Anda di halaman 1dari 8

Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology

Detty Fitriany
Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung
Jalan PH.H. Mustofa No. 23 Bandung

ABSTRACT

Museum experiences a paradigm shift from the traditional museum into a modern museum then
post-modern museum which gave birth to the movement of the eco-museum. As a museum established
in the modern era, Museum Sri Baduga needs to adjust to the new paradigm of museology. The focus
of this study is to find the suitability of the museum Sri Baduga current principles with the principles
of eco-museum both physical and managerial aspects of the museum and what changes should be made
to achieve the ideal eco-museum. Methods of data collection is done with literature study and field
observation. Methods of data analysis is conducted qualitatively by using the Eco-museum guidance
indicator of Corsane Gerard (2006. The presentation method of data analysis is done informally in the
form of a narrative. The findings in this study are the strengths and opportunities that are owned by the
museum Sri Baduga to meet the principles of eco-museum that cannot be completed at this time.

Keywords: new museology, Museum Sri Baduga, eco-museum

PENDAHULUAN semakin heterogen. Sesuai dengan tiga pi-


lar eco-museum dalam paradigma new muse-
Seiring dengan terjadinya perubahan pa- ology, perubahan Museum Sri Baduga dari
radigma dalam pengelolaan warisan budaya, museum modern ke museum post-modern
museum mengalami perubahan dari muse- meliputi aspek partisipasi publik, fungsi
um tradisional menjadi museum modern, dan cara kerja museum serta tujuan jangka
lalu berubah lagi menjadi museum post- panjang museum.
modern. Jika pada museum tradisional pro- Tulisan ini membahas tentang kese-
gram kegiatan museum lebih fokus pada suaian Museum Sri Baduga saat ini dengan
preservasi dan konservasi (pameran) kolek- prinsip-prinsip eco-museum, baik dari as-
si, pada museum modern program kegiatan pek fisik maupun manajerial museum serta
di museum ditambah dengan edukasi seba- perubahan-perubahan apa yang harus di-
gai pendukung pameran, misalnya semi- lakukan untuk mencapai eco-museum yang
nar, workshop, dan sebagainya (Magetsari, ideal. Metode pengumpulan data dilaku-
2011). kan dengan studi literatur dan observasi
Salah satu museum negeri propinsi lapangan. Metode analisis data dilakukan
yang didirikan di era modern adalah muse- secara kualitatif dengan menggunakan pe-
um negeri provinsi Jawa Barat “Sri Baduga” doman indikator Eco-museum Gerard Cor-
di Bandung. Memasuki era post-modern sane (2006) dan metode penyajian analisis
di awal abad ke-21, yang membawa para- data dilakukan secara informal dalam ben-
digma new museology, Museum Sri Baduga tuk naratif.
perlu menyesuaikan diri agar dapat masih Pembahasan dimulai dengan uraian
eksis di tengah masyarakat Jawa Barat yang tentang paradigma new museology dan eco-

31
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

museum serta gambaran tentang kondisi “éco-musée” (eco-museum). Gerakan eco-mu-


museum Sri Baduga Bandung saat ini. Se- seum secara resmi digagas oleh De Varine
lanjutnya akan diuraikan analisis partisi- bersama George Henri Rivière di Perancis
pasi, fungsi dan cara kerja museum serta pada awal tahun 1970-an. Pada prinsipnya
tujuan jangka panjang museum Sri Baduga eco-museum dan new museology adalah isti-
dengan menggunakan indikator eco-muse- lah yang sama, yaitu sebuah gerakan muse-
um Gerard Corsane. Sebagai penutup diu- um yang peduli dengan pembangunan sosi-
raikan kekuatan dan peluang-peluang yang al dan ekonomi. Cikal bakal new museology
dimiliki oleh museum Sri Baduga Bandung berawal dari pertemuan para museologis
untuk memenuhi prinsip-prinsip eco-mu- negara-negara di Amerika yang mewakili
seum yang belum dapat dipenuhi saat ini. UNESCO dan ICOM tahun 1972 di Santia-
go, Chili, yang dikenal dengan “Round Table
of Santiago” yang memfokuskan diri pada
HASIL DAN PEMBAHASAN pemikiran kembali arti dan peran museum.
Bagaimana peran museum dalam pem-
Paradigma New Museology bangunan ekonomi, khususnya di daerah-
Museum, berdasarkan The 18th General daerah yang masyarakatnya masih hidup
Assembly of International Council of Muse- dalam kemiskinan? Bagaimana museum
ums (ICOM) Stavanger, Norway, 7 Juli 1995, dapat memiliki andil dalam tujuan sosial
didefinisikan sebagai lembaga yang bersifat dan berkontribusi untuk generasi dan pem-
tetap, tidak mencari keuntungan, melayani bangunan di daerah-daerah miskin atau
masyarakat dan perkembangannya, terbu- masyarakat pedesaan yang terisolasi? Per-
ka untuk umum, memperoleh, melestari- temuan ini menghasilkan ide “komunitas
kan, meneliti, mengomunikasikan, dan me- museum”, bahwa museum dibangun un-
mamerkan artefak-artefak perihal jati diri tuk dan oleh masyarakat. Istilah new muse-
manusia dan lingkungannya untuk tujuan- ology baru muncul ketika André Devallées,
tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. museologist Perancis, menulis ensiklopedia
Museum, menurut Peraturan Pemerin- dengan menggunakan frase “Nouvelle Mu-
tah RI No. 66 Tahun 2015 Pasal 1 ayat (1) séologie”. Frase new museology ini menjadi
adalah lembaga yang berfungsi melindungi, slogan untuk ilmu museum yang berkaitan
mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dengan agenda pengembangan komunitas
dan mengomunikasikannya kepada ma- museum yang menjadi populer di banyak
syarakat. negara di Eropa seperti Spanyol dan Por-
Ketika berkembang pemikiran arke- tugal. Istilah new museology secara resmi
ologi post-prosesual pada tahun 1960-an diterima ketika ICOM meresmikan komite
dan aliran new museology pada tahun 1980- the “International Committee for New muse-
an, muncul perubahan paradigma dalam ology” (ICOM-MINOM) tahun 1985 (Davis,
pengelolaan warisan budaya. Arkeologi 2011).
post-prosesual muncul sebagai dampak Menurut Davis, ada tiga pilar utama
dari pemikiran post-modernisme pada di- dalam eco-museum, yaitu: (1) spirit kawas-
siplin ilmu arkeologi yang salah satunya an budaya; (2) partisipasi masyarakat (ko-
menekankan pentingnya keterlibatan ko- munitas lokal); dan (3) fleksibilitas dan re-
munitas (kelompok masyarakat) dalam sponsibilitas terhadap keunikan konteks.
pengelolaan warisan budaya (Ihsan, 2016). Corsane (2006) mengembangkan ketiga
Tahun 1971, Hugues de Varine, mantan sek- pilar ini menjadi 21 indikator eco-museum,
retaris jenderal ICOM, mengenalkan istilah yaitu:

32
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -

A. Fokus pada Partisipasi, terdiri dari: menyediakan peluang pertemuan anta-


(1) berasal dan dikendalikan oleh ma- ra warisan budaya dan pariwisata yang
syarakat lokal; (2) memungkinkan par- bertanggung jawab; dan (21) memberi
tisipasi publik secara demokratis; (3) manfaat bagi masyarakat lokal misal-
kepemilikan bersama dan sistem input nya rasa bangga, regenerasi, dan modal
manajemen ganda; (4) penekanan pada budaya ekonomi dan sosial.
proses bukan pada produk; (5) mendo- Museum post-modern di abad ke-21
rong kolaborasi dengan jaringan mitra; mempunyai tujuan yang lebih luas lagi.
dan (6) tergantung pada upaya sukarela David Dean (1996:1) menyatakan bahwa
aktif substansial. museum di akhir abad ke-21 adalah mu-
B. Fokus pada Fungsi dan Cara Kerja Mu- seum dengan berbagai aspek, multifungsi
seum, terdiri dari: dan tujuan, juga merupakan lembaga
(7) fokus pada identitas lokal dan spirit dengan multi dimensi. Masyarakat abad
kawasan budaya; (8) meliputi wilayah ke-21 adalah masyarakat yang memiliki
geografis yang dapat ditentukan oleh kecenderungan bergaya konsumtif. Para-
karakteristik bersama yang berbeda; digma yang berkembang dalam museum
(9) meliputi aspek spasial dan tempo- abad ke-21 atau museum post-modern
ral diakronik bukan hanya sinkronik; adalah museum yang penuh harapan se-
(10) bangunan museum terfragmentasi perti pernyataan Janet Marstine (2006:19)
dengan situs; (11) meningkatkan peles- dalam bukunya “New Museum Theory and
tarian, konservasi dan pengamanan Practice – The paradigm, post-museum, is the
sumber daya warisan in situ; dan (12) most hopeful”.
perhatian yang sama diberikan kepada
sumber warisan budaya bergerak dan Museum Sri Baduga Bandung dalam
tidak bergerak serta berwujud dan ti- Paradigma New Museology
dak berwujud;
Museum Sri Baduga adalah Museum
C. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang Mu- Umum Tingkat Propinsi Jawa Barat. Mu-
seum, terdiri dari: seum ini terletak di Jl. BKR No. 185 Ban-
(13) merangsang pembangunan berke-
lanjutan dan tanggung jawab penggu-
naan sumber daya; (14) memungkin-
kan untuk berubah dan berkembang
untuk masa depan yang lebih baik; (15)
mendorong program berkelanjutan
dokumentasi masa lalu dan masa kini
dan berinteraksi dengan faktor ling-
kungan; (16) meningkatkan penelitian
dengan berbagai masukan dari ahli
lokal hingga akademisi; (17) mening-
katkan pendekatan multi-disiplin dan
antar-disiplin dalam penelitian; (18)
mempromosikan pendekatan holistik
untuk menginterpretasikan hubungan
budaya/alam; (19) menggambarkan Gambar 1
keterkaitan antara: alam/budaya; masa Tampak depan Museum Sri Baduga Bandung
lalu/sekarang; teknologi/individu; (20) (sumber: <https://twitter.com/sribadugamuse-
um>, [29/06/2016])

