Anda di halaman 1dari 9

LAMPIRAN

PENENTUAN KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN


REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA
KOLORIMETRI/SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
A. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini untuk menentukan kadar golongan sulfonamida


berdasarkan reaksi diazotasi dan kopling secara kolorimetri/ spektrofotometri visible.

B. LANDASAN TEORI

Sulfonamid merupakan obat antimikroba turunan para-aminobenzensulfomanida


yang digunakan secara sistemik untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit
infeksi (Sudarma, 2007). Nouws mendemonstrasikan bahwa hidroksilasi metabolit
sulfadiazine dapat bekerja sebagai antimikroba terhadap Escherichia coli 2,5% dari
aktivitas obat parenteral. N4-asetil tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
bakteri ini. Study menunjukkan bahwa proses hidroksilasi metabolit sulfadiazine
bekerja sebagai antimikroba melawan T. gondii. Tingkat hidroksilasi tergantung pada
jenis species, usia, dan dosis. Keberadaan metabolit aktif sebagai antimikroba dapat
berakibat pada khasiat dalam perawatan ketika metabolit-metabolit yang ada dalam
konsentrasi yang tinggi atau ketika konsentrasi efektif dalam plasma dicapai (Ven, dkk,
1995).

Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida, biasanya sulfadiazin, sulfamerazin,


dan sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Karena dosis setiap obat hanya
sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing tidak saling dipengaruhi,
maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Sulfonamida adalah kemoterapeutika
bakteriostatis dengan spektrum luas yang ditahun 1950-an sampai dengan 1970-an
banyak digunakan dengan sukses terhadap banyak penyakit infeksi oleh baik kuman
gram-positif maupun gram-negatif. Efek samping yang terpenting adalah kerusakan
parah pada sel-sel darah yang berupa antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis,
terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfodehidrogenase. Oleh karena itu bila
sulfa digunakan lebih dari dua minggu perlu dilakukan pemantauan darah (Tjay dan
Rahardja, 2007).

6
Sulfonasi merupakan reaksi subtitusi elektrofilik, di mana terjadi pembentukan gugus
–SO3H, -SO2Cl dalam molekulnya. Pereaksi sulfonasi dapat berupa olueum, asam
sulfat pekat dan asam klorosulfonat. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi dapat balik,
dapat terbentuk produk ataupun kembali ke reaktannya tergantung pada kondisi reaksi.
Reaksi sulfonasi dengan oleum akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan asam
sulfat pekat pada benzen (Sudarma, 2007).

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang biasa digunakan untuk analisa kimia
kuantitatif, tapi dapat juga digunakan untuk analisa kimia semi kualitatif yang memiliki
prinsip kerja berdasarkan fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu pada
daerah ultraviolet dan sinar tampak (visibel). Meskipun analisa ini tidak sepeka dengan
menggunakan teknologi nuklir, analisa dengan spektrofotometri sinar tampak
(colourimetry) mudah dilakukan, karena warna adalah salah satu kriteria fisiko-kimia
untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisa spektrokimia, spektrum radiasi
elektromagnetik digunakan untuk menganalisa spesies kimia. Sesuai dengan persamaan
Planck, E = h v, dengan E adalah energi foton, h adalah tetapan Planck (6,62 x 10-34
J.s) dan v adalah frekuensi foton, di mana frekuensi tertentu memiliki energi tertentu.
Karena setiap spesi kimia memiliki tingkatan energi tertentu, maka transisi energinya
juga berbeda-beda (Huda, 2001).

Energi elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi di dalam
molekul. Transisi ini terdiri dari eksitasi elektron dari orbital yang ditempati ke orbital
yang berenergi tinggi. Karakteristik dari suatu serapan adalah letak dan intensitas. Letak
serapan diberikan dalam bentuk panjang gelombang radiasi yang menunjukkan berapa
energi yang dibutuhkan untuk melakukan transisi elektronik (Papilaya, dkk, 2009).

Intensitas serapan bergantung pada dua faktor, yaitu kebolehjadian interaksi antara
energi radiasi sistem elektronik dan perbedaan energi antara tingkat dasar dengan
tingkat tereksitasi. Bila kebolehjadian besar, maka akan mempunyai intensitas tinggi
dan disebut transisi yang dibolehkan dengan harga konstanta absorpsifitas molar lebih
besar dari 103 atau εmaks > 103 dan bila intensitasnya kecil maka disebut transisi
terlarang dengan harga εmaks < 103. Spektrofotometer ultraviolet akan memberikan
penyerapan yang berbentuk puncak dengan tinggi puncak sebagai fungsi gelombang
penyerapan (Papilaya, dkk, 2009).

7
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis antara lain
pembentukan molekul yang dapat meyerap sinar UV-Vis, waktu operasional untuk
mengetahui waktu pengukuran yang stabil, pemilihan panjang gelombang, pembuatan
kurva baku, serta pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan. Panjang gelombang
yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal,
yaitu panjang gelombang maksimal maka kepekaannya juga maksimal, sehingga
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar;
disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hukum Lambert-Beer juga terpenuhi; jika dilakukan pengukuran ulang, maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali ketika menggunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

 Timbangan analitik
 Cawan petri
 Spektrofotometri
 Labu ukur 100 ml
 Pipet volume
 Erlenmeyer
 Pipet
 Botol semprot
 Filler
 Lumping dan alu
 Spatula

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

 Aquades
 Bahan obat murni (sulfadiazin)
 Sediaan obat (trisulfa)
 Etanol 70 %

D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Larutan Blanko

air

8
- Dipipet sebanyak 5 ml
- Dimasukkan dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 5 ml etanol
- Dikocok

Hasil Pengamatan…?

2. Pembuatan Larutan Standar

Sulfadiazin

- Ditimbang 0,05 gram


- Dilarutkan dengan beberapa tetes alkohol
- Diencerkan dengan akuades dala labu takar 100 ml
- Digojok hingga larut
- Dibuat variasi konsentrasi 0,01 %; 0,02 %; 0,03 %;
0,04 %; 0,05 %

Hasil Pengamatan…?

3. Penentuan Larutan Sampel

Trisulfa

- Digerus
- Ditimbang 0,05 gram
- Dimasukkan dalam labu takar
- Dipipet alkohol 10 ml
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda tera

Hasil Pengamatan…?

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan Asetosal
a. Larutan Standar

No. Std. Name WL1[290.0nm] ABS Conc(%)


1 1 2.229 2.229 0.01
2 2 1.625 1.625 0.02
3 3 1.549 1.549 0.03
4 4 1.163 1.163 0.04
5 5 1.168 1.168 0.05
b. Larutan Sampel

No. Sample Name WL1[290.0nm] ABS Conc(%)


1 trisulfa 1.208 1.208 0.0414

9
2. Grafik
a. Panjang Gelombang Maksimum

10
b. Kurva Larutan Standar

F.
PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar obat golongan sulfonamida.


Penentukan kadar dalam suatu sediaan obat sangat penting untuk dilakukan karena
kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi efek terapi yang
diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan
pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan
timbulnya efek samping yang tidak diharapkan ataupun timbulnya efek toksisitas.
Percobaan dilakukan terhadap sampel obat trisulfa. Obat trisulfa mengandung tiga
sulfonamida, yaitu sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfametazin dalam perbandingan
yang sama. Obat ini secara luas digunakan sebagai obat untuk infeksi yang disebabkan
oleh bakteri gram positif ataupun bakteri gram negatif tertentu, serta oleh beberapa
jamur tertentu. Berikut adalah gambar yang menunjukkan struktur sulfadiazine yang
merupajan salah satu golongan sulfonamida :

Dalam percobaan ini, digunakan bahan obat murni, sulfadiazin dilarutkan dengan
menggunakan alkohol. Digunakan pelarut alkohol karena bahan-bahan obat tersebut,

11
memiliki sifat kelarutan yang sukar larut dalam air dan mudah larut dalam etanol. Setiap
bahan obat masing-masing dibuat variasi konsentrasi sebesar 0,01 %; 0,02 %; 0,03 %;
0,04 %; 0,05 % yang diukur absorbansinya pada spektrofotometer visible yang
berdasarkan pada prinsip absorpsi suatu cahaya monokromatis dari suatu emisi radiasi
oleh molekul atau unsur yang terkandung dalam senyawa yang sedang diamati.

Pengukuran dilakukan terhadap banyaknya sinar yang diserap terhadap frekuensi


atau pun panjang gelombang yang digunakan oleh sinar tersebut, kemudian selanjutnya
akan tebaca sebagai suatu spektra absorpsi yang selanjutnya akan dihubungkan dengan
nilai konsentrasi larutan sampel yang sedang diamati tersebut. Secara eksperimental,
dilakukan pengukuran terhadap banyaknya sinar yang diserap terhadap frekuensi atau
panjang gelombang yang digunakan sinar dan dinyatakan sebagai suatu spekrta
absorpsi. Spektra absorpsi tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dalam analisis kualitatif dan kuantitaif kadar obat yang diamati, dalam hal ini ialah
kadar sulfadiazin. Untuk pengukuran absorbansi senyawa golongan sulfonamida, dalam
hal ini adalah sulfadiazin digunakan panjang gelombang maksimum sebesar 290 nm.

Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi larutan standar sulfadiazin


dengan larutan baku dengan konsentrasi 0,01 %; 0,02 %; 0,03 %; 0,04 %; 0,05 dan
absorbansinya berturut-turut ialah 2,229; 1,625; ,549; 1,163; dan 1,168. Adanya variasi
konsentrasi larutan standar ini, bertujuan untuk menentukan persamaan regresi pada
sampel sulfadiazin dan dapat ditentukan kadar dari sulfadiazin dari persamaan regresi
tersebut dengan berdasarkan hukum Lambert-Beer. Berdasarkan hasil pengukuran
absorbansi tersebut dibuat grafik kurva antar kadar larutan standar sulfadiazin (sebagai
absis) dan absorbansi (sebagai ordinat), sehingga diperoleh persamaan regresi yaitu y =
-25,84x + 2,322 dengan kadar sulfadiazin dalam sampel sebesar 0,0414%.

Hasil yang ditunjukkan pada kurva larutan standar berupa garis regresi menurun
antara nilai absorbansi terhadap konsentrasi senyawa yang diamati. Hasil pengamatan
yang diperoleh terjadi penyimpangan terhadap hukum Lambert Beer tersebut, di mana
hubungan antara absorbansi senyawa terhadap absorbansinya tidak berbanding lurus,
tetapi berbanding terbalik.Faktor lain yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi
ialah ketidaktelitian dalam pengenceran larutan, maupun dalam proses pengukuran.

12
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
sulfadiazine dalam sampel trisulfa adalah 0,0414%.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Abdul Rohman, M. Si., Apt. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta (Hal : 240- 241, 243-256).

Papilaya, Eva., Karma, Vony P., dan Napitupulu, Daniel., 2009, Penentuan Transisi
Elektronik Senyawa Fenol dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, Sains, Vol.9,
No.2.

Sudarma, I Made., 2007, The Sulfonation Study of Reaction Mechanism on Papaverine


Alkaloid by GC-MS nd FT-IR, Indo. J. Chem, Vol.7, No.1.

Rohman, A. dan Sudjadi. 2012. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Ven, Esther Schoondenmark Vande., Vree, Tom., Melchers, Willwm., Camps, Wil., dan
Galama, Joep., 1995, In Vitro Effects of Sulfadiazine and Its Metabolites Alone and in
Combination with Pyrimethamine on Toxoplasma gondii, American Society for
Microbiology, Vol.39, No.3.

14

Anda mungkin juga menyukai