B. LANDASAN TEORI
6
Sulfonasi merupakan reaksi subtitusi elektrofilik, di mana terjadi pembentukan gugus
–SO3H, -SO2Cl dalam molekulnya. Pereaksi sulfonasi dapat berupa olueum, asam
sulfat pekat dan asam klorosulfonat. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi dapat balik,
dapat terbentuk produk ataupun kembali ke reaktannya tergantung pada kondisi reaksi.
Reaksi sulfonasi dengan oleum akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan asam
sulfat pekat pada benzen (Sudarma, 2007).
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang biasa digunakan untuk analisa kimia
kuantitatif, tapi dapat juga digunakan untuk analisa kimia semi kualitatif yang memiliki
prinsip kerja berdasarkan fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu pada
daerah ultraviolet dan sinar tampak (visibel). Meskipun analisa ini tidak sepeka dengan
menggunakan teknologi nuklir, analisa dengan spektrofotometri sinar tampak
(colourimetry) mudah dilakukan, karena warna adalah salah satu kriteria fisiko-kimia
untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisa spektrokimia, spektrum radiasi
elektromagnetik digunakan untuk menganalisa spesies kimia. Sesuai dengan persamaan
Planck, E = h v, dengan E adalah energi foton, h adalah tetapan Planck (6,62 x 10-34
J.s) dan v adalah frekuensi foton, di mana frekuensi tertentu memiliki energi tertentu.
Karena setiap spesi kimia memiliki tingkatan energi tertentu, maka transisi energinya
juga berbeda-beda (Huda, 2001).
Energi elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi di dalam
molekul. Transisi ini terdiri dari eksitasi elektron dari orbital yang ditempati ke orbital
yang berenergi tinggi. Karakteristik dari suatu serapan adalah letak dan intensitas. Letak
serapan diberikan dalam bentuk panjang gelombang radiasi yang menunjukkan berapa
energi yang dibutuhkan untuk melakukan transisi elektronik (Papilaya, dkk, 2009).
Intensitas serapan bergantung pada dua faktor, yaitu kebolehjadian interaksi antara
energi radiasi sistem elektronik dan perbedaan energi antara tingkat dasar dengan
tingkat tereksitasi. Bila kebolehjadian besar, maka akan mempunyai intensitas tinggi
dan disebut transisi yang dibolehkan dengan harga konstanta absorpsifitas molar lebih
besar dari 103 atau εmaks > 103 dan bila intensitasnya kecil maka disebut transisi
terlarang dengan harga εmaks < 103. Spektrofotometer ultraviolet akan memberikan
penyerapan yang berbentuk puncak dengan tinggi puncak sebagai fungsi gelombang
penyerapan (Papilaya, dkk, 2009).
7
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis antara lain
pembentukan molekul yang dapat meyerap sinar UV-Vis, waktu operasional untuk
mengetahui waktu pengukuran yang stabil, pemilihan panjang gelombang, pembuatan
kurva baku, serta pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan. Panjang gelombang
yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal,
yaitu panjang gelombang maksimal maka kepekaannya juga maksimal, sehingga
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar;
disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hukum Lambert-Beer juga terpenuhi; jika dilakukan pengukuran ulang, maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali ketika menggunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).
Timbangan analitik
Cawan petri
Spektrofotometri
Labu ukur 100 ml
Pipet volume
Erlenmeyer
Pipet
Botol semprot
Filler
Lumping dan alu
Spatula
Aquades
Bahan obat murni (sulfadiazin)
Sediaan obat (trisulfa)
Etanol 70 %
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Larutan Blanko
air
8
- Dipipet sebanyak 5 ml
- Dimasukkan dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 5 ml etanol
- Dikocok
Hasil Pengamatan…?
Sulfadiazin
Hasil Pengamatan…?
Trisulfa
- Digerus
- Ditimbang 0,05 gram
- Dimasukkan dalam labu takar
- Dipipet alkohol 10 ml
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda tera
Hasil Pengamatan…?
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan Asetosal
a. Larutan Standar
9
2. Grafik
a. Panjang Gelombang Maksimum
10
b. Kurva Larutan Standar
F.
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini, digunakan bahan obat murni, sulfadiazin dilarutkan dengan
menggunakan alkohol. Digunakan pelarut alkohol karena bahan-bahan obat tersebut,
11
memiliki sifat kelarutan yang sukar larut dalam air dan mudah larut dalam etanol. Setiap
bahan obat masing-masing dibuat variasi konsentrasi sebesar 0,01 %; 0,02 %; 0,03 %;
0,04 %; 0,05 % yang diukur absorbansinya pada spektrofotometer visible yang
berdasarkan pada prinsip absorpsi suatu cahaya monokromatis dari suatu emisi radiasi
oleh molekul atau unsur yang terkandung dalam senyawa yang sedang diamati.
Hasil yang ditunjukkan pada kurva larutan standar berupa garis regresi menurun
antara nilai absorbansi terhadap konsentrasi senyawa yang diamati. Hasil pengamatan
yang diperoleh terjadi penyimpangan terhadap hukum Lambert Beer tersebut, di mana
hubungan antara absorbansi senyawa terhadap absorbansinya tidak berbanding lurus,
tetapi berbanding terbalik.Faktor lain yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi
ialah ketidaktelitian dalam pengenceran larutan, maupun dalam proses pengukuran.
12
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
sulfadiazine dalam sampel trisulfa adalah 0,0414%.
13
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Abdul Rohman, M. Si., Apt. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta (Hal : 240- 241, 243-256).
Papilaya, Eva., Karma, Vony P., dan Napitupulu, Daniel., 2009, Penentuan Transisi
Elektronik Senyawa Fenol dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, Sains, Vol.9,
No.2.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Ven, Esther Schoondenmark Vande., Vree, Tom., Melchers, Willwm., Camps, Wil., dan
Galama, Joep., 1995, In Vitro Effects of Sulfadiazine and Its Metabolites Alone and in
Combination with Pyrimethamine on Toxoplasma gondii, American Society for
Microbiology, Vol.39, No.3.
14