33
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Gambar 2
Beberapa koleksi Museum Sri Baduga Bandung
(sumber: <http://museumsribaduga.jabarprov.go.id/koleksi>, [29/06/2016])

dung. Nama Sri Baduga diambil dari gelar syarakat (negara, kelompok, dan tokoh);
salah seorang raja Sunda yang bertahta di (6) Koleksi Numismatika/Heraldika, yaitu
Pakuan Pajajaran sekitar abad ke-16 Mase- koleksi mata uang atau alat tukar (token)
hi. Nama ini tertuang dalam prasasti Batu- yang sah dan tanda jasa, lambang, serta tan-
tulis (Bogor) dengan penulisan lengkap da pangkat resmi (cap/ stempel); (7) Kolek-
“Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan si Filologika, yaitu koleksi naskah kuno;
Pajajaran Sri Ratu Dewata” (http://mu- (8) Koleksi Keramologika, yaitu koleksi
seumsribaduga.jabarprov.go.id/sejarah, barang-barang terutama pecah belah, yang
[29/05/2016]). terbuat dari tanah liat dibakar; (9) Koleksi
Bangunan Museum Sri Baduga berdiri Seni Rupa, yaitu koleksi lukisan dua di-
sejak tahun 1974 yang pada mulanya ber- mensi dan tiga dimensi; dan (10) Koleksi
fungsi sebagai Kawedanan Tegallega. Pada Teknologika, yaitu koleksi teknologi tradi-
tanggal 5 Juni 1980 bangunan ini diresmi- sional hingga zaman modern sekarang.
kan menjadi Museum oleh Menteri Pendi- Konsep penyajian koleksi pada ruang
dikan dan Kebudayaan waktu itu, Prof. Dr. pameran tetap Museum Sri Baduga dibuat
Daoed Joesoef. Koleksi di Museum Sri Ba- berdasarkan pendekatan tematik. Lantai
duga terbagi menjadi 10 kategori, yaitu: (1) satu menampilkan koleksi sejarah alam,
Koleksi Geologika/Geografika, yaitu kolek- benda budaya masa prasejarah dan masa
si yang berkaitan dengan batuan, mineral, Hindu-Budha; lantai dua menampilkan
fosil dan benda bentukan alam lainnya; (2) materi koleksi budaya tradisional, budaya
Koleksi Biologika, yaitu koleksi yang dija- yang mendapat pengaruh Islam dan masa
dikan objek penelitian disiplin ilmu biologi, kolonial, antara lain: pakaian tradisional
seperti tengkorak, rangka manusia, tum- pengantin dan alat-alat pertanian; lantai
buhan, dan hewan, baik berupa fosil mau- tiga menyajikan alat-alat perdagangan,
pun bukan; (3) Koleksi Etnografika, yaitu mata uang dan kesenian, antara lain: alat
koleksi benda hasil budaya yang meng- musik tradisional, wayang, batik dan tenun
gambarkan identitas suatu etnis; (4) Kolek- tradisional (http://museumsribaduga.jabar-
si Arkeologika, yaitu koleksi benda-benda prov.go.id/koleksi, [29/06/2016]).
peninggalan dari kurun waktu prasejarah
sampai dengan masuknya pengaruh Barat; a) Analisis Partisipasi Museum Sri Baduga
(5) Koleksi Historika, yaitu koleksi benda- Bandung
benda peninggalan sejak masuknya pen- Dilihat dari sistem kepemilikannya,
garuh Barat sampai sekarang, berupa hal kepemilikan museum adalah kepemilikan
yang berhubungan dengan suatu peristiwa tunggal milik pemerintah, terpusat, dengan
(sejarah), berkaitan dengan organisasi ma- sistem input manajemen tunggal. Sebagai

