Anda di halaman 1dari 13

KIMIA

BAJA

DOSEN PENGAMPUH: EKAJAYANTI KINING, S.Si.,M.Si

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1. NADIA HAIRUNNISA
2. FATHUR RACHMAN
3. AGUS SALIM
4. LUKMAN
5. ARSIL

PRODI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Struktur
Baja Sebagai Salah Satu Bahan Konstruksi” dengan baik meskipun masih banyak
kekurangandidalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bahan struktur baja. Kami juga menyadari bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat diterapkan bagi seseorang yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf kesalahan kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Tujuan Pembahasan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis Baja dan Klasifikasi Bahan Konstruksi Baja .................................................... 2

B. Sifat Mekanis Baja ................................................................................................... 3

C. Cara Pengaplikasi Baja ............................................................................................. 4

D. Cara Pengolahan Limbah Baja.................................................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 9

B. Kritik dan Saran ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya peradaban manusia, semakin beragam pula kebutuhanusia.Ini


dapat dilihat dari aspek teknik sipil. Pada jaman dahulu orang yang membuat jalan hanya dengan
menyusun batu-batuan atau kerikil-kerikil, tapi kini semuanya telah berubah, manusia berusaha
menjadikan jalan sebagai sarana transportasi dengan kualitas yang baik menggunakan teknologi
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhannya.Pembangunan dalam setiap bidang yang
berhubungan dalam teknik sipil dimulai dari gedung gedung, jembatan, jalan dan bangunan
lainnya tidak akan terpisahkan dari bahan yang berasal dari dalam perut bumi. Mulai dari
batuan, batu bara, minyak bumi sampai berbagai macam mineral yang langsung digunakan
maupun yang diolah terlebih dahulu. Untuk itu dalam kesempatan ini, akan dibahas tentang baja.
Masalah ini diangkat karena ingin melihat jenis-jenis baja.

B. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui jenis baja dan klasifikasi bahan konstruksi baja


2. Mengetahui sifat mekanis baja
3. Mengetahui cara pengaplikasi baja
4. Mengetahui cara pengolahan limbah baja

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis Baja Dan Klarifikasi Bahan Konstruksi Baja

Berbeda dengan besi yang merupakan material alami yang terbuat dari unsur Fe
(Ferrum), baja merupakan material buatan (logam paduan). Logam besi berfungsi sebagai unsur
dasar untuk dicampur dengan beberapa elemen lainnya, seperti karbon, mangan, fosfor, sulfur,
silikon, serta sebagian kecil oksigen, nitrogen dan alumunium. Sedangkan yang dimaksud
dengan baja untuk konstruksi adalah struktur yang terbuat dari kombinasi terorganisir dari baja
struktural yang diatur dan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan konstruksi.

Berdasarkan komposisinya, baja dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Baja Karbon. Terbagi menjadi beberapa klasifikasi lagi sesuai dengan jumlah karbon
yang menyusun baja tersebut, yakni baja karbon rendah, menengah, dan tinggi.
2. Baja Paduan. Baja yang sudah mendapatkan tambahan unsur tertentu. Penambahan unsur
tersebut salah satunya bertujuan untuk menaikkan sifat mekanik baja pada temperatur
yang rendah, serta meningkatkan daya tahan baja terhadap reaksi kimia (dalam hal ini
oksidasi dan reduksi).
Baja Paduan Khusus (Special Alloy Steel). Baja yang mengandung berbagai logam,
misalnya nikel, chromium, mangan, molybdenum, tungsten, dan vanadium. Penambahan
logam tersebut ke dalam baja akan mengubah sifat mekanik dan kimia baja menjadi lebih
keras, kuat, dan ulet.
3. High Speed Steel. Baja ini memiliki kandungan karbon sekitar 0,7%-1,5%. dan
penggunaannya sebagai alat potong, seperti drills, milling cutters, reamers, dan
sebagainya. Tujuan penggunaan high speed steel karena alat-alat potong yang terbuat dari
baja jenis ini memang memiliki kecepatan saat dioperasikan, bahkan lebih cepat hingga 2
kali lipat dibandingkan dengan penggunaan dari baja karbon.

Sedangkan berdasarkan penggunaannya, jenis baja dibedakan menjadi:

2
1. Baja konstruksi. Jenis baja konstruksi mengandung karbon kurang dari 0,7% C. Jenis
baja ini digunakan untuk konstruksi bahan bangunan.
2. Baja perkakas. Jenis baja perkakas mengandung karbon lebih dari 0,7% C. Berfungsi
sebagai perkakas, maka baja jenis ini harus memiliki sifat yang tahan pakai, tajam,
mudah diasah, tahan panas, kuat, dan ulet.

B. Sifat Mekanis Baja

Baja memperoleh sifat mekanisnya dari kombinasi komposisi kimia, perlakuan panas dan
proses manufaktur. Sementara unsur utama baja adalah besi, penambahan unsur-unsur lain dalam
jumlah sangat kecil dapat memiliki efek yang nyata pada sifat-sifat baja. Kekuatan baja dapat
ditingkatkan dengan penambahan paduan seperti mangan, niobium dan vanadium. Namun,
penambahan paduan ini juga dapat mempengaruhi properti lain, seperti elastisitas, kekerasan,
dan kemampuan las.

Unsur-unsur paduan juga menghasilkan respon yang berbeda ketika bahan dikenakan
perlakuan panas yang melibatkan pendinginan pada tingkat yang tertentu.

1. Tensile strength (Kekuatan tarik) adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh
sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Standar
produk juga menentukan kisaran nilai yang diizinkan untuk Ultimate Tensile Strength
(UTS). UTS minimum relevan dengan beberapa aspek desain.Beberapa bahan dapat
patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh
atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum
patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile).
2. Toughness (Kekerasan)Dalam baja, kemungkinan bisa muncul bentuk retakan yang
sangat kecil. Jika baja tidak cukup kuat, ‘retak’ dapat merambat dengan cepat, tanpa
deformasi plastis dan menghasilkan ‘patah getas’. Risiko patah getas meningkat
bergantung ketebalan, tegangan tarik, penguat stres dan pada suhu yang lebih dingin.
Ketangguhan baja dan kemampuannya menahan fraktur getas bergantung pada sejumlah
factor yang harus dipertimbangkan pada tahap spesifikasi.

3
3. Ductility (Elastisitas)Ductility adalah ukuran tingkat di mana materian dapat memanjang
di bawah beban tarik sampai batas tertentu. Ductility perlu diperhatikan untuk beberapa
pemanfaatan besi. Mengurangi risiko perambatan retak saat proses fabrikasi pengelasan,
pembengkokan, dan pelurusan. Jika nilai dari ductility sudah tertulis jelas, maka, kita bisa
mengolah dengan cara yang tepat.
4. Weldability (Kemampuan Las)Semua baja struktural pada dasarnya bisa dilas.
Pengelasan melibatkan proses melelehkan baja secara lokal yang kemudian mendingin.
Kecepatan proses pendinginan bergantung material di sekitarnya. Misalnya balok (beam),
menawarkan “heat sink” (perangkat atau substansi untuk menyerap panas yang
berlebihan atau tidak diinginkan) besar dan area las yang relatif kecil. Hal ini bisa
menyebabkan pengerasan “heat affected zone (HAZ)” atau zona terkena panas dan
mengurangi toughness (kekerasan).
5. Durability (Ketahanan)Sifat penting lainnya adalah pencegahan korosi. Meskipun baja
tahan karat khusus tersedia di pasaran, baja jenis ini biasanya tidak digunakan dalam
konstruksi bangunan. Cara paling umum untuk memberikan perlindungan korosi pada
baja konstruksi adalah dengan mengecat atau menggembleng (galvanizing). Jenis dan
tingkat perlindungan lapisan yang diperlukan tergantung pada tingkat paparan, lokasi,
umur desain, dll. Dalam banyak kasus, di bawah situasi kering internal, tidak ada lapisan
pelindung korosi yang diperlukan selain perlindungan api yang tepat.

C. Cara Pengaplikasi Baja

Banyak kita jumpai berbagai bangunan dan jembatan yang menggunakan baja sebagai
struktur utamanya. Contohnya, jembatan kereta api dan jembatan jalan raya yang melintasi
sungai yang cukup lebar. Kemudian ada bangunan pabrik maupun gudang yang besar. Jembatan
terpanjang di Indonesia saat ini, yakni Jembatan Suramadu, juga menggunakan kabel baja
sebagai strukturnya.

Ada 3 jenis struktur baja yang sering diterapkan sebagai struktur bangunan:

1. Tipe Rangka atau frame structure

4
Dengan menyusun batang baja dengan bentuk struktur tertentu, batang baja mampu
memperkuat satu sama lain. Hal ini banyak diterapkan pada struktur atap, bangunan
pabrik, pergudangan, jembatan serta tower BTS (Base Transceiver Station) operator
seluler. Yang populer di dunia, adalah Menara Eiffel, yang sebagian besar menggunakan
batang-batang baja yang disusun secara struktural hingga bisa berdiri megah hingga kini.
2. Tipe cangkang atau shell-type structure
Struktur baja tipe cangkang diterapkan pada bangunan stadion, gelora, maupun bangunan
lain yang membutuhkan kubah / dome diatasnya. Salah satu contoh adalah struktur atap
pada Sapporo Dome, salah satu stadion yang dipakai dalam Piala Dunia 2002.
3. Tipe suspensi atau suspension-type structure
Suspensi bisa juga disebut tarikan. Baja pada sistem struktur ini menahan beban dengan
kekuatan tarikannya. Contohnya, biasa dimanfaatkan sebagai kabel baja pada jembatan.

D. Cara Pengolahan Limbah Baja

1. Pemanfaatan Limbah B3 Dari Industri Besi dan Baja Saat Ini

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi baja mengandung beberapa unsure dan
senyawa bahan kimia yang masih dapatdimanfaatkan, baik oleh PT. sendiri maupun oleh
pabrik lain, misal debu EAF mempunyai kandungan Zn yang tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi Zinc Oksida melalui prosesthermal dengan temperature di atas
1300°c.
Berikut upaya pemanfaatan limbah B3 dari pabrik besi baja saat ini.
No. Nama limbah Sumber Perlakuan
a).Dimanfaatkan untuk
1. Mill scale Hot Strip Mill (HSM) industry magnet domestic,
b). Diekspor ke cina
a). Diolah menjadi produk PS
Slab Steel Plant (SSP) dan Ball,
2. Stell Slag
Bilet Steel Plant (BSP) b).Dimanfaatkan untuk
roadbase,

5
c).Dimanfaatkan pihak ketiga
Slab Steel Plant (SSP)
Billet Seel Plant (BSP) dan
Debu EAF dan Dimanfaatkan oleh indusrti
3. Water Treatment Plant
Sludge semen
(WTP) yang ada pada
masing-masing pabrik
Oli dan pelumas Setiap pabrik yang Diserahkan pada pihak ketiga
4.
bekas menggunakan pelumas berizin
Waste Pickle Diserahkan ke pemanfaat yang
5. Cold Rolling Mill (CRM)
Liquor (WPL) berizin
Resin Catalyst Direct Reduction Plant Diserahkan ke pemanfaat yang
6.
dan karbon aktif (DRP) berizin

2. Pemanfaatan Slag Untuk Agregat Campuran Aspal (Ac Wearing)

Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung bekerja sama dengan PT Krakatau Steel
juga telah melakukan uji coba dalam penggunaan aggregat sebagai campuran untuk aspal
beton (Asphalt concrete AC). Setelah melalui percobaan di laboratorium dilanjutkan
dengan percobaan di lapangan. Penggunaan agregat slag dari PT Krakatau Steel untuk
campuran beraspal. Campuran beraspal dapat seluruhnya terdiri dari agregat slag (100%)
dari kasar sampai halus, sehingga kepadatan yang diperoleh menjadi tinggi, ini akan
menjadi kendala di lapangan dimana akan mendapatkan tonase yang sama tetapi volume
mengecil. Untuk menurunkan nilai kepadatan yang tinggi 3,035t/m3, maka dilakukan
pencampuran agregat kasar slag ditambah agregat standar halus (campuran 1) dimana
kepadatan akan turun menjadi 2,480 t/m° Cara yang kedua yaitu agregat slag kasar dan
halus disubstitusi dengan pasir (campuran 2), akanmendapatkan kepadatan 2,670 t/m?.
Percobaan lapangan dilakukan pada jalan Cileunyi dengan LHR (Total Kumulatif
ESA Thn 2010 adalah 5.640.555) diperbandingan antara campuran 1 dan campuran 2,
sampai saat ini masih dalam keadaan baik. Perkerasan slag mempunyai warna lebih hitam
daripada perkerasan standar.Campuran 1 mempunyai modulus lebih tinggi daripada
campuran 2, campuranyang mempunyai modulus lebih tinggi diletakan pada jalur lalu
lintas lambat, diharapkan dapat menahan lendutan dari kendaraan yang sering berhenti

6
(angkutan kota) dan campuran yang mempunyai modulus rendah pada jalur cepat
sehingga dapat dilalui kendaraan berat dengan waktu pembebanan yang cepat.
3. Pemanfaatan Agregat Slag Sebagai Bahan Baku Agregat Beton
Slag adalah limbah besi dan baja yang berbentuk bongkahan-bongkahan kecil
yang secara fisik menyerupai agregat kasar yang diperoleh dari hasil samping pembuatan
baja dengan tanur tinggi. Penelitian mengenai pemanfaatan potensi slag yang pernah
dilakukan menunjukan bahwa kuat tekan beton slag meningkat seiring dengan
penambahan limbah padat (slag) dalam beton.
Sifat mekanis dan karakteristik beton yang menggunakan agregat kasar berupa
slag baja tersebut dengan menggunakan bahan tambah mineral (additive) berupa
silicafume membuktikan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perilaku tegangan-
tegangan dalam poisson's ratio pada beton split dan beton slag. Beton adalah bahan
bangunan yang tersusun oleh agregat (pasir + batu), semen dan air (bisa ditambah bahan
lain additive atau admixture). Untuk membuat beton bermutu tinggi ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan yaitu:a. Materialb. Proporsi campuran C. PengerjaanDari ketiga
faktor tersebut material merupakan sumber daya alam yang lama kelamaan akan habis
dan tidak dapat diperbaharui, permasalahan inilah yang akan dicarikan alternatif
penggantinya. Alternatif pengganti material digunakan slag (limbah padat). Slag
merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi, yang dihasilkan oleh industri peleburan
baja salah satunya berupa limbah slag yang secara fisik menyerupai agregat kasar.Seiring
dengan semangat pelestarian lingkungan, maka perusahaan penghasil limbah slag harus
mencari solusi pemanfaatan limbah slag tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya limbah slag dapat dimanfaatkan sebagai
agregat kasar dan agregat halus dalam bahan konstruksi dan campuran perkerasan aspal.
Pada peleburan Baja, biji besi atau besi bekas dicairkan dengan kombinasi batu gamping,
delomite atau kapur. Pembuatan baja dimulai dengan menghilangkan ion-ion pengotor
baja, diantaranya alumunium, silikon dan fosfor. Untuk menghilangkan ion-ion pengotor
tersebut, diperlukan kalsium yang terdapat pada batu kapur. Campuran kalsium,
alumunium, silicon, dan fosfor membentuk slag yang bereaksi padatemperatur 1600 °C
dan membentuk cairan, bila cairan ini didinginkan maka akan terjadi kristal dan dapat
digunakan sebagai campuran semen dan dapat juga sebagai pengganti agregat.

7
Keuntungan penggunaan limbah padat (slag) dalam campuran beton adalah sebagai
berikut:
• Mempertinggi kekuatan tekan beton karena keenderungan melambatnyakenaikan
kekuatan tekan
• Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton
• Mengurangi variasi kekuatan tekan beton
• Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut
• Mengurangi serangan alkali-silika
• Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu
• Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton
• Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume
• Mengurangi porositas dan serangan klorida
Faktor-faktor yang menentukan sifat penyemenan dalam slag adalah komposisi
kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca pada slag8,
kehalusan dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung pada
pembuatan beton.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai
paduan utama. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat
sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai elemen pengeras untuk mencegah
gangguan bergeser pada kristal ( crystal lattice ) atom besi.

Baja pada kenyataan adalah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C) sampai dengan
1,67% (maksimal). Jenis-jenis baja dibagi menjadi beberapa macam, yaitu baja karbon, baja
paduan dan baja tahan karat ( Stainless Steel ). Proses pembuatan baja terbagi menjadi tiga,
yaitu: proses konvertor, proses terbuka (Open Hearth Furnace) dan proses dapur listrik (Electric
Arc Furnace ).

B. Saran

 Sebuah. Pemilihan metode penggunaan material dan peralatan berpedoman pada faktor
kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja serta
segi ekonomisnya.
 Maraknya pemasok atau produksi atap baja ringan nampaknya evolusi atau perubahan
berkembang seiringnya teknologi pada saat ini dimana manusia berfikir untuk
melakukan perubahan serta perkembangan teknologi tersebut dengan berbagai
pertimbangan termasuk dampak lingkungan, efisiensi serta keuntungan yang diperoleh
didalamnya.
 Perlu pelaporan ketika menggunakan baja sebagai bahan struktur, pekerjaan baja harus
di perhitungkan dengan matang, karena tidak ada kualitas baja menurun.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://yefrichan.wordpress.com/2011/04/16/jenis-jenis-baja/

http://bestananda.blogspot.co.id/2013/09/kelebihan-dan-kekurangan-baja-sebagai.html

http://anwarpuady.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://satriopage.blogspot.com/2012/12/makalah-pembuatan-baja-konvertor.htm

10

Anda mungkin juga menyukai