Anda di halaman 1dari 35

1

“Studi Konsistensi Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran


Belajar dan Mengajar Pada Mata Pelajaran Biologi
Di SMP Negeri 48 Satap Kerinci ”

Proposal Penelitian Tindakan Kelas


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:
VENTI LISNA VERA
09.1256.12
Lokal: Biologi 5 C

Dosen Pembimbing:
Drs. Masrur, M.PdI

JURUSAN TARBIYAH PRODI BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2014/2015
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Batasan Masalah........................................................................... 4
C. Rumusan Masalah........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5

BAB II KERANGKA TEORI


A. Belajar Dan Mengajar.................................................................. 7
a. Belajar ................................................................................... 7
b. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran..................................... 7
B. Guru.............................................................................................. 12
C. Model Pembelajaran..................................................................... 18
D. Konsistensi................................................................................... 21
E. Hasil Belajar................................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 25
B. Rancangan Penelitian................................................................... 25
C. Populasi dan Sample..................................................................... 26
a. Populasi.................................................................................. 26
b. Sample.................................................................................... 26
D. Instrument Penelitian.................................................................... 27
a. Angket (Kuisioner)................................................................. 28
b. Dokumentasi........................................................................... 29
c. Observasi................................................................................ 29
E. Pengumpulan Data........................................................................ 30
a. Data Penelitian........................................................................ 30
b. Sumber Data........................................................................... 30
F. Analisis Data................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 33

ii
3

“Studi Konsistensi Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran


Belajar dan Mengajar Pada Mata Pelajaran Biologi
Di SMP Negeri 48 Satap Kerinci ”

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan

nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang

pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian

serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin

bahwa pendidikan merupakan factor yang sangat strategis sebagai dasar

pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi

dan hakikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai

mahluk individu, sosial, danreligius.1

Dijelaskan dalam Surat Shaad Ayat 29 yang berbunyi :

     


   

Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan

supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

1
Shertian,2000, Konsep Dasar Dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia,(Rineka Cipta, Jakarta)hal.5

3
4

Hal ini tercermin dari masih relative rendahnya nilai rata-rata ujian nasional

(UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Rendahnya mutu

pandidikan di indonesia, banyak opini yang muncul baik datangnya dari pejabat,

pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas

tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola

pembelajaran yang kurang menarik.

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah

cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru

berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia

tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh

dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya

pendidikan dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak

begitu dihargai.

Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama,

yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.

Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal

ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan

kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan

semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana

selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.Jika kondisi

semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih

maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat
5

bahwa pendidikan yang berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh

pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN

itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya

berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai

salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan

pendidikan nasional yang ada. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab kepada

lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan

mahluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya

penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan.

Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan biologi belum adanya

peningkatan mutu pendidikan. Masalah-masalah pembelajaran sain atau biologi

diantaranya adalah: pengajaran sains yang hanya mencurahkan pengetahuan (tidak

berdasarkan praktek). Dalam hal ini fakta, konsep, dan prisip sains lebih banyak

dicurahkan melalui ceramah, Tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada

hasil kerja praktek. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada

saat ini, guru hanya mengajar dengan ceramah dikombinasikan dengan media dan

siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan pemantauan penulis di SMP N 48 Satap KERINCI sebagian

besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar biologi. Kondisi seperti ini

menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya

maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Salah satu
6

cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan metode

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun

intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006). Tetapi dalam kenyataanya

selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran

dengan baik, hal ini dapat dilihat banyak guru hanya mengajar dengan

menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya

didominasi oleh guru sehingga siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan

yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam

menerapkan pengolaan kegiatan pembelajaran.

Untuk itu diperlukan suatu pengolaan pembelajaran melalui penerapan

dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru

harus biasa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran

untuk diterapkan di kelas. Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru

dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Studi Konsistensi Guru Dalam Menerapkan Model

Pembelajaran Belajar dan Mengajar Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMP

Negeri 48 Satap Kerinci ”

B. BATASAN MASALAH

Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model

pembelajaran yang ada dalam RPP yang ia buat


7

2. Penelitian ini dilaksanakan pada pelajaran biologi

3. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 48 Satap Kerinci pada kelas VIII

semester 1

4. Pengamatan hanya dilakukan pada guru-guru biologi di SMP Negeri 48

Satap Kerinci

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah para guru biologi di SMP N 48 Satap Kerinci sudah konsisten

dalam menerapkan model pembelajaran yang ada di RPP yang ia buat?

2. Sejauh mana kekonsistensisan guru dalam menerapkan model pembelajaran

yang ia buat di RPP?

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk melihat apakah guru biologi di smp n 48 satap kerinci sudah

konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat di RPP

yang ia buat.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kekonsistensisan guru dalam menerapkan

model pembelajaran di SMP Negeri 48 Satap Kerinci.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

Sebagai bahan evaluasi bagi guru dan kepala sekolah dan dinas terkait dalam
8

meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan konsistensinya guru

dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat di RPP yang ia buat.


9

BAB II

KERANGKA TEORI

A. BELAJAR DAN MENGAJAR

a. Belajar

Menurut Gagne (1984 dalam Rusfidra,2006) belajar

didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti

Soekamto mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang

mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-

faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya2.

Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan

dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

1. Belajar adalah perubahan tingkah laku

2. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena

pertumbuhan

3. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk

waktu yang cukup lama.

Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana

tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman3. Dari pengertian di

atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya

perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru

2
(Galloway 1984 dalam Toeti Soekamto 1992)hal.6
3
(Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992)hal.10
9
10

perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan

diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri

siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam

kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis

berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa

sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi

yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan

kegiatan pembelajaran.

Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar.

Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan

sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan

pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, yang paling

memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran

proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan4 dan terkontrol.

Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang

berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar

tersebut.

Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak

saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran

tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan

untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki
4
(Arief Sukadi 1984 dalam Rusfidra,2006)hal.8
11

pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip

berikut:

1. Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan

orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;

2. Setiap siswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;

3. Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya

terjadi

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan

membuat proses belajar lebih berarti dan

5. Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabila

ia diberi tangung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya5.

b. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian

belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi

bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan

mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi

segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Duffy dan Roehler 1989 (dalam Arianto Sam.2008) mengatakan

apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar,

bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari

aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk

mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.


5
(Davies 1971 dalam Rusfidra,2006)hal. 7
12

Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja

melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki

guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk

memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan

yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan

kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994 dalam Arianto Sam.2008) istilah belajar

diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya

interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku,

lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler 1986 (dalam Arianto Sam.2008)

menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya

berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit

sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan).

Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar

proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses

menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran.

Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu

pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya

mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan

situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus

berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan

cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. 6

mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan
6
(Gagne dan Briggs 1979 dalam Rusfidra, 2006)hal.3
13

untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian

mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda.

Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses

belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau

guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau

proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar

dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk

mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa.

Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku

pedoman kurikulum (1994:3) Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat

dipisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima

keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang

belum terdidik menjadi siswa yang terdidik.

Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi

pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen

siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian yang terbagi dalam pengelolaan belajar

dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa 7. Sebenarnya

belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak

jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan

berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa.

7
(Ibid, 1984 dalam Rusfidra,2006)hal.10
14

Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya

terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa

menjadi bisa dan sebagainya.

Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu

agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin

dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus

dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-

prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.8

B. GURU

Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan,

tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam

menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat

kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi

kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu, berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau

diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan

nasional. Guru adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.

Guru merupakan Tingkatan keahlian dari seorang hacker. Istilah ini

digunakan pada seseorang yang mengetahui semua hal pada bidangnya, bahkan

yang tidak terdokumentasi. Ia mengembangkan trik-trik tersendiri melampaui

8
(Ibid,1991 dalam Rusfidra,2006)hal.12
15

batasan yang diperlukan. Kalau bidangnya berkaitan dengan aplikasi, ia tahu lebih

banyak daripada pembuat aplikasi tersebut.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian

khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru secara maksimal Secara umum ada dua sikap dan

pandangan guru tentang mengajar, yaitu :

(1) Guru pemegang peran utama dalam mengajar. Pandangan yang demikian

akan berefek, sbb. :

a. Pembelajaran terpusat pada guru ( teacher oriented )

b. Metode pemberitahuan lebih dominan

c. Hafalan lebih ditekankan dan kreativitas serta inisiatif anak kurang.

(2) Guru berperan dalam merangsang anak dalam belajar dan berfikir serta

menentukan alternatif pemecahan sendiri terhadap masalah yang ia hadapi.

Pandangan yang demikian akan berefek, sbb. :

a. Child oriented

b. Guru hanya sebagai pembantu/ pembimbing

c. Metode mengarah pada penemuan; pemecahan masalah

d. Aktivitas anak memecahkan masalah,berfikir sendiri terhadap masalah

yang dihadapi tinggi.

Ciri – Ciri Guru Yang Baik:

Menurut S Nasution, ada beberapa prinsip umum guru yang baik yang

disarikan sebagai berikut :


16

a) Memahami dan menghormati murid

b) Menghormati ( menguasai bahan sepenuhnya ) bahan yang diberikan

c) Mampu menyesuaikan metode dengan bahan

d) Mampu menyesuaikan bahan dengan kesanggupan anak

e) Mampu mengaktifkan anak dalam belajar

f) Mampu memberikan pengertian bukan hanya dengan kata-kata

belaka

g) Merumuskan tujuan yang akan dicapai setiap pelajaran yang

diberikan

h) Tidak terikat hanya pada satu teks book saja

i) Tidak hanya mengajar tapi membentuk kepribadian anak

Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan,

tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam

menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat

kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi

kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu, berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau

diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan

nasional. Guru adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.

Upaya peningkatan kualifikasi guru dapat dilakukan di perguruan tinggi.

Secara umum metode penyampaian materi ajar di pendidikan tinggi dilakukan


17

dalam dua bentuk, yaitu pendidikan tinggi tatap muka (konvensional) dan

pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Ciri utama PTJJ adalah terpisahnnya dosen

dan mahasiswa karena faktor jarak. Sebagian besar komunikasi antara dosen dan

mahasiswa dilakukan melalui surat, telepon, faksimili atau e-mail. Sistem PTJJ

merupakan salah satu solusi mengatasi kesenjangan antara keterbatasan sumber

daya pendidikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk

memperoleh pendidikan tinggi.

Untuk meningkatkan kompetensi guru IPA yang cerdas dan berpengetahuan

agaknya model pembelajararan jarak jauh dapat dijadikan sebagai sebuah solusi

meningkatkan kualifikasi pendidikan guru ketika daya tampung sistem pendidikan

tatap muka sangat terbatas.

Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkaan mutu pendidikan

nasional adalah adanya guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan.

Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam

menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran, maka guru diharapkan

memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi

sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Menurut Zamroni,

guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi pembelajaran,

menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi teladan,

membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia

pembelajar (learning person)9.

9
(AriantoSamdi,2008,)hal.13
18

Selain sebagai sebuah profesi, seorang guru adalah motivator dan fasilitator

dalam transformasi IPTEK pada anak didik. Oleh karena itu, guru pada abad ke

XXI adalah seorang saintis yang menguasai ilmu pengetahuan yang ditekuninya.

Sebagai ilmuwan, guru tergolong elit intelektual. Guru bukanlah profesi kelas

dua. Sebab itu, calon guru sebaiknya adalah insan terpilih untuk jabatan profesi

mulia.

Menurut Rustaman 2006 (dalam Arianto Sam.2008) profesi guru adalah

profesi “saintis plus” yang harus menguasai IPTEK dan mampu sebagai motivator

dan fasilitator. Sebagai motivator dan fasilitator proses belajar, guru adalah

seorang komunikator ulung karena ia harus mampu memberi jiwa terhadap

informasi yang diberikan oleh saran komunikasi yang super canggih.

Pasca pemberlakuan UU Guru dan Dosen, guru yang mengajar di

pendidikan dasar dan pendidikan menengah disyaratkan memiliki kualifikasi

pendidikan sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV). Karena itu, guru yang belum

berkualifikasi sarjana diberikan kesempatan mencapai kualifikasi minimal

tersebut dalam waktu 10 tahun. Berdasarkan data Balitbang Depdiknas (2004)

guru SMA yang berkualifikasi sarjana baru 72,75 persen; guru SMK 62,16

persen; SMP 42,03 persen; SD 8,30 persen dan TK 3,88 persen. Sisanya sekitar

1,9 juta orang belum berkualifikasi sarjana. Semakin tinggi kualitas guru

diharapkan kualitas pendidikan nasional akan meningkat. Faktanya, hingga kini

kualitas pendidikan masih sangat rendah. Menurut Shanghai Jiaotong University

(2005) tak satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk rangking dalam 100

perguruan tinggi terbaik di Asia dan Australia.


