Anda di halaman 1dari 19

Journal Reading

Insight Into the Relationship Between


Gastroesophageal Reflux Disease and
Asthma
Fehmi Ates, MD, and Michael F. Vaezi, MD, PhD, MSc (Epi)
Journal Gastroenterology & Hepatology Volume 10, Issue 11
November 2014

Dipresentasikan oleh:

Irfan Yanuar Hilmi


Eko Nuzul Abdillah Khairul Rizky
Tika Awalia Kamal

Abstrak
Penyakit Gastroesophageal reflux (GERD) adalah suatu
Kondisi dimana terdapat gejala nyeri ulu hati dan
regurgitasi.
Asma adalah kondisi medis umum yang sering
berdampingan dengan GERD.
Gambaran klinis sulit diobati asma pada GERD yang
bersamaan yang mengarah ke kemungkinan GERDinduced asthma. Namun, asma juga dapat menyebabkan
GERD, sehingga timbul permasalahan yang telah
berkembang tentang peran GERD pada pasien dengan
asma sedang sampai berat. Terapi penekan asam
lambung dapat dimulai pada pasien dengan asma, namun
studi baru-baru ini mempertanyakan peran terapi tersebut
dan dengan demikian, perlu dikaji lebih lanjut mengenai
permasalahan dalam hal ini.

Epidemiologi
20% sampai 30% dari populasi di negara-negara Barat
(Eropa dan Amerika)
biaya tahunan lebih dari $ 50 miliar di Amerika Serikat.
Asma diakui sebagai hal yang sangat lazim mengenai
masalah kesehatan yang mempengaruhi sekitar 300
juta orang dari segala usia, kelompok etnis, dan asalusul geografis dan diperkirakan bahwa tambahan 100
juta orang akan terpengaruh pada tahun 2025.
Secara umum, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa gejala GERD seperti mual dan regurgitasi
dialami oleh hampir 80% dari pasien dengan diagnosis
asma.

Epidemiologi
Sebuah studi > 100.000 survei penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa pasien
dengan GERD adalah 1,15 kali lebih
mungkin untuk terserang asma
dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengalami GERD.
Selain itu, beberapa studi mempekerjakan
pemantauan pH menunjukkan prevalensi
GERD dari 30% menjadi 65% di antara
pasien dengan asthma.

Manifestasi Klinis
(Menurut Montreal)

Figure 1.Esophageal and


extraesophageal syndromes

Manifestasi:
erosi gigi
radang tenggorokan
kanker laring
otitis media
postnasal drip
syndrome
sinusitis
batuk
suara serak (laringitis)
penyakit paru obstruktif
kronik
pneumonia berulang
dan asma

Figure 2. Asthma and GERD may exacerbate each other

Patofisiologi Asma Pada GERD

Figure 3. Reflex (A) and reflux (B) pathophysiologic mechanisms in


extraesophageal manifestations of gastroesophageal reflux disease.

Esophagus dan paru-paru memiliki asal embrio yang


saling berkaitan, sehingga kedua saluran tersebut
memiliki hubungan yang kompleks satu sama lain. Reflux
dapat menyebabkan asma secara langsung, dengan efek
pada jalan nafas melalui respon aspirasi langsung atau
tidak langsung, dan melibatkan sistem persarafan dan
termasuk reaksi peradangan.. Refluks isi lambung dapat
menginduksi bronkokonstriksi melalui nervus vagusmediated refleks. melalui sistem saraf yang saling
berkaitan tersebut ditingkatkan reaktivitas bronkial, atau
langsung melalui microaspiration.

Terkait 2 teori yang saling berhubungan


tersebut, timbul kontroversi dari para para ahli
dan peneliti, serta menimbulkan istilah mana
yang terlebih dahulu ada, apakah telur atau
ayam?

Curigai asma yang diinduksi GERD pada


pasien yang mengalami salah satu dari
berikut:
1. Asma yang baru ada di masa dewasa
2. kontrol yang buruk asma dengan obat
3. onset panas di dada atau regurgitasi
sebelum kejadian asma
4. memburuknya peristiwa asma berkaitan
dengan konsumsi makanan atau alkohol
atau dengan posisi terlentang
Terapi Proton pump
inhibitor (PPI)

Pengaruh Asma pada


Gastroesophageal reflux Disease

peningkatan tekanan intratoraks


disfungsi saraf vagus
Perubahan fungsi crural diafragma
menurunnya lower esophageal
sphincter (LES), dan peningkatan
tekanan akibat terapi medis untuk
asma Herniasi ke dada
Hiperinflasi paru

Diagnosis
Diagnosis GERD dengan asma

Tidak ada Gold standart pada kasus ini,


tetapi secara konvensional yaitu
menggunakan
esophagogastroduodenoscopy (EGD),
barium esophagography, dan pH
esofagus dan pemantauan refluks.

Pengaruh terapi Asma terhadap


gastroesophageal Reflux Disease
GERD dapat diperburuk oleh berbagai obat
yang digunakan oleh pasien asma, termasuk adrenergik agonis, teofilin, dan kortikosteroid
oral dosis tinggi mengurangi tekanan LES,
sehingga menyebabkan refluks isi lambung ke
dalam esophagus.
Dalam metode penelitian lain, menunjukkan
bahwa
pengobatan
dengan
prednison
menghasilkan reaksi yang signifikan terhadap
peningkatan waktu kontak asam baik di distal
dan proksimal esophagus.

Gejala GERD dapat meningkat hingga 170%


pada pasien asma yang menggunakan
teofilin.
Dalam suatu korelasi, hubungan antara adrenergik agonis dan LES, dengan adrenergik agonis menghasilkan pengurangan
LES dalam dosis tertentu. dengan demikian,
peningkatan terapi untuk asma mungkin
memiliki
hasil
yang
buruk
dengan
meningkatkan GERD, yang mungkin dapat
lebih memperburuk serangan asma.

Efek Pengobatan Gastroesophageal


Reflux Disease pada Asma
Penelitian awal pada pasien dengan asma yang
menjalani pengobatan untuk GERD menunjukkan
hasil yang beragam tapi secara keseluruhan
disarankan dapat menurunkan gejala.
Temuan ini direkomendasi dalam National
Asthma Education and Prevention Program
Expert panel report 3 bahwa "pasien yang
memiliki asma dan mengeluh sering mulas atau
panas daerah dada, terutama mereka yang
memiliki gejala asma sering pada malam hari,
mungkin ada manfaat dari pengobatan GERD.

Figure 4. Randomization of patients with poorly controlled asthma to proton


pump inhibitor therapy or placebo showed no benefit of acid-suppresive therapy

Figure 5. A suggested algorithm for the diagnosis and treatment of


suspected GERD-realted asthma

Kesimpulan
GERD adalah kondisi klinis yang umum yang sering
terjadi bersama-sama dengan asma
Karena 2 kondisi sering ini sering berdampingan,
pedoman saat ini menunjukkan bahwa pasien baik
dengan asma dan gejala GERD dapat diobati dengan
obat penekan asam lambung. Untuk pasien diduga
menderita GERD-induced asthma dan tidak ada Gejala
peringatan (disfagia, anemia, atau nyeri dada), kami
sarankan terapi empirik awal dengan PPI 2 kali/hari
selama 1 - 2 bulan.
Jika gejala asma berkurang, kemudian dilanjutkan terapi
untuk tambahan 2 bulan mungkin diperlukan untuk
meringankan gejala. Namun, jika gejalanya menetap dan
pasien tidak memiliki gejala mulas dan atau regurgitasi,
maka kurang mungkin GERD sebagai penyebab asma.

Untuk mengukur tingkat keasaman,


disarankan PPI dihentikan dahulu lalu uji pH.
Bila refluks parah dari awal dan bukti dari LES
rusak dan hiatus hernia, maka tindakan bedah
dapat dipertimbangkan.
Pada pasien dengan gejala asma, kita harus
fokus pada mengoptimalkan kontrol asma
serta faktor-faktor lainnya, termasuk
kepatuhan pasien, teknik inhaler tepat, dan
kontrol kondisi komorbiditas signifikan lainnya.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai