Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN KISTA OVARIUM

D – IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN AJARAN
2020
A. Konsep Teori Penyakit Kista Ovarium
1. Definisi

Kista ovarium paling sering berupa kista folikel atau kista korpus luteum yang
dapat menyebabkan amonorea yaitu kondisi ketiadaan menstruasi atau periode loncatan
menstruasi ( Reeder Martin, buku Kedokteran Keperawatan Maternitas vol : 1,hal : 262-
263)

Kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang
paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang
cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, et. all, 1999)

2. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa faktor pemicu yaitu:
a. Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :
1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2) Zat tambahan pada makanan
3) Kurang olahraga
4) Merokok dan konsumsi alkohol
5) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
6) Sering stress
7) Zat polutan
b. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.

3. Tanda dan Gejala


Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut (Prawiroharjo, 1999).
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi gejala karena besarnya, terdapat perubahan
hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering
di temukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba,
1998).
Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :
1. Gejala akibat pertumbuhan. Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian
bawah, sehingga mengakibatkan penekanan kandung kemih yang dapat
menimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu tekanan tumor dapat mengakibatkan
obstipasi, edeme pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu
makan dan rasa sesak.
2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal. Ovarium merupakan sumber hormon utama
wanita, sehingga bila menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus
menstruasi yang dapat berupa amenore dan hipermenore.
3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.
c. Perdarahan intra tumor. Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak
akan terjadi ditensi cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri perut
mendadak.
d. Putaran tungkai. Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila
putaran terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi jika putaran
terjadi secara mendadak dapat menimbulkan nyeri pada abdomen.
e. Terjadi infeksi pada tumor. Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan
sumber kuman patogen seperti appendiksitis.
f. Robekan dinding kista. Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista
yang akan berkibat isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
g. Perubahan keganansan. Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea
dan di atas usia 45 tahun (Manuaba, 1998).

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait


a. USG
Dapat digunakan untuk melihat massa dan mengidentifikasi letak atau batas tumor.
b. Foto Thorax
Untuk mengetahui adanya metastase ke paru.
c. IVP
Untuk mengetahui invasi ke kandung kemih.
d. CT Scan dan MRI
Untuk mengetahui adanya tekanan nodus limfe.
e. Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Darah
Untuk mengetahui perubahan pada komponen darah. Penurunan Hb dapat
menunjukkan Anemia Kronis, sementara penurunan Ht menunjukkan kehilangan
darah aktif sedangkan peningkatan sel darah putih dapat mengidentifikasi proses
inflamasi atau infeksi.
f. Laparoskopi
Untuk mengetahui keterlibatan usus dan sistem gastroinestinal.
g. Dilatasi dan Kuretase dengan Biopsi
Memungkinkan pemeriksaan kispatologis sel untuk menentukan adanya atau lokasi
kanker.
h. Pemeriksaan PA Pasca Operasi
Untuk melihat adanya keganasan.

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
- Ibuprofen 400mg 3x1
- Asam Mefenamat 500mg 3x1

b. Penatalaksanaan Operatif

1) Kistektomi

Adalah tindakan pembedahan untuk mengangakat kista tanpa pengangkatan


uterus.( Mansjoer, 1999)

2) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, dilakukan untuk
kondisi keganasan dan bukan keganasan tertentu (contoh: Endometriosis/tumor).
Untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa, infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki (Doengoes,
2000). Jenis-jenis Histerektomi:

a. Histerektomi Vaginal
Dapat dilakukan pada kondisi tertentu, seperti prolaps uteri,
sistokel/rektokel, karsinoma insitu, dan risiko kegemukan. Ini
dikontraindikasikan bila diagnosis tak jelas.
b. Histerektomi Tipe Abdominal
c. Sub Total (Parsial) : Badan uterus diangkat, puntung servik dipisahkan Total
Pengangkatan uterus dan serviks. Total dengan Salpingo-ooforektomi
bilateral : pengangkatan uterus, serviks, tuba palopii dan ovarium adalah
pengobatan untuk kanker invasif, tumor fibroid yang cepat tumbuh dan
menghasilkan perdarahan abnormal berat, dan endometriosis yang
melibatkan organ pelviks lain.
3) Radioterapi, umumnya hanya dikejakan bila terdapat kontra indikasi untuk
tindakan operasi, dengan tujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause.
4) Kemoterapi adalah suatu tindakan pengobatan yang digunakan untuk membunuh
sel kanker dengan menghambat perkembangannya, indikasi kemoterapi biasanya
lebih efektif saat inti tumor masih kecil. Jenis sitostatika yang biasa diberikan
adalah :
a. CAP (Cyclophosphamide, Adriameycine dan Cisplatinum)
b. PBV (Platamin, Bleosyn dan Vincristin)
c. VAC (Vincristin. Actinomycin dan Cyclophosphamide)

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi berasal dari kata “an” = tidak, “aestesi” = rasa. Ilmu anestesi adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk me”matikan” rasa, baik rasa
nyeri, takut, dan tidak nyaman sehingga pasien nyaman.
2. Jenis anestesi : Regional Anestesi
3. Teknik anestesi : Anestesi Spinal
4. Rumatan anestesi :
Premedikasi :
- H2 blocker
- Metocloperamid (10 mg IV)
- Antasida
Pre :
- Co induksi : fentanyl (1-2 mcg/kgBB)
- Induksi : propofol (2-4 mg/kgBB)
Intra :
- Maintenance : O2 : N20 = 50 : 50 dengan sevofluran
Terapi cairan :

- Perdarahan <20% berikan kristaloid/koloid


- Perdarahan >20% tranfusi darah
Post :
- Revers : prostigmin dan sulfas atropine
5. Resiko
Pre :
- Ansietas
- Pola nafas tidak efektif
Intra :
- Hipotermi
- Hipotensi
- Resiko perdarahan
Post :
- Nyeri
- Mual muntah

C. WOC

Kista Ovarium

Kista Ovarium Terbentuk Karena Terjadi Pengumpulan Caairan Pada Induk Telur Atau Ovarium

Ansietas
Tanda Dan Gejala
Pola Nafas Tidak Efektif

Nyeri
Tindakan
Laparatomi

Tindakan Anestesi
Regional Anestesi Hipotermi

(Spinal Anestesi)
Resiko Perdarahan

Hipotensi
Resiko Anestesi

Nyeri Mual Muntah


D. Tinjauan Teori Askan
1. Pengkajian

Pada pengkajian pre operasi dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subjektif
dan data objektif:

a. Data subjektif:
 Pasien mengatakan susah buang air kecil dan buang air besar
 Pasien mengeluh kesemutan
 Pasien mengeluh kakinya membengkak
 Pasien mengeluh nyeri dan merasa tidak nyaman dengan perut bagian bawah
 Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa penuh
 Pasien mengatakan sering sesak
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
 Pasien mengatakan nyeri setelah menstruasi
 Pasien mengeluh siklus menstruasi yang tidak teratur.
b. Data objektif
 Pasien tampak gelisah
 Terdapat Acites
 Terdapat massa pada abdomen
 Penurunan berat badan
 Terdapat edema pada bagian ekstremitas bawah
 Pasien tampak meringis

2. Masalah kesehatan anestesi


a. Pre
 Ansietas
 Pola nafas tidak efektif
b. Intra
 hipotermi
 hipotensi
 resiko perdarahan
c. Post
 hipotermi
 nyeri
3. Rencana Intervensi
a. Pre
 Ansietas
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan 1) Pasien 1) Kaji tingkat cemas
tindakan keperawatan mengatakan rasa pasien
selama 1 x 30 menit takutnya 2) Beri kesempatan
diharapkan cemas berkurang pasien
berkurang 2) Pasien tampak mengungkapkan
tenang perasaannya
3) Pasien tidak 3) Dorong kunjungan
tegang keluarga atau orang
4) Keadaan umum terdekat
baik 4) Kurangi stimulus
5) Tanda-tanda yang menimbulkan
vital kecemasan
dalam batas 5) Jelaskan semua
normal prosedur yang akan
dilakukan
6) Anjurkan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
7) Beri informasi
tentang diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
8) Monitor tanda-tanda
vital

 Pola nafas tidak efektif


Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan - TTV terkontrol Mandiri
tindakan keperawatan - Pasien tampak 1. Observasi TTV
selama 1x24 jam tenang 2. Pengaturan posisi klien
diharapkan masalah - Pernapasan normal 3. Pemberian oksigenisasi
pola napas tidak efektif
dapat teratasi. Kolaborasi
1. Lakukan intubasi
2. Beri premedikasi
Lakukan rumatan anestesi

b. Intra
 Hipotermi
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan 1. Suhu pasien kembali 1.Observasi TTV pasien
tindakan selama 2 x 30 normal (36,5- 2.Berikan pemanas
menit diharapkan pasien 37,3)˚C pasif (selimut,
tidak hipotermi. 2. Akral pasien hangat penutup kepala,
pakaian hangat)
3.Identifikasi factor
lingkungan (suhu
ruangan)

 Hipotensi
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan 1. TTV pasien dalam 1. Observasi TTV
tindakan anestesi selama batas normal 2. Kolaborasi dalam
30 menit diharapkan 2. Pasien tidak terlihat pemberian
pasien tidak hipotensi. pucat vasopressor
 Resiko Perdarahan
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan 1. Tidak terjadi Mandiri
tindakan anestesi selama perdarahan > 1000 ml 1. Monitoring TTV
2x30 menit tidak terjadi 2. TTV dalam batas 2. Hitung input dan
perdarahan. normal output cairan
3. Tidak ada tanda- 3. Beri cairan infus
tanda dehidrasi 3. Antisipasi perdarahan
4. Elastis turgor kulit berlebih saat insisi
baik dengan menyiapkan
5. Membran mukosa cutter
lembab
Kolaborasi
1. Berikan methergin

c. Post
 Mual muntah
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah dilakukan 1. Mual muntah pasien 1. Monitoring TTV
tindakan anestesi selama berkurang 2. Pantau masuk dan
3x1 jam mual muntah 2. TTV dalam batas keluar cairan
dapat teratasi normal 3. Kolaborasi
pemberian obat anti
mual

 Nyeri
Tujuan Kriteria hasil Rencana intervensi
Setelah diberikan 1. Pasien merasa 1. Observasi TTV
tindakan anestesi selama nyaman 2. Kasi nyeri pasien (P,
1x30 menit diharapkan 2. TTV dalam batas Q, R, S, T)
nyeri pasien teratasi. normal
3. Nyeri pasien Kolaborasi
berkurang 1. Berikan obat
analgesic

4. Evaluasi

Pre Anestesi

A. Ansietas
a. Tanda – tanda vital pasien normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Pasien mengatakan tahu tentang prosedur anestesi dan pembedahan
c. Pasien menyatakan siap dilakukan operasi
d. Pasien tampak tenang dan kooperatif

B. Pola nafas tidak efektif


a. Tanda – tanda vital dalam batas normal ( frekuensi nafas )
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Irama nafas teratur
c. Ekspansi dada simetris
d. Tidak sianosis

Intra Anestesi

A. Hipotermi
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Suhu pasien kembali normal (36,5-37,3)˚C
c. Akral pasien hangat
B. Hipotensi
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Pasien tidak terlihat pucat
C. Resiko Perdarahan
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Saturasi oksigen >95%
c. Akral teraba hangat

Post Anestesi

A. Nyeri
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Nyeri pasien berkurang
c. Pasien merasa nyaman
B. Mual muntah
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 120/80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b. Pasien tampak tenang
c. Pasien merasa nyaman
d. Pasien tidak merasa mual muntah
Daftar Pustaka

Sinantyanta, H., & Sujana, I. B. G. Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Kistoma Ovarii
Permagna. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 5(3), 225-231.

Rahmawati, d. S. (2016). Gambaran karakteristik dan pencarian pelayanan kesehatan pada


penderita endometriosis di klinik fertilitas graha amerta rsud dr. Soetomo surabaya
(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Mangku G, Senapathi TGA. (2017). Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi. Jakarta : Indeks.

Anda mungkin juga menyukai