19

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun sumber daya

manusia (SDM) berkualitas. Semakin terdidik suatu masyarakat semakin besar

peluang memiliki SDM yang berkualitas. Semakin tinggi kualitas SDM, semakin

besar kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kuatnya kaitan antara

pendidikan dengan SDM dalam mengukur keberhasilan pembangunan SDM suatu

negara diperlihatkan oleh United Nation Development Program (UNDP).

Meningkatnya keinginan masyarakat untuk mengikuti pendidikan tinggi

ternyata tidak diikuti oleh tersedianya insfrastruktur pendidikan tinggi yang

memadai. Sebagai misal, Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun

2005 hanya dapat menampung 84.443 orang peserta di 53 PTN dari 304.922

peserta SPMB pada tahun tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil Ujian

Nasional (UN) tahun 2006 yang diumumkan beberapa waktu lalu, UN 2006

berhasil meluluskan 1.790.881 siswa (Rusfidra, 2006b).

Dalam kondisi tersebut, perlu dicari alternatif lain seperti menerapkan

pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) untuk menyediakan kesempatan belajar yang

lebih murah dan pemerataan kesempatan belajar di pendidikan tinggi. Gagasan

tentang universitas terbuka dan PTJJ, virtual university, e-learning, open learning,

flexible learning dan home schooling menjadi komponen penting dalam strategi

nasional dan global untuk mendidik mahasiswa dalam jumlah besar.

Ditinjau dari metode penyampaian materi ajar dalam proses pembelajaran di

perguruan tinggi, dikenal dua model pendidikan, yaitu model pendidikan tinggi

tatap muka (konvensional) dan PTJJ. Berbeda dengan pendidikan tatap muka,

pada PTJJ, dosen dan mahasiswa dibatasi oleh jarak karena faktor geografis.
20

Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lebih banyak dilakukan melalui surat,

telepon, faksimili atau e-mail

C. MODEL PEMBELAJARAN

Menurut akhmad sudrajat model pembelajaran pada dasarnya merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil

(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990 dalam akhmad sudrajat)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran10, yaitu:

(1) Model interaksi sosial;

(2) Model pengolahan informasi;

(3) Model personal-humanistik; dan

(4) Model modifikasi tingkah laku.

Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran

tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Model pembelajaran,

dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan

proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan

siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat

tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Namun sebaliknya, siswa

10
(Anonim. 2008. Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Model Cooperative-
Learning)hal.6
21

diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pelajaran, dengan

keingintahuan yang berkelanjutan.

Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif

melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik

antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri,

serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupuh

kelompok. Terdapat model pembelajaran paling konvensional, yaitu tatap muka

dan berpusat pada guru (teacher center) sampai dengan pembelajaran berpusat

pada siswa (student center), pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang

diterapkan pada universitas terbuka dan berbagai program sertifikasi online juga

terus menerus dikembangkan. Journal Teknodik.22,2007 dalam Admin 2008

Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa,

bila guru yang bersangkutan mampu menyajikan secara menarik. Pengertian

menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi

pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan berharap

banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam

pembelajaran sudah terselimuti rasa takut berlebihan pada guru yang

mengajarnya. Penciptaan suasana yang menyenangkan anak, merupakan langkah

awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik. Setelah suasana tercipta

dengan penuh keakraban dan menyenangkan, guru dapat menyajikan model

pembelajaran yang merangsang anak untuk kreatif. Ambil contoh dengan

pendekatan problem solving pada mata pelajaran sosial dan model kerja kelompok

pada mata pelajaran eksakta. Kenapa selama ini eksakta dianggap menakutkan
22

siswa ? Selain materi ajarnya sulit, guru belum mampu menciptakan model-model

pembelajaran yang menarik sehingga siswa belum melaksanakan, sudah ketakutan

terlebih dahulu.

Bagi guru dapat menerapkan model pendekatan pribadi secara akrab dengan

siswa, serta memberi motivasi. nak jangan dibuat takut untuk mencoba permainan

sesuai dengan kemampuannya. Motivasi sangat besar pengaruhnya pada pribadi

anak untuk mau melaksanakan dengan penuh kepercayaan.

Model pembelajaran yang menarik cukup banyak, di antaranya permainan

kartu soal, diskusi interaktif, debat dsb. Bila guru ilmu sosial ingin menampilkan

model debat, pertama kali yang harus ditempuh membuat perencanaan tema apa

yang kiranya mengundang pro kontra siswa dalam menanggapi. Tema dan

tatacaranya telah dipahami terlebih dahulu oleh guru. Sewaktu masuk kelas guru

dapat menjelaskan pada siswa pentingnya menggali informasi dengan debat serta

menunjukkan tatacara debat secara sehat. Bila hal ini telah dipahami dan

disepakati seluruh siswa, guru dan siswa dapat membagi kelompok-kelompok tim

debat beserta juru bicara dan pendampingnya. Utusan kelompok maju ke depan

kelas berhadapan dengan kelompok lain dan siswa lainnya sebagai pendukung.

Untuk tahap awal, guru dapat berperan sebagai moderator jalannya debat.

Idealnya aktivitas semuanya dijalankan siswa, namun untuk pertamakali guru

dapat memberi contoh sebagai moderator yang baik. Kelompok satu dapat

ditunjuk sebagai tim affirmative (pro) dan kelompok lain sebagai tim negatif

(kontra). Dalam waktu yang telah dise-pakati, tim pro berganti menjadi tim kontra
23

dalam permasalahan yang sama. Harapannya siswa akan memahami permasalahan

secara luas baik dari sisi setuju maupun tidak setuju.

D. KONSISTENSI

Onsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah

sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak

adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung

dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang

konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional

Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah

satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang

menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdpat rumus P seperti

yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari axioma dari teori yang

terkait di bawah sistem deduktif. Pengertian Konsistens menurut KBBI adalah

tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai: perbuatan

hendaknya–dengan ucapan. (Panji Prabowo 2008)

E. HASIL BELAJAR

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution

berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang

belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan

penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil

yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran
24

yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar

dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui

apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya

sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan

untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan

peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam

Noor Latifah 2008).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai

ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif).

Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah

hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA.

Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan

bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal

yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan

dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali

dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan

program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai

bagi para peserta didik.

Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini masih menjadi tolok ukur paling

ampuh melihat tingkat keberhasilan belajar siswa, juga menjadi tolok ukur tingkat

kesuksesan guru mengajar. Kelulusan pun bertumpu pada nilai ini, meskipun

belakangan banyak guru yang protes agar kelulusan siswa tidak ditentukan dari

nilai Ujian Akhir Nasional.


25

Sebagai ekspresi melihat nilai yang didapat siswa pada Ujian Nasional

maupun nilai Ujian Akhir Sekolah, yang seringkali muncul adalah ketidakpuasan.

Baik dirasakan oleh siswa itu sendiri, orang tua siswa, guru bahkan segenap

keluarga besar sekolah. Lebih-lebih jika banyak siswa yang mendapat nilai rendah

dan berujung pada ketidaklulusan.

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang mampu memicu tidak suksesnya

kegiatan belajar mengajar yang berujung pada hasil nilai yang rendah. Pertama,

perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu melaju

lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil

pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang

diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian

baru dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat

paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak

memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan

negatif tentang hasil pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan

paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran

Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga

sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru berkewajiban menyampaikan pemaham-

an ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral

baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau

melaksanakan dengan penuh kesadaran.


26

Peran sebagai pengajar lebih mudah dibanding dengan peran sebagai

pendidik. Selama ini mayoritas guru baru memainkan peran sebagai pengajar.

Betapa sedihnya kaum guru bila belum mampu menuntaskan semua isi materi

pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Guru hanya berkonsentrasi seputar

kurikulum dan melupakan perannya sebagai pendidik. Hal ini sangat dimaklumi,

mengingat masyarakat dan sekolah baru mau memotret keberhasilan guru hanya

berdasar pencapaian nilai dalam ujian saja. Sehebat apapun guru dalam mengajar

tanpa mampu meraih nilai maksimal, lebih-lebih nilai ujian nasional guru yang

bersangkutan akan mendapat label tidak mampu dan tidak berhasil.

Akibat dari penilaian yang demikian sangat dimaklumi bila guru seluruh

negeri tercinta ini hanya bercokol pada aspek pengajaran dan mengesampingkan

peran tugas sebagai pendidik. Fakta ini sungguh memprihatin-kan. Idealnya peran

kedua-duanya dapat dilaksanakan dengan baik dan anak memiliki bekal hidup

secara komplit. Jangan kaget bila sampai saat ini banyak anak yang pandai/cerdas,

namun kurang memiliki etika, sopan santun atau unggah-ungguh dalam

kehidupannya sehari-hari. Hal ini bukan semata-mata kesalahan anak, tetapi

secara umum dunia pendidikan harus mau ikut bertanggungjawab.

Tanggungjawab pendidikan memang tidak hanya pada sekolah saja, orangtua dan

masyarakat justru sangat dominan mewarnai kepribadian anak. Meskipun

demikian, bila sekolah mampu berbuat yang terbaik, kenapa tidak dilaksanakan

secara maksimal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
27

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 48 Satap Kerinci.

B. Rancangan Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan metode analitik. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang mengguanakan observasi, wawancara atau angket mengenai

keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang akan kita teliti.11

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

yang satu dengan fenomena lainnya 12

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan

dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang

untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang

diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang

terdapat pada penelitian eksperiman. 13


27
11
(Ruseffendi,E.T. 1994)hal.30
12
(Sukmadinata, 2006)hal.72
13
(Furchan, 2004 )hal.447
28

Adapun jenis dari penelitian deskriptif pada penelitian ini adalah daskriptif

Analitik. Dimana studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif

terbatas dari kasus-kasus yang relatif kecil jumlahnya. Tujuannya adalah untuk

mengumpulkan informasi tentang individu.

Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya

(hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang

tidak nyata, analitik sampel tentang hal-hal yang nyata, dan analitik sampel

tentang hal-hal yang tidak nyata.

C. Populasi Dan Sample

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian14. Dalam penelitian survey,

populasi adalah kelompok untuk mana para peneliti ingin melakukan

generalisasi; yaitu, kelompok untuk mana hasil penelitian akan diterapkan

atau diberlakukan dalam penelitian ini, target populasi kami adalah semua

guru bidang studi biologi di kelas VIII SMP Negeri 48 Kerinci tahun ajaran

2014/2015 dari semua lulusan program sarjana.

b. Sampel

Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti 15. Sample harus

representative artinya segala karasteristik populasi harus tercermin dalam

sample yang akan diambil. Sampling merupakan persoalan metodologikal

yang krusial dalam penelitian survey. Karena biasanya tidak mungkin

14
(Ibid. 2005)hal.12
15
(Ibid. 2005).hal.15
29

melakukan survey terhadap seluruh angota populasi, maka para peneliti

biasanya memilih sebuah sub kelompok (sampel) dari populasi tersebut.

Prinsip pokok dalam memahami tentang pengambilan sampel (sampling)

adalah bahwa bagaimana cara sampel tersebut dipilih mempengaruhi

kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian. Sampel yang

dipilih untuk penelitian harus serupa dengan populasinya, karena hasil atau

kesimpulan penelitian yang diambil dari sampel akan diberlakukan/

digeneralisasikan kepada populasinya.

Untuk penelitian ini teknik pengambilan sample yang digunakan adalah

teknik random sederhana yaitu dengan cara memberi nomor semua anggota

populasi, dalam hal ini semua guru bidang studi biologi di kelas VIII SMP

Negeri 48 Satap Kerinci tahun ajaran 2014/2015, kemudian membuat

nomor- nomor pada kertas-kertas kecil, kertas kecil kemudian digulung,

dimasukkan dalam tempat dan dikocok. Kita melakukan pengocokkan terus

sampai memperoleh sejumlah kertas kecil bernomor sebanyak yang

diperlukan. Dalam penelitian ini diperlukan sebanyak 30% sample dari

populasi yang ada.

D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar peneliti lebih mudah mendapatkan hasil dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis 16. Adapun

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Angket (kuisioner)
16
suharsimi (1999)hal.151
30

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup dangan jawaban yang telah disediakan pada setiap item

pertanyaannya.menurut17 disebut angket tertutup, bila item pertanyaan

pada angket disertai kemungkinan jawabannya, sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang dinilainya paling sesuai.

Dalam pembuatan angket tertutup ini penulis menggunakan

sekala likert18. sekala likert terdiri dari empat tingkatan yaitu selalu

(sl), sering (sr), kadang-kadang(kd), tidak pernah (tp). Untuk kriteria

penilaian peritem jawaban yang dijawab dijelaskan dalam tabel

berikut19:

No
Tingkatan Skala Likert Skort Jawaban
.
1. Selalu 1
2. Sering 2
3. Kadang-kadang 3
4. Tidak pernah 4
Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penyusunan

angket adalah:

Penyusunan Indicator

Sebelum angket ini disusun, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket yang

meliputi indikator faktor internal guru biologi saat melakukan proses

pembelajaran.

1. Penyusunan angket

Setelah kisi-kisi angket dibuat selanjutnya dilakukan penyusunan

pernyataan angket yang berhubungan dengan indikator.


17
Faisal (1981)hal.4
18
Ibid (2005)hal.107
19
Ibid (2005)hal.108
31

2. Ujicoba angket

Angket yang sudah disusun tersebut kemudian di ujicobakan. Untuk

menentukan valid atau tidak valid suatu butir dalam angket digugunakan rumus

angka kasar.20

b. Dokumentasi

Penelitian ini juga menggunakan alat pengumpulan data dengan

dokumentasi. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini

dokumentasi proses pembelajaran biologi di kelas VIII SMP Negeri

48 Satap Kerinci.

c. Observasi

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap mengamati

(observasi) yaitu:

1. Melakukan diskusi dengan guru biologi dan kepala Sekolah

untuk rencana observasi

2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model

pembelajaran yang dilakukan guru kelas VIII SMP Negeri 48

Satap Kerinci

3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat

penerapan model pembelajaran

4. Menganalisis temuan saat melakukan observasi dan pelaksanaan

observasi

E. Pengumpulan data

a. Data penelitian
20
Ibid (2005)hal.213
32

Dalam penelitian ini ada dua data yang digunakan, yang pertama

adalah data tentang keterampilan guru biologi kelas VIII SMP Negeri

48 Satap Kerinci dalam menerapkan model pembelajaran, dan yang

kedua data tentang nilai ujian biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 48

Satap Kerinci.

b. Sumber data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila

peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

atau lisan. Adapun responden penelitian ini adalah guru biologi kelas

VIII SMP Negeri 48 Satap Kerinci. Kemudian untuk data tentang

hasil ujian, datanya berupa nilai ujian akhir biologi siswa21.

F. Analisis data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data angket penelitian

terdistribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan uju lilloefors.22

Langkah-langkah lilliefors sebagai berikut:

1. Membuat tabulasi data

2. Mengadakan pengamatan tarhadap X¬1, X2,..........,Xn untuk l diubah

menjadi angka baku Z1,Z2,………….,Zn.

Zi =

21
Suharsimi (1999)hal.112
22
Sujana (1992)hal.466
33

Keterangan:

Z¬¬¬¬¬1 ¬¬¬=angka baku

X = rata-rata

S = simpangan baku

3. Menentukan peluang F (Z¬¬¬i) = P< (Z¬¬¬i) berdasarkan daftar

distribusi normal baku.

4. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,………….,Zn. Yang lebih kecil atau

sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z¬¬¬i) maka

rumusnya

S (Zi) =

5. Harga mutlak dihitung dari selisih F(Z¬¬¬i)- S(Z¬¬¬i) dan diambil dari

harga mutlak Yang paling besar sebagai L- hitung (L0).

6. Dari L table (Lt) untuk sebanyak N dan taraf nyata @= 0,05 dan

dibandingkan dengan (L0).

7. Pada taraf nyata @= 0,05, jika (L0) < (Lt) maka table terdistribusi normal

dan jika sebaliknya sample terdistribusi normal.


34

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan joko, 1997, Model Belajar Mengajar, Pustaka Setia Bandung

Ari Kontoro S, 1993, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo

Anonim. 2008. Prestasi Belajar. ipotes.wordpress.com

Anonim. 2008. Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Model Cooperative-


Learning.

Anonim. 2008. Gaya belajar. re-searchengines.com

Anonim. 2008. Bagaimana Gaya Belajar Anak Anda. pustakaniLna.com

Arianto Sam di 2008, pengertian belajar,


35

Shertian, 2000, Konsep Dasar Dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka

Pengembangan Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta

Sudjana N, 2006, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Rosdakarya,


Bandung

Sudjana N, 1996, Metode Statistic, Tarsito Bandung

Sudijono A 2006, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafido


Persada

Silbermen M, 1996, Active Learning, Yapendia, Yogyakarya

Silbermen M, 2006, Active Learning, Nusa Media, Yogyakarya Rusfidra, 2006,


Oleh : Dr. Rusfidra, S. Pt, Universitas Terbuka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai