Oleh:
VENTI LISNA VERA
09.1256.12
Lokal: Biologi 5 C
Dosen Pembimbing:
Drs. Masrur, M.PdI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Batasan Masalah........................................................................... 4
C. Rumusan Masalah........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 33
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang
dan hakikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai
Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
1
Shertian,2000, Konsep Dasar Dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia,(Rineka Cipta, Jakarta)hal.5
3
4
Hal ini tercermin dari masih relative rendahnya nilai rata-rata ujian nasional
(UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Rendahnya mutu
pandidikan di indonesia, banyak opini yang muncul baik datangnya dari pejabat,
pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas
tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola
tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh
begitu dihargai.
Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal
kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan
semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana
semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih
maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat
5
pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN
itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya
salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan
lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan
Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan biologi belum adanya
berdasarkan praktek). Dalam hal ini fakta, konsep, dan prisip sains lebih banyak
dicurahkan melalui ceramah, Tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada
hasil kerja praktek. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada
saat ini, guru hanya mengajar dengan ceramah dikombinasikan dengan media dan
besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar biologi. Kondisi seperti ini
maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Salah satu
6
selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran
dengan baik, hal ini dapat dilihat banyak guru hanya mengajar dengan
menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya
didominasi oleh guru sehingga siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan
yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam
dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru
harus biasa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran
untuk diterapkan di kelas. Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru
dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun.
B. BATASAN MASALAH
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model
3. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 48 Satap Kerinci pada kelas VIII
semester 1
Satap Kerinci
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
yang ia buat.
E. MANFAAT PENELITIAN
Sebagai bahan evaluasi bagi guru dan kepala sekolah dan dinas terkait dalam
8
BAB II
KERANGKA TEORI
a. Belajar
pertumbuhan
atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya
perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru
2
(Galloway 1984 dalam Toeti Soekamto 1992)hal.6
3
(Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992)hal.10
9
10
diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri
siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi
kegiatan pembelajaran.
sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan
berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar
tersebut.
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak
tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan
untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki
4
(Arief Sukadi 1984 dalam Rusfidra,2006)hal.8
11
berikut:
1. Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan
terjadi
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
5. Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabila
apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar,
kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994 dalam Arianto Sam.2008) istilah belajar
diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya
interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku,
lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler 1986 (dalam Arianto Sam.2008)
menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya
Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar
proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses
situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus
berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan
cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. 6
mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan
6
(Gagne dan Briggs 1979 dalam Rusfidra, 2006)hal.3
13
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau
dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk
mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa.
Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku
siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian yang terbagi dalam pengelolaan belajar
dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa 7. Sebenarnya
belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak
7
(Ibid, 1984 dalam Rusfidra,2006)hal.10
14
terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu
dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-
B. GURU
Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau
digunakan pada seseorang yang mengetahui semua hal pada bidangnya, bahkan
8
(Ibid,1991 dalam Rusfidra,2006)hal.12
15
batasan yang diperlukan. Kalau bidangnya berkaitan dengan aplikasi, ia tahu lebih
fungsinya sebagai guru secara maksimal Secara umum ada dua sikap dan
(1) Guru pemegang peran utama dalam mengajar. Pandangan yang demikian
(2) Guru berperan dalam merangsang anak dalam belajar dan berfikir serta
a. Child oriented
Menurut S Nasution, ada beberapa prinsip umum guru yang baik yang
belaka
diberikan
Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau
dalam dua bentuk, yaitu pendidikan tinggi tatap muka (konvensional) dan
pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Ciri utama PTJJ adalah terpisahnnya dosen
dan mahasiswa karena faktor jarak. Sebagian besar komunikasi antara dosen dan
mahasiswa dilakukan melalui surat, telepon, faksimili atau e-mail. Sistem PTJJ
agaknya model pembelajararan jarak jauh dapat dijadikan sebagai sebuah solusi
Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing,
9
(AriantoSamdi,2008,)hal.13
18
Selain sebagai sebuah profesi, seorang guru adalah motivator dan fasilitator
dalam transformasi IPTEK pada anak didik. Oleh karena itu, guru pada abad ke
XXI adalah seorang saintis yang menguasai ilmu pengetahuan yang ditekuninya.
