Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Untuk memenuhi tugas Stase Keperwatan Dasar Profesi Program Profesi Ners 12

Disusun Oleh :
Rizka Dhianingtyas
NIM : SN.192055

PRODI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar


1. Pengertian Aktivitas dan Latihan
Menurut Heriana, (2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan
dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat
setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat
membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya
karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara
adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan  guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
2. Anatomi
Menurut Haswita dan Sulistyowati, (2017), sistem tubuh yang
berperan dalam aktivitas adalah sistem muskuloskeletal dan sistem
persyarafan.
a. Sistem musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan
sendi. Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya aktivitas dan pergerakan.
1) Tulang (rangka)
a) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut
Menyokong jaringan tubuh, terasuk memberi bentuk pada
tubuh ( postur tubuh)
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak,paru-paru,
hati dan medula spinalis.
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga
ligament.
d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
2) Sendi
Sendi adalah hubungan antara tulang. Setiap sendi
diklasifikasikan sesuai dengan struktur dengan tingkat
mobilisasinya.
3) Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan
gerakan gerakan. Otot ada tiga macam otot rangka, otot polos dan
otot jantung. Otot rangka terdapat pada sistem skeletal dan
merupakan otot yang paling berperan dalam mekanik tubuh. Otot
rangka berfungsi dalam membantu pengontrolan gerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
4) Sistem Persyarafan secara spesifik, sistem persyarafan memiliki
beberapa pungsi, yaitu:
a) saraf aferen (reseptor) berfungsi menerima rangsangan dari luar
kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat.
b) Sel syaraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian
tubuh satu kesatu lainnya.
c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan
kemudian memberikan respon melalui syaraf aferen.
d) Saraf aferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian
meneruskan ke otot rangka.
3. Fisiologi
Menurut Selvi (2016). Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf. Tidak hanya terbatas pada gerakan
fisikyang dapat kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang
tidak dapat dilihat secara kasat mata (misalnya penapasan, pencernaan,
sirkulasi). Komponen kunci dari gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan
saraf.
a. Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang
rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan
saja dan selanjutnya dapat menghalangi gerak.
b. Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda:
sinartrosis atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas
tulang tengkorak); amfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan
gerakan ringan (tulang belakang); dan diartrosis atau sendi synovial
yang mengizinkan gerakan maksimal. Sendi synovial paling banyak
mendukung aktivitas. Ligamen merupakan kumpulan jaringan serabut
fleksibel yang menghubungkan tulang satu dengan yang lain. Ligamen
yang robek menghambat stabilitas sendi dan akan merusak gerak.
c.  Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur
berbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk
menghasilkan gerak.
d. Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot
tidak dapat bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP
mengendalikan krontraksi dan relaksasi otot, yang pada gilirannya
menyebabkan fleksi (bengkok) dan ekstensi (lurus), yang pada akhirnya
menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik.
4. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut : 
a) Kelainaostun Pr
b) Gangguan Perkembangan Otot
c) Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d) Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
e) Kekakuan Otot
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan latihan
Menurut Wahit Iqbal Mubarak, (2015), faktor yang mempengaruhi
aktivitas adalah:
a. Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit atau cidera, peroses penyakit dapat mempengaruhi
kemampuan aktivitas karena mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai
contoh : orang yang menderita fraktur femur akan megalami
keterbatasan gerak pada ekstremitas bawah.
c. Kebudayaan Contohnya: orang yang memiliki budaya sering jalan jauh
memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaiknya yang mengalami
gangguan mobilisasi (sakit) karena adat atau budaya tertentu yang
melarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas karena,
bila ingin melakukan aktivitas yang baik maka tubuh membutuhkan
energi yang cukup untuk memenuhinya.
e. Usia Terdapat perbedaaan kemampuan melakaukan aktivitas pada
masing masing usia tentu berbeda-beda. Contohnya: dari mulai bayi kita
blum bisa berjalan dan sampai bisa berjalan pada usia 1-2 tahun, hal itu
yang membuktikan bahwa usia mempengaruhi aktivitas.
6. Batasan Karakteristik
Menutut Nurarif & Kusuma, 2015. Batasan karakteristik yang khas pada
klien dengan intoleransi aktivitas adalah:
a. Keletihan
b. Ketidak nyamanan dalam beraktivitas
c. Menyatakan merasa letih
d. Menyatakan merasa lemah
e. Respon tekanan abnormal terhadap aktivitas
f. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
7. Diagnosa Keperawtaan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi
masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat
diagnosa keperawatan sebagai pedoman dalam pemberian asuhan
keperawatan dan gambaran suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya
masalah (SDKI: 2016).
Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
gangguang pemenuhan kebutuhan aktivitas adalah:
a. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, nyeri, perubahan integritas dan
struktur tulang.
b. Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stres atau ansietas.
8. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Fraktur Femur Menurut SIKI : 2018
a. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, perubahan
integritas dan struktur tulang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24
jam masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. klien dapat meningkat atau mempertahankan mobilitas,
posisi pungsional.
2. Dapat menunjukan kemampuan teknik kemampuan
melakukan aktivitas.
3. nyeri berkurang.
Intervensi Utama
1. Dukungan ambulasi
Observasi:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulas
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Teraupetik:
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis. Tongkat,
dan kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik.
- Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
- Anjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan(mis.berjalan dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya).
2. Dukungan mobilisasi
Observasi:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya.
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
- Monitor frekuensi umum selama melakukan mobilisasi.
Terapeutik:
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur).
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan. Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
Intervensi Pendukung
1. Dukungan kepatuhan program pengobatan.
2. Dukungan perawatan diri (BAB/BAK, berpakaian,
makan,minum, mandi)
3. Edukasi latihan fisik
4. Eduikasi teknik ambulasi
5. Edukasi teknik transfer
b. Diagnosa : Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan
fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stres atau ansietas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam
masalah klien teratasi dengan Kriteria hasil : - Nyaman dalam
beristirahat. - Nyeri dapat berkurang. - Sekala nyeri 0
Intervensi Utama
1. Manajemen nyeri
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri. - Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri.
- Monitor keberhasilaan terapi komplomenter yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik:
- Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
- Pemberian analgesic
Intervensi Pendukung
1. Aromaterapi
2. Dukungan hipnosis diri
3. Dukungan pengungkapan kebutuhan
4. Edukasi efek samping obat
5. Edukasi manajemen nyeri
Daftar Pustaka
Haswita & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta. TIM

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
Binarupaaksara

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta : Salemba medika

Selvi, K. (2016). Aktivitas dan Latihan. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020.
http://selviyanakakasing.blogspot.com/2016/09/aktivitas-dan-latihan.html

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wahit. I, Joko. S, & Lilis. I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai