Detty Fitriany
Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung
Jalan PH.H. Mustofa No. 23 Bandung
ABSTRACT
Museum experiences a paradigm shift from the traditional museum into a modern museum then
post-modern museum which gave birth to the movement of the eco-museum. As a museum established
in the modern era, Museum Sri Baduga needs to adjust to the new paradigm of museology. The focus
of this study is to find the suitability of the museum Sri Baduga current principles with the principles
of eco-museum both physical and managerial aspects of the museum and what changes should be made
to achieve the ideal eco-museum. Methods of data collection is done with literature study and field
observation. Methods of data analysis is conducted qualitatively by using the Eco-museum guidance
indicator of Corsane Gerard (2006. The presentation method of data analysis is done informally in the
form of a narrative. The findings in this study are the strengths and opportunities that are owned by the
museum Sri Baduga to meet the principles of eco-museum that cannot be completed at this time.
31
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
32
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -
33
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Gambar 2
Beberapa koleksi Museum Sri Baduga Bandung
(sumber: <http://museumsribaduga.jabarprov.go.id/koleksi>, [29/06/2016])
dung. Nama Sri Baduga diambil dari gelar syarakat (negara, kelompok, dan tokoh);
salah seorang raja Sunda yang bertahta di (6) Koleksi Numismatika/Heraldika, yaitu
Pakuan Pajajaran sekitar abad ke-16 Mase- koleksi mata uang atau alat tukar (token)
hi. Nama ini tertuang dalam prasasti Batu- yang sah dan tanda jasa, lambang, serta tan-
tulis (Bogor) dengan penulisan lengkap da pangkat resmi (cap/ stempel); (7) Kolek-
“Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan si Filologika, yaitu koleksi naskah kuno;
Pajajaran Sri Ratu Dewata” (http://mu- (8) Koleksi Keramologika, yaitu koleksi
seumsribaduga.jabarprov.go.id/sejarah, barang-barang terutama pecah belah, yang
[29/05/2016]). terbuat dari tanah liat dibakar; (9) Koleksi
Bangunan Museum Sri Baduga berdiri Seni Rupa, yaitu koleksi lukisan dua di-
sejak tahun 1974 yang pada mulanya ber- mensi dan tiga dimensi; dan (10) Koleksi
fungsi sebagai Kawedanan Tegallega. Pada Teknologika, yaitu koleksi teknologi tradi-
tanggal 5 Juni 1980 bangunan ini diresmi- sional hingga zaman modern sekarang.
kan menjadi Museum oleh Menteri Pendi- Konsep penyajian koleksi pada ruang
dikan dan Kebudayaan waktu itu, Prof. Dr. pameran tetap Museum Sri Baduga dibuat
Daoed Joesoef. Koleksi di Museum Sri Ba- berdasarkan pendekatan tematik. Lantai
duga terbagi menjadi 10 kategori, yaitu: (1) satu menampilkan koleksi sejarah alam,
Koleksi Geologika/Geografika, yaitu kolek- benda budaya masa prasejarah dan masa
si yang berkaitan dengan batuan, mineral, Hindu-Budha; lantai dua menampilkan
fosil dan benda bentukan alam lainnya; (2) materi koleksi budaya tradisional, budaya
Koleksi Biologika, yaitu koleksi yang dija- yang mendapat pengaruh Islam dan masa
dikan objek penelitian disiplin ilmu biologi, kolonial, antara lain: pakaian tradisional
seperti tengkorak, rangka manusia, tum- pengantin dan alat-alat pertanian; lantai
buhan, dan hewan, baik berupa fosil mau- tiga menyajikan alat-alat perdagangan,
pun bukan; (3) Koleksi Etnografika, yaitu mata uang dan kesenian, antara lain: alat
koleksi benda hasil budaya yang meng- musik tradisional, wayang, batik dan tenun
gambarkan identitas suatu etnis; (4) Kolek- tradisional (http://museumsribaduga.jabar-
si Arkeologika, yaitu koleksi benda-benda prov.go.id/koleksi, [29/06/2016]).
peninggalan dari kurun waktu prasejarah
sampai dengan masuknya pengaruh Barat; a) Analisis Partisipasi Museum Sri Baduga
(5) Koleksi Historika, yaitu koleksi benda- Bandung
benda peninggalan sejak masuknya pen- Dilihat dari sistem kepemilikannya,
garuh Barat sampai sekarang, berupa hal kepemilikan museum adalah kepemilikan
yang berhubungan dengan suatu peristiwa tunggal milik pemerintah, terpusat, dengan
(sejarah), berkaitan dengan organisasi ma- sistem input manajemen tunggal. Sebagai
34
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -
35
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
dala museum dalam memamerkan seluruh lola museum Sri Baduga perlu memberikan
wujud sejarah dan kebudayaan Jawa Barat, informasi tambahan kepada pengunjung
baik warisan budaya bergerak, tidak berge- mengenai koleksi yang dipamerkan selain
rak maupun berwujud dan tidak berwu- label koleksi. Penggunaan multimedia ber-
jud. Lokasi museum yang berada di pusat basis teknologi informasi sebagai media
kota Bandung tidak memungkinkan mu- pamer dapat dipilih agar informasi koleksi
seum untuk melestarikan, mengonservasi dapat dimasukkan ke dalamnya dan pe-
dan mengamankan sumber daya warisan ngunjung dapat mencari informasi sendiri
budaya secara “in situ”. Museum Sri Ba- sesuai dengan tingkat usia dan kebutuh-
duga sudah fokus pada pameran dan infor- annya masing-masing.
masi-informasi tentang identitas lokal dan
spirit kawasan budaya yang ada di wilayah c) Analisis Tujuan Jangka Panjang Museum
Jawa Barat, namun belum lengkap. Seba- Sri Baduga Bandung
gai contoh, misalnya, saat ini hanya ada Museum dalam paradigma new museo-
satu panel informasi yang berisi tentang logy melakukan tugas pokoknya yaitu
sebuah kawasan perkampungan adat di preservasi, konservasi, dan edukasi (me-
wilayah Jawa Barat, yaitu Kampung Naga lalui pameran) warisan budaya, juga seha-
di Tasikmalaya. Padahal, perkampungan rusnya dapat berkembang dan berperan
adat di Jawa Barat tidak hanya Kampung dalam pembangunan sumber dayanya se-
Naga. Selain informasi tentang Kampung cara berkelanjutan untuk masa depan ma-
Naga, museum juga perlu menampilkan syarakat perkotaan dan pedesaan (khusus-
informasi tentang kampung-kampung adat nya masyarakat Kampung Adat) di Jawa
lainnya, seperti Kampung Adat Ciptagelar Barat yang lebih baik. Berdasarkan obser-
di Sukabumi, Kampung Dukuh dan Pulo vasi, hubungan antara museum dan ma-
di Garut, Kampung Cikondang di Bandung, syarakat pelaku budaya sudah dilakukan
dll., agar pengunjung tidak menganggap dengan mendatangkan para pelaku buda-
bahwa hanya kampung adat Kampung ya ke museum, misalnya melalui kegiatan
Naga saja yang ada di wilayah Jawa Barat pertunjukan kesenian, workshop kerajinan
yang masih menganut filosofi dan cara dan permainan tradisional dll. Museum
hidup asli masyarakat Sunda di Jawa Barat. Sri Baduga telah mengoptimalkan fasili-
Idealnya, museum dapat bersama-sama tasnya untuk digunakan sebagai wadah
melakukan pelestarian, konservasi, dan dan sarana pertemuan antara pelaku bu-
pengamanan sumber daya warisan secara daya dan publiknya, namun belum dapat
“in situ” agar perkembangan kebudayaan memfasilitasi kebutuhan publik untuk ber-
di seluruh wilayah Jawa Barat, khususnya sama-sama datang, memantau dan men-
di kampung-kampung adat dan situs bu- dokumentasikan kebudayaan secara ‘in
daya lainnya, dapat terekam secara diakro- situ’. Pendokumentasian budaya secara ‘in
nik, sesuai dengan prinsip eco-museum. situ’ dan dilakukan secara berkesinambun-
Dilihat dari koleksinya, berdasarkan gan akan bermanfaat bagi museum dalam
hasil observasi, instalasi pameran di Mu- upaya melengkapi informasi koleksi secara
seum Sri Baduga Bandung lebih banyak diakronik. Hal ini memerlukan kerja sama
mengutamakan artefak daripada ideofak. dari berbagai pihak selain pihak museum
Hal ini tak luput dari peninggalan konsep dan ketua masyarakat adat atau pengelola
museum tradisional yang pada awalnya situs budaya. Kerja sama dengan pihak
adalah berupa kegiatan pengumpulan ar- swasta dapat dilakukan, misalnya dengan
tefak-artefak budaya. Dalam upaya me- agen wisata dan perjalanan. Museum juga
menuhi prinsip-prinsip eco-museum, penge-
36
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -
dapat bekerja sama dengan institusi pendi- Dengan bersatunya museum dengan pu-
dikan tinggi multidisiplin dan para buda- blik dan pelaku budayanya, maka eksis-
yawan untuk melakukan penelitian-peneli- tensi museum akan terbangun sendirinya
tian bersama. Peluang ini semakin terbuka karena dapat merangsang pembangunan
dengan adanya bantuan sumber dana dari berkelanjutan dan memberi manfaat bagi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidik- masyarakat lokal misalnya rasa bangga,
an Tinggi yang pada tahun anggaran 2017 keamanan pewarisan budaya (regenerasi),
nanti juga memberikan hibah untuk peneli- dan penguatan modal budaya ekonomi
tian penciptaan dan penyajian seni (<http:// dan sosial bagi seluruh sumber daya yang
simlitabmas.dikti.go.id/>, [29/05/2016]). terlibat.
SIMPULAN
Daftar Pustaka
Persiapan museum Sri Baduga Bandung
Davis, Peter. 1999. Ecomuseums: A Sense of
untuk menuju eco-museum, perlu penye-
Place. London and New York: Leices-
suaian fungsi dan cara kerja museumnya dari
ter University Press/Continuum.
museum modern ke museum post-modern.
Kekuatan terbesar museum terletak pada Dean, David. 1996. Museum Exhibition. Lon-
jumlah koleksi (artefak) yang sangat ba- don and New York: Routledge.
nyak dan peran komunitas-komunitas yang
aktif mendukung program-program mu- Marstine, Janet. 2006. New Museum Theory
seum. Banyaknya komunitas dan masyara- and Practice: An Introduction. MA,
kat individu yang peduli dengan museum Oxford and Victoria: Blackwell Pub-
serta sejarah dan budaya Jawa Barat dapat lishing.
dimanfaatkan oleh museum untuk bekerja Corsane, Gerard. 2006. “Using Ecomuseum
sama memenuhi prinsip-prinsip eco-muse- Indicators to Evaluate the Robben
um lainnya yang belum tercapai, misalnya Island Museum and World Heritage
pendokumentasian budaya secara ‘in situ’ Site”. Jurnal Landscape Research, Vol.
dan berkesinambungan untuk pengayaan 31, No. 4.
informasi koleksi museum. Pengembangan
museum juga harus dilakukan secara holis- Magetsari, Noerhadi. 2011 . “Museum di Era
tik. Selain memanfaatkan sumber dana yang Pascamodern”. Seminar Towards In-
berasal dari pemerintah propinsi, museum donesian Postmodern Museums, De-
juga harus memanfaatkan peluang-peluang partemen Arkeologi Universitas In-
kerja sama dengan lembaga pemerintah dan donesia.
institusi pendidikan tinggi untuk melaku-
kan riset-riset di bidang museum dan bu-
webtografi:
daya secara multidisiplin.
Dalam upaya meningkatkan jumlah Davis, Peter. 2011. “New museology, Com-
kunjungan dan partisipasi publik, museum munities, Ecomuseums - Intangible
Sri Baduga sebaiknya mulai melakukan Cultural Heritage and Museums
kerja sama dengan pihak swasta khususnya Learning Resources”. UK: New Cas-
di bidang pariwisata dan hospitality untuk tle University. Melalui <http://www
mengemas paket wisata budaya yang meng- .sac.or.th/databases/ichlearnin gre-
hubungkan museum dengan masyarakat sources/images/new-museology-
pelaku budaya (kampung adat, misalnya) communities-ecomuseums.pdf>,
dan dengan publik (pengunjung) museum. [29/05/2016].
37
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
38