Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KONSEP DASAR TERAPI


KOMPLOMENTER

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas

DI SUSUN
OLEH:

KELOMPOK

KELAS : A1 AMBON (pagi)


PRODI : KEPERAWATAN
SEMESTER : V (Lima)

NAMA KELOMPOK:
1. HIKMA WATI
2. HAMZAHAZ RAHAYAMTEL

PRODRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT,karena berkat dan
rahmat karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjul “Konsep dasar
terapi komplomenter”.

Dalam penyusunan makalah ini,kami banyak mendapat bimbingan dan


dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ucapkan
terima kasih pada dosen pembimbing, Dosen bidang keperawatan, Orang tua kami
dan teman-teman kami.

Kritik dan saran sangat kami harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
Aamiin.

Ambon,12 Januari 2021


DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Bab I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penulisan
1.3. Metode Penulisan
1.4. Sistimatika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar tearapi komplomenter
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Tujuan/sasaran
2.1.3 Manfaat
2.1.4 Ruang lingkup
2.1.5 Etika pemberian
2.2 Kelemahan terepi komplomenter
2.3 Kelebihan terapi kompolmenter
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Berikan contoh terapi komplomenter (masing2 kelompok wajiab
memberikan
minimal 5 contoh terapi komplomenter dgn menggunakan contoh kasus)
3.2. Proses pembuatan penyajian setiap terapi
3.3 Pegunaan setiap terapi ( sesuai terapi yg di pilih perkelompok)
BAB IV. KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul
saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal,
akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative
Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan
(Hamijoyo, 2003)

Perkembangan terapi komplementer akhirakhir ini menjadi sorotan


banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang
adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi
praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada
tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder &
Lindquis, 2002).Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan
modern (Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern
juga sangat popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh
banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah
tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke
Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk
mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di
salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang
penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di
negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan
komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65
(43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006),


Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal
sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat
tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis,
penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upayaupaya dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional. Berdasarkan data dari
Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh
penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa
rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai
diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien
yang menolak pengobatan konvensional. Terapi komplementer dapat
dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter.
Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional komplementer
bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit
Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah sakit yang
telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan
mengembangkan pengobatan komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya
adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo
Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo 3 Jakarta, RSUD
Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro
Klaten (Kemenkes, 2011) Daerah Sukoharjo terdapat banyak pengobatan
komplementer dan yang masuk sebagai sarana pelayanan pengobatan swasta.
Data yang tercatat di Dinas Kesehatan Sukoharjo dalam satu tahun terahir ada
94 pengobatan komplementer dan tradisional, diantara 12 kecamatan di
Sukoharjo ada beberapa kecamatan yang banyak terdapat pelayanan
pengobatan tradisional dan komplementer yaitu Kecamatan Grogol ada 15
pengobatan dan Kecamatan Kartasura ada 10 pengobatan. Dari hasil
wawancara pada 10 masyarakat 3 diantaranya mengatakan takut dengan
pengobatan komplementer, 5 orang memilih pengobatan komplementer dan 2
orang lainnya melakukan pengobatan komplementer dan medis. Data inilah
yang menyebabkan penulis memilih Kecamatan Grogol sebagai tempat
penelitian. Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan
pengobatan komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan
mereka takut untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah
pengalaman berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya
pengobatan modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan
komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut. 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan
rum.

Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau


alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan
batas kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan perawat yang
memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu American Holistic
Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates (NHPA)
(Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for
Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998
(Snyder & Lindquis, 2002). Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan
berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang
perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat
berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu
dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar
dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih bermanfaat.

1.2. Tujuan penlisan


1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
3. Memahami fokus terapi komplementer

1.3. Metode penulisan

Penulisan kualitatif manusia menjadi instrument dalam penulisan.Ciri


khas penulsan ini tidak dapat di pisahkan dari pengamatan berperan
serta.Maka penulis dalam menggali sejumlah data penulisan ini
menggunaka beberapa teknik pengumpulan data.
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek obyek alam yang lain.
Sutrisno hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses proses pengamatan dan ingatan
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penulisan berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang
digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi
terstruktur.

b. wawancara
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga apabila penulis
ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondenya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atsu self-report, atau setidak tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.Sutrisno hadi
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peniliti
dalam menggunakan metode interview dan juga kuisioner (angket)
adalah sebagai berikut.
1. bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu
Tentang dirinya sendiri.
2. bahwa apa yang dnyatakan oleh subyek kepada penulis
Adalah benar dan dapat dipercaya.
3. bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan
Yang diajukan penulis kepadanya adalah sama dengan apa
Yang dimaksudkan oleh penulis.
Wawancara dapat dilakukan secara terstektur maupun tidak
terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face of face)
maupun menggunakan telepon.

c. Dokumentasi
yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen
dokumen. Setelah dokumen itu di peroleh maka penulis
akanmelakukan kajian isi terhadap dokumen dokemen tersebut. Kajian
isi yang dimaksudkan disini, sebagaimana pendapat weber, adalah
metodologi penulis yang memanfaatkan seperangkat produser untuk
menarik kesimpulan sebuah buku atau dokumen.

1.4. Sistematika penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan terapi
komplementer sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
metode penulisan , sistematika penulisan laporan.
Bab II: Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar terapi komplementer,
kekurangan terapi komplementer, dan kelebihan terapi
komplementer.
Bab III: Berikan contoh terapi komplomenter, Proses pembuatan
penyajian setiap terapi, Pegunaan setiap terapi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar tearapi komplomenter


2.1.1 Defenisi
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi
komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan
alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya
pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya
yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research
Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh
praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan
terapikomplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan
ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji
klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini
sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia
sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan
termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer
pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang
memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks,
mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi
misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi
perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya
teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung
dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses
penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder
&Lindquis, 2002).

2.1.2 Tujuan/sasaran
Tujuan
1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system tubuh, terutama
system kekebalan dan pertahanan tubuh
3. Lebih berserah diri ikhlas menerima keadaan.
Sararan
1. Pasien dengan penyakit jantung
2. Pasien dengan penyakit autis dan hiperaktif
3. Pasein dengan kanker

2.1.3 Manfaat
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Mengurangi stress dan mencegah penyakit
3. Terapi suportif untuk mengontrol gejala meminimalkan efek
samping
4. Berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara
keseluruhan

2.1.4 Ruang lingkup

Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu


pengetahuan biomedik dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
adalah:

1. Intervensi Tubuh dan Fikiran (Mind and body intervension)


2. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative
Systems of Medical Practice)
3. Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods)
4. Pengetahuan farmakologi dan biologi (Pharmakologic and
Biologic Treatments)
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and
Nutrition the Prevebtion and Treatment of Desease) dan
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified
Diagnostic and Treatment Methods)

2.1.5 Etika pemberian

Etik merupakan landasan perilaku seseorang dalam


memutuskan benar atau salah dalam suatu tindakan atau perilaku.
Bioethics, Biomedical ethihcs, dan medical ethics adalah komponen
etik yang memiliki hubungan erat dalam pelayanan kesehatan serta
hubungan antara tenaga kesehataan dan pasien.