34
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -

museum negeri milik pemerintah provinsi


Jawa Barat, Museum Sri Baduga berada di
bawah naungan Departemen Pariwisata
dan Kebudayaan. Legitimasi kebijakan dan
pengendalian kegiatan di museum berada
di tangan Kepala Badan Pengelolaan Mu-
seum. Di Museum Sri Baduga, kepala mu-
seum dibantu oleh seksi perlindungan dan
seksi pemanfaatan koleksi serta rumpun
jabatan fungsional lainnya (http://muse-
umsribaduga.jabarprov.go.id/struktur-or- Gambar 3
ganisasi, [29/05/2016]). Menurut Ani Isma- Workshop permainan anak tradisional oleh ko-
rini (dalam <https://suciharlen. wordpress. munitas di museum Sri Baduga (Foto: <http://
romulobutar.blogspot.co.id>, [12/01/2016])
com/2013/01/27/musem-sri-baduga-memu-
puk-rasa-cinta-museum/>, [29/05/2016]),
dalam pengelolaan secara teknis, Museum sebagai pelaksananya, misalnya dengan
Sri Baduga sudah mandiri. Namun dalam Komunitas Hong, Saung Angklung Udjo,
hal keuangan, masih diperoleh dari ang- Komunitas Aleut, IBC (Indonesia Bamboo
garan propinsi. Masyarakat dan komunitas Community), dll. Kerja sama antarlembaga
dapat dikatakan tidak memiliki kekuasaan pemerintah museum juga sudah berjalan
untuk turut serta menentukan kebijakan baik dengan tergabungnya Museum Sri Ba-
dan hanya berpartisipasi pada pelaksanaan duga dalam AMIDA (Asosiasi Museum In-
kegiatan dan program museum saja. donesia Daerah) Jawa Barat, AMI (Asosiasi
Dilihat dari koleksi dan sistem tata pa- Museum Indonesia), dan lain-lain.
mernya, penekanan museum masih ber- Upaya sukarela aktif secara substan-
orientasi pada produk (koleksi) dan bukan sial lebih banyak tampak pada kontribusi
pada proses. Hal ini terlihat pada koleksi- komunitas-komunitas dalam mendukung
koleksi pameran yang menampilkan wu- program-program museum. Komunitas Sa-
jud akhir koleksi saja sebagai artefak yang habat Museum Sri Baduga, misalnya, yang
hanya dilengkapi dengan label koleksi sebagian besar beranggotakan mahasiswa,
yang sangat singkat tanpa didukung oleh sering melakukan kegiatan seperti mere-
informasi-informasi pendukung di balik kam upacara adat, lalu memutarnya di
penemuan koleksi tersebut. Proses pa- museum. Tak jarang anggota-anggota dari
meran masih dianggap bagian back of exhi- komunitas ini dilibatkan dalam pameran di
bition yang tidak perlu diperlihatkan kepa- museum sebagai pemandu (<https://suci-
da pengunjung. Berbeda dengan Museum harlen. wordpress.com/2013/01/27/musem-
Geologi, misalnya, proses preservasi dan sri-baduga-memupuk-rasa-cinta-muse-
konservasi koleksi saat ini mulai diperlihat- um/>, [29/05/2016]).
kan kepada pengunjung dengan membuka
akses pengunjung ke area laboratorium b) Analisis Fungsi dan Cara Kerja Museum
preservasi dan konservasi walaupun masih Sri Baduga Bandung
dibatasi oleh dinding kaca. Museum Sri Baduga Bandung adalah
Di bidang kerja sama, kolaborasi mu- museum yang idealnya dapat merepresen-
seum Sri Baduga dengan jaringan mitra tasikan sejarah dan kebudayaan masyara-
sudah sangat baik, terlihat dari banyaknya kat Jawa Barat secara utuh. Namun wilayah
kegiatan seperti seminar, workshop, lomba, Jawa Barat yang sangat luas dan kaya akan
dsb. yang melibatkan mitra-mitra budaya situs-situs warisan budaya menjadi ken-

35
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

dala museum dalam memamerkan seluruh lola museum Sri Baduga perlu memberikan
wujud sejarah dan kebudayaan Jawa Barat, informasi tambahan kepada pengunjung
baik warisan budaya bergerak, tidak berge- mengenai koleksi yang dipamerkan selain
rak maupun berwujud dan tidak berwu- label koleksi. Penggunaan multimedia ber-
jud. Lokasi museum yang berada di pusat basis teknologi informasi sebagai media
kota Bandung tidak memungkinkan mu- pamer dapat dipilih agar informasi koleksi
seum untuk melestarikan, mengonservasi dapat dimasukkan ke dalamnya dan pe-
dan mengamankan sumber daya warisan ngunjung dapat mencari informasi sendiri
budaya secara “in situ”. Museum Sri Ba- sesuai dengan tingkat usia dan kebutuh-
duga sudah fokus pada pameran dan infor- annya masing-masing.
masi-informasi tentang identitas lokal dan
spirit kawasan budaya yang ada di wilayah c) Analisis Tujuan Jangka Panjang Museum
Jawa Barat, namun belum lengkap. Seba- Sri Baduga Bandung
gai contoh, misalnya, saat ini hanya ada Museum dalam paradigma new museo-
satu panel informasi yang berisi tentang logy melakukan tugas pokoknya yaitu
sebuah kawasan perkampungan adat di preservasi, konservasi, dan edukasi (me-
wilayah Jawa Barat, yaitu Kampung Naga lalui pameran) warisan budaya, juga seha-
di Tasikmalaya. Padahal, perkampungan rusnya dapat berkembang dan berperan
adat di Jawa Barat tidak hanya Kampung dalam pembangunan sumber dayanya se-
Naga. Selain informasi tentang Kampung cara berkelanjutan untuk masa depan ma-
Naga, museum juga perlu menampilkan syarakat perkotaan dan pedesaan (khusus-
informasi tentang kampung-kampung adat nya masyarakat Kampung Adat) di Jawa
lainnya, seperti Kampung Adat Ciptagelar Barat yang lebih baik. Berdasarkan obser-
di Sukabumi, Kampung Dukuh dan Pulo vasi, hubungan antara museum dan ma-
di Garut, Kampung Cikondang di Bandung, syarakat pelaku budaya sudah dilakukan
dll., agar pengunjung tidak menganggap dengan mendatangkan para pelaku buda-
bahwa hanya kampung adat Kampung ya ke museum, misalnya melalui kegiatan
Naga saja yang ada di wilayah Jawa Barat pertunjukan kesenian, workshop kerajinan
yang masih menganut filosofi dan cara dan permainan tradisional dll. Museum
hidup asli masyarakat Sunda di Jawa Barat. Sri Baduga telah mengoptimalkan fasili-
Idealnya, museum dapat bersama-sama tasnya untuk digunakan sebagai wadah
melakukan pelestarian, konservasi, dan dan sarana pertemuan antara pelaku bu-
pengamanan sumber daya warisan secara daya dan publiknya, namun belum dapat
“in situ” agar perkembangan kebudayaan memfasilitasi kebutuhan publik untuk ber-
di seluruh wilayah Jawa Barat, khususnya sama-sama datang, memantau dan men-
di kampung-kampung adat dan situs bu- dokumentasikan kebudayaan secara ‘in
daya lainnya, dapat terekam secara diakro- situ’. Pendokumentasian budaya secara ‘in
nik, sesuai dengan prinsip eco-museum. situ’ dan dilakukan secara berkesinambun-
Dilihat dari koleksinya, berdasarkan gan akan bermanfaat bagi museum dalam
hasil observasi, instalasi pameran di Mu- upaya melengkapi informasi koleksi secara
seum Sri Baduga Bandung lebih banyak diakronik. Hal ini memerlukan kerja sama
mengutamakan artefak daripada ideofak. dari berbagai pihak selain pihak museum
Hal ini tak luput dari peninggalan konsep dan ketua masyarakat adat atau pengelola
museum tradisional yang pada awalnya situs budaya. Kerja sama dengan pihak
adalah berupa kegiatan pengumpulan ar- swasta dapat dilakukan, misalnya dengan
tefak-artefak budaya. Dalam upaya me- agen wisata dan perjalanan. Museum juga
menuhi prinsip-prinsip eco-museum, penge-

36
- Fitriany: Museum Sri Baduga dalam Paradigma New Museology -

dapat bekerja sama dengan institusi pendi- Dengan bersatunya museum dengan pu-
dikan tinggi multidisiplin dan para buda- blik dan pelaku budayanya, maka eksis-
yawan untuk melakukan penelitian-peneli- tensi museum akan terbangun sendirinya
tian bersama. Peluang ini semakin terbuka karena dapat merangsang pembangunan
dengan adanya bantuan sumber dana dari berkelanjutan dan memberi manfaat bagi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidik- masyarakat lokal misalnya rasa bangga,
an Tinggi yang pada tahun anggaran 2017 keamanan pewarisan budaya (regenerasi),
nanti juga memberikan hibah untuk peneli- dan penguatan modal budaya ekonomi
tian penciptaan dan penyajian seni (<http:// dan sosial bagi seluruh sumber daya yang
simlitabmas.dikti.go.id/>, [29/05/2016]). terlibat.

SIMPULAN
Daftar Pustaka
Persiapan museum Sri Baduga Bandung
Davis, Peter. 1999. Ecomuseums: A Sense of
untuk menuju eco-museum, perlu penye-
Place. London and New York: Leices-
suaian fungsi dan cara kerja museumnya dari
ter University Press/Continuum.
museum modern ke museum post-modern.
Kekuatan terbesar museum terletak pada Dean, David. 1996. Museum Exhibition. Lon-
jumlah koleksi (artefak) yang sangat ba- don and New York: Routledge.
nyak dan peran komunitas-komunitas yang
aktif mendukung program-program mu- Marstine, Janet. 2006. New Museum Theory
seum. Banyaknya komunitas dan masyara- and Practice: An Introduction. MA,
kat individu yang peduli dengan museum Oxford and Victoria: Blackwell Pub-
serta sejarah dan budaya Jawa Barat dapat lishing.
dimanfaatkan oleh museum untuk bekerja Corsane, Gerard. 2006. “Using Ecomuseum
sama memenuhi prinsip-prinsip eco-muse- Indicators to Evaluate the Robben
um lainnya yang belum tercapai, misalnya Island Museum and World Heritage
pendokumentasian budaya secara ‘in situ’ Site”. Jurnal Landscape Research, Vol.
dan berkesinambungan untuk pengayaan 31, No. 4.
informasi koleksi museum. Pengembangan
museum juga harus dilakukan secara holis- Magetsari, Noerhadi. 2011 . “Museum di Era
tik. Selain memanfaatkan sumber dana yang Pascamodern”. Seminar Towards In-
berasal dari pemerintah propinsi, museum donesian Postmodern Museums, De-
juga harus memanfaatkan peluang-peluang partemen Arkeologi Universitas In-
kerja sama dengan lembaga pemerintah dan donesia.
institusi pendidikan tinggi untuk melaku-
kan riset-riset di bidang museum dan bu-
webtografi:
daya secara multidisiplin.
Dalam upaya meningkatkan jumlah Davis, Peter. 2011. “New museology, Com-
kunjungan dan partisipasi publik, museum munities, Ecomuseums - Intangible
Sri Baduga sebaiknya mulai melakukan Cultural Heritage and Museums
kerja sama dengan pihak swasta khususnya Learning Resources”. UK: New Cas-
di bidang pariwisata dan hospitality untuk tle University. Melalui <http://www
mengemas paket wisata budaya yang meng- .sac.or.th/databases/ichlearnin gre-
hubungkan museum dengan masyarakat sources/images/new-museology-
pelaku budaya (kampung adat, misalnya) communities-ecomuseums.pdf>,
dan dengan publik (pengunjung) museum. [29/05/2016].

37
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Ihsan, Nur. 2016. “Pascaprosesualisme/Pas- <http://romulobutar.blogspot.co.id>, [12/01


camodernisme?; Sebuah Kilas Balik 2016].
Perdebatan Lama”. Melalui <https://
<http://simlitabmas.dikti.go.id/>,[29/05/
www.academia.edu/12109733/>
2016].
[20/05/2016].
<https://suciharlen.wordpress. com/2013/01
<https://komunitasaleut.com/category/info-
/27/musem-sri-baduga-memupuk-
kegiatan/page/6/>, [29/05/2016].
-rasa-cinta-museum/>, [29/05/2016].
<http://museumsribaduga.jabarprov.go.id/>,
<https://twitter.com/sribadugamuseum>,
[29/05/2016].
[29/05/2016].

38

Anda mungkin juga menyukai