Non farmakologi
1. Memperbanyak minum air putih, untuk membantu
mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal.
2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan
yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang
dingin
(Depkes RI, 1997)
Farmakologi
1. Ekspektoran (pengencer dahak/riak)
Meningkatkan sekresi dahak dari saluran pernafasan sehingga mudah
dikeluarkan (Anief, 1995).
Beberapa obat yang bisa diperoleh tanpa resep dokter antara lain:
Glyseryl guaiacolate (Guafenesin)
Mekanisme kerja obat yaitu mengencerkan dahak dari
saluran nafas.
Dosis pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4 jam dan
untuk anak-anak usia 2-6 tahun 50-100 mg setiap 4 jam,
Sedangkan untuk usia 6-12 tahun 100-200 mg setiap 4 jam.
Perhatian usia dibawah 2 tahun dan ibu hamil harus dengan
pengawasan dokter, diharap tidak menggunakan lebih dari 7
hari tanpa izin dokter, minumlah 1 gelas air setiap minum
obat ini, dan waspada pada alergi guafenesin.
Indikasi untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran dahak.
Kontraindikasi terhadap yang alergi guafenesin
Efek samping mual, muntah yang dapat dikurangi dengan
minum segelas air putih.
Bromheksin
Mekanisme kerja dari Bromheksin untuk mengencerkan dahak di saluran
nafas.
Dosis pemakaian untuk dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari.
Perhatian, hati-hati pada penderita tukak lambung dan wanita hamil 3
bulan pertama.
Efek samping dapat terjadi rasa mual, diare, dan kembung yang ringan
(Depkes RI, 1997).
Ambroxol (Epexol)
Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
Merupakan metabolit dari bromheksin
Hendaknya digunakan bersama makanan
Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
Erdosteine (Edotin)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Asetilsistein (Fluimucil)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
3. Antitusif (penekan batuk)
Dekstrometorfan HBr
(a) Mekanisme kerja obat bekerja menekan pusat batuk di otak,
meringankan batuk kering
(b) Dosis pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika
perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup 5-10 ml jika perlu 3x
sehari sedangkan untuk dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10
mg 3 kali sehari dan dalam bentuk sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok
takar)
(c) Perhatian, Dekstromethorpan HBr sebaiknya tidak digunakan
untuk batuk berdahak, dikhawatirkan dahak malah tidak bisa
keluar.
(d) Efek samping pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan
penurunan refleks bernapas (Djunarko & Hendrawati, 2011).
Pada tahun 2014 lalu dekstrometrophan dalam sediaan tunggal
telah di tarik dari pasaran karena banyaknya penyalahgunaan
sediaan ini, tetapi sediaan ini dengan kombinasi masih boleh
beredar dengan pengawasan atau menjadi obat bebas terbatas
(BPOM, 2014)
Difenhidramin HCL
(a) Mekanisme kerja obat memiliki efek antitusif dan juga
antihistamin sebagai anti alergi
(b) Dosis pemakaian untuk dewasa 25 mg, 3-4 kali sehari dan
untuk anakanak 12,5 mg atau 4 kali sehari
(c) Perhatian, tidak dianjurkan mengemudi selepas minum obat
ini karena efeknya dapat mengantuk, dan juga tidak
dianjurkan diminum bersamaan obat anti influenza yang
mengandung antihistamin, dikonsultasikan terlebih dahulu
pada tenaga medis jika digunakan pada penderita asma
karena dapat mengentalkan dahak dan mengurangi
sekresinya.
(d) Kontraindikasi terhadap wanita hamil, ibu menyusui dan
anak < 6 tahun.
(e) Efek samping dapat menyebabkan kantuk (Depkes RI, 1997).