Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

SANTI WIDIYANTI RAMADANI

2008076

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2020
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan


emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan
tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti
menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu
keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau
suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Tidur merupakan
suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat,
tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan
sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi
waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan biokimiawi tubuh. Dengan kata lain, tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus
yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang
minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan
proses fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap rangsangan
dari luar.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga
dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, yang
bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih
merupakan sutu urutan siklus yang berulang, dengan ciri-ciri minimnya
aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan-
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara
umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan
atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.
Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan
mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary,
kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting.
Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan
fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam
(NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia
untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori
lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur.
Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya
kontraksi maka otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.
Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Epidemiologi

Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU


di provinsi Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur
di malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga
16 tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja
menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan usia
median timbulnya insomnia adalah 11 tahun.Penelitian Halbower dan
Marcus yang menyatakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan
pada remaja adalah insomnia

3. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat
menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
a. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan


nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan
istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat
tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan
tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa.
Infeksi limpa berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan
banyak tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat
penderitanya kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien
dengan gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak
napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak aman dan nyaman
bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga
mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis

Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran


karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito,
2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi
tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang memengaruhi
proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan
insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang dapat
meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein


yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses
terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino
hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,


sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

4. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan


mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional
(BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang
diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak
yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%

5. Klasifikasi

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua
jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam
otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua
disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang
dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak
adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri
lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah
menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM
tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak
berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut yaitu ; kewaspadaan
penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase
rendah, istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur
ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang
bervoltase rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang
delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.

Tahapan tidur jenis NREM :


 Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai
berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola
mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit.

 Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung
dan frekuensi napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme
menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
 Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi
sistem parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.
 Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang
terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul
80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah
sebagai berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism
meningkat
 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

 Cenderung hiperaktif
 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
 Nafsu makan bertambah
 Bingung dan curiga

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 1997)

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waku tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gagguan pernapasan seperti
asma, bronkitis, penyakit kardiosvaskular,dan pnyakit persarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasanya tidur dalam lingkungan tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk


tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga


mengganggu tidurnya.

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomania dan lekasa marah.

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidut antara lain:

1. Diuretik           : menyebabkan insomnia


2. Antidepresan   : menyupresi REM
3. Kafein             : meningkatkan saraf simpais
4. Beta-bloker     : menimbulkan insomnia
5. Narkotika        : menyupresi REM
6. Nutrisi

Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan yang merupakan asam amino


dari protein yang dicerna seperti keju,susu,daging dan ikan tuna dapat
mampercepat terjadinya proses.

Jenis-jenis gangguan tidur :

a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak
mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia. intermiten insomnia dan terminal
insomnia. Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur
atau memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur
karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebakan adanya rasa
khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia

Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan.


Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh
kemungkinan masalah psikologis, depresi, cemas, gangguan sususnan sistem saraf
pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
c. Parasomia

Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat menyebabkan


gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang banyak terjadi pada anak-
anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
d. Enuresis

Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur.
Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis
nocturnal merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai
gangguan tidur NREM. Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun
tidur.
e. Somnambulisme

Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat kompleks


mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, termasuk tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit kemudian kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang
tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada saat dimana serangan
tidur tersebut datang.
g. Night terrors

Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak-anak.


Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat,
dan ketakutan.
h. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara


di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat
saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu
bergetar jika dilewati udara pernapasan.

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan
tidur yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy,
1994), yaitu :

a. Disomnia
Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda dan dibagi
lagi menjadi tiga kelompok besar, diantaranya :
 Gangguan tidur intrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan
mempertahankan tidur, yaitu berbagai bentuk insomnia dan gangguan rasa
kantuk yang berlebihan seperti narkolepsi dan apnea tidur obstruktif
 Gangguan tidur ekstrinsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal, yang jika
dihilangkan menyebabkan hilangnya gangguan tidur.
 Gangguan irama sirkadian sewaktu tidur dapat terjadi karena ketidaksejajaran
antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh individu atau norma sosial.
b. Parasomnia
Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur diantaranya
gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau
dari tidur ke terbangun.
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan psikiatrik
Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan gangguan
tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi gangguan tidur yang
yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik, atau gangguan medis lainnya.

d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan


Merupakan gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi yang adekuat
mengenai keberadaan gangguan tersebut.

7. Gejala Klinis

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan


menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka

8. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata
sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit.
Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan
pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri.

10. Diagnosis

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,


gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi, nyeri pada kaki,
lingkungan yang mengganggu.
b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti nafas saat
tidur.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.

11. Penanganan

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

a. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor
ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual
dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur


Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti


ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain :

- Golongan obat hipnotik

- Golongan obat antidepresan

- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin

- Golongan obat antihistamin.

Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah
disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan
pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang
adekuat.
12. Komplikasi

a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,


irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien

Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis :

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :

3) Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama :

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan


pelayanan seperti :
- Apa yang dirasakan klien
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
- Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien

 Riwayat penyakit sekarang :

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena
tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
 Riwayat diit
 Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini perlu dikaji :
- Penurunan berat badan yang drastis
- Selera makan yang menurun
- Pola makan dan minum sehari-hari
- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
pencernaan
 Riwayat Tidur :

Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur biasa,
perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan lingkungan tidur,
penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang dialami selama
terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan, status emosional
dan mental saat ini.
 Status Sosial Ekonomi

Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan yang


mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan
pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan dan
menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi
kesalahan penafsiran.
 Riwayat kesehatan keluarga :

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya


hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.

4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon


 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola nutrisi dan metabolic
 Pola cairan dan metabolic
 Pola istirahat dan tidur
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola eliminasi
 Pola persepsi dan kognitif
 Pola reproduksi dan seksual
 Pola persepsi dan konsep diri
 Pola mekanisme koping
 Pola nilai dan kepercayaan

5) Pengkajian Fisik
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran
 Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
Pengkajian Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga,
teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

Analisa (pengelompokan data)


DS :

 Klien mengeluh nyeri


 Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu mengantuk
 Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa jam
kemudian
DO :

 Klien tampak pucat


 Klien tampak lemas
 Klien tampak bingung
 Klien sesak nafas
 Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit
 Frekuensi nadi klien >100 x/menit

6) Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan radiologic

2. Diagnosa Keperawatan

-          Gangguan pola tidur


-          Keletihan

3. Implementasi

-          Kaji pola tidur dan aktivitas pasien


-          Jelaskan pentingnya kebutuhan tidur selama sakit
-          Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
-          Fasilitasi kebiasaan pasien sebelum tidur (misalnya: membaca buku, selimut
favorit yang digunakan)
-          Monitor makanan dan minuman pasien sebelum pasien tidur
-          Berikan tindakan yang memberikan kenyamanan. Misalnya pijatan dan posisi
yang nyaman
-          Ciptakan lingkungan yang nyaman

Daftar Pustaka
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2010. Nursing Interventions


Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri: Mosby
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. P DENGAN INSOMNIA

SANTI WIDIYANTI RAMADANI

2008076

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2020

1. Biodata:
Pasien
Nama                            :     Tn. P
Usia                               :     24 Tahun
Agama                          :     Islam
Pendidikan                    :     SMA
Pekerjaan                      :     Wiraswasta
Status pernikahan         :     Menikah
Suku                              :     Jawa
Bangsa                          :     Indonesia

2. Keluhan utama :
     Pasien mengeluh susah untuk memulai tidur.

Riwayat kesehatan :
a. Riwayat penyakit sekarang :
Tn. P mengeluhkan susah untuk memulai tidur. Tn. P juga mengatakan sering
mengigau pada saat tidur. Ia juga mengatakan sering mengalami mimpi buruk, saat
bekerja sering merasa mengantuk, cepat lelah dan tidak focus dalam bekerja.
b. Riwayat penyakit dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami : Batuk, Pilek, Demam dan Diare.
a) Kecelakaan                          : tidak terkaji
b) Pernah di rawat di RS : Tn. P mengatakan pernah dirawat di Rumah
Sakit pada tahun 2012 karena kecelakaan
c) Operasi                                : Tn. P mengatakan tidak pernah dioperasi
2) Alergi              : Tn. P mengatakan tidak ada alergi.
3) Kebiasaan       : Merokok dan Kopi.

c.  Riwayat penyakit keluarga :


Tn. P mengatakan bahwa dikeluarganya sering mengalami Batuk, Pilek, Demam dan
Diare, ibunya mempunyai penyakit DM dan ayahnya mempunyai penyakit reumatik.

GENOGRAM

3. Pengkajian Kebutuhan dasar klien

a. Aktifitas dan latihan            :


Tn. P sebelum sakit bisa melakukan aktifitas seperti biasa tetapi selama sakit Tn. P
tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa diantaranya sering tidak focus saat bekerja
dan sering merasa mengantuk saat bekerja.
b. Tidur dan istirahat   :
Sebelum sakit Tn. P mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk memulai tidur
tetapi ketika Tn. P sakit ia mengatakan sulit untuk memulai tidur dan ketika Tn. P
tertidur ia mengatakan sering mengalami mimpi buruk dan mengiggau.

c. Kenyamanan dan nyeri


Tidak terkaji

d. Nutrisi
Sebelum sakit frekuensi makan klien 3 kali sehari, berat badan klien sebelum sakit 70
kg tetapi setelah sakit klien makan 1 kali sehari sehingga berat badan klien menjadi 65
kg.

e. Cairan Elektrolit dan asam basa


Sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250 cc perhari, setelah sakit frekuensi
minum pasien tidak berubah.

f. Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami insomnia, klien tidak mengalami sesak nafas.

g. Eliminasi fekal/bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB 2x sehari, feses berwarna kuning. Setelah sakit
klien mengatakan BAB dua hari sekali, feses berwarna coklat.

h. Eliminasi urin
Sebelum sakit klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hari, selama sakit klien
hanya berkemih 300cc/hari dan urin kuning.

i. Sensori, persepsi, dan kognitif


Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada sensori,
presepsi, dan kognitif.

j. Koping-toleransi stres
Saat stress biasanya Tn. P menghirup udara segar, dan tidak memikirkan hal-hal yang
dapat menimbulkan stress.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah :
S : 37,50 C
RR : 26x/menit
TB : 170 cm
N   : 50x/menit
TD : 100/70 mmHg
b. Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan, bentuk tengkorak
simetris, dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap
kebelakang, kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c. Leher
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi, dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan
gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d. Dada, paru, dan jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak nafas, frekuensi pernapasan 26x/menit,
pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada kiri dan kanan sama. Pada saat
dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e. Abdomen
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal, pada saat inspeksi tidak ada
pembengkakan, dan simetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising
usus secara normal, terdengar setiap 10x/menit.
f. Genetalia
Jenis kelamin laki – laki genetalia bersih, tidak terpasang kateter.

5. Psiko, sosio, budaya, dan spiritual


a. Psikologi
Klien mengatakan takut pingsan ababila sedang melakukan pekerjaan.
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa indonesia, nada biacara klien
sopan.
c. Budaya
Tidak terkaji
d. Spiritual
Tidak terkaji

6. Pemeriksaan penunjang
a. Terapi medis
Klien diajarkan teknik relaksasi.

ANALISIS DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : - pasien mengatakan Hambatan Gangguan pola
tidak bisa tidur, tidur lingkungan tidur
hanya 2 jam dalam
sehari
- Pasien mengatakan
kurang istirahat
- Pasien mengatakan mata
perih
Do : pasien tampak kurang
tidur, lemah, letih.
S : 37,50 C
RR : 26x/menit
TB : 170 cm
N   : 50x/menit
TD : 100/70 mmHg

2. Ds : pasien mengatakan tidak Fisiologis Keletihan.


bisa melakukan aktifitas seperti (peningkatan
biasa diantaranya sering tidak kelemahan fisik)
focus saat bekerja dan sering
merasa mengantuk saat bekerja.

Do : pasien tampak letih, lelah,


dan lemah

PERIORITAS DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan
2. Keletihan b.d Fisiologis (peningkatan kelemahan fisik)

INTERVENSI
N Dx Keperawatan No DX Tujuan Dan Kriteria Intervensi Nama/
O Hasil TTD
1. Gangguan pola D.0055 Setelah dilakukan 1.     Dukungan tidur (I. santi
tidur b.d tindakan 15074)
Hambatan keperawatan selama Observasi
3x 24 jam maka 1. identifikasi pola
lingkungan
kradekuatan kualitas aktivitas dan tidur
dan kuantitas tidur 2. identifikasi faktor
membaik dengan pengganggu tidur
criteria hasil : Tarapeutik
1. Keluhan sulit tetapkan jadwal rutin
tidur membaik tidur
2. Keluhan sering Edukasi
terjaga membaik 1. jelaskan
3. Keluhan tidak pentinngnya tidur
puas tidur tidak cukup selama sakit
ada lagi 2. ajurkan menepati
4. Keluhan pola kebiasaan tidur
tidur teratasi 3. anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
4. ajarkan relaksasi
otot autogenik

n
2. Keletihan b.d D.0057 Setelah dilakukan Edukasi santi
Fisiologis tindakan aktivitas/istirahat
(peningkatan keperawatan selama (I.12362)
3x 24 jam maka O
kelemahan fisik)
keletihan teratasi 1. Identifikasi
dengan kriteria kesiapan dan
hasil : kemampuan
1. Menjelaskan menerima
penggunaan informasi
energi untuk T
mengatasi 1. Jadwalkan
kelelahan, pemberian
kecemasan pendidikan
menurun kesehatan sesuai
2. Glukosa darah kesepakatan
adekuat 2. berikan
3. Kualitas hidup kesempatan pada
meningkat pasien dan
4. Istirahat cukup keluarga untk
bertanaya
E
1. jelaskan
pentingnya
melakukan
aktifitas
fisik/olahraga
secara rutin
2. anjurkan
menyusun jadwal
aktifitas dan
istirahat
3. ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan
istirahat

IMPLEMENTASI
No
Hari/Tanggal Implementasi Respon Paraf
DX

Rabu 23 1 1. Mengidentifikasi pola S : pasien Santi


Desember aktivitas dan tidur mengatakan pola
aktivitas dan
2020 tidurnya sudah baik
09.00 O : pasien tampak
segar

2. mengidentifikasi faktor S : pasien


09.10 pengganggu tidur mengatakan faktor
penggangu tidur
karena kebanyakan
minum kopi dan
merokok
O : Pasien tampak
sudah mengetahui
faktor
pengganggunya

09.15 3. menetapkan jadwal rutin S : pasien


tidur mengatakan sudah
membuat jadwal
rutin tidur
O : jadwal rutin tidur
pasien malam tidur
pukul 22.00 dan
bangun jam 05.00

09.20 4. menjelaskan pentinngnya S : pasien


tidur cukup selama sakit mengatakan
memahani
pentingnya tidur
cukup
O : Pasien tampak
kooperatif

09.25 5. menganjurkan menepati S : pasien mengatakn


kebiasaan tidur sudah menepati
kebiasaan tidur
O : pasien tampak
sudah segar

S : Pasien
09.30 6. menganjurkan
mengatakan masih
menghindari
makanan/minuman yang belum bisa
mengganggu tidur menghindari
makanan yang
mengganggu tidur
O : pasien tampak
masih minum kopi
dan merokok

09.35 7. mengajarkan relaksasi otot


S : Pasien
autogenik
mengatakan masih
belum bisa relax
dengan relaksasi otot
autogenic
O : Pasien tampak
kurang relax

Kamis, 24 2 1. Mengidentifikasi kesiapan S : Pasien santi


Desember dan kemampuan mengatakan sudah
2020 menerima informasi siap dan mampu
menerima informasi
09.00 O : Pasien tampak
kooperatif

2. Menjadwalkan pemberian S : Pasien


09.15 pendidikan kesehatan mengatakan sudah
sesuai kesepakatan
siap dan
menjadwalkan
penkes
O : Penkes dilakukan
hari kamis 24
desember

09.20 3. Memberikan kesempatan S : Pasien


pada pasien dan keluarga mengatakan
untk bertanaya bagaimana cara pola
tidur yang baik
O : Pasien tampak
kooperatif

4. Menjelaskan pentingnya S : pasien mengerti


09.25 melakukan aktifitas pentingnya aktifitas
fisik/olahraga secara rutin
fisik olaharaga
secara rutin
O : pasien tampak
kooperatif

09.30 5. Menganjurkan menyusun S : pasien


jadwal aktifitas dan mengatakan sudah
istirahat menyusun jadwal
aktifitas dan istirahat
O : Jadwal aktifitas
olaharaga pasien jam
06.00-07.30, jadwal
istirahat pasien pukul
12.00-13.00 dan
pukul 17.00 – 21.00

Jumat, 25 1 1. menganjurkan S : Pasien santi


desember menghindari mengatakan sudah
2020 makanan/minuman yang bisa menghindari
mengganggu tidur
makanan/minuman
09.00 pengganggu tidur
O : Pasien tampak
sudah bisa
menghindari kopi
dan mengurangi
rokok

09.15 2. mengajarkan relaksasi otot S : Pasien tampak


autogenik
sudah bisa relax
dengan relaksasi otot
autogenic
O : pasien tampak
kooperatif

EVALUASI KEPERAWATAN
No Evaluasi
Hari/Tanggal D Paraf
X

Rabu, 23 1 S: Santi
Desember
- Pasien mengatakan pola aktivitas dan tidurnya
2020 sudah baik.
- pasien mengatakan faktor penggangu tidur
08.35 Wib karena kebanyakan minum kopi dan merokok
- pasien mengatakan sudah membuat jadwal
rutin tidur
- pasien mengatakan sudah memahani
pentingnya tidur

O:

- pasien kooperatif
- jadwal rutin tidur pasien malam tidur pukul
22.00 dan bangun jam 05.00

A:

Masalah gangguan pola tidur teratasi

P:

Pertahankan intervensi.

Kamis, 24 2 S:
Desember
2020 - Pasien mengatakan bagaimana cara pola tidur Santi
yang baik
10.00 wib - pasien mengerti pentingnya aktifitas fisik
olaharaga secara rutin
- pasien mengatakan sudah menyusun jadwal
aktifitas dan istirahat

O:

- Pasien tampak kooperatif


- Jadwal aktifitas olaharaga pasien jam 06.00-
07.30, jadwal istirahat pasien pukul 12.00-
13.00 dan pukul 17.00 – 21.00
A:

Masalah keletihan teratasi

P:
Pertahankan intervensi.

Jumat, 25 1 S: Santi
desember
2020 - Pasien mengatakan sudah bisa menghindari
makanan/minuman pengganggu tidur
- Pasien tampak sudah bisa relax dengan
relaksasi otot autogenic
09.00 wib
O : pasien tampak relax dan segar, pasien
kooperatif

A:

Masalah gangguan pola tidur teratasi

P:

Pertahankan intervensi.

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015


HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA REMAJA
DI SMA NEGERI 9 MANADO

Wydia Khristianty
Putriny Syamsoedin
Hendro Bidjuni
Ferdinand Wowiling

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
wydiasyamsoedin@gmail.com

Abstract : Social media is a group of application based on internet that developed on basic
ideology and technology Web 2.0 and possibility to create and exchange “user-generated
content”. Insomnia is a disturbance of quality and quantity of sleep and function obstructed.
The purpose of this research is to knowing the correlation between social media duration
usege and incident of insomnia on Adolescence in 9 Senior High School Manado. This
research based on analytic survey with cross sectional methode. The sample in this research
was taken with purposive sampling technique with 62 samples. The instrument of this
research are interview paper, questionnaire and obesrvation paper. The Result of this
research using analysis statistic of Pearson Chy-Square Test with a significant level α = 0,05
or 95%. The result of statistic test have gained p value = 0,000 < α = 0,05. The conclusion of
this research, there is a correlation between social media duration usege and incident of
insomnia on Adolescence in 9 Senior High School Manado. The Suggestion is to reduce used
duration of social media and be able to manage sleeping time. Keyword : Social Media,
Duration Usege, Adolescence, Incident of Insomnia.

Abstrak : Media Sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun
di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran “user-generated content”. Insomnia adalah gangguan pada kualitas dan kuantitas
tidur yang menghambat fungsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
durasi penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negeri 9
Manado. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional, Sampel
diambil dengan teknik pengambilan Purposive Sampling yaitu sebanyak 62 sampel.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, kuesioner, dan
lembar observasi. Hasil penelitian menggunakan analisis uji statistik Pearson Chi Square
dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 <
α = 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan durasi penggunaan media sosial
dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negeri 9 Manado. Saran mengurangi waktu
penggunaan media sosial dan mampu untuk memenejemen waktu tidur .

Kata Kunci : Media sosial, Durasi Penggunaan, Remaja, Kejadian Insomnia

PENDAHULUAN Di era perkembangan ilmu pengetahuan,


teknologi dan informasi yang semakin of
pesat pada saat ini, masyarakat tidak Commerce and Industry of India (ASSOCHAM)
dapat di pisahkan dari penggunaan tahun 2012, dalam penelitian yang dilakukan
internet. Seiring sejalan dengan pada 2000 remaja di India dengan rentang usia
perkembangan internet, 12-
perkembangan media sosial pun 20 tahun terbukti bahwa mayoritas responden
merambat luas di masyarakat. menyatakan bahwa kecanduan penggunaan
Perkembangan internet dan media media sosial telah membuat mereka mengalami
sosial yang begitu pesat ini, membawa insomnia, depresi, dan hubungan personal yang
dampak yang cukup signifikan bagi buruk dengan rekan-rekan mereka di dunia
seluruh masyarakat diseluruh belahan nyata. (Firman & Ngasis, 2012).
dunia, tidak terkecuali para remaja. Di Indonesia sendiri berdasarkan studi
Menurut Maentiningsih (2008) yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi
Remaja memiliki kebutuhan- dan Informatika yang bekerjasama dengan
kebutuhan diantaranya adalah United Nations International Children's
kebutuhan akan kasih sayang atau Emergency Fundation (UNICEF) pada tahun
secure attachment dan kebutuhan 2014 yang berjudul "Digital Citizenship Safety
berprestasi. Dimensi karakteristik among Children and Adolescents in Indonesia"
secure attachment dapat berupa sikap (Keamanan Penggunaan Media Digital pada
hangat dalam berhubungan dengan Anak dan Remaja di Indonesia), hasil survei
orang lain, tidak akan menjauhi orang menemukan fakta, bahwa : Studi ini menemukan
lain, sangat dekat dengan orang yang bahwa 98% dari remaja yang disurvei tahu
disayangi, lebih empati, sangat tentang internet dan bahwa 79,5% diantaranya
percaya pada orang yang disayangi, adalah pengguna internet, Pencarian informasi
dan lebih nyaman bersama dengan yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas
orang yang disayangi. Tidak heran sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan
jika banyak remaja yang aktif di konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.
berbagai media sosial yang sebagian (Gatot S., 2014).
besar bertujuan untuk tetap bisa Studi selanjutnya yang
menjalin komunikasi dan keakraban membuktikan bahwa kejadian insomnia sangat
dengan orang-orang disekitarnya. erat kaitannya dengan penggunaan sosial media
Berdasarkan sebuah studi yang dan fasilitias didalamnya adalah studi yang
dilakukan oleh kelompok advokasi dilakukan oleh Yasar (2012) yang berjudul
Common Sense Media Amerika “Hubungan antara frekuensi penggunaan fasilitas
terhadap lebih dari 1.000 remaja jejaring sosial dengan kejadian insomnia pada
berusia antara 13 sampai 17 tahun. mahasiswa S1 keperawatan semester IV di
Dua-pertiga responden dari survei STIKES Muhammadiyah, Banjarmasin
tersebut mengaku mereka berkirim Kalimantan selatan” ; sebagian besar responden
pesan setiap hari dimana setengahnya yang pernah menggunakan jejaring sosial
mengatakan mereka mengunjungi (96,25%), sebagian besar responden mengalami
situs jejaring sosial setiap hari. insomnia (86,25%), dapat di simpulkan bahwa
Seperempat dari remaja menggunakan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi
setidaknya dua jenis media sosial pengguna fasilitas jejaring sosial dengan
dalam sehari. Melalui survei tersebut kejadian insomnia pada mahasiswa.
Common Sense Media Amerika juga
menemukan bahwa responden remaja
merasa media sosial sebagai fasilitas Untuk wilayah Sulawesi Utara sendiri,
yang bermanfaat bagi mereka. berdasarkan hasil survei antar- provinsi yang
(Hanjani, 2013). Adapun studi yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
dilakukan oleh Associated Chamber Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa
kalangan industri di Sulawesi Utara, dikarenakan bergadang untuk
secara keseluruhan mengetahui menjelajahi internet di berbagai media sosial
tentang internet, yang sebagian besar hingga larut malam dengan persentase 33,3%, 7
pengguna internet merupakan anak orang dengan alasan terjebak kemacetan lalu-
muda dengan usia rata- rata 12-29 lintas dengan persentase 23,3%, 6 orang dengan
tahun. (Asosiasi Penyelenggara Jasa alasan urusan keluarga dengan persentase 20%,
Internet Indonesia, 2012 ). Dari dan 7 orang dengan alasan jarak tempuh yang
pemaparan survei dan penelitian yang jauh dari rumah ke sekolah dengan persentase
telah dilakukan, jelaslah bahwa media 23,3%. Dari data diatas yang menempati urutan
sosial telah memegang peranan pertama alasan keterlambatan dari 30 siswa yaitu
penting dalam kehidupan, tidak alasan terlambat bangun pagi dikarenakan
terkecuali dalam kehidupan remaja bergadang untuk menjelajahi internet di berbagai
masa kini. media sosial hingga larut malam. Berdasarkan
Berdasarkan data awal yang fenomena-fenomena dan berbagai penelitian
diperoleh di SMA Negeri 9 Manado terkait yang telah di paparkan diatas, penulis
pada siswa kelas XI Matematika dan memandang penting untuk melakukan penelitian
Ilmu Alam (MIA) yang terdiri dari lebih dalam mengenai hubungan durasi
kelas XI MIA 5 hingga XI MIA 8 di penggunaan sosial media dan kejadian insomnia
temukan bahwa penggunaan media pada remaja di SMA Negeri 9 Manado.
sosial di kalangan remaja yang
menjadi siswa di SMA Negeri 9 METODE PENELITIAN
Manado cukup menarik perhatian. Penelitian ini menggunakan desain
Pengambilan data awal dilakukan
penelitian survei analitik dengan pendekatan
pada 10 orang siswa dari jumlah
keseluruhan kelas XI MIA sebanyak Cross Sectional Study. Penelitian dilakukukan di
160 orang siswa. Fakta di lapangan SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 28-29
membuktikan, setiap satu orang siswa November 2014. Populasi dalam penelitian ini
minimal mempunyai lebih dari dua adalah siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 9
aplikasi media sosial di berbagai Manado, yang berjumlah 160 siswa. Sampel
gadget yang dimiliki, mereka dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
mengaku dapat menghabiskan waktu sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjam-jam dan seringkali
adalah 62 siswa. Sampel yang diambil dalam
menggunakan fasilitas media sosial
hingga larut malam. Kebiasaan penelitian ini adalah responden memiliki akun
menggunakan media sosial dapat baik milik pribadi maupun kelompok di berbagai
memicu berbagai masalah, salah media sosial dan responden yang memberikan
satunya masalah pemenuhan persetujuan dalam lembar perestujuan dan
kebutuhan istirahat dan tidur yang bersedia mengikuti proses penelitian.
memiliki berbagai dampak antara lain
keterlambatan datang ke sekolah. Penelitian ini menggunakan insrumen
Dari hasil wawancara dengan berupa lembar wawancara durasi penggunaan
pihak sekolah dalam hal ini Guru sosial media yang dirancang untuk mengukur
Bimbingan Konseling (BK) yang di lamanya responden menggunakan media sosial
perkuat dengan pengamatan secara yaitu : ≥ 7 Jam: Sangat lama, 5-6 Jam : Lama, 3-4
langsung di tempat penelitian Jam : Sedang, 1-2 Jam : Singkat, dan < 1 jam :
diperoleh jumlah data keterlambatan Sangat Singkat. Kemudian, untuk mengukur
siswa setiap harinya sebanyak 30 kejadian insomnia digunakan kuesioner
siswa. Dari 30 siswa yang terlambat, Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta-
10 siswa terlambat dengan alasan Insomnia Rating Scale, Suparyanto tahun 2009,
terlambat bangun pagi yang telah di modifikasi. Kuesioner ini terdiri
dari 11 pertantanyaan setiap maka peneliti berhak untuk melanjutkan
pertanyaan memiliki bobot jawaban penelitian. Setelah surat izin untuk melakukan
yang menggunakan skala Likert. penelitian di tetapkan, selanjutnya peneliti dapat
Bobot jawaban tersebut adalah melakukan pengambilan data-data yang
sebagai berikut : Bobot Jawaban : 1 = diperlukan untuk proses penelitian di tempat
tidak pernah , 2 = kadang-kadang , 3 = penelitian. Setelah data-data diperoleh,
sering, 4 = selalu. Dari bobot jawaban selanjutnya peneliti harus melakukan analisa data.
ini akan didapatkan interpretasi hasil Setelah proses analisa data selesai akan diperoleh
dari 11 pertanyaan tersebut. hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan.
Interpretasi hasil yang akan diperoleh Setelah diperoleh hasil penelitian maka peneliti
adalah sebagai berikut : Skor 1: 11-19 harus menyusun kesimpulan dan saran dari
= tidak ada keluhan insomnia, Skor 2: penelitian yang dilakukan. Setelah melewati tahap
20-27 = insomnia ringan, Skor 3: 28- akhir ini, maka penelitian dapat dinyatakan
36 = insomnia berat, Skor 4: 37-44 = selesai.
insomnia sangat berat. Cara pengisian Pengolahan data yang diperoleh dari
kuesioner dilakukan dengan cara hasil penelitian ini diolah secara manual dengan
memberi tanda centang (√) pada mengelompokkan hasil dari lembar wawancara
kolom yang telah disediakan. Selain
dan lembar kuesioner yang dibagikan dan
kuesioner digunakan pula lembar
obeservasi untuk mengobservasi tanda selanjutnya dilakukan analisis menggunakan
dan gejala insomnia yang terjadi pada program pengolah statistik. Setelah itu diolah
responden. menggunakan sistem komputerisasi, tahapan-
Prosedur pengumpulan data tahapan tersebut yaitu editing, coding dan entering.
dalam penelitian ini yaitu, setelah
mendapatkan surat rekomendasi Analisa data dalam penelitian ini yaitu
pengambilan data awal ke tempat analisa univariat yang bertujuan untuk
penelitian, selanjutnya peneliti mendeskripsikan atau mendapatkan gambaran
mengidentifikasi fakta yang ada di setiap variabel yang akan diukur dan disajikan.
SMA Negeri 9 Manado melalui studi Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan
kasus di lapangan untuk mendapatkan terhadap dua variabel yang diduga atau berkorelasi.
data tentang masalah yang terjadi di Dilakukan uji Pearson chi-square dengan derajat
tempat penelitian. Setelah
kemaknaan 95% (α 0,05).
mendapatkan fenomena awal yang
menjadi masalah di tempat penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti
kemudian peneliti mengidentifikasi memperhatikan masalah-masalah etika penelitian
masalah sebagai dasar penelitian,
yang meliputi : Menghormati harkat dan martabat
kemudian setelah didapatkan masalah
sebagai dasar penelitian, peneliti manusia (respect for human dignity), menghormati
menetukan judul penelitian dan privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect
lingkup penelitian berdasarkan data- for privacy and confidentiality), keadilan dan
data yang di peroleh dari studi kasus inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and
di lapangan. Selanjutnya peneliti inclusiveness), memperhitungkan manfaat dan
menyusun proposal penelitian, kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
menentukan populasi penelitian, dan benefits).
subjek penelitian (sampel) memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah usulan proposal
penelitian mendapat persetujuan A. HASIL
untuk dilanjutkan menjadi sebuah 1. Analisis Univariat
penelitian,
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Menurut Twitter 20 32,25
Umur pada Remaja di SMA Negeri 9 Path 5 8,07
Manado Instagram 4 6,45
Line 6 9,67
Umur n % Game Online 5 8,07
15 Tahun 30 48,4 Blackberry Massanger 15 24,20
16 Tahun 32 51,6 Total 62 100
Sumber : Data primer, 2014.
Total 62 100
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Kejadian
Sumber : Data primer, 2014.
Insomnia Pada Remaja di SMA Negeri
9 Manado
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi menurut
Jenis Kelamin pada Remaja di SMA Kategori n %
Negeri 9 Manado Ringan 44 71,0
Jenis Kelamin n % Berat 18 29,0
Laki – laki 28 45,2 Total 62 100
Perempuan 34 54,8 Sumber : Data primer, 2014.

Total 62 100
Sumber : Data primer, 2014.
1. Analisis Bivariat
Tabel 6 : Hubungan Durasi Penggunaan
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Menurut Media Sosial Dengan Kejadian Insomnia
Durasi Penggunaan Media Sosial Pada Pada Remaja Di
Remaja Di SMA Negeri 9 Manado SMA Negeri 9 Manado

Durasi Penggunaan n % Kejadian


Insomnia
Singkat (1-2 Jam) 12 19,4 Durasi Total P
Ringan Berat
Sedang (3-4 Jam) 31 50,0 Penggunaan value
n % n % n %
Lama (5-6 Jam) 19 30,6 Singkat 12 100 0 0 12 100 0,000
Total 62 100 (1-2 jam)

Sumber : Data primer, 2014. Sedang 31 100 0 0 31 100


(3-4jam)

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Media Lama 1 5,3 18 94,7 19 100


Sosial yang digunakan Pada Remaja di (5-6 jam
Total 44 71,0 18 29,0 62 100
SMA Negeri 9 Manado
Sumber : Data primer, 2014.

Media Sosial n %
Facebook 7 11,29 B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri
9 Manado pada 62 siswa yang menjadi
responden. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 28-29 November 2014 yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan
durasi penggunaan media sosial dengan
kejadian insomnia pada remaja di dikategorikan pada tahap remaja akhir (Late
SMA Negeri 9 Manado. Dari 62 Adolescence). Pada tahap ini remaja
sampel yang diteliti di peroleh memasuki masa konsolidasi menuju periode
data jumlah terbanyak responden dewasa dan ditandai dengan pencapaian
yang menggunakan media sosial minat yang makin mantap terhadap fungsi-
dan mengalami insomnia adalah fungsi intelektual, egonya mencari
siswa yang berumur 16 tahun. kesempatan untuk bersatu dengan orang
Remaja pada umur 16 tahun lain dalam pengalaman-
pengalaman baru, dan egosentrisme Online menemukan bahwa perempuan
(terlalu memusatkan perhatian pada diri lebih tertarik untuk berinteraksi melalui
sendiri) diganti dengan keseimbangan media sosial dibanding pria
antara kepentingan diri sendiri dengan (Telekomunitas, 2013). Menurut peneliti,
orang lain (Sarwono, 2012). Hal ini remaja perempuan lebih cenderung
sejalan dengan Survei nasional yang menggemari interaksi melalui media
digelar Pew Internet & American Life sosial dikarenakan remaja perempuan
Project pada 17 juta remaja berumur 12 lebih memiliki keinginan untuk
sampai dengan 17 tahun di Amerika berbagi/bercerita dengan orang lain, hal
menyatakan bahwa 94% remaja Amerika ini yang menyebabkan remaja
melakukan aktivitas online di media perempuan lebih dominan
sosial untuk mencari sumber atau bahan menggunakan media sosial di bandingkan
untuk menyelesaikan penelitian sekolah dengan remaja laki-laki. Remaja
(Qomariyah, 2009). Menurut peneliti, perempuan cenderung memiliki tingkat
karakteristik remaja pada umur tersebut keakraban yang dalam dengan orang-
mendorong mereka untuk saling orang sekitarnya.
bersosialisasi dan menjalin hubungan Hasil penelitian pada 62
pertemanan dengan orang lain, untuk responden menunjukkan durasi
memenuhi kebutuhan bersosialisasi pada penggunaan media sosial tertinggi yaitu
masa kini remaja dimudahkan dengan pada jangka waktu sedang (3-4 jam) yang
adanya perkembangan teknologi di berjumlah 31 siswa (50,0%). Namun,
bidang telekomukasi yang dapat dalam observasi untuk menentukan durasi
dimanfaatkan oleh remaja yaitu media penggunaan media sosial,
sosial. Dengan memanfaatkan media penulis mengalami kesulitan untuk
sosial remaja dapat menemukan teman mengawasi secara lansungpenggunaan
baru, saling berbagi pengalaman, bahkan media sosial pada responden sehingga
mengeksplorasi hal- hal baru yang belum mengakibatkan penuliharus
diketahui dengan cara chatting, berkomunikasi secara langsung untuk
browsing, downloading dan sharring di memperoleh keterangan dari responden
media sosial melalui akun-akun yang menganai gangguan waktu tidur yang
mereka miliki. Selain itu remaja pada disebabkan oleh penggunaan media
umur tersebut sering di hadapkan dengan sosial. Dari hasil penelitian Sari Febrina
tugas-tugas sekolah, dan untuk (2009) didapatkan bahwa
mempermudah dalam tugas tersebut rata-rata remaja mengakses media
banyak remaja yang memanfaatkan sosial selama 3 sampai 4 jam sehari.
media sosial sebagai sarana penunjang Fasilitas yang sering digunakan adalah
intelektual. chatting, browsing dan
Dari keseluruhan responden yaitu 62 downloading. Menurut peneliti penyebab
responden yang diteliti, jumlah terbanyak lebih dominannya durasi penggunaan
pengguna media sosial adalah remaja media sosial dalam jangka waktu sedang
perempuan dengan total 34 siswa pada remaja dikarenakan remaja harus
(54,8%). Hasil penelitian Finances
menyesuaikan waktu mereka antara insomnia ringan terbagi atas tiga durasi
durasi penggunaan media sosial dengan penggunaan yaitu singkat, sedang, dan
aktivitas belajar di sekolah, lama. Berdasarkan hasil lembar observasi
keinginan untuk bersosialisasi pada durasi penggunaan singkat terdapat
dan mengenal sesama, 12 responden dengan persentase 19,35%
maupun mengerjakan tugas-tugas mengalami tanda dan gejala wajah
sekolah. kelihatan kusam, durasi penggunaan
Hasil penelitian pada 62 sedang terdapat 31 responden dengan
responden menunjukkan penggunaan persentase 50,00% mengalami tanda dan
jenis media sosial tertinggi adalah twitter gejala wajah kelihatan kusam, terdapat
dengan jumlah pengguna sebanyak 20 bayangan gelap dibawah mata, dan
siswa (32,25%). Dalam marketing 3.0 kurang berkonsentrasi dan pada durasi
dituliskan bahwa sejak April 2008 hingga penggunaan lama terdapat 1 responden
April 2009 jumlah pengguna twitter dengan persentase 1,62% mengalami
tumbuh sebesar 1,298% (Dosi, 2013). tanda dan gejala wajah kelihatan
Menurut peneliti sendiri twitter sebagai kusam,terdapat bayangan gelap dibawah
salah satu sarana media sosial yang mata,dan kurang berkonsentrasi.
paling populer dewasa ini memiliki peran Kemudian responden yang mengalami
dan manfaat bagi masyarakat umum tak insomnia berat semuanya memiliki
terkecuali bagi remaja yang duduk di durasi penggunaan lama dengan jumlah
bangku sekolah. Bagi remaja twitter responden 18 dengan persentase 29,03%
dapat menjadi sarana bersosialisasi dalam mengalami tanda dan gejala wajah
kepentingan di bidang akademik maupun kelihatan kusam, mata merah, terdapat
non akademik, sebagai sarana penunjang bayangan gelap dibawah mata, mudah
kegiatan belajar dan mengantuk, kurang berkonsentrasi.
pengembangan intelektual, dan juga Berdasarkan penelitian dari Case
dimanfaatkan oleh remaja sebagai sarana Western Reserve School of Medicine,
hiburan. Cleveland (2008) yang melibatkan 238
Penelitian yang dilakukan pada remaja dengan
62 responden menunjukkan jumlah rentang umur 13-16 tahun didapatkan
responden yang mengalami insomnia bahwa salah satu faktor penyebab
ringan berjumlah 44 siswa (71,0%), insomnia pada remaja adalah akses media
sedangkan yang mengalami insomnia sosial di internet melalui telepon seluler
berat berjumlah 18 siswa (29,0%). dan komputer yang dapat mempengaruhi
Menurut peneliti remaja kualitas tidur pada remaja. Menurut
mengalami insomnia ringan karena peneliti remaja mengalami insomnia
mengerjakan tugas rumah di malam hari, ringan karena mengerjakan tugas rumah
chatting dengan teman di media sosial di malam hari, chatting dengan teman di
pada malam hari, browsing dan media sosial pada malam hari, browsing
downloading hal-hal yang berkaitan dan downloading hal-hal yang berkaitan
dengan hobi dan kesenangan, serta dengan hobi dan kesenangan, serta
aktivitas bermain game online pada aktivitas bermain game online pada
malam hari. malam hari.
Penelitian yang dilakukan pada Dalam penelitian ini ditemukan
62 responden menunjukkan jumlah adanya hubungan antara durasi
responden yang mengalami insomnia penggunaan media sosial dengan kejadian
ringan berjumlah 44 siswa (71,0%), insomnia pada remaja , dapat dilihat
sedangkan yang mengalami insomnia melalui Uji Pearson Chi-Square dengan
berat berjumlah 18 siswa (29,0%). tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05), hasil
Dimana responden yang mengalami analisa menunjukkan yaitu nilai p =
0,000, maka nilai p < α (tabel 6). Dari segi fisik maupun psikologis remaja,
total 62 responden 31 responden seperti mudah mengantuk disiang hari,
menggunakan media sosial dalam jangka hal ini, sejalan dengan teori mengenai
waktu sedang, dan 12 responden dampak dari terjadinya insomnia, yaitu
menggunakan media sosial dalam jangka mengantuk di siang hari/kelelahan.
waktu singkat, dan 1 responden Selain itu, insomnia juga dapat
menggunakan media sosial dalam jangka menyebabkan ketidakteraturan
waktu lama dengan total 44 responden menejemen waktu,
diatas mengalami insomnia ringan, gangguan konsentrasi, danpenurunan
namun memiliki tanda dan gejala yang kualitas hidup. Menurut penelitian
berbeda yang diketahui berdasarkan yang dilakukan oleh Rizqiea dan Hartati
lembar observasi. Dari data didapatkan (2012), dampak negatif insomnia yaitu
bahwa durasi penggunaan media sosial penurunan aktivitas, gangguankesehatan
dapat mempengaruhi tingkat kejadian dan penurunan dan perubahan
insomnia, yaitu semakin tinggi durasi semangat (mood). Menurut peneliti,
penggunaan media sosial semakin tinggi insomnia yang terjadi pada
tingkat kejadian insomnia pada remaja. kalangan remaja akan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang berdampak bagi kesehatan fisik
dilakukan oleh MIT Sloan School of dan psikologis, dari segi kesehatan fisik
Management hasil dari penelitian tersebut gangguan kesehatan khususnya pada
menunjukkan bahwa semakin tinggi kesehatan kulit yang dapat memicu
waktu penggunaan media sosial melalui terjadinya penuaan dini. Secara
komputer, laptop, tablet, dan ponsel psikologi insomnia dapat berdampak
seluler cenderung semakin mengganggu pada perubahan emosi (mood).
pengaturan hormon alami manusia untuk Khususnya yang masih dalam tahap
tidur yang disebut hormon melatonin pendidikan, insomnia pada remaja dapat
sehingga dapat menyebabkan semakin berdampak dari segi kesehatan fisik,
tingginya kejadian insomnia. (Kompas seperti mudah mengantuk disiang hari
Kesehatan, 2010). Menurut peneliti, yang dapat mengakibatkan
fenomena insomnia yang terjadi pada terganggunya aktivitas belajar di kelas,
remaja di SMA Negeri 9 Manado yang selain itu insomnia juga dapat
dikarenakan penggunaan media mengakibatkan menurunnya konsentrasi
sosial tidak lepas dari sarana- belajar yang dapat berdampak pada
sarana penunjang aktivitas tersebut menurunnya prestasi akademik remaja
seperti komputer, laptop, tablet, dan di sekolah. Dari segi kesehatan
telepon seluler atau yang lebih populer psikologis, insomnia pada remaja dapat
di kalangan remaja dengan sebutan menyebabkan menurunya semangat
gadget, dimana gadget tersebut dalam melaksanakan
merupakan alat yang dapat memaparkan aktivitas sehari-hari sehingga dapat
cahaya yang apabila semakin lama berpengaruh pada menurunnya kualitas
penggunaan media sosial melalui gadget hidup remaja. Ketidakmampuan remaja
tersebut maka akan semakin dalam menejemen waktu penggunaan
mengganggu pengaturan media sosial dengan baik dan benar
dari hormon melatonin ketika berada sekolah maupun di rumah,
sehingga dapat akan berdampak pada ketidakaturan pola
menyebabkan insomnia bagi istirahat dan tidur pada remaja sehingga
penggunanya. Menurut Bonnet dan dapat memicu terjadinya insomnia. Hal
Arand dalam Rizqiea dan Hartati ini dikarenakan tidak terpenuhinya pola
(2012) Insomnia memiliki tidur ideal bagi remaja yaitu 8-10 jam
dampak negatif bagi kesehatan baik dari semalam, sehingga semakin rendahnya
