BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non
lebih baru lagi antara lain gentamicin. Hal inilah yang menimbulkan kepercayaan
dan harapan yang besar terhadap antibiotik untuk selalu berhasil dalam
negatif. Dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional antara
mengurangi infeksi. Penggunaan antibiotik secara luas tanpa dosis regimen yang
efektivitas dan biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi, hal ini tentu merugikan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
kandung kemih, dan uretra). Infeksi saluran kemih di Indonesia insiden dan
prevalensinya masih cukup tinggi. Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf
kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standart dan tidak
meratanya tingkat kehidupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau berdampak
kesehatan yang serius. Pada umumnya ISK lebih banyak dijumpai pada wanita
dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita lebih pendek sehingga
3
mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih dan juga
letaknya dekat dengan daerah perianal dan vagina. Pada usia dewasa kasus ISK ini
lebih sering timbul pada wanita dewasa muda (usia subur), salah satu
kemungkinan adalah karena proses dari kehamilan (obsetri history). Tetapi pada
Insiden terjadinya ISK di setiap negara mempunyai data stastistik yang berbeda,
hal ini dipengaruhi oleh taraf kesehatan dan pelayanan medis di Negara tersebut
(Munaf S, 1994).
penyebab infeksi. Oleh karena itu, pengobatan ISK sebagian besar menggunakan
(Munaf S, 1994).
berspektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negative dengan sifat
interindividu cukup lebar, maka pemantauan kadar obat dalam darah pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal adalah suatu kebutuhan agar keamanan
dan efikasi terapi tercapai. Hal ini juga penting karena profil dosis dan kadar
4
gentamicin dalam darah sukar diprediksi, terutama kadar puncak obat dan waktu
efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang
saluran kemih, dan tularemia, dalam keadaan tertentu gentamisin digunakan pula
hanya diterapkan pada infeksi berat saja. Penggunaan gentamisin secara topical
(peak serum levels) berada dalam rentang 5-10 g/ml. kadar puncak yang tinggi
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
1. Apakah obat gentamicin digunakan untuk semua penyakit.
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang kedokteran.
2. Member informasi ilmiah kepada masyarakat tentang gentamicin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik
6
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh
maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses
(Munaf S, 1994).
infeksi. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu
mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik tidak
efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap
Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula
yang spektrumnya lebih luas. Ke efektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi
dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus)
digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan
mencakup Polimiksin.
7
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel bakteri, mencakup banyak jenis
Kloramfenikol, Linkomisin.
4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri, mencakup
1994).
antibiotik baru yang berlebihan, penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama,
penggunaan antibiotik untuk ternak, dan beberapa faktor lain seperti kemudahan
transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisi perumahan yang
yang telah terbukti keamanan dan efektifitasnya dengan uji klinik. Suatu
pemakaian obat secara rasional meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat penderita,
tepat dosis dan cara pemakaian, serta waspada efek samping (Munaf S, 1994). .
1. Tepat indikasi
8
indikasi ini adalah "Apakah obat (antibiotik) diperlukan. Kalau ya, efek klinik apa
yang paling berperan terhadap manfaat terapetik. Hal ini akan menentukan
2. Tepat obat
berdasarkan terapi empirik (educated guess) atau sesuai dengan hasil uji
manfaat yang akan diperoleh. Risiko pengobatan mencakup toksisitas obat, efek
manfaat dan keamanan yang tidak jelas atau pemilihan obat obat yang mahal
padahal alternatif yang sama dengan harga lebih murah juga tersedia (Munaf S,
1994).
1. Tepat penderita
cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke
pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti oleh pasien dan paling aman
serta efektif untuk pasien. Apakah pasien benar-benar memerlukan suntikan Oleh
karena sebagian besar pemberian suntikan yang terjadi umumnya tidak ada
kemungkinan terjadinya interaksi bila diberikan obat lebih dari satu (Munaf S,
1994).
a. besar dosis : tergantung usia, fungsi organ hepar, ginjal, jantung, jenis infeksi dan
plasma (KOP).
c. cara/rute pemberian : tergantung derajat berat gejala klinik penyakit berat butuh
waktu cepat untuk mencapai kadar obatdalam plasma sehingga cepat meredakan
10
ataupun radiologik.
3. Waspada efek samping obat (Munaf S, 1994).
lebih yang terikat melalui ikatan glikosidik pada inti heksosa. Bersifat larut air,
stabil dalam larutan, dan lebih aktif pada pH alkali dibandingkan pH asam.
(Katzung, 2006).
b. Farmakologi aminoglikosida
11
farmakologi dan toksisitas yang sama, bersifat bakterisida dan secara cepat
sering terjadi dan merupakan efek samping yang merugikan. Aminoglikosida juga
pernapasan . tetapi penggunaan aminoglikosida satu kali sehari pada pasien yang
1994).
antibiotic yang panjang dan dapat menginduksi terjadinya resistensi yang bersifat
adaptif pada bakteri gram negatif (Begg, 1994). Semakin tinggi konsentrasi
baca mRNA yang mengakibatkan penggabungan asam amino yang salah ke dalam
c. Farmakokinetika aminoglikosida
yaitu resiko terjadinya kegagalan pengobatan atau toksisitas yang lebih besar
(Chambers, 2004).
1. Absorbs
karena itu diberikan secara parenteral yaitu secara i.m atau i.v baik berupa bolus
injeksi, infuse intermittent selama 30 60 menit atau dengan infuse i.v continuous
mencapai konsentrasi puncak dalam darah antara 30-90 menit (Katzung, 2006).
2. Distribusi
tubuh termasuk cairan sinovial, peritoneal, dan pleural, tetapi terdistribusi lambat
ke dalam empedu, feses dan prostat; distribusinya jelek ke dalam susunan saraf
pusat (SSP) dan air mata. Ikatan dengan serum protein kurang dari 10% dan
3. Ekskresi
13
ginjal atau filtrasi glomerolus. Fungsi ginjal merupakan parameter yang harus
cenderung ditemukan saat terapi dilakukan lebih dari 5 hari, dosis yang lebih
tinggi pada lansia, dan pada kondisi insufisiensi ginjal (Gan, 1997). Penggunaan
bersama dengan diuretik loop (furosemida dan asam etakrinat) atau agen
2006).
5. Penggunaan klinis
infeksi saluran urin, skeletal, dan infeksi jaringan lunak (Zaske, dkk, 1986).
berbagai gula amino dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Senyawa ini larut dalam
air, stabil dalam larutan, dan lebih aktif pada Ph alkali dibandingkan pH asam
(Katzung, 2006).
14
korteks. Penetrasi golongan ini jelek pada mata dan system saraf pusat.
Konsentrasi aminoglikosida pada sekresi air liur dan bronchial sangat bervariasi
(Stockley, 1994).
dan piperazilin yang umum diberikan dalam dosis besar. Oleh karena itu, harus
infeksi saluran kemih, skeletal, dan infeksi pada jaringan lunak Efek samping
1994).
E. Pengertian Gentamicin
15
yang mempunyai potensi tinggi dan berspektrum luas terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif . Gentamicin ini merupakan antibiotik, yang bekerja
sensitive dalam tubuh serta mempunyai rentang terapi sempit, bersifat nefrotoksik
lebar, maka pemantauan obat dalam darah pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal adalah suatu kebutuhan agar keamanan dan efikasi terapi tercapai. Hal ini
juga penting karena profil dosis dan kadar gentamicin dalam darah sukar
diprediksi terutama kadar puncak dalam waktu paruh eliminasi yang diisolasi dari
atau ampul 60 mg/1,5 ml; 80 mg/2ml; 120 mg/3ml; dan 280 mg/2ml . berbentuk
serbuk putih kekuningan, mudah larut dalam air, dan tidak larut dalam etanol
Penggunaannya terutama pada terapi empiris infeksi berat misalnya sepsis dan
dalam rentang 5-10 g/ml. kadar puncak yang tinggi secara terus menerus
dalam bentuk dosis berganda bolus intravena akan menghasilkan kadar puncak
dan kadar lembah. Efek terapi dihasilkan jika kadar tersebut berada diantara kadar
aman maksimum dan kadar efektif minimum. Dosis empirik 80 mg bagi setiap
penderita dengan berat badan bervariasi akan menghasilkan dosis mg/kg BB/ hari
yang juga bervariasi. Biasanya pada orang deangan penyakit ginjal merupakan
faktor yang paling menentukan dalam pencapaian kadar tersebut (Neal, 2006).
a. Aktifitas antimikroba
b. Penggunaan klinis
sepsis dan pneumonia) yang disebabkan bakteria gram negatif yang cenderung
boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk terapi pneumonia sebab penetrasinya
17
buruk ke dalam jaringan paru yang terinfeksi dan kondisi setempat seperti tekanan
oksigen dan pH yang rendah turut memperburuk aktifitas obat ini (Katzung,
2006).
gentamisin diberikan beberapa hari atau jika fungsi ginjal berubah (misalnya
dalam sepsis, yang sering menyebabkan terjadinya komplikasi dengan gagal ginjal
akut). Untuk pasien yang menerima pemberian dosis setiap 8 jam, konsentrasi
puncak yang ditargetkan adalah 5-10 mcg/ml dan konsentrasi lembah harus di
dosis harus dikurangi atau interval diperpanjang untuk mencapai efek terapi
(Whriskho, 2004).
F. Kontraindikasi
Penggunaan jangka pendek yaitu 5-7 hari dapat diberikan pada ibu hamil
atau menyusui jika tidak ada obat lain yang bisa digunakan, tetapi penggunaan
jangka panjang sebaiknya dihindari oleh karena dapat terjadi kerusakan nervus ke
G. Interaksi Obat
a. In vitro
azlosilin, dan piperazilin yang umum diberikan dalam dosis besar, ternyata
aminoglikosida dan penisilin dalam larutan infus dan sebaiknya diberikan melalui
b. In vivo
akan lebih efektif bila dosis ditentukan berdasarkan konsentrasi obat dalam serum.
konsentrasi obat dalam serum. Contoh, lebih dari 90% pasien pneumonia sembuh
dengan pemberian gentamisin pada konsentrasi serum puncak > 8 g/ml tetapi
kurang dari 40% pasien dapat memberi respons bila konsentrasi obat dalam serum
berada di bawah 8 g/ml (Robinson dan Taylor, 1986). Ini menggambarkan bahwa
tidak ada korelasi baik antara dosis dan efektifitas obat ini tetapi ada korelasi
antara kadar dalam darah dengan efektifitas. Jadi, bila hasil pengobatan dengan
dosis standar tidak efektif, perlu dilakukan pemantauan kadar dalam darah.
Jika suatu obat diberikan dalam bentuk bolus intravenous, seluruh dosis
obat masuk dalam tubuh dengan segera dan kinetika obat diasumsikan
19
1985).
kadar obat dalam jaringan tetapi konsentrasi obat dalam jaringan tidak sama pada
aktivitas terapetik, karena kadar obat dalam plasma harus dipertahankan untuk
mencapai efektivitas klinis yang optimal. Kadar efektif minimum antibiotik yang
diinginkan dapat ditentukan agar berbeda dalam batasan kadar plasma terapetik
Jika suatu obat diberikan dengan dosis dan jarak waktu pemberian dosis
yang tetap, maka jumlah obat dalam tubuh akan naik. Jika dosis kedua diberikan
dalam jarak waktu yang lebih panjang dari waktu yang diperlukan untuk
mengeleminasi dosis sebelumnya, maka obat tidak kan terakumulasi. Jika dosis
yang sam diberikan berulang pada frekuensi konstan, maka akan diperoleh krva
kadar plasma-waktu plateu atau keadaan tunak. Pada keadaan tunak tercapai,
cmax dan cmix adalah konstan dan tetap tidak berubah dari dosis ke dosis.
Konsentrasi maksimum harus selalu berada di bawah kadar toksis minimum sebab
cmax merupakan suatu petunjuk yang baik akumulasi obat. Jika pada keadaan
20
dosis menghasilkan Cmax yang sama dengan Cmax setelah pemberian dosis
pertama, maka berarti tidak ada akumulasi obat. Jika Cmas lebih besar dari Cmax
dosis pertama maka berarti ada akumulasi yang bermakna (Shargel, 1985).
terlihat pada Cmin, sebab Cmin mencerminkan keadaan obat dalam jaringan yang
dengan ambang terapi sempit sehingga peningkatan kadar obat sedikit saja di
dalam darah akan berdampak besar pada pasien karena kadar obat dalam darah
dapat melewati ambang terapi obat dan dapat menimbulkan efek toksik atau dapat
pula lebih rendah dari ambang terapi obat sehingga obat tidak efektif lagi untuk
terapi infeksi. Hal ini dapat memicu terjadiya resistensi antibiotik lebih cepat
terjadi pada pasien. Oleh karena itu pengukuran kadar serum obat selama terapi
perlu dilakukan untuk menghindari efek toksik atau tidak adanya efek terapi dari
Selain itu bekerja dalam menghambat sintesis protein dan bersifat bakterisada
(Light, 2001 ).
( Stockley, 1994).
Sedangkan Efek toksik yang dimiliki gentamisin ada dua macam, yaitu
lebih dari 5 hari dapat menyebabkan peningkatan 30% serum kreatinin. Dengan
renal insufficiency, kadar puncak yang tinggi, total dosis perhari, dosis kumulatif
auditori pertama kali muncul pada frekuensi tinggi (> 4000 hz) dan sangat sulit
rambut karena peningkatan kadar obat. Hilangnya pendengaran juga dapat timbul.
tinnitus yang mungkin permanen, dan kadang-kadang erupasi sakit pada telinga.
hingga lebih dari lima hari, pada dosis yang lebih tinggi, pada orang-orang lanjut
tapi absorpsinya dapat lebih cepat, jika krim digunakan secara topical, maka
antibiotik digunakan pada daerah permukaan tubuh luas, miasalnya pada kasus
luka bakar, konsentrasi plasma dapat mencapai g/ml dan 2% sampai 5% obat
dapat dibagi menjadi 3 dosis pemberian atau dosis tunggal per hari. Batas
konsentrasi gentamicin dalam plasma adalah 2 g/ml agar tidak timbul efek
(Katzung, 2006).
gentamisin dalam rentang waktu pemakaian yang disarankan (3-5 hari) Pemakaian
toksik, toksisitas yang terjadi pada pemakaian gentamisin adalah nefrotoksisk dan
ototoksik. namun pemakaian lama (lebih dari 5 hari) untuk terapi penyakit dapat
berdasarkan konsentrasi obat dalam serum darah dan monitoring fungsi ginjal
aktivitas antimikroba yang sinergis dengan penisilin dan vankomisin (Neal, 2005).
BAB III
A. KESIMPULAN
yang mempunyai potensi tinggi dan berspektrum luas terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif . Gentamicin ini merupakan antibiotik, yang bekerja
sensitive dalam tubuh serta mempunyai rentang terapi sempit, bersifat nefrotoksik
lebar, maka pemantauan obat dalam darah pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal adalah suatu kebutuhan agar keamanan dan efikasi terapi tercapai.
Penggunaannya terutama pada terapi empiris infeksi berat misalnya sepsis dan
B. SARAN
Bagi yang menggunakan gentamicin ini dapat digunakan siapa saja, untuk
itu perlunya saling kepedulian terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar,
26
sehingga dapat mengetahu dosis dan cara pemakaian obat gentamicin, cara kerja,
DAFTAR PUSTAKA
Begg, E.J., Barclay, M.L., and Hickling, K.G. (1994). What Is The Evidence For Once-
Chaidir J, Munaf S. 1994. Obat antimikroba In eds Farmakologi Unsri. Jakarta : EGC,
9-58
Katzung BG. 2006. Basic and clinical pharmacology. ed. New York: The Mcgraw-
Hill.
Morike, K. Schwab M., and Klotz, U. 1997. Use of Aminoglycoside in Elderly Patients.
Hal 81.
Rodman D., Maxwell A.J., and McKnight, J.T. 1994. Extended Dosage Intervals for
Taylor J.W. 1995. Clinical Application of Therapeutic Drug Monitoring. Texas: Abbot
file.
Zaske, D., Lois, R.S., and Debra, A.T. 1986. Aminoglycoside. Dalam: A Text Book For
Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi FK UI. Edisi 4.