Anda di halaman 1dari 14

Batuk

Arini Intan Mutia


1511014018
Pengertian Batuk
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk
juga melindungi paru-paru dari aspirasi asing yaitu
masuknya benda asing dari saluran cerna maupun saluran
nafas bagian atas. Saluran nafas bagian atas dimulai dari
tenggorokan, trakhea, bronkhioli sampai ke jaringan paru
(Depkes RI, 1997).
Pembagian Batuk
Secara umum batuk dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu
Batuk kering yang merupakan batuk yang disebabkan
oleh alergi, makanan, udara, dan obat-obatan. Batuk
kering dapat dikenali dari suaranya yang nyaring
Batuk berdahak yang disebabkan oleh adanya infeksi
mikroorganisme atau virus dan dapat dikenali dari
suaranya yang lebih berat dengan adanya pengeluaran 1 2
dahak
(Djunarko & Hendrawati, 2011).
Penyebab Batuk
Batuk dapat disebabkan karena dua hal, yaitu penyakit
infeksi dan bukan infeksi.
Penyebab batuk dari infeksi bisa berupa bakteri atau
virus, misalnya tuberkulosa, influenza, campak, dan
batuk rejan.
Sedangkan penyebab yang bukan infeksi misalnya
debu, asma, alergi, makanan yang merangsang
tenggorokan, batuk pada perokok. Batuk pada keadaan
sakit disebabkan adanya kelainan terutama pada saluran
nafas yaitu bronkitis, pneumonia dan sebagainya
(Depkes RI, 1997).
Swamedikasi (pengobatan sendiri)
Swamedikasi batuk diperlukan pengetahuan
mengenai pemilihan obat yang rasional sesuai batuk yang
dialami oleh pasien, untuk batuk berdahak digunakan obat
golongan mukolitik (pengencer dahak) dan ekspektoran
(membantu mengeluarkan dahak), sementara untuk batuk
kering digunakan obat golongan antitusif (penekan batuk)
(Djunarko & Hendrawati, 2011)
Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 10
orang yang berdomisili di Kabupaten Sukoharjo didapatkan data
yaitu 6 dari 10 orang tidak meminum obat saat batuk tetapi
melakukan swamedikasi non farmakologi seperti minum air hangat,
minum perasan jeruk dan lain-lain, sedangkan 4 orang sisanya
meminum obat yang berdasarkan iklan yang berasal dari media
sosial. Obat-obat yang dipilih mengandung lebih dari satu zat aktif
yang kurang sesuai untuk pengobatan batuk.
Berdasarkan Survei pendahuluan tersebut maka
pengetahuan tentang obat batuk dibutuhkan dalam pemilihan
pengobatan itu sendiri supaya masyarakat dapat memilih obat yang
sesuai dengan batuk yang diderita (Kristina et al., 2007).
Beberapa penyakit penyebab batuk yang tidak disarankan untuk
dilakukan tindakan swamedikasi, karena beberapa faktor yang bisa
membahayakan bagi penderita, diantaranya :
1) Batuk yang disebabkan karena kuman TB yang dapat berbahaya
bagi pasien yang menderita, respon dapat berupa batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
(Werdhani, 1995).
2) Batuk yang disebabkan karena asma yaitu peradangan kronis pada
saluran nafas dimana saluran nafas mengalami hipersekresi mukus
dan juga lubang bronkus mengalami penyempitan, sehingga bisa
menyebabkan sesak nafas atau mengi.
3) Batuk yang disebabkan karena PPOK yang menggambarkan pasien
dengan bronchitis kronis, emfisema atau keduanya, pada pasien
PPOK mengalami batuk produktif selama 3 bulan.
4) Batuk yang disebabkan pneumonia yang merupakan peradangan
paru yang disebabkan karena bakteri Streptococus pneumoniae
(Lyrawati et al. 2012).
5) Dan lain-lain, beberapa penyakit diatas sebaiknya ditangani dengan
berkonsultasi dengan tenaga medis secara persisten karena
berbahaya bagi pasien yang menderita.
Pengobatan swamedikasi

Non farmakologi
1. Memperbanyak minum air putih, untuk membantu
mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal.
2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan
yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang
dingin
(Depkes RI, 1997)
Farmakologi
1. Ekspektoran (pengencer dahak/riak)
Meningkatkan sekresi dahak dari saluran pernafasan sehingga mudah
dikeluarkan (Anief, 1995).
Beberapa obat yang bisa diperoleh tanpa resep dokter antara lain:
Glyseryl guaiacolate (Guafenesin)
Mekanisme kerja obat yaitu mengencerkan dahak dari
saluran nafas.
Dosis pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4 jam dan
untuk anak-anak usia 2-6 tahun 50-100 mg setiap 4 jam,
Sedangkan untuk usia 6-12 tahun 100-200 mg setiap 4 jam.
Perhatian usia dibawah 2 tahun dan ibu hamil harus dengan
pengawasan dokter, diharap tidak menggunakan lebih dari 7
hari tanpa izin dokter, minumlah 1 gelas air setiap minum
obat ini, dan waspada pada alergi guafenesin.
Indikasi untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran dahak.
Kontraindikasi terhadap yang alergi guafenesin
Efek samping mual, muntah yang dapat dikurangi dengan
minum segelas air putih.
Bromheksin
Mekanisme kerja dari Bromheksin untuk mengencerkan dahak di saluran
nafas.
Dosis pemakaian untuk dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari.
Perhatian, hati-hati pada penderita tukak lambung dan wanita hamil 3
bulan pertama.
Efek samping dapat terjadi rasa mual, diare, dan kembung yang ringan
(Depkes RI, 1997).

Succus liquiritiae (OBH)


Mekanisme kerja dari Succus Liquiritiae untuk mengatasi batuk,
membantu pengeluaran dahak, menyembuhkan peradangan (Djunarko &
Hendrawati, 2011), succus merupakan sediaan galenik dari Radix
liquiritiae berwarna hitam coklat, dan larut dalam air. Succus Liquiritiae
merupakan komponen dari Obat Batuk Hitam (OBH) (Depkes RI, 1997).
Amonium klorida
Mekanisme kerja dari amonium klorida untuk meningkatkan pengeluaran
dahak melalui refleks rangsangan selaput lendir saluran cerna, Amonium
Klorida merupakan salah satu komponen Obat Batuk Hitam (OBH).
Dosis pemakaian untuk dewasa 300 mg setiap 4 jam
Perhatian tidak dianjurkan pada pasien yang mengalami kerusakan hati,
ginjal, dan pasien mengidap jantung kronik karena dapat mengganggu
keseimbangan kimia darah yang mempengaruhi ekskresi obat.
Dosis 5 g pada penderita dapat menyebabkan efek samping dengan gejala
antara lain : mual, muntah, haus, sakit kepala, dan hiperventilasi.
2. Mukolitik (penghancur dahak)
Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi alergi, merokok, dan
infeksi. Beberapa penyakit yg meningkatkan produksi dahak antara lain pneumonia,
asma, dan bronkhitis akut.

Ambroxol (Epexol)
Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
Merupakan metabolit dari bromheksin
Hendaknya digunakan bersama makanan
Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.

Erdosteine (Edotin)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.

Asetilsistein (Fluimucil)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
3. Antitusif (penekan batuk)
Dekstrometorfan HBr
(a) Mekanisme kerja obat bekerja menekan pusat batuk di otak,
meringankan batuk kering
(b) Dosis pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika
perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup 5-10 ml jika perlu 3x
sehari sedangkan untuk dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10
mg 3 kali sehari dan dalam bentuk sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok
takar)
(c) Perhatian, Dekstromethorpan HBr sebaiknya tidak digunakan
untuk batuk berdahak, dikhawatirkan dahak malah tidak bisa
keluar.
(d) Efek samping pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan
penurunan refleks bernapas (Djunarko & Hendrawati, 2011).
Pada tahun 2014 lalu dekstrometrophan dalam sediaan tunggal
telah di tarik dari pasaran karena banyaknya penyalahgunaan
sediaan ini, tetapi sediaan ini dengan kombinasi masih boleh
beredar dengan pengawasan atau menjadi obat bebas terbatas
(BPOM, 2014)
Difenhidramin HCL
(a) Mekanisme kerja obat memiliki efek antitusif dan juga
antihistamin sebagai anti alergi
(b) Dosis pemakaian untuk dewasa 25 mg, 3-4 kali sehari dan
untuk anakanak 12,5 mg atau 4 kali sehari
(c) Perhatian, tidak dianjurkan mengemudi selepas minum obat
ini karena efeknya dapat mengantuk, dan juga tidak
dianjurkan diminum bersamaan obat anti influenza yang
mengandung antihistamin, dikonsultasikan terlebih dahulu
pada tenaga medis jika digunakan pada penderita asma
karena dapat mengentalkan dahak dan mengurangi
sekresinya.
(d) Kontraindikasi terhadap wanita hamil, ibu menyusui dan
anak < 6 tahun.
(e) Efek samping dapat menyebabkan kantuk (Depkes RI, 1997).

Anda mungkin juga menyukai