang lembap, panas,

B. FARMAKOLOGI IBUPROFEN

Farmakodinamik
Farmakodinamik
Secara umum kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi, analgesik dan
antipiretik adalah dengan cara inhibisi pada jalur produksi prostanoids, seperti
prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin I2 (PGI2), yang
bertanggungjawab dalam mencetuskan rasa nyeri, inflamasi dan demam.
Ibuprofen menghambat aktivitas enzim siklooksigenase I dan II, sehingga
terjadi reduksi pembentukan prekursor prostaglandin dan tromboksan.
Selanjutnya, akan terjadi penurunan dari sintesis prostaglandin, oleh enzim
sintase prostaglandin.[10]

Secara spesifik, mekanisme kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi adalah


melalui modus aksi yang multipel:

Mencegah akumulasi dan adhesi leukosit seperti neutrofil,


polimorfonuklear, dan monosit makrofag pada jaringan yang mengalami
inflamasi
Menghambat produksi dan aksi leukosit-leukosit yang bersifat
inflamogen seperti leukotrien B4, nitrit oksida, interleukin-1
Reduksi jalur aferen dan eferen mediasi rasa nyeri[3]
Mekanisme kerja ibuprofen sebagai antipiretik terdiri dari dua aksi, yaitu
mengendalikan produksi leucocyte-derived interleukin-1 dan komponen
peptida lainnya dari pirogen endogen, dan menginhibisi secara langsung
produksi pirogen endogen atau interleukin-1 prostaglandin E2 (PGE2), yang
diinduksi oleh hipotalamus. [3]

Pengendalian rasa nyeri oleh ibuprofen melibatkan beberapa mekanisme


yang berbeda, namun berhubungan satu sama lainnya. Kerja ibuprofen
menginhibisi produksi prostaglandin dan nitrit oksida, yang berperan sebagai
impuls aferen rasa nyeri di perifer dan transmisi spino-thalamic. Di samping
itu, ibuprofen dapat menstimulasi produksi zat analgesik anandamide secara
endogen, yang bersifat cannabinoid-like analgesic, dengan cara menginhibisi
enzim yang menghidrolisis zat tersebut menjadi arachidonic acid. [3]

Farmakokinetik
Farmakokinetik ibuprofen ditinjau dari aspek absorpsi, metabolisme,
distribusi, dan eliminasi obat.

Absorpsi
Ibuprofen cepat diabsorpsi, setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas
obat adalah 80%. Ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen lebih cepat
diabsorpsi dibandingkan jenis asam ibuprofen. Konsentrasi puncak ibuprofen
lysine, atau garam ibuprofen adalah sekitar 45 menit, sedangkan asam
ibuprofen adalah sekitar 90 menit. Konsentrasi puncak ibuprofen dalam
serum umumnya berlangsung sekitar 1‒2 jam. [11-14]

Bioavailabilitas obat hampir tidak dipengaruhi oleh makanan. Juga tidak


terdapat interferensi absorpsi ibuprofen, apabila diberikan bersamaan dengan
antasida, baik yang mengandung aluminium hidroksida, maupun magnesium
hidroksida.

Metabolisme

Ibuprofen secara cepat dimetabolisme di dalam hati, menghasilkan


metabolit-metabolit seperti asam propionik fenil hidroksimetil propil, dan
asam propionik fenil karboksipropil. [3,12]

Distribusi

Ibuprofen didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, terutama


terkonsentrasi dalam cairan sinovial. Keberadaan obat ibuprofen dalam cairan
sinovial adalah lebih lama daripada dalam plasma. Obat ini terikat pada
protein sekitar 90‒99%, terutama dengan albumin.

Eliminasi

Waktu paruh obat dalam serum adalah sekitar 1,8 hingga 2 jam. Ekskresi
ibuprofen lengkap dalam 24 jam, setelah dosis terakhir. Sekitar 45%‒79%
dari dosis obat yang diabsorpsi per oral, ditemukan dalam urine, dalam
bentuk metabolit, sedangkan bentuk ibuprofen bebas atau terkonjugasi,
masing-masing adalah sekitar 1% dan 14%

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Winarni. 1998. Pelatihan Keahlian Instrumentasi Kimia "

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ". Jakarta. Badan Tenaga Nuklir


Nasional.

Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat Teri dan Praktek. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Arief, M., 2008, Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan, Solo,
Sebelas Maret University Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi


Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm 306.
Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia

Analisis Kuantitatif Anorganik. (Terjemahan). Pudjaatmaja, A.H., Setiono.

L. Edisi Keempat. Jakarta; EGC. Hal 810.

Battu, P.R. and Reddy, M.S. (2009). RP-HPLC Method for Simultaneous

Estimation of Paracetamol and Ibuprofen in Tablets. Asian J. Research

Chem. AJRC All right reserved. Jan.-March, 2009. ISSN 0974-4169. Hal.

70-72.

De Muth, J.E., 1999. Basic statistic and Pharmaceutical Statistical Application.

Cit Utami, P.I. Tesis. 2006. Penetapan Kadar Levofloxacin dalam Sediaan

Farmasi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Sekolah Pascasarjana.

UGM. Yogyakarta.

Gandjar, I. G., Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai