Anda di halaman 1dari 3

Tugas

Metode Penelitian Sejarah Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

NAMA : M. RIZKY ASHASHIDDIQ ZADIN

KELAS : X MIPA 3

PEMBAHASAN
Metode sejarah adalah hal-hal yang dilakukan untuk meneliti kembali peristiwa-peristiwa yang pernah
terjadi di masa lampau ataupun bisa dikatakan seluruh penelitian yang dilakukan demi mengetahui fakta
yang ada pernah ada dikejadian masa lampau.

Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia - Manusia sekarang bukan keturunan dari Pithecantropus atau
Meganthropus. Kita adalah keturunan manusia jenis Homo Sapiens. Seperti telah kalian pelajari
sebelumnya, manusia jenis Homo Sapiens inilah yang ciri-cirinya mirip dengan manusia sekarang.

Tahukah kalian dari mana asal mula nenek moyang bangsa Indonesia?

1. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli dari Indonesia. Jenis
manusia Homo Sapiens ini terbagi atas tiga subspesies atau ras.
Ras Mongoloid: berkulit kuning, tinggi badan cukup, hidung menonjol sedikit (tidak mancung,
tetapi juga tidak pesek), menyebar ke Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Ras
Kaukasoid: berkulit putih, tinggi, badan jangkung, hidung mancung, menyebar di Eropa dan Asia kecil
(Timur Tengah). Ras Negroid: berkulit hitam, bibir tebal, rambut keriting, menyebar di Afrika,
Australia, dan Iran.
Hasil penyelidikan Von Hiene Geldern tentang penyebaran kapak persegi, menyimpulkan bahwa
jenis manusia Homo Sapiens bukan asli dari Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Campa, Cochin China, Kamboja, dan daerah-daerah di sepanjang pantai di Teluk Tonkin.
Sementara itu, kalau dilihat dari pangkal kebudayaannya, mereka berasal dari wilayah Yunnan di
Tiongkok Selatan.
Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia. Rumpun bangsa Austronesia terdiri atas dua
subspesies/ras, yaitu ras Mongoloid dan ras Austro Melanesoid. Mereka inilah nenek moyang bangsa
Indonesia sesungguhnya.

2. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut ulung. Sejak 2000 SM hingga 50 SM, terjadi
gelombang perpindahan penduduk dari bagian Asia (Yunan) ke wilayah nusantara. Pendapat ini
dikuatkan dengan adanya kesamaan hasil kebudayaan yang ditemukan berupa beliung atau kapak
persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Alat berupa kapak persegi atau
beliung ini juga ditemukan di Siam, Malaka, Burma, Vietnam, Kamboja, dan terutama di Yunnan.
Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah Vietnam. Sebagian menetap di
wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru.
Dengan menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar akhirnya sampai ke
Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian
menetap dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia.
Ternyata, kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia tidak serempak. Mereka datang secara
bergelombang yang secara garis besar terbagi dalam dua gelombang.
a. Gelombang Pertama
Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000 SM–1500 SM. Dari Vietnam ini,
rombongan orang-orang dari Yunnan terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama
meneruskan perjalanan dan berlayar sampai ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan tempat-tempat lain,
seperti di Kalimantan Barat. Kemudian, kelompok yang lain (kelompok kedua) berlayar ke arah
perairan Laut Cina Selatan, terus ke Kepulauan Filipina, Sulawesi, Maluku sampai ke Irian.

b. Gelombang Kedua
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua diperkirakan terjadi
sekitar tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-orang Austronesia bergerak dari Tonkin, terus
melewati Malaka (Malaysia) Barat. Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura, Bali,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan
bahwa kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua ini hanya satu
kelompok besar, yaitu orang-orang Austronesia. Mereka menyebar ke Indonesia melalui
Indonesia bagian barat.

Langkah-langkah metode sejarah adalah sebagai berikut.


1. Sumber primer
imana ini adalah sumber utama yang langsung didapatkan dengan cara melalui
wawancara. Biasanya sumber primer atau bisa dikatakan sebagai sumber utama langsung
mempertemukan saksi mata dengan sejarawan untuk diambil beberapa informasi terkait
berbagai kejadian yang sudah dihadapi, dilihat oleh si saksi mata tersebut. Dan, sumber
primer bisa didapatkan juga dalam bentuk dokumen seperti rapat ataupun sidang, arsip
resmi dan daftar anggota organisasi.

2. Sumber sekunder
adalah sumber yang jika di sumber primer adalah secara langsung maka di sumber
sekunder adalah sumber yang tidak secara langsung. Yang artinya, sumber sekunder
adalah penyampaian informasi yang tidak langsung. Disinilah biasa diperoleh melewati
media kabar berupa suratkabar, ataupun buku dan bisa juga majalah. Yang berbeda
dengan sumber primer langsung lewat dokumentasi.
3. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh. Menurut G.J.
Reiner (1997), heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber.
Dengan demikian heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber. Dalam
hubungan penelitian, peneliti mengumpulkan sumber-sumber yang merupakan jejak
sejarah atau peristiwa sejarah.

4. Kritik Sumber (Verifikasi)


Setelah sumber sejarah terkumpul, maka langkah berikutnya ialah verifikasi atau
lazim disebut juga dengan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam
hal ini yang harus diuji ialah keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang
dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas)
yang ditelusuri lewat kritik intern. Dengan demikian, kritik sumber ada dua, yakni kritik
ekstern dan kritik intern.

5.. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis
sejarah.Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber- sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan
antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Di dalam proses interpretasi sejarah, seorang
peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
peristiwa. Data sejarah sering mengandung beberapa sebab yang dapat membantu
mencapai hasil. Akan tetapi, mungkin juga sebab yang sama dapat mengantarkan hasil
yang berlawanan.

6. Historiografi
Langkah terakhir metode sejarah ialah historiografi, yakni merupakan cara penulisan,
pemaparan atau penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.
Penulisan hasil laporan hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
proses penelitian dari fase awal hingga akhir (penarikan kesimpulan).

Anda mungkin juga menyukai