Dalam pelayanan kesehatan perawat nasional indonesi ( PPNI )


menetapkan kode etik perawat yang selanjutnya diterapkan atau
dilaksanakan oleh komisi etik pelayanan keperawatan, sehingga ini
akan mengarahkan seseorang perawat dalam menentukan keputusan
benar atau salah asuhan keperawatan maupun perilku seseorang
perawat dari segi etik. Peraturan etik untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan secara khusus ditemukan kode atik asosiasi profesi
masing-masing. Misalnya American Physical Therapy Associatiton
( APTA ), memiliki kumpulan pedoman etik bagi profesi terapi fisik
dalam dua dokumen. The Code Of Ethics menetapkan penentuan
anggota terapi fisik dan Standars of Ethical Conduct For The
Ohusical Terapist Assistant menetapkan pedoman etik tingkah laku
untuk bergabung sebagai anggota. Dokumen anggota tersebut
menggambarkan empat asasdasar dari Biomedical ethics
yaituheneficence, nonmaleficence, autonomy, dan justice.

2.2 Kelemahan terepi komplomenter

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplomenter mempunyai


manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh
juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih
murah bilah klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern
menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200 – 300 dolar
dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplomenter
(nezadbukin, 2007)

2.3 Kelebihan terapi kompolmenter

Terapi alternative menjadi suatu masalah tersendiri di kalangan dokter


yang mengani kasus onkologi. Keterlambatan penganan dapat
menyebabkan penurunan bahkan hilangnya kemungkinan tercapainya
remisi atau kesembuhan. Sebab makin dini suatu kanker ditangani, maka
makin tinggi kemungkinanya untk disembuhkan. Kanker payudara dini
mempunyai angka harapan hidup 5 tahun 90%, bahkan bila ditemukan
pada saat sangat dini (stadium 0) maka angka harapan hidup 10 tahunnya
mencapai 98%. Tapi bila dating dalam stadium lanjut maka angka harapan
hidupnya hanya 15%. Kanker leher rahim stadium dini bahkan dapat
sembuh 100%. Dengan menjalankan terapi medis, tetapi juga karena cara
terapi alternative sering masa gantungan penderita dan 4 membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Berikan contoh terapi komplomenter


5 contoh terapi komplementer :

1. Terapi air

Contoh kasus :

Tindakan non farmakologis yang dapat mencegah dan


mengatasi konstipasi adalah massage Abdomen dan
terapiminum air hangat 500 cc pada pagi hari. Dengan
melakukan massage mampu Membantu mendorong
pengeluaran feses dan menurunkan ketegangan otot abdomen.
Tujuan penelitian ini adalah Penerapan Asuhan
keperawatan pada kasus stroke. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian Studi kasus dengan menerapkan asuhan keperawatan
komprehensif pada pasien.
Hasil penelitian di dapatkan data pasien belum BAB
selama 4 hari, perut terasa penuh, ada keinginan untuk BAB
namun sulit untuk keluar, bising usus 6 kali/menit.Tujuan dari
asuhan keperawatan yaitu untuk mencegah dan mengatasi
konstipasi dari konstipasi sedang menjadi konstipasi ringan.
Diagnosa keperawatan konstipasi berhubungan dengan
penurunan gastrointestinal.
Intervensi keperawatan Manajemen konstipasi/
impikasi.Implementasi keperawatan melakukan massage
abdomen dan terapi minum air hangat 500 cc pada pagi hari.
Evaluasi setelah 5 kali pemeberian intervensi pasien dapat
BAB. Kesimpulan: Penerapan massage abdomen dan terapi
minum air hangat 500 cc dapat mencegah Dan mengatasi
konstipasi pada pasien stroke di RSUD Poso.

2. Terapi yoga
Contoh kasus :

Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2003 pada


penduduk dengan umur 18 tahun ke atas mencapai 65.048.110
jiwa. Kondisi hipertensi menyebabkan gangguan tidur pada
penderita. Kualitas tidur yang buruk sendiri akan memperburuk
kondisi pada penderita hipertensi.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh


pemberian latihan yoga terhadap kualitas tidur pasien
hipertensi di desa Purwodiningratan Surakarta.

Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif


yang menggunakan desain quasi eksperimental dengan pretest-
posttest dengan kelompok kontrol. Metode pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 52 responden yang dipilih sesuai kriteria
sampel. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok intervensi, masing-masing
terdiri dari 26 responden. Analisis data menggunakan paired t-
test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata


kualitas tidur responden sebelum dan setelah diberikan latihan
yoga mengalami perbedaan yang signifikan, yaitu 7,93±1,372
menjadi 4,12±1,912. Akan tetapi, pada kelompok kontrol tidak
mengalami perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan dari studi ini adalah Latihan yoga


memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas tidur
pasien hipertensi, sehingga latihan yoga selanjutnya dapat
dijadikan sebagai terapi non farmakologis bagi pasien yang
mengalami gangguan tidur.

3. Terapi akupuntur
Contoh kasus :
Pendahuluan: Hipertensi adalah penyakit yang disebut
sebagai the silent killer, Penyakit ini penyumbang kematian
akibat penyakit tidak menular (PTM) yang meningkat pada
tahun 2013 dari 41,7% menjadi 60% dan menyebabkan
penyakit lain contohnya adalah serangan jantung, stroke
gangguan ginjal, dan juga kebutaan, saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya
meninggal setiap tahunnya, 7 dari setiap 10 penderita tersebut
tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Salah satu
terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengobati
hipertensi adalah Akupunktur. Metode:
Metode penelitian berupa Pre-Experimental One Group
Pretest-Posttest. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1
Februari - 1 Maret 2016. Analisa data menggunakan uji
statistikPaired t-test. Pengumpulan sampel menggunakan
metode Accidental Sampling dan diperoleh 10 responden.
Hasil: Hasil uji Paired t-test data tekanan darah sistol
diastol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menunjukkan
p value =0.000, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
terapi akupunktur dalam menurunkan tekanan darah sistol dan
diastol pada pasien hipertensi. Terapi akupunktur dapat
mengharmonisasikan aliran qi dan darah sehingga akan
merelaksasikan spasme dan menurunkan tekanan darah. Selain
itu penusukan akupunktur pada titik tertentu merupakan
Diskusi: Selain itu penusukan akupunktur pada titik
tertentu merupakan rangsangan pada saraf aferen yang akan
diteruskan ke cornu posterior medulla spinalis kemudian ke
cornu intermediolateral lalu kesusunan saraf otonom yang
menimbulkan hambatan rangsangan simpatis sehingga terjadi
vasodilatasi. Jadi terapi komplementer ini bisa menjadi salah
satu alternatif bagi seseorang yang mengalami hipertensi.

4. Terapi self care


Contoh kasus :
Penyakit kronik adalah masalah kesehatan yang terjadi
selama lebih dari tiga bulan, yang mempengaruhi aktivitas
anak, dan membutuhkan hospitalisasi yang lebih sering, dan
perawatan kesehatan di rumah. Contoh dari penyakit kronik
adalah penyakit jantung, kanker, penyakit respirasi kronik,
gagal ginjal, dandiabetes. Kondisi keterbatasan aktivitas yang
terjadi pada anak dengan penyakit kronik adalah seperti sesak
saat beraktivitas atau kelemahan otot. Jika anak mengalami
gangguan aktivitas maka istirahatnya juga akan terganggu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
aplikasi self care deficit nursing theory (SCDNT) dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
kronik yang mengalami masalah pada aktivitas dan
istirahatnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
masalah keperawatan aktivitas dan istirahat seperti hambatan
mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur,
sudah teratasi. Namun ada beberapa yang belum teratasi tetapi
sudah menunjukkan adanya perbaikan dari tingkat aktivitas dan
kemandirian klien.

5. Terapi kualitatif teknik refleksi


Contoh kasus :

Peningkatan angka kejadian hipertensi di dunia pada


tahun 2000 lebih dari 25%, dan dua pertiga hipertensi ada di
negara berkembang. Penderita hipertensi di Indonesia tahun
2011 diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat. Penderita hipertensi di Klinik Sehat Hasta
Therapetika kasus gejala stroke 30%, hipertensi 30%, pegal –
pegal atau sulit bergerak 20%, dan penyakit lain – lain 20%.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
desain quasi experiment pendekatan pre-post test design with
control group dengan sampel 20 orang sebagai kelompok
perlakuan diberikan pijat refleksi dan 20 orang sebagai
kelompok kontrol dengan memberikan perlakuan massage
kaki.
Hasil tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
terapi pijat refleksi pada kelompok perlakuan dengan nilai
tekanan darah sistole p value 0.000 dan diastol p value 0.000,
nilai tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
massage kaki pada kelompok kontrol dengan nilai tekanan
darah sistole p Value 0.000 dan diastole p value 0.000,
perbedaan antara terapi pijat refleksi dan massage kaki
terhadap penurunan tekanan darah pada responden dengan nilai
tekanan darah sistole p value 0.033 dan diastol p value 0.017.
Terapi pijat refleksi sebagai salah satu terapi komplementer
mampu di aplikasikan perawat dalam menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

3.2. Proses pembuatan penyajian setiap terapi

1. Aromaterapi
Aromaterapi adalah teknik pengobatan atau perawatan
menggunakan wangi-wangian yang berasal dari minyak alami dari
tumbuh-tumbuhan, bunga atau pohon yang berbau harum dan
enak. Aromaterapi digunakan sebagai minyak pijat (massage),
inhalasi dan produk kecantikan dan parfum. Aromaterapi
bermanfaat untuk penyembuhan secara holistik, menenangkan
sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dan memberikan
kenyamanan emosional dalam mengembalikan
keseimbanganbadan.

Aromaterapi adalah bahan berbau yang dihasilkan oleh bahan alam.


Kebanyakan bahan alam yang dihasilkan senyawa yang beraroma adalah
tanaman. Karena bahan yang mengandung aroma (herbs) maka
aromaterapi digolongkan dalam terapi herbal, yaitu terapi yang
menggunakan tanaman atau bahan tanaman sebagai sarana pengobatan.
Aromaterapi digolongkan dalam terapi komplementer, yaitu terapi yang
dilakukan untuk terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2009).

Aromaterapi telah digunakan selama ribuan tahun oleh masyarakat kuno


asli Amerika, Indian, Mesir dan Cina yang bersumber dari tanaman dan
minyak esensial. Pengobatan tradisional Cina sudah menggunakan herbal
dan minyak dari tanaman dalam praktik Ayurveda (pengobatan
tradisional Hindu). Dalam mencegah pembusukan daging (mummifikasi)
dilakukan dengan bantuan beberapa minyak esensial, seperti dupa,
kemenyan, kayu manis, cedar, dan jintan saru. Selain itu, diketahui juga
bahwa Cleopatra merayu Marcus Antonius dengan bantuan parfum yang
dibuatnya sendiri dari minyak esensial.

2. Yoga
Yoga terdiri dari teknik-teknik dan latihan yang dilakukan
untuk meningkatkan kejernihan pikiran, kesempurnaan pernapasan
dan kesehatan tubuh. Manfaat Yoga bagi kesehatan disebutkan
Herbert Benson dalam Claire (2006) dapat menurunkan tekanan
darah, detak jantung, dan meningkatkan peredaran darah untuk
membuang Pengaruh teknik.

sisa-sisa makanan yang mengandung racun dari dalam


tubuh. Claire (2006) menyatakan bahwa latihan dalam posisi
Yoga (Asana) dapat membantu fungsi optimal dari organ
bagian dalam tubuh dengan membantu memijat dan
menyelaraskannya. Latihan pernapasan dapat membantu kapasitas
paru-paru serta menyelaraskan tubuh dengan pikiran. Latihan
meditasi Yoga dapat menenangkan pikiran dan menimbulkan
kejernihan batin, kedamaian pikiran, pemahaman, serta
penerimaan diri yang lebih besar.

3. Akupuntur
Secarateoritis, jarum ditempatkan untuk merangsang serabut
saraf besar, sehingga sinyals araf nyeri yang kecil menjadi
terhambat. Mathew mengatakan bahwa logika yang sama
mendasari teori mengapa menggosok siku setelah terbentur dapat
membantu mengurangi rasa sakit, sebab tubuh merangsang
penghambatan saraf sakit untuk menenangkan rasa sakit.
Kemungkinan lain adalah endorfin, hormon yang membuat
orang 'merasabaik'. Mathew mengatakan bahwa bahan kimia yang
membuat orang merasa bahagia ini dilepaskan ketika menanggapi
berbagai fenomena seperti kesusahan, cedera, larijarakjauh,
memakan cokelat, serta memiliki kemampuan layaknya morfin
bagi tubuh dan otak.

4. Self-care
Self care adalah kinerja atau praktek dari aktivitasi ndividu,
memulai dan melaksanakan atas nama mereka sendiri untuk
memelihara hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Kemampuan
individu untuk terlibat
self care dipengaruhi oleh faktorusia, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosiokultural, faktor
system perawatan kesehatan, system keluarga, pola atau gaya
hidup, lingkungan dan ketercukupan atau ketersediaan sumbe
rdaya (George, 1995). Selain itu kemampuan dalam self care juga
dipengaruhi oleh tingka tpendidikan dan lamanya sakit.

3.3 Pegunaan setiap terapi

1. Aromaterapi
Menurut Koensoemardiyah (2009), terdapat beberapa cara dalam
penggunaan aromaterapi, yaitu:

a. Ingesti 
Penggunaan aromaterapi dengan cara ingesti adalah melalui
mulut dan kemudian ke saluran pencernaan. Sasaran ke saluran
pencernaan juga dapat dilakukan melalui dubur atau liang kemaluan.
Ingesti merupakan cara aplikasi utama aromaterapi kedalam badan oleh
aromatolog dan para dokter di Perancis. Ada beberapa macam metode
ingesti diantaranya adalah per os, yaitu memasukkan aromaterapi,
tepatnya larutan aromaterapi, ke dalam badan melalui mulut.
Aromaterapi yang digunakan dalam cara ini harus dalam keadaan
terlarut. Para aromatolog biasanya menggunakan alkohol dan madu
atau minyak lemak sebagai pelarutnya.

b. Olfaksi atau inhalasi 


Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat
dan efektif untuk menanggulangi masalah gangguan emosional.
Rongga hidung mempunyai hubungan langsung dengan sistem susunan
saraf pusat yang bertanggungjawab terhadap kerja minyak esensial.
Penggunaan aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan cara melalui
bantuan botol semprot atau dihirup melalui tisu atau sarung tangan.
Cara lain yaitu dengan dihisap melalui telapak tangan dengan
meneteskan minyak 1 tetes lalu dihirup dalam keadaan terpejam. Selain
itu dapat juga dilakukan melalui penguapan, metode ini dengan cara
diteteskan dalam air panas lalu dihirup uapnya.

c. Absorbsi melalui kulit 


Penyerapan minyak esensial melalui kulit akan memengaruhi
kerja susunan saraf pusat dan sistem sirkulasi limfatik setelah minyak
esensial tersebut memasuki lapisan dermis kulit. Begitu menembus
lapisan epidermis, molekul minyak atsiri dapat dengan mudah
menyebar ke bagian tubuh. Molekul itu akan bersirkulasi ke setiap sel
dalam tubuh.
2. yoga

a. Pembaruan Energi
berbagai posisi yoga yaitu anti penuaan dan anti gravitasi.
Berbagai proses tersebut dapat mengurangi pengeriputan organ atau
otot yang ditimbulkan pleh proses penuaan dan pengaruh proses
gravitasi yang terus menerus.

b. Menjadi tetap bugar


yang merupakan cara yang baik untuk membantu poster tubuh.
Berbagai posisi yoga dapat menyehatkan berbagai organ membentuk
otot otot yang panjang dan lansing. Latihan menekuk tubuh kedepan,
kebelakan, dan berbagai posisi menyamping atau berpaling dan posisi
terbalik dapat menyeimbangkan dan melatih otot , tulang , sendi , dan
organ-organ tubuh.

c. Perbaikan sirkulas
posisi yoga akan membawa perbaikan sirkulasi darah dan
kelenjar etah bening diseluruh tubuh. Tekanan dari ruang abdomen
terdapat diagfragma yang dapat melatih oto-otot diagfragma dan
jantung. Posisi terbalik dapat meningkatkan kualitas tidur karena
posisi tersebut membantu proses relaksasi system syaraf simpatik.

3. Akupuntur

Semua praktik akupunktur melibatkan stimulasi titik – titik


tertentu pada tubuh menggunakan berbagai teknik. Jenis akupunktur
yang telah dipelajari sejauh ini dalam klinis, pengaturan penelitian
ilmiah adalah jenis yang menggunakan jarum logam tipis, padat untuk
menusuk kulit dengan ringan.

Praktisi terlatih akan dengan hati – hati memasukkan jarum ke


titik – titik tertentu di dalam tubuh yang sangat dangkal ke dalam kulit.
Biasanya sekitar 10 sampai 20 jarum tipis digunakan pasa satu waktu.
Jarumnya sendiri berukuran lebih kecil daripada jarum suntik
berukuran normal yang biasanya memberikan rasa sakit bagi
kebanyakan orang. Sehingga, akupunktur aman untuk dilakukan
4. self-care

a. Jadikan tidur sebagai bagian dari rutinitas self-care


Tidur dapat memberikan efek besar pada tubuh, baik secara
emosional maupun secara fisik. Kurang tidur (secara kuantitas maupun
kualitas) pun dapat menjadi penyebab utama beberapa masalah
kesehatan.Selain itu, stres juga bisa memberikan gangguan pada pola
tidur.Untuk membantu menjadikan tidur lebih teratur sebagai
penerapan self-care, mulailah dengan lebih memikirkan rutinitas malam
Sangat penting untuk menghindari konsumsi kafein dan gula, yang
cenderung membuat Mama sulit tidur Selanjutnya, pastikan kamar tidur
Mama bebas dari gangguan yang bisa mengurangi kualitas tidur.
Misalnya hindari ada televisi, laptop, dan juga ponsel.
b. Berolahraga setiap hari
Olahraga rutin setiap hari membantu menyehatkan tubuh secara
fisik dan mental, menjaga suasana hati serta mengurangi stres dan
kecemasan. Apabila memang sulit untuk ke gym setiap hari, lakukan
aktivitas fisik sederhana seperti banyak jalan kaki atau yoga.

c. Berani katakan ‘tidak’ pada orang lain


Pernahkah Mama berada pada situasi di mana sudah lelah, tetapi
masih melakukan hal yang diminta orang lain padahal Mama tidak
menginginkannya? Hal tersebut terpaksa dilakukan karena ada rasa
‘tidak enak’.Berani berkata tidak kepada orang lain nyatanya memang
sulit, ini karena ada rasa sungkan untuk tidak menyanggupi. Tetapi
pahamilah bahwa ketika Mama sudah stres atau terlalu banyak bekerja,
rasa sungkan dan memaksakan diri seperti ini justru bisa menyebabkan
kelelahan, kecemasan, dan mudah marah. Mungkin perlu sedikit latihan
dan proses, tetapi begitu memahami cara sopan untuk berkata ‘tidak’,
Mama akan mulai merasa lebih berdaya dan memiliki lebih banyak
waktu untuk merawat diri sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi
tradisional seperti jamu yang telahberkembang lama. Kenyataannya
klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan kesehatantidak
hanya menggunakan pengobatan Barat (obatkimia) tetapi secara
mandiri memadukan terapitersebut yang dikenal dengan terapi
komplementer.Perkembangan terapi komplementer ataualternatif
sudah luas, termasuk didalamnya orangyang terlibat dalam memberi
pengobatan karenabanyaknya profesional kesehatan dan terapis
selaindokter umum yang terlibat dalam terapikomplementer. Hal ini
dapat meningkatkanperkembangan ilmu pengetahuan
melaluipenelitian-penelitian yang dapat memfasilitasiterapi
komplementer agar menjadi lebih dapatdipertanggungjawabkan.

4.2 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut
serta berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan
sesuaidengan peran-peran yang ada. Arah perkembangankebutuhan
masyarakat dan keilmuan mendukunguntuk meningkatkan peran
perawat dalam terapikomplementer karena pada
kenyataannya,beberapa terapi keperawatan yang berkembangdiawali
dari alternatif atau tradisional terapi.Kenyataan yang ada, buku-buku
keperawatanmembahas terapi komplementer sebagai isu
praktikkeperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari
aspekpengembangan kebijakan, praktik keperawatan,pendidikan, dan
riset. Apabila isu ini berkembangdan terlaksana terutama oleh perawat
yangmempunyai pengetahuan dan kemampuan tentangterapi
komplementer, diharapkan akan dapatmeningkatkan pelayanan
kesehatan sehinggakepuasan klien dan perawat secara bersama-
samadapat meningkat (HH, TH).
DAFTAR PUSTAKA

Anggaeni, Ulfa.2018.“Pijat Akupesur Untuk Mengurangi Mual Muntah Pada Ibu


Hamil Kurang Dari 16 Minggu Di PMB Brida Kity Dinarum,S.S.T. dalam
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong (pdf).
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/962/1/ULFA%20ANGGRAENI
%20NIM.%20B1501320.pdf
Mulyani, Hesti dkk. Tumbuhan Herbal Sebagai Jamu Pengobatan Tradisional
Terhadap Penyakit Dalam Serat Prombon Janji Jawi Jilid I. Jurnal Penelitian
Humaniora. Vol.21, No.2.
https://media.neliti.com/media/publications/124817-ID-none.pdf. diakses paa
14 Januari 2021 pukul 07.35 WIT.
Aini, Faridah dan Erdin Sikap Ginung Pratidina.“Pengaruh Hipnoterapi Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Cesarea Di Rumah Sakit PKu
Muhammadiyah Kabupaten Temanggung”. Dalam Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo (pdf). file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2289-
4726-1-SM.pdf
Hudiyawati, Dian dkk.2018.Yoga sebagai intervensi gangguan tidur pada pasien
hipertensi. Jurnal komunikasi kesehatan.Vol.IX No.1. https:// 111-Article
Text-228-1-10-20200123.pdf pada 13 januari 2021 pukul 20.19 WIT.
Zunaidi, Ahmad.ddk pengaruh pijat refleksi terhadap darah pada penderita hipertensi
di klinik sehat hasta therapetika tugurejo semarang. Prosiding konferensi
nasional II PPNI jawa tengah 2014. https:// 1125-2367-1-SM.pdf diakses
pada 13 januari 2021 pukul 20.23 WIT
Hasnah dan dian fkawati, 2016. Pengaruh terapi akupuntur pada pasien hipertensi di
bali kesehatan tradisional masyarakat Makassar. Jurnal of Islamic nursing.
Vol. 1 No. 1. https:// 3505-7488-1-PB.pdf diakses pada 13 januari 2021
pukul 20.30 WIT
Ananditha, Aries Chandra. 2014. ‘’penerapan self care deficit nursing theory
(SCDNT) pada anak dengan penyakit kronik yang mengalami masalah pada
aktivitas dan istirahat di ruang non infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta’’. Dalam universitas Indonesia (pdf) https:// file (1).pdf

Anda mungkin juga menyukai