Sebagai ilmuwan, guru tergolong elit intelektual. Guru bukanlah profesi kelas
dua. Sebab itu, calon guru sebaiknya adalah insan terpilih untuk jabatan profesi
mulia.
profesi “saintis plus” yang harus menguasai IPTEK dan mampu sebagai motivator
dan fasilitator. Sebagai motivator dan fasilitator proses belajar, guru adalah
pendidikan sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV). Karena itu, guru yang belum
guru SMA yang berkualifikasi sarjana baru 72,75 persen; guru SMK 62,16
persen; SMP 42,03 persen; SD 8,30 persen dan TK 3,88 persen. Sisanya sekitar
1,9 juta orang belum berkualifikasi sarjana. Semakin tinggi kualitas guru
(2005) tak satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk rangking dalam 100
peluang memiliki SDM yang berkualitas. Semakin tinggi kualitas SDM, semakin
2005 hanya dapat menampung 84.443 orang peserta di 53 PTN dari 304.922
peserta SPMB pada tahun tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil Ujian
Nasional (UN) tahun 2006 yang diumumkan beberapa waktu lalu, UN 2006
pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) untuk menyediakan kesempatan belajar yang
tentang universitas terbuka dan PTJJ, virtual university, e-learning, open learning,
flexible learning dan home schooling menjadi komponen penting dalam strategi
perguruan tinggi, dikenal dua model pendidikan, yaitu model pendidikan tinggi
tatap muka (konvensional) dan PTJJ. Berbeda dengan pendidikan tatap muka,
pada PTJJ, dosen dan mahasiswa dibatasi oleh jarak karena faktor geografis.
20
Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lebih banyak dilakukan melalui surat,
C. MODEL PEMBELAJARAN
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
10
(Anonim. 2008. Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Model Cooperative-
Learning)hal.6
21
dan berpusat pada guru (teacher center) sampai dengan pembelajaran berpusat
pada siswa (student center), pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang
diterapkan pada universitas terbuka dan berbagai program sertifikasi online juga
Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa,
menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi
pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan berharap
banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam
awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik. Setelah suasana tercipta
pendekatan problem solving pada mata pelajaran sosial dan model kerja kelompok
pada mata pelajaran eksakta. Kenapa selama ini eksakta dianggap menakutkan
22
siswa ? Selain materi ajarnya sulit, guru belum mampu menciptakan model-model
terlebih dahulu.
Bagi guru dapat menerapkan model pendekatan pribadi secara akrab dengan
siswa, serta memberi motivasi. nak jangan dibuat takut untuk mencoba permainan
kartu soal, diskusi interaktif, debat dsb. Bila guru ilmu sosial ingin menampilkan
model debat, pertama kali yang harus ditempuh membuat perencanaan tema apa
yang kiranya mengundang pro kontra siswa dalam menanggapi. Tema dan
tatacaranya telah dipahami terlebih dahulu oleh guru. Sewaktu masuk kelas guru
dapat menjelaskan pada siswa pentingnya menggali informasi dengan debat serta
menunjukkan tatacara debat secara sehat. Bila hal ini telah dipahami dan
disepakati seluruh siswa, guru dan siswa dapat membagi kelompok-kelompok tim
debat beserta juru bicara dan pendampingnya. Utusan kelompok maju ke depan
kelas berhadapan dengan kelompok lain dan siswa lainnya sebagai pendukung.
Untuk tahap awal, guru dapat berperan sebagai moderator jalannya debat.
dapat memberi contoh sebagai moderator yang baik. Kelompok satu dapat
ditunjuk sebagai tim affirmative (pro) dan kelompok lain sebagai tim negatif
(kontra). Dalam waktu yang telah dise-pakati, tim pro berganti menjadi tim kontra
23
D. KONSISTENSI
adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung
dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang
konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional
menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdpat rumus P seperti
yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari axioma dari teori yang
E. HASIL BELAJAR
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran
24
yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar
apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya
peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai
ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA.
bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal
yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan
dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali
dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan
Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini masih menjadi tolok ukur paling
ampuh melihat tingkat keberhasilan belajar siswa, juga menjadi tolok ukur tingkat
kesuksesan guru mengajar. Kelulusan pun bertumpu pada nilai ini, meskipun
belakangan banyak guru yang protes agar kelulusan siswa tidak ditentukan dari
Sebagai ekspresi melihat nilai yang didapat siswa pada Ujian Nasional
maupun nilai Ujian Akhir Sekolah, yang seringkali muncul adalah ketidakpuasan.
Baik dirasakan oleh siswa itu sendiri, orang tua siswa, guru bahkan segenap
keluarga besar sekolah. Lebih-lebih jika banyak siswa yang mendapat nilai rendah
kegiatan belajar mengajar yang berujung pada hasil nilai yang rendah. Pertama,
memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan
Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga
Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral
baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau
pendidik. Selama ini mayoritas guru baru memainkan peran sebagai pengajar.
Betapa sedihnya kaum guru bila belum mampu menuntaskan semua isi materi
kurikulum dan melupakan perannya sebagai pendidik. Hal ini sangat dimaklumi,
mengingat masyarakat dan sekolah baru mau memotret keberhasilan guru hanya
berdasar pencapaian nilai dalam ujian saja. Sehebat apapun guru dalam mengajar
tanpa mampu meraih nilai maksimal, lebih-lebih nilai ujian nasional guru yang
Akibat dari penilaian yang demikian sangat dimaklumi bila guru seluruh
negeri tercinta ini hanya bercokol pada aspek pengajaran dan mengesampingkan
peran tugas sebagai pendidik. Fakta ini sungguh memprihatin-kan. Idealnya peran
kedua-duanya dapat dilaksanakan dengan baik dan anak memiliki bekal hidup
secara komplit. Jangan kaget bila sampai saat ini banyak anak yang pandai/cerdas,
Tanggungjawab pendidikan memang tidak hanya pada sekolah saja, orangtua dan
demikian, bila sekolah mampu berbuat yang terbaik, kenapa tidak dilaksanakan
secara maksimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
B. Rancangan Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang
diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang
Adapun jenis dari penelitian deskriptif pada penelitian ini adalah daskriptif
Analitik. Dimana studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif
terbatas dari kasus-kasus yang relatif kecil jumlahnya. Tujuannya adalah untuk
(hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang
tidak nyata, analitik sampel tentang hal-hal yang nyata, dan analitik sampel
a. Populasi
atau diberlakukan dalam penelitian ini, target populasi kami adalah semua
guru bidang studi biologi di kelas VIII SMP Negeri 48 Kerinci tahun ajaran
b. Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti 15. Sample harus
14
(Ibid. 2005)hal.12
15
(Ibid. 2005).hal.15
29
dipilih untuk penelitian harus serupa dengan populasinya, karena hasil atau
teknik random sederhana yaitu dengan cara memberi nomor semua anggota
populasi, dalam hal ini semua guru bidang studi biologi di kelas VIII SMP
D. Instrument Penelitian
dalam mengumpulkan data agar peneliti lebih mudah mendapatkan hasil dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis 16. Adapun
a. Angket (kuisioner)
16
suharsimi (1999)hal.151
30
sekala likert18. sekala likert terdiri dari empat tingkatan yaitu selalu
berikut19:
No
Tingkatan Skala Likert Skort Jawaban
.
1. Selalu 1
2. Sering 2
3. Kadang-kadang 3
4. Tidak pernah 4
Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penyusunan
angket adalah:
Penyusunan Indicator
Sebelum angket ini disusun, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket yang
pembelajaran.
1. Penyusunan angket
2. Ujicoba angket
menentukan valid atau tidak valid suatu butir dalam angket digugunakan rumus
angka kasar.20
b. Dokumentasi
48 Satap Kerinci.
c. Observasi
(observasi) yaitu:
Satap Kerinci
observasi
E. Pengumpulan data
a. Data penelitian
20
Ibid (2005)hal.213
32
Dalam penelitian ini ada dua data yang digunakan, yang pertama
adalah data tentang keterampilan guru biologi kelas VIII SMP Negeri
kedua data tentang nilai ujian biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 48
Satap Kerinci.
b. Sumber data
atau lisan. Adapun responden penelitian ini adalah guru biologi kelas
F. Analisis data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Uji
Zi =
21
Suharsimi (1999)hal.112
22
Sujana (1992)hal.466
33
Keterangan:
X = rata-rata
S = simpangan baku
rumusnya
S (Zi) =
5. Harga mutlak dihitung dari selisih F(Z¬¬¬i)- S(Z¬¬¬i) dan diambil dari
6. Dari L table (Lt) untuk sebanyak N dan taraf nyata @= 0,05 dan
7. Pada taraf nyata @= 0,05, jika (L0) < (Lt) maka table terdistribusi normal
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan joko, 1997, Model Belajar Mengajar, Pustaka Setia Bandung
Shertian, 2000, Konsep Dasar Dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka