Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Karsinoma sel basal (KSB) adalah tumor kulit yang bersifat ganas, berasal dari sel
pluripotensial di lapisan basal epidermis dan dapat juga timbul dari akar luar folikel rambut terutama
stem sel yang terletak tepat di bawah saluran kelenjar sebaseus. KSB biasanya tumbuh lambat,
bersifat destruktif lokal dan jarang metastasis karena pertumbuhannya sangat bergantung pada
jaringan konektif stroma di lokasi tumor tumbuh (stroma dependent).1-3
KSB merupakan salah satu tumor ganas kulit yang paling sering dijumpai dan sering terdapat
pada orang berkulit putih dibandingkan dengan yang berkulit gelap, kebanyakan mengenai orang
dewasa terutama pada usia di atas 40 tahun. Insidens pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
pada wanita, yaitu 3 : 2, kemungkinan disebabkan laki-laki lebih banyak terpajan di luar. 2-4
Predileksi KSB terbanyak pada bagian tubuh yang terpajan sinar matahari terutama pada
wajah (85%) yaitu daerah hidung, pipi, sekitar telinga, periokular, dan daerah leher. Pada beberapa
kasus, sinar ultra violet dapat menginduksi terjadinya mutasi gen tumor supresor p53, yang terletak
pada kromosom 17 p.3-5
Gambaran klinis KSB bervariasi, dibedakan atas beberapa varian, yaitu:
1. Tipe nodular ulseratif, merupakan varian yang tersering dijumpai, berupa nodul seperti lilin
(waxy nodular) dengan cekungan di tengah, penampakan seperti mutiara, adanya erosi atau
ulserasi, disertai perdarahan, krusta, tepi meninggi (rolled border), translusens, telangiektasis
pada seluruh permukaan, terdapat riwayat perdarahan dengan sedikit trauma.
2. Tipe pigmented, gambarannya mirip dengan varian nodular tetapi dijumpai peningkatan
pigmen coklat atau hitam dan sering pada individu berkulit gelap.
3. Tipe kistik, berupa nodus yang translusen berwarna biru keabuan.
4. Tipe superfisial, berupa papul, berskuama, berwarna merah jambu sampai kecoklatan,
bagian tengah jernih, dengan pinggir seperti kawat.
5. Tipe Morpheaform/infiltrating, merupakan KSB yang agresif, berupa plak atau papul yang
sklerotik (scar like) dengan batas yang kurang tegas dan sering meluas melewati batas
lesi.1-5

Diagnosis pasti KSB adalah dengan pemeriksaan histopatologis, dengan gambaran berupa sel
basaloid yang tersusun dalam kelompok yang hampir sama. Inti selnya oval, hiperkromik, sedikit
sitoplasma dan kadang-kadang terdapat gambaran mitotik, tersusun membentuk pola palisade pada
bagian perifer. Sering dijumpai peningkatan musin di sekitar dermal stroma dan pembentukan celah
di antara kelompokan KSB dan stroma di dekatnya. 3,5-7
Dua jenis penatalaksanaan KSB yaitu:
1. Pembedahan: kuretase (biasanya dengan elektrodesikasi), eksisi dengan bedah skapel,
bedah mikrografik Mohs.
2. Tanpa pembedahan: radioterapi, kemoterapi.
Untuk penutupan defek primer dapat dilakukan skin flap.8-11

Skin flap merupakan pemindahan potongan kulit beserta jaringan sub kutis dari suatu tempat
ke tempat lain dengan vaskularisasi yang masih berhubungan dengan tempat asalnya. Berdasarkan
gerakannya, flap dibagi menjadi:
1. Advancement flap: gerakan flap yang linier dari kulit di sebelah defek primer ke arah defek
primer.
2. Rotation flap: gerakan flap di sebelah defek primer yang memutar ke arah defek primer.
3. Transposition flap: gerakan flap yang memutar melampaui kulit normal di antara defek primer
dan flap.8-11
LAPORAN KASUS

Seorang wanita, usia 56 tahun, datang berobat ke poli kulit RSU Dr Pirngadi Medan, dengan
keluhan utama luka yang tidak sembuh-sembuh pada daerah medial mata kiri. Pada mulanya hanya
berupa benjolan kecil berwarna hitam seperti tahi lalat yang lama kelamaan makin lebar. Tahi lalat
tersebut yang telah diderita sejak 10 tahun yang lalu dan mudah berdarah sejak beberapa bulan
terakhir, sering terasa gatal, dan sedikit nyeri. Penderita belum pernah mendapat pengobatan.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/80 mm Hg, nadi 80 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36 ºC. Pada pemeriksaan
dermatologi dijumpai tumor berukuran 10 x 40 x 4 mm 3 pada daerah medial mata kiri, yang sebagian
ditutupi krusta.

1
Diagnosis kerja karsinoma sel basal tipe nodular ulseratif ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan histopatologis, dengan diagnosis banding yaitu karsinoma sel
skuamosa. Penatalaksanaan pada penderita adalah tindakan eksisi dan penutupan luka dengan flap
advancement.
Tata cara advancement flap: Dengan spidol dibuat garis penolong atau penuntun tarikan skapel saat
insisi, kemudian dilakukan anestesi lokal menggunakan xylocain cum adrenalin. Dilakukan eksisi
sampai batas sub kutis sesuai garis eksisi, tumor diangkat dan perdarahan dirawat. Dilakukan
pelebaran luka eksisi, insisi dilanjutkan ke arah vertikal dan inferior serta dilakukan undermining
mencapai kedalaman sub kutis. Dilakukan advancement flap dengan menggerakkan (mendorong)
kulit untuk menutup defek primer dan dilakukan penjahitan sub kutis (subcuticular suture) untuk
mempertahankan aproksimasi. Dilanjutkan dengan penjahitan epidermal untuk merapikan pertemuan
tepi luka. Kemudian dioleskan salap antibiotik, lalu luka ditutup dengan kasa steril. Jaringan hasil
eksisi dikirim ke bagian patologi anatomi untuk konfirmasi diagnosis. Pengobatan setelah operasi
dengan antibiotik klindamisin 3x150 mg/hari selama 5 hari, asam mefenamat 3x500 mg/hari, kalium
diklofenak 2x50 mg/hari serta luka dijaga agar tidak terkena air atau basah.
Hasil pemeriksaan histopatologis, tampak kelompokan sel-sel basal dengan bentuk polimorfik,
inti membesar N/C ratio meninggi, kromatin kasar dengan pinggiran kelompok membentuk palisade.
Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa, pada beberapa tempat tampak kelenjar sebasea. Kesimpulan
diagnosis basalioma tipe solid.
Penderita kontrol setiap 2 hari, pada hari ke-5 benang dibuka selang seling. Setelah 7 hari
benang yang tersisa dibuka, kemudian dilekatkan plester mikropor untuk menetralisir atau
meminimalkan gaya regangan pada pertemuan luka akibat gerakan yang terjadi setiap hari dan
mencegah terjadinya skar, dan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan.
Hasil: Setelah benang jahitan epidermal dibuka, tampak penyembuhan luka merupakan garis
sebesar rambut (hair line), dan tidak dijumpai komplikasi pada mata.

PEMBAHASAN

Diagnosis KSB pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


dermatologis, dan histopatologis. Dari anamnesis diketahui bahwa penderita berusia 56 tahun, hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan KSB sering mengenai orang tua yang berusia di atas
40 tahun. Pada pemeriksaan dermatologis pada daerah medial mata kiri terdapat ulkus dangkal, tepi
tidak teratur, batas tegas, tepi meninggi, sebagian ditutupi krusta, gambaran ini sesuai untuk lesi KSB
tipe nodular-ulseratif, yang merupakan tipe KSB yang paling sering dijumpai. Pada pemeriksaan
histopatologis didapatkan kesan KSB tipe solid. Hal ini sesuai dengan pembagian KSB berdasarkan
tipe histopatologis menurut Lever, yaitu:
1. KSB yang tidak berdeferensiasi disebut KSB solid terdiri atas KSB solid sirkumskripta dan
KSB solid infiltratif.
2. KSB yang berdeferensiasi, terdiri atas KSB tipe keratotik yang berdeferensiasi ke arah
struktur rambut, KSB dengan deferensiasi sebasea dan KSB tipe adenoid yang
berdeferensiasi ke arah tubulus kelenjar.2-4,7
KSB jika tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan terjadinya destruksi jaringan yang
luas, yang dapat menyebabkan timbulnya cacat kosmetik maupun cacat fungsional, sehingga
diperlukan diagnosis dini dan penanganan yang tepat. 1-3
Tujuan penatalaksanaan KSB adalah untuk mendapatkan kesembuhan dengan hasil kosmetik
yang baik serta fungsional yang maksimum. Dalam menentukan cara penatalaksanaan KSB, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah tipe tumor, ukuran, lokasi (daerah yang berbahaya misalnya belakang
telinga, derah medial dan lateral mata, garis nasolabial), sifat pertumbuhan (primer atau rekuren),
umur penderita dan kemampuan penderita untuk menerima tindakan pengobatan. 9-11
Penatalaksanan KSB pada penderita ini dengan eksisi luas dengan jarak 3-5 mm dari batas
lesi yang terlihat, untuk menghindari tersisanya masa tumor yang dapat menyebabkan terjadinya
rekurensi. Penutupan luka (defek) dengan cara flap advancement adalah dengan menggerakkan
(mendorong) kulit secara garis lurus (linier) untuk menutup defek primer dan kemudian dilakukan
penjahitan. Metode tersebut dipilih karena lokasi tumor terletak pada derah yang sempit dan sensitif.
Jika dilakukan insisi elips vertikal, kemungkinan akan terjadi komplikasi menyempitnya rima palpebra,
sedangkan insisi horisontal tidak mungkin dilakukan karena sempitnya daerah operasi. Undermining
dilakukan sampai batas sub kutis untuk mencegah terganggunya aliran darah pada flap.

2
DAFTAR PUSTAKA

1. Mackie RM. Epidermal skin tumours. Dalam: Champion RH, Burton JL, Burn DA, Breathnach
SM, editor. Rook, Wilkinson, Ebling, Textbook of dermatology. Edisi ke-6. London: Blackwell
science, 1988: 1679-84.
2. Odom RB, James WD. Basal cell carcinoma. Dalam: Andrew’s diseases of the skin. Edisi ke-
9. Philadelphia: WB Saunders company, 2000: 820-4.
3. Ramsey ML. Basal cell carcinoma. Available at http://www.emedicine.com/derm/topic.
4. Fitzpatrick TB, Johnson RA. Pre cancerous lesion and cutaneus carcinomas. Dalam: Color
atlas & synopsis of clinical dermatology. Edisi ke-4. New York: Mc Graw Hill, 2001: 261-5.
5. Leshin B, White WL. Malignant neoplasma of keratinocytes. Dalam: Arndt KA, Leboit PE,
editor. Cutaneus medicine and surgery. Philadelphia: WB Saunders company, 1996: 1387-
91.
6. Murphy GF. Epidermal tumors. Dalam: Dermatophatology. Philadelphia: WB Saunders
company, 1995: 202-4.
7. Lever WF, Schaumberg. Basal cell epithelioma. Dalam: Histopathology of the skin. Edisi ke-6
Philadelphia: JB Lipincott company, 1983: 562-73.
8. Handayani, Kuswadji. Penatalaksanaan Karsinoma sel basal. MDVI 1999; 26: 28-34.
9. Sclafani AP. Advancement flap. Available at http://www.emedicine.com/derm/topic.
10. Hammond RE. Advancement flap. Dalam: Harahap M, editor. Principles of dermatology
plastic surgery. New York: PMA Publishing corp, 1988: 193-200.
11. Yogyartono P, Jayanata K, Prawito, Ernawati D, editor. Bedah flap. Dalam: Buku panduan
bedah kulit. Semarang: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK Universitas Diponegoro –
RSUP Dr. Kariadi, 2000.

Anda mungkin juga menyukai