waktu bagi remaja untuk memenuhi 19:30 WITA.
kebutuhan istirahat dan tidur, akan Atkinson,R. (2012). Pengantar Psikologi
menyebabkan remaja mengalami Jilid : I (Widjaja Kusuma,
insomnia sehingga membuat semakin Penerjemah). Tangerang Selatan :
tingginya dampak negatif yang Interaksara.
diakibatkan oleh insomnia tersebut. Case Western Reserve School of
Medicine. (2008). Poor Teen Sleep
KESIMPULAN
Habits may raise Blood Pressure.
Dari hasil penelitian yang akan
dilaksanakan di SMA Negeri 9 Manado (http://blog.cleveland.com/health/200
pada bulan 28-29 November 2014 maka 8/ 08/heart.pdf). Diakses pada tanggal
dapat disimpulkan bahwa : Durasi 30 Desember 2014, Jam 21:00 WITA.
penggunaan media sosial tertinggi pada
responden adalah pada durasi sedang (3-4 Dosi. (2013). Motif Penggunaan
jam), kejadian insomnia pada responden dan Interaksi Sosial di
terbanyak adalah insomnia ringan, dan Twitter.
terdapat hubungan antara durasi (http://digilib.uinsuka.ac.id/7414/2/B
penggunaan media sosial dengan kejadian
A B%20I,%20IV,%20DAFTAR
insomnia, bahwa semakin lama waktu
penggunaan media sosial semakin tinggi %20PUS
tingkat kejadian insomnia.
TAKA.pdf). Diakses pada tanggal 30
Desember 2014, Jam 21:40 WITA.
DAFTAR PUSTAKA
Firman, M; Ngasis, A. (2012). Pengguna
Aingindra. (2013). Keuntungan dan
Internet Mulai Bosan Media Sosial .
Kerugian Penggunaan Media Sosial. VIVA Media
http://www.aingindra.com/keuntungan Baru.
- dan-kerugian-sosial-media.html. (http://teknologi.news.viva.co.id/news/
r ead/282747-pengguna-internet-
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014, mulai- bosan-media-sosial).
Jam 21:00 WITA. Diakses
Arif. (2013). Perempuan ternyata lebih pada tanggal 1
aktif di Internet di banding Oktober 2014, Jam 20:00 WITA.
pria. Gatot,S. (2014). Siaran Pers Tentang
(http://www.merdeka.com/teknologi/p Riset Kominfo Dan Unicef Mengenai
e rempuan-ternyata-lebih-aktif-di- Perilaku Anak Dan Remaja Dalam
internet-dibanding-pria.html).Diakses Menggunakan Internet. Pusat Data
pada tanggal 1 Januari 2015, Jam Dan Sarana Informatika Kementerian
17:00 WITA. Komunikasi Dan Informatika.
(http://kominfo.go.id/index.php/conte
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet nt
Indonesia. (2012). Profil Pengguna
Internet Indonesia. /detail/3834/siaran+pers+no.
+17pikomi
(http://www.apjii.or.id/v2/upload/Lap nfo22014+tentang+riset+kominfo+dan
o ran/Profil%20Internet%20Indonesia +unicef+mengenai+perilaku+anak+da
%2 02012%20(INDONESIA).pdf. n
Diakses +remaja+dalam+menggunakan+intern
pada tanggal 1 Oktober 2014, e t+/0/siaran_pers). Diakses pada
Jam tanggal
29 September 2014, Jam 22: 30 Januari 2015, Jam 16:00
WITA. WITA.
Green,Wendy. (2012). 50 Hal yang Bisa Maentiningsih, Desiani. (2008).
Anda Lakukan Hari Ini untuk Hubungan antara secure
Mengatasi Insomnia. Jakarta : Elex attachment dengan
Media Komputindo. motivasi
berprestasi pada
Hamid,S. (2008). Bunga Rampai
remaja.
Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarata :
EGC. (http://www.gunadarma.ac
.id/library/a
Harian Kompas. (2010). 10 rticles/graduate/psycholog
Kerugian akibat y/2009/Arti
KurangTidur.
kel_10509046.pdf).
(http://health.kompas.com/
read/2010/0 Diakses pada
7/22/0754116/Inilah.10.K tanggal 8 Oktober 2014,
erugian.akib Jam 20 : 15 WITA.
at.Kurang.Tidur).
NANDA Internasional.
Diakses pada
(2013).
tanggal 4 Januari 2015,
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Jam 16:35 WITA.
Definisi
Hanjani , Febyuka. (2013).
Peningkatan Kebutuhan dan Klasifikasi 2012-1014 (
akan Media Sosial Pada Alih Bahasa : Barrah
Remaja, Salah Bariid, Monica Ester &
Wuri Praptiani) . Jakarta:
Siapa?.Personal Penerbit Buku Kedokteran
Growth,Conseling and EGC.
Development Center.
(http://www.personalgrow Nursalam. (2008). Konsep dan
th.co.id/en/j ournal- Penerapan Metodologi Penelitian
viewarticle.php? Ilmu
id=91).Diakses Pada Keperawatan. (Edisi 2)
tanggal 2 Oktober 2014, Jakarta : Info Medika.
Jam
Notoatmodjo S. (2010). Metodologi
20:30 WITA. Penelitian Kesehatan. Jakarta
Kompas Kesehatan. (2010). : EGC. O’Brien,P.G.,
Waspadai Efek Buruk Kennedy.W.Z., &
Smartphone.
(http://kesehatan.kompas.c Ballard,K.A., (2013).
om/read/20 Keperawatan Kesehatan
10/06/18/14191253/Wasp Jiwa Psikiatrik (Alih
adai.Efek.Bu
Bahasa : Nike Budhi
ruk.Smartphone).
Diakses Subekti, Egi Komara
pada tanggal 4
Yudha, Dwi Widiarti Akhir.
& (http://download.portalgaruda.org/arti
c le.php?article=74196&val=4707).
Anastasia Onny Tampubolon). Jakarta
: EGC. Diakses pada tanggal 5 Januari 2015,
Kaplan, Andreas M ; Haenlein, M. Jam 17:00 WITA.
(2010). Users of the world, unite! The Sari, Febrina (2009). Pola penggunaan
challenges and opportunities of Media Sosial oleh Remaja.
Social Media. Business Horizons 53 (http://repository.unand.ac.id/11093/1/
(1): 59– Skripsi.pdf). Diakses pada tanggal 4
Januari 2015, Jam 15:30 WITA.
68.
(http://michaelhaenlein.com/Publicati Sarwono,S. W. (2012). Psikologi Remaja
o ns/Kaplan,%20Andreas%20- (Edisi Revisi). Jakarta : Rajagrafindo
%20Users%20of%20the%20world,
Persada..
%2 0unite.pdf). Diakses pada tanggal
5 Oktober 2014, Jam 20:35 WITA. Setiadi (2013). Konsep dan
Pelatihan Statistik Universitas Indonesia.
Praktek Penulisan Riset
(2012).
(http://www.pelatihan- Keperawatan, Edisi 2.
ui.com/detail.php?mnu=detail_artikel Yogyakarta : Graha Ilmu.
&id=A1301001). Diakses
pada tanggal 29 Setiawan, Ebta. (2014).
Oktober 2014, Jam 17:00 WITA. Kamus Besar Bahasa
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Indonesia (KBBI).
Ajar Fundamental Keperawatan : (http://kbbi.web.id)
Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi dikases pada tanggal 1
4.Volume 1. (Alih Bahasa : Renata Oktober 2014, Jam 20:48
Komalasari, dkk) . Jakarta:EGC. WITA.

PSIK UNSRAT. (2013). Tea, Romel . (2014).


Panduan Media
Sosial: Pengertian,
Penulisan Tugas Akhir Proposal &
Skripsi. Manado. Karakteristik, dan Jenis.
Romel Tea Media.
Qomariah, Astutik. (2009). (http://www.romelteamedi
Perilaku Penggunaan a.com/2014/ 04/media-
Internet pada Kalangan Remaja sosial-pengertian
di Perkotaan. karakteristik.html).Diakse
(http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/ima spada tanggal 4 Oktober
ges/pdf/astutik.pdf). Diakses 2014, Jam
pada tanggal 1 Januari 22:00 WITA.
2015, Jam 19:30 WITA.
Telekomunitas. (2014).
Rizqiea dan Hartati. (2012). Pengalaman Wanita Lebih
Mahasiswa Yang Mengalami Aktif Menggunakan
Insomnia Selama Mengerjakan Tugas Media Sosial.
(http://www.telkomunitas.
com/index.p
2014 Jam
hp/news/wanita-lebih-
aktif- menggunakan- 20:00 WITA.
media-sosial). Diakses Ulumuddin, Bahrul. (2011).
pada tanggal 30 Desember Hubungan TingkatStres

Dengan Kejadian
Insomnia Pada
Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Diponegoro.
(https://id.scribd.com/doc/
188228462/ Artikel-
Hubungan-Tingkat-Stres-
Dengan-Kejadian-
Insomnia). Diakses pada
tanggal 3 Januari 2015,
Jam

18:00 WITA
Yasar, Muhhammad. (2012).
Hubungan antara
frekuensi penggunaan
fasilitas jejaring sosial dengan
kejadian insomnia pada mahasiswa
S1
keperawatan semester IV
di STIKES
Muhammadiyah
Banjarmasin
Kalimantan Selatan.
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan
Muhammadiyah
Banjarmasin
Program Studi
Keperawatan
Banjarmasin.
(https://id.scribd.com/doc/
114222841/ Skripsi-
Yasar).Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2014,
Jam 17:20 WITA.
ACTIVITY DAILY LIVING
Lampiran 8

TARGET KOMPETENSI
PRAKTIK KETERAMPILAN DASAR PROFESI
TAHAP PROFESI PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

KETRAMPILAN
TAR MEMBANTU MANDIRI
NO KOMPETENSI
GET TTD TTD TTD
TGL TGL TTD CI
CI CI CI
Pemeriksaan Dasar
1. Pemeriksaan tanda 12X 14/12/2020
vital 15/12/2020
16/12/2020
17/12/2020
18/12/2020
19/12/2020
20/12/2020
21/12/2020
22/12/2020
23/12/2020
24/12/2020
25/12/2020

2. Pemeriksaan fisik 8X 14/12/2020


head to toe 15/12/2020
16/12/2020
17/12/2020
18/12/2020
19/12/2020
20/12/2020

3. Pemeriksaan fisik 4X 14/12/2020


paru 15/12/2020
16/12/2020
17/12/2020

4. Pemeriksaan fisik 4X 22/12/2020


jantung 23/12/2020
24/12/2020
25/12/2020
5. Pemeriksaan fisik 4X 14/12/2020
abdomen 15/12/2020
16/12/2020
17/12/2020

KETRAMPILAN
TAR MEMBANTU MANDIRI
NO KOMPETENSI
GET TTD TTD TTD
TGL TGL TTD CI
CI CI CI
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
6. diagnostik EKG 4X

7. Pengambilan darah 5X
vena
Pengambilan darah
8. Arteri 3X

Patient Safety
Mencuci tangan 12X 14/12/2020
9. 15/12/2020
16/12/2020
17/12/2020
18/12/2020
19/12/2020
20/12/2020
21/12/2020
22/12/2020
23/12/2020
24/12/2020
25/12/2020
26/12/2020
27/12/2020
10. Memakai/melepas 4X 18/12/2020
sarung tangan 19/12/2020
20/12/2020
21/12/2020

11. Memakai masker 4X 14/12/2020


15/12/2020
Kebutuhan Rasa Nyaman
12. Menyiapkan tempat 2X
tidur terbuka
13. Menyiapkan tempat 2X
tidur tertutup
14. Menyiapkan tempat 2X
tidur dengan pasien
diatasnya
NO KOMPETENSI TAR KETERAMPILAN
GET MEMBANTU MANDIRI
TGL TTD TTD TGL TTD CI TTD
Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
15. Memberikan 4X 15/12/2020
kompres hangat 16/12/2020
17/12/2020
25/12/2020

16. Memberikan 4X 20/12/2020


kompres dingin 21/12/2020
22/12/2020
23/12/2020

17. Relaksasi nafas 4X 21/12/2020


dalam 25/12/2020
26/12/2020
24/12/2020
Kebutuhan Personal Hygiene
22/12/2020
23/12/2020
Perawatan
18. 3X
kebersihan rambut
24/12/2020

19. Memandikan klien 3X


di tempat di tidur
20. Perawatan oral klien 2X
tidak sadar
21. Vulva hygiene 3X

22. Memotong kuku 4X 20/12/2020


21/12/2020
22/12/2020
23/12/2020

NO KOMPETENSI TAR KETERAMPILAN


GET MEMBANTU MANDIRI
TGL TTD TTD TGL TTD CI TTD
CI CI CI
Kebutuhan Nutrisi
23. Memberikan makan 3X
melalui mulut di
tempat tidur
24. Pemberian makan 5X
NGT

25. Menghitung IMT 3X 14/12/2020


15/12/2020
22/12/2020

26. Mengukur intake 3X 14/12/2020


dan output 15/12/2020

27. Menghitung 3X
kebutuhan Kalori

28. Menyusun Menu 3X


Diit Berdasarkan
Penyakit
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
29. Memasang infus 3X

30. Menghitung balance 3X 14/12/2020


cairan 15/12/2020
21/12/2020
Kebutuhan Oksigenasi
31. Melatih batuk efektif 3X 21/12/2020

32. Pemberian terapi 4X


oksigen melalui
nasal kanul dan
Maks
33. Memberikan 3X
nebulizer
34. Melakukan suction 2X

TAR KETRAMPILAN
GET
NO KOMPETENSI MEMBANTU MANDIRI
TTD
TGL TTD CI TTD CI TGL TTD CI
CI
Kebutuhan Mobilisasi dan Body Mekanik
35. Melatih ROM 4X
pasif/aktif

36. Memberikan posisi 6X


(fowler/semi fowler,
sim,
litotomi,supinasi,
lateral, dorsal
recumbent)
37. Membantu 4X
mobilisasi dari
tempat tidur ke kursi
roda
Kebutuhan Eliminasi
38. Menolong eliminasi 4X
menggunakan pispot

39. Menolong eliminasi 4X


menggunakan urinal

40. Menolong eliminasi 4X


dengan memasang
huknah

41. Memasang kateter 4X


urinal

TAR KETRAMPILAN
GET MEMBANTU MANDIRI
NO KOMPETENSI
TTD
TGL TTD CI TTD CI TGL TTD CI
CI
Kebutuhan Spiritual
42. Pendampingn 3X
keluarga pada proses
kehilangan

43. Manajemen stres 3X

44. Perawatan menjelang 3X


ajal
45. Perawatan jenazah 3X

46. Pendampingan 4X
spiritual

Anda mungkin juga menyukai