PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
PEMBERIAN ALPHA LIPOIC ACID PERORAL DAN
LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG
MENURUNKAN BERAT BADAN DAN LEMAK
ABDOMINAL LEBIH BANYAK DARIPADA
LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG SAJA PADA
TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN OBESITAS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : 22 Desember 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, MSc. SpAnd Prof. DR. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS
NIP. 194402011964091001 NIP. 194612131971071001
Mengetahui,
DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK Prof. Dr. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP.1958052119850312002 NIP.195902151985102001
iii
Penetapan Penguji
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
kepada Tuhan untuk kasih karunia serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
akhir studi yang telah dijalankan oleh penulis untuk memperoleh gelar Magister
Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD, FINASIM dan
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S (K)., atas kesempatan yang diberikan penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Pascasarjana. Serta Dr. dr. Gde. Ngurah Indraguna Pinatih,
M.Sc, Sp.GK Ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan
Terima kasih Prof. Dr. dr. Alex J. Pangkahila, Sp.And, FAACS, selaku
Dosen dan Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk
yang berharga kepada Penulis dalam penelitian dan seluruh proses pembuatan tesis
ini.
vi
Terima kasih kepada Prof. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS.,
selaku dosen dan pembimbing II yang telah memberikan waktu yang sangat
berharga, yang dengan sabar dan teliti memberikan koreksi, arahan serta
bimbingan dalam setiap tahap penyusunan tesis ini dan menyelesaikan studi.
kepada para penguji tesis ini, yaitu DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc.,
Sp.GK atas saran, kritikan serta bimbingannya yang sangat bermanfaat mengenai
teknis menulis ilmiah yang baku, dan memberikan motivasi selama penyusunan
tesis ini. Terima kasih kepada Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes, yang telah
menginspirasi penulis dalam proses penelitian ini serta koreksi dan masukan yang
sangat berharga yang berhubungan dengan hewan coba. Terima kasih sebesar-
besarnya juga untuk Prof. dr. I Gusti.Made Aman, Sp.FK yang dengan sabar dan
Hormat dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh
yang sangat berharga selama masa pendidikan yang tentunya akan bermanfaat
untuk masa depan penulis. Kepada seluruh staf biomedik Bapak Eddy Suantara,
Geg Wahyu , Geg Amie dan Geg Enni, Mba Yeti yang dengan penuh semangat
menyelesaikan tesis. Terima kasih juga untuk Bapak Gede Wiranatha selaku staf
vii
membantu dalam proses pemeliharaan dan pengelolaan hewan coba, membimbing
cara pengambilan darah hewan coba di dalam laboratorium, serta Drh. Ida Bagus
penelitian ini.
tesis.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi
kita semua.
Penulis
viii
ABSTRAK
Kelebihan berat badan dan obesitas adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
multifaktor, diantaranya adalah akibat kelebihan konsumsi energi yang didapatkan
dari makanan maupun minuman, serta kurangnya aktivitas fisik untuk menjaga
keseimbangan energy. Alpha lipoic acid atau ALA merupakan senyawa
antioksidan yang memiliki efek membantu menurunkan berat badan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian ALA secara oral yang
dikombinasi dengan latihan fisik intensitas sedang menurunkan berat badan,
lemak subkutan abdominal dan lemak visceral abdominal lebih banyak daripada
latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan Post-test
only Control Group Design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan, galur Wistar, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas dengan berat
badan minimal 250 gram yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing
berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0) tidak mendapat perlakuan
apapun, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang
(renang durasi 20 menit/hari selama 4 minggu), dan kelompok perlakuan 2 (P2)
yang diberikan latihan fisik intensitas sedang dan diberikan ALA dosis 15mg/hari
selama 4 minggu. Variabel yang diamati adalah berat badan, berat lemak subkutan
abdominal, dan berat lemak viseral abdominal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat badan sesudah 4 minggu
perlakuan pada kelompok P0 adalah 279,10±5,84 gram, pada kelompok P1 adalah
257,90±10,31 gram, dan pada kelompok P2 adalah 213,90±8,92 gram (p<0,01).
Rerata berat lemak subkutan abdominal pada kelompok P0 adalah 1,99±0,49
gram, pada kelompok P1 adalah 1,46±0,31 gram, dan pada kelompok P2 adalah
0,66±0,24 gram (p<0,01). Selain itu, rerata berat lemak viseral abdominal pada
kelompok P0 adalah 2,19±0,76 gram, pada kelompok P1 adalah 1,46±0,49 gram,
dan pada kelompok P2 adalah 0,79±0,46 gram (p<0,01).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ALA secara oral dengan
latihan fisik intensitas sedang dapat menurunkan berat badan, lemak subkutan
abdominal dan lemak visceral abdominal lebih banyak daripada latihan fisik
intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas
Kata kunci: alpha lipoic acid, obesitas, berat badan, lemak abdominal
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii
LEMBAR PERNGESAHAN ........................................................................... iii
PENETAPAN PENGUJI ................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9
2.1 Penuaan .......................................................................................... 9
2.2 Berat Badan Lebih dan Obesitas .................................................... 10
2.2.1 Epidemiologi Obesitas ......................................................... 16
2.2.2 Etiologi dan Patofisiologi Obesitas ...................................... 16
2.2.3 Hubungan Obesitas, Penuaan, dan Harapan Hidup.............. 19
2.3 Lemak Abdominal Pada Obesitas .................................................. 20
2.4 Manajemen Berat Badan dan Obesitas .......................................... 26
2.4.1 Terapi Diet............................................................................ 27
2.4.2 Latihan Fisik......................................................................... 28
xi
2.4.3 Terapi Perilaku ..................................................................... 29
2.4.4 Terapi Medikamentosa ......................................................... 30
2.5 Latihan Fisik .................................................................................. 31
2.5.1 Jenis Latihan Fisik................................................................ 33
2.5.1.1 Latihan Kardiorespiratori .................................................. 33
2.5.1.2 Latihan Kekuatan .............................................................. 34
2.5.1.3 Latihan Neuromotor .......................................................... 35
2.5.1.4 Latihan Fleksibilitas .......................................................... 35
2.6 Alpha Lipoic Acid........................................................................... 36
2.6.1 Struktur Biokimia dan Fisiologis ALA ................................ 36
2.6.2 Efek ALA Terhadap Berat Badan dan Lemak ..................... 42
2.7 Hewan Coba ................................................................................... 44
2.7.1 Penggunaan Tikus (Rattus norvegicus) di Laboratorium ..... 44
2.7.2 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium ............... 46
2.7.3 Tikus Obesitas ...................................................................... 46
2.7.4 Aktivitas Fisik Pada Tikus ................................................... 47
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ........... 49
3.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 49
3.2 Konsep Penelitian........................................................................... 51
3.3 Hipotesis......................................................................................... 52
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 53
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 53
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 54
4.3 Populasi dan Kriteria Sampel Penelitian ........................................ 55
4.3.1 Sampel Penelitian ................................................................. 55
4.3.2 Kriteria Sampel ................................................................... 55
4.3.3 Besar Sampel ........................................................................ 55
4.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 56
4.4.1 Klasifikasi Variabel .............................................................. 56
4.4.2 Definisi Operasional ............................................................. 56
4.5 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 58
xii
4.6 Prosedur Penelitian......................................................................... 59
4.6.1 Sebelum Perlakuan ............................................................... 59
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 60
4.7 Alur Penelitian ............................................................................... 62
4.8 Analisis Data .................................................................................. 63
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 64
5.1 Analisis Deskriptif ............................................................................ 64
5.2 Uji Normalitas Data .......................................................................... 67
5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ........................................... 67
5.4 Uji Komparabilitas............................................................................ 68
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 71
6.1 Subjek Penelitian .............................................................................. 71
6.2 Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Berat Badan, Berat
Lemak Subkutan Abdominal, dan Berat Lemak Viseral Abdominal .. 72
6.3 Pengaruh Pemberian ALA Terhadap Berat Badan, Berat Lemak
Subkutan Abdominal, dan Berat Lemak Viseral Abdominal............... 75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 79
7.1 Simpulan ........................................................................................... 79
7.2 Saran ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 87
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Chiral Aplha Lipoic Acid................................................ 38
Gambar 2.2 Rattus norvegicus galur wistar .............................................................. 45
Gambar 3.1 Konsep Penelitian......................................................................... 51
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 53
Gambar 4.2 Alur Penelitian.............................................................................. 62
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Rerata Berat Badan Antar Kelompok ........ 65
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Rerata Berat Lemak Subkutan Abdominal 66
Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Rerata Berat Lemak Viseral Abdominal .... 66
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar risiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR
pada jenis kelamin dan kelompok ................................................... 12
Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data ......................................................... 65
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok .................................... 67
Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok ................................ 68
Tabel 5.4 Rerata Nilai Variabel Antar Kelompok Sesudah Perlakuan ............ 68
Tabel 5.5 Analisis LSD Perbandingan Rerata Variabel Antar Kelompok ....... 70
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
ilmu kedokteran anti penuaan atau Anti Aging Medicine (AAM) yang membawa
paradigma baru dalam dunia kedokteran. Paradigma tersebut yakni dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini, penuaan dapat dideteksi lebih dini,
dicegah, diobati dan diperbaiki. Dengan adanya ilmu AAM, diharapkan manusia
dapat memiliki kualitas hidup yang tetap baik walaupun usia smakin bertambah.
dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal
adalah radikal bebas, hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang
utama adalah pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stres. Jika
faktor-faktor ini dibiarkan saja tanpa ada usaha untuk mencegah atau
menanggulanginya, maka proses penuaan akan terjadi lebih cepat, bahkan angka
morbiditas dan mortalitas akan ikut meningkat pula (Pangkahila, 2007). Gaya
hidup tak sehat seperti diet tinggi karbohidrat dan lemak, serta pola hidup
banyak dijumpai di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut data WHO pada
tahun 2015, orang dewasa yang menderita kelebihan berat badan di dunia
1
2
mencapai 1,9 milyar orang, dan 600 juta diantaranya menderita obesitas.
pola makan, aktivitas fisik dan gaya hidup merupakan faktor risiko yang sangat
Telah diketahui bahwa pada orang yang mengalami kelebihan berat badan
dan obesitas dijumpai penumpukan lemak dalam tubuh. Lemak berlebih tersebut
abnormal dimana terjadi penumpukan lemak pada jaringan adiposa yang dapat
(genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, makanan yang berkalori tinggi
terutama yang banyak mengandung lemak, penyakit hormonal, kurang olah raga,
penggunaan alkohol (Ikeuchi et al., 2007). Komposisi lemak dan karbohidrat yang
berlebihan dalam makanan, serta kurangnya aktivitas fisik adalah penyebab utama
Selain masalah estetik dan berkurangnya rasa percaya diri, overweight dan
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh
bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body
lemak visceral. Lemak visceral adalah lemak yang menyelimuti organ dalam
semuanya (Pestacello dan Van Heest, 2000). Latihan fisik merupakan salah satu
pilar untuk menurunkan berat badan. Latihan fisik merupakan aktivitas yang
raga merupakan salah satu bagian dari latihan fisik yang terstruktur, terencana,
beberapa komponen yaitu jenis latihan fisik, intensitas, durasi, frekuensi dan
Latihan fisik atau olahraga yang dilakukan secara teratur dengan dosis
pelatihan yang tepat dapat mencapai dan mempertahankan keadaan sehat dan
dengan variasi 10 denyut per menit. Tipe pelatihan yang dianjurkan merupakan
suatu kombinasi dari latihan aerobik dan pelatihan otot dalam waktu 30-60 menit,
yang mana sebelumnya didahului oleh 15 menit pemanasan dan disusul oleh 10
menit pendinginan. Latihan fisik yang baik dilakukan pada pagi hari sampai sore
hari (Pangkahila, 2009). Latihan fisik yang baik adalah latihan yang dilakukan
berdampak kepada kinerja fisik tubuh dan dapat mencegah penuaan dini
(Adiputra, 2008).
Selain dengan diet dan olahraga, penurunan berat badan dapat dibantu
ini harus berhati-hati, mengingat kemungkinan adanya efek samping yang dapat
infark miokardial dan stroke, bila sibutramine diberikan pada penderita obesitas
dengan penyakit hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, dan riwayat stroke
(James et al., 2010; Sayburn, 2010). Orlistat juga meningkatkan risiko kerusakan
hati yang dapat berakibat fatal walaupun kasusnya sangat jarang (FDA, 2010).
Obat-obatan penurun berat badan lainnya pun memiliki masalah efek samping
5
yang tidak berbeda sesuai dengan golongannya, karena itu mungkin diperlukan
alternatif obat atau suplemen yang dapat membantu menurunkan berat badan
dengan efek samping yang minimal (Laine dan Goldman, 2008). Obat-obatan
pengaturan diet dan aktivitas fisik kurang memberikan hasil yang nyata dalam
Antioksidan Alpha Lipoic Acid (ALA) merupakan asam lemak yang berisi
komponen sulfur yang dijumpai pada setiap sel, merupakan kofaktor pada
dapat membantu proses penurunan berat badan tikus seperti dalam penelitian Kim
et al. (2004), penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian alpha lipoic acid
kepada tikus dapat menurunkan berat badan dengan jalan mengurangi nafsu
oksidasi asam lemak dan pembentukan mitokondria pada jaringan otot (Wang et
al., 2010). Oksidasi asam lemak dan biogenesis mitokondria pada otot skeletal
Beberapa obat tablet dengan komposisi Alpha Lipoic Acid (ALA) murni,
maupun ALA yang dikombinasi dengan antioksidan lainnya telah beredar luas di
pasaran.. Dosis yang direkomendasi dengan efek samping minimal adalah 300-
600 mg, Indikasi yang direkomendasikan antara lain untuk kasus retinopati,
membantu mencegah kerusakan sel dan banyak indikasi lain yang sampai saat ini
memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan berat badan. Efek tersebut
disebabkan melalui aktivitas ALA dalam menginhibisi aktivitas AMP kinase pada
energi.
1. Apakah pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang
2. Apakah Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang
latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan
obesitas?
3. Apakah Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang
latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan
obesitas?
7
dengan latihan fisik intensitas sedang daripada latihan fisik intensitas sedang saja
terhadap berat badan, lemak subkutan abdominal dan lemak visceral abdominal
banyak dibandingkan dengan latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus
badan, lemak subkutan dan lemak abdominal dengan kombinasi pemberian ALA
Untuk memberikan arahan pada masyarakat bahwa pemberian ALA secara oral
dapat membantu menurunkan berat badan, berat lemak subkutan dan lemak
viseral pada kasus kegemukan yang disebabkan oleh asupan kalori yang
2.1 Penuaan
Setelah mencapai usia dewasa, secara alami seluruh komponen tubuh tidak
dapat berkembang lagi. Sebaliknya terjadi penurunan akibat proses penuaan. Pada
umumnya menjadi tua dianggap hal yang lumrah sehingga semua masalah yang
yang berpengaruh terhadap proses penuaan. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang utama adalah pola
hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stres. Faktor-faktor ini dapat
dipertahankan. Lebih jauh lagi usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan
Usia harapan hidup yang lebih panjang disertai kualitas hidup yang
optimal inilah konsep baru dari ilmu kedokteran anti penuaan atau Anti Aging
Medicine (AAM). AAM ini didefinisikan sebagai bagian ilmu kedokteran yang
Dengan definisi AAM tersebut, tampak bahwa terdapat paradigma yang baru,
manusia bukanlah orang terhukum yang terperangkap dalam takdir genetik dan
9
10
penuaan dapat dianggap sama dengan penyakit yang dapat dicegah, diobati
Salah satu hal yang berkaitan dengan terjadinya proses penuaan adalah
inflamasi. Banyaknya lemak visceral yang dijumpai pada penderita obesitas dan
kelebihan berat badan diketahui akan menyebkan inflamasi, yang pada akhirnya
yang ditandai dengan akumulasi lemak berlebihan dalam jaringan adiposa yang
(overweight) jika Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih
dari 25, dan dikatakan obesitas jika BMI lebih besar atau sama dengan 30. Namun
untuk wilayah Asia Pasifik dianjurkan untuk menggunakan batas IMT yang
berbeda dengan IMT untuk orang kaukasia, yaitu IMT 18,5 – 22,9 sebagai IMT
normal, IMT Lebih dari 23,0 sebagai Overweight dan IMT > 25,0 sebagai obesitas
(Kanazawa et al., 2005). Revisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa morbiditas
dan mortalitas orang Asia cenderung terjadi pada IMT yang lebih rendah
(Pangkahila, 2007).
11
mengalami peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, dan diikuti
oleh perubahan nutrisi yang dicirikan dengan diet tinggi lemak jenuh dan
lebih sedikit energi untuk aktivitas sehari-hari. Perubahan nutrisi ini terjadi oleh
Selain berat badan, terdapat faktor lain yang juga tidak kalah penting.
Obesitas tubuh bagian atas (kelebihan berat badan di daerah pinggang) merupakan
risiko kesehatan yang lebih besar dibandingkan obesitas tubuh bagian bawah
(lemak di paha bagian atas dan pantat) (Thierney et al., 2005). Sekarang diketahui
bahwa, dimana lemak berada lebih penting daripada berapa banyak lemak yang
terakumulasi. Obesitas sentral atau viseral, merupakan faktor risiko yang lebih
khususnya obesitas tubuh bagian atas, dibandingkan lemak tubuh total. Obesitas
yang tinggi, sebuah indeks yang digunakan untuk memprediksi risiko yang
Tabel 2.1
Standar risiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis
kelamin dan kelompok umur:
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.
Pasien obesitas dengan lingkar perut yang meningkat (>102 cm pada pria
dan >88cm pada wanita) atau dengan rasio pinggang-pinggul yang tinggi (>1,0
pada pria dan >0,85 pada wanita) memiliki risiko yang lebih besar akan diabetes
mellitus, stroke, penyakit jantung koroner, kematian yang lebih dini dibandingkan
pasien obesitas dengan rasio yang lebih rendah (Thierney et al., 2005).
Rekomendasi WHO untuk daerah Asia Pasifik ialah batas atas lingkar pinggang
(waist circumference) bagi pria >90 cm dan bagi wanita >80 cm. Rekomendasi ini
dibuat karena orang Asia cenderung mengalami akumulasi lemak viseral tanpa
obesitas secara umum (Pangkahila, 2007). Diferensiasi yang lebih lanjut akan
lokasi dari kelebihan lemak menunjukkan lemak viseral dalam rongga abdomen
Rasio lingkar pinggang dan pinggul atau Waist to Hip circumference Ratio
abdomen atau lemak tubuh bagian atas, namun WHR tidak dapat membedakan
antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir
tubuh, lingkar pinggang, dan rasio pinggang dan pinggul secara umum mudah
untuk dilakukan namun tidak secara konkret membedakan abdomen yang besar
pencitraan, terutama CT Scan, yang dapat secara jelas membedakan lemak dari
jaringan lainnya, dapat digunakan untuk mengukur lemak abdominal, baik yang
Obesitas terjadi sebagai akibat dari pola hidup yang sedentari ditambah
dengan konsumsi kelebihan kalori dalam jangka waktu yang lama (Thierney et al.,
2005), khususnya diet tinggi lemak jenuh dan karbohidrat (Popkin, 2006).
Konsumsi yang meningkat dari makanan yang mengandung kalori tinggi, rendah
nutrisi dengan kadar gula dan lemak jenuh yang tinggi, dikombinasikan dengan
sampai dengan tiga kali lipat atau bahkan lebih di beberapa daerah di Amerika
Utara, Inggris, Eropa Timur, Timur Tengah, Australia dan Cina (WHO, 2015).
faktor lingkungan dan kebiasaan (Thierney et al., 2005; Wilborn et al., 2005).
masukan melebihi penggunaan energi, akan terjadi lipogenesis di hati dan jaringan
karbohidrat dan lemak) dan hormon (terutama Growth Hormone (GH), insulin
dan leptin). Hormon utama yang terlibat dalam penyimpanan lemak adalah insulin
lipogenesis). Hormon lain yang terlibat dalam regulasi lemak tubuh termasuk
dan mortalitas. Lebih banyak kelainan muncul dengan frekuensi yang lebih besar
15
pada penderita obesitas. Yang paling penting dan umum ditemui adalah
metabolik ini ditandai dengan adanya tiga atau lebih faktor berikut : meningkatnya
lingkar perut, tekanan darah, trigliserida darah, glukosa darah puasa, dan
Penurunan berat badan dan menjaga agar berat badan tidak naik kembali
Penurunan berat badan yang sedang (5-10% dari berat badan awal) dihubungkan
dengan perbaikan dalam beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan untuk
insiden diabetes mellitus tipe 2 dan perbaikan dalam kontrol diabetes. Sebuah
pada manusia menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebesar 5,1 kilogram
penurunan tekanan darah diastolik sebesar 3,57 mmHg. Penurunan yang lebih
bermakna dari tekanan darah terlihat jika rata-rata penurunan berat badan lebih
besar lagi. Meski demikian pengaruh baik dari penurunan berat badan terhadap
faktor risiko dari penyakit kardiovaskular tidak akan bertahan kecuali penurunan
mengurangi berat badan atau bahkan mencegah kenaikan berat badan (Turk et al.,
2009).
seperti Amerika, penderita kegemukan diprediksi akan mencapai 85% pada tahun
2030, dimana 51,1% adalah obesitas (Nduhirabdani dkk., 2011). Tidak hanya di
orang dewasa dan anak-anak seperti jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus tipe 2, lemak darah abnormal, kanker, osteoarthritis, sleep apnea,
obesitas juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan terhadap biaya medis
dan perawatannya, baik biaya langsung maupun tidak langsung yang mencakup
bahwa diet tinggi lemak dan karbohidrat akan menyebabkan peningkatan berat
badan dan lemak tubuh, yang lama kelamaan dapat menimbulkan obesitas.
1. Faktor genetik
fatness, kegemukan lebih umum terjadi pada anak-anak jika orang tuanya gemuk
(anak-anak memiliki risiko 80% untuk gemuk). Penelitian terhadap anak kembar
bahwa kegemukan memiliki akar genetik. Namun pola dan hubungannya belum
diketahui. Orang yang obesitas, makan lebih banyak dan berolahraga lebih sedikit,
dan hal yang sama berlaku pada anak mereka. Namun, dalam penelitian kembar
identik, ditemukan heritabilitas yang tinggi bagi berat dan indeks massa tubuh dan
menyimpulkan bahwa berat tubuh dan kegemukan berada dibawah kontrol genetik
yang kuat, dan bahwa lingkungan anak-anak sendiri memiliki sedikit pengaruh.
Penemuan terbaru mengenai gen, sebagian ikut mendukung alasan ini (Thierney et
al., 2005).
2. Aktivitas fisik
oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak.
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
18
Makanan merupakan sumber dari asupan energi, yang bila berlebih, maka
karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan lemak; protein akan disimpan
sebagai protein tubuh; sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh
adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi, kebiasaaan makan malam
controlled system / nutrient partitioning yaitu organ di luar otak yang berperan
dalam menggunakan atau menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot,
ginjal, dan jaringan lemak (Soegih, 2009). Otak menerima sinyal dari lingkungan
ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk sinyal neural dan humoral yang
mengaktivasi motor system, dan memodulasi sistem saraf dan hormonal untuk
mencari atau menjauhi makanan. Hasil dari sinyal yang diterima oleh otak akan
pencernaan, absorpsi serta metabolisme zat gizi dalam tubuh. Hasil akhirnya
19
2000).
6. Obat-obatan
(Nurmalina, 2011).
7. Faktor emosi
Beberapa orang makan lebih dari biasanya ketika sedang bosan, marah,
seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, hipertensi dan stroke, dan beberapa jenis
peningkatan risiko kematian dini sampai dengan kondisi peyakit kronis serius
kronis, serta masalah kulit dan infertilitas. Obesitas juga meningkatkan risiko
kanker payudara, usus besar, prostat, endometrium, ginjal, dan empedu (WHO,
2015).
untuk osteoarthritis, penyebab utama dari kecacatan pada orang dewasa. Dalam
analisis yang dilakukan WHO, dilaporkan bahwa sekitar 58% dari diabetes, 21%
penyakit jantung iskemik, dan 8-42% dari kanker tertentu, secara global
Jaringan adiposa abdominal adalah organ yang kompleks dan terdiri dari
intraperitoneal, yang dapat dibagi lagi menjadi massa lemak mesenterik dan
2010). Lemak abdominal terdiri dari lemak subkutan abdomen dan lemak
intraabdomen, yang secara jelas nampak lewat CT Scan dan MRI. Jaringan
21
adiposa intraabdomen terdiri dari lemak viseral atau intraperitoneal yang terdiri
dari lemak omental dan mesenterik dan massa lemak retroperitoneal yang dibatasi
oleh batas dorsal dari intestin dan bagian ventral dari ginjal (Wajchenberg,
2000).
menggunakan titik anatomis, seperti kolon ascendens dan descendens, aorta dan
vena cava inferior, suatu prosedur yang telah divalidasi pada kadaver manusia.
diukur setelah diseksi adalah 61-71% dan 29-33%, secara berurutan, dari massa
yang kuat antara kelebihan jaringan adiposa abdomen dengan faktor risiko
epidemiologis yang ada melaporkan hubungan antara obesitas yang berat dengan
terutama sejak ditemukan korelasi yang tidak konstan antara indeks massa tubuh
distribusi regional dari jaringan adiposa penting untuk diketahui untuk memahami
22
(Wajchenberg, 2000).
akan masukan dan pengeluaran energi yang akan meningkatkan massa tubuh
termasuk akumulasi lemak subkutan dan viseral. Walaupun obesitas secara umum
adalah faktor risiko untuk berbagai penyakit, beberapa penelitian pada manusia
telah menunjukkan bahwa penumpukan lemak viseral, yakni lemak yang berlokasi
pada viseral, sebagai yang paling berpengaruh pada berbagai kondisi kesehatan
Lokasi regional dari lemak tubuh pada obesitas adalah perkiraan yang lebih baik
(Wajchenberg, 2000).
bukti-bukti yang ada mengindikasikan bahwa lemak viseral merupakan salah satu
faktor risiko yang penting akan berbagai tampilan sindrom metabolik: intoleransi
metabolik pada penderita obesitas dengan jaringan adiposa viseral yang hampir
serupa, diduga kerentanan genetik juga berperan dalam memodulasi risiko yang
diasosiasikan dengan kelebihan jaringan adiposa viseral. Dalam hal ini obesitas
anatomis yang menghasilkan efek portal dari pelepasan asam lemak bebas dan
jaringan adiposa merupakan organ endokrin yang aktif, yang mampu mensekresi
berbagai macam sitokin, yang sering disebut dengan adiponektin, yang dapat
menyebabkan inflamasi dan menggangu aksi insulin. Lebih jauh lagi, penelitian
inflamasi yang lebih besar dibandingkan lemak subkutan (Huffman and Barzilai,
2009).
dan lipoprotein VLDL very low density lipoprotein (VLDL), serta menurunkan
kadar kolesterol HDL (Wajchenberg, 2000; Levy, 2010). Sel lemak juga
omental manusia, yang dapat menerangkan resistensi insulin. Lebih jauh lagi
adipokin lemak viseral dari pasien-pasien obese yang sangat berat diukur sewaktu
penderita obesitas untuk mengurangi berat badan dengan jalan mengurangi ukuran
pemotongan sebagian dari lambung atau penjahitan usus halus ke bagian dari
Distribusi lemak tubuh berbeda antara pria dan wanita, dimana hal ini
merupakan salah satu tanda khas maskulinitas dan femininitas. Jika dibandingkan
dengan pria, maka wanita premenopause memiliki lebih banyak lemak subkutan,
dan lemak tubuhnya cenderung diakumulasi di payudara, pinggul dan paha atas
(Pangkahila, 2007). Regio khas untuk penyimpanan lemak wanita ini umumnya
disebut sebagai gynoid (Wajchenberg, 2000). Pada pria, lemak secara dominan
lebih sedikit akumulasi lemak pada daerah pinggul dan paha atas jika
dibandingkan dengan wanita, dimana distribusi lemak ini disebut sebagai sentral
Pria secara umum memiliki area lemak viseral yang lebih besar
faktor risiko jenis kelamin pada penyakit kardiovaskular. Oleh karena distribusi
lemak tubuh merupakan salah satu karakteristik seks sekunder, dapat dilihat
bahwa hormon seks merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
Penyimpanan lemak khas wanita ini penting dalam fungsi reproduksi. Obesitas
pada pria dan terapi sulih hormon testosteron menghasilkan pengurangan lemak
Distribusi lemak regional pada manusia secara jelas diatur oleh hormon,
walaupun faktor-faktor lain ikut berperan penting. Tidak hanya hormon steroid
seks saja yang berperan, namun kortikosteroid dari kelenjar adrenal juga
memainkan peran yang besar. Hormon peptida seperti insulin dan GH merupakan
dengan distribusi lemak abdominal pada pria dengan pengukuran rasio pinggang
dan pinggul dimana terdapat titik cutoff untuk pria dan wanita yang dapat diterima
(Levy, 2010). Kelebihan lemak pada tubuh bagian atas (sentral atau abdominal)
yang juga dikenal sebagai obesitas tipe pria atau android lebih sering dihubungkan
serebral dan perifer dibandingkan dengan obesitas tipe gynoid atau distribusi
lemak tipe wanita (tubuh bagian bawah atau area gluteo-femoral) (Wajchenberg,
2000).
Perbedaan antara pria dan wanita setelah pubertas tidak hanya pada
distribusi lemak, melainkan juga pada metabolisme dan ukuran sel lemak. Sel
lemak di bagian glutea dan femur lebih besar daripada di bagian abdomen.
Individu dengan massa lemak viseral yang lebih besar, baik lewat
peningkatan berat badan atau penumpukan lemak pada depot viseral, akan
kehilangan lebih banyak lemak viseral jika disesuaikan dengan hilangnya lemak
tubuh, terlepas dari metode intervensi yang dilakukan (restriksi kalori, terapi
yang lebih tinggi pada keadaan tetap (steady state) (Wajchenberg, 2000).
kadar turnover trigliserida yang tertinggi dan kelebihan adiposit viseral adalah hal
yang paling berkaitan dengan gangguan metabolik terutama resistensi insulin dan
berikutnya, sedangkan lemak subkutan pada bagian tubuh bawah memiliki tingkat
turnover trigliserid yang paling rendah, sehingga kelebihan lemak subkutan pada
bagian tubuh bawah adalah yang paling kecil membawa dampak metabolik. Pada
jumlah asam lemak ke dalam sirkulasi. Meningkatnya kadar asam lemak bebas
yang berada di sirkulasi akan meningkatkan sintesis hepar dan sekresi VLDL yang
Manajemen berat badan yang efektif bagi individu dan kelompok berisiko
berat badan.
1. Terapi diet
2. Aktivitas fisik
3. Terapi perilaku
4. Terapi medikamentosa
menu diet adalah kunci keberhasilan untuk menurunkan berat badan. Menu diet
karbohidrat kompleks, biji-bijian, kaya serat, rendah lemak dan rendah gula. Yang
harus diingat dari diet tersebut adalah makan makanan yang bervariasi sehingga
asupan gizi terpenuhi, dan makan dengan jadwal teratur, bukan dengan jalan
Diet rendah kalori adalah pilihan utama untuk penurunan berat badan pada
orang yang overweight dan obesitas. Mengurangi kalori dari lemak adalah yang
paling praktis karena lemak mengandung kalori paling tinggi. Mengurangi asupan
lemak saja tanpa menurunkan asupan kalori tidak mencukupi, jadi sebaiknya
500 – 1000 kalori dari asupan rata-rata harian sehingga terjadi penurunan berat
28
badan sekitar 0.5 – 1.0 kg setiap minggunya, penurunan berat badan 0.5 – 1.0 kg
setiap minggu adalah penurunan berat badan yang sehat menurut WHO (WHO,
2015).
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
rangka yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi (Van Baak and Saris,
2005). Latihan fisik atau olahraga adalah bagian dari aktivitas fisik, merupakan
gerakan tubuh yang terencana, terstruktur, dan berulang yang dilakukan untuk
(Pestacello, 2000). Efisiensi latihan fisik berasal dari volume (durasi, distance dan
2002).
badan.
Kebugaran tubuh adalah keadaan tubuh yang dimiliki atau dicapai individu
mengurangi lemak tubuh. kegunaan utama latihan fisik adalah penurunan berat
mengurangi lemak dan meningkatkan kebugaran atau daya tahan paru jantung,
dilakukan 3-5 kali perminggu, pada intensitas 60-90% detak jantung maksimum
selama 20-60 menit. Jenis latihan dapat dikerjakan secara teratur maupun
depresi, eating disorder, stress atau tekanan hidup dan efek samping obat tertentu.
penurunan dan juga dalam fase mempertahankan berat badan (Kopelman dan
Caterson, 2005) .
Caterson, 2005).
Terapi perilaku untuk mendukung pola makan sehat dan aktivitas fisik
Obat penurun berat badan dapat digunakan sebagai bagian dari program
penurunan berat badan yang juga harus melibatkan diet dan aktivitas fisik.
Umumnya terapi medikamentosa dianjurkan pada IMT lebih dari 30 atau lebih
tahun yang lalu adalah rimonabant, tetapi rimonabant ini ditolak di Amerika
Serikat oleh FDA, namun kemudian pada tahun 2007 ditarik dari peredaran
karena terjadi peningkatan angka kejadian depresi, cemas, dan pikiran bunuh diri
miokardial dan stroke bila sibutramin diberikan pada penderita obesitas dengan
penyakit hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner dan riwayat stroke (James et
al., 2010).
Orlistat juga mendapat penambahan label peringatan dari Food and Drug
yang dapat berakibat fatal walaupun kasusnya sangat jarang (FDA, 2010). Di
Indonesia saat ini hanya ada dua obat penurun berat badan yang diizinkan oleh
termasuk golongan simpatomimetik amin dengan efek samping yang agak mirip
satu dari 10 faktor resiko utama kematian di seluruh dunia. Beberapa penyakit
Aktivitas fisik dan latihan fisik (olahraga) adalah dua istilah yang berbeda.
kalangan baik pria maupun wanita, dewasa maupun anak-anak. Adapun beberapa
kanker.
- Orang dewasa yang aktif secara fisik memiliki resiko yang lebih
lebih baik.
Menurut ACSM (American College of Sports Medicine), olah raga yang baik
- Latihan kardiorespiratori
- Latihan fleksibilitas
- Latihan neuromotor
Latihan untuk sistem kardio dan respiratori harus teratur, memiliki tujuan,
bersifat ritmik dan continous. Latihan tersebut dapat berupa berjalan, berjalan
cepat, berlari, bersepeda, berenang, menari, dll. Latihan fisik tipe ini baik
dengan total durasi ≥ 150 menit per minggu. Jika menggunakan jenis olah raga
durasi minimal 20menit atau dengan jumlah total ≥ 75 menit per minggu (ACSM,
2001).
seperti berjalan, berenang, bersepeda santai, menari, berkebun, yoga, golf, dll.
Sedangkan latihan fisik dengan intensitas tinggi dapat berupa jalan cepat, berlari,
bersepeda cepat, panjat tebing, senam aerobik, olah raga bela diri (tinju, karate,
thai boxing), dan olah raga yang bersifat kompetitif (sepak bola, tennis, bola
menargetkan kekuatan otot dengan jalan memberikan beban. Latihan ini bertujuan
meningkatkan kekuatan otot skeletal dan memberikan bentuk serta definisi yang
jelas terhadap bentuk otot, mencegah osteoporosis dan kelemahan otot (ACSM,
2001).
seperti dada, bahu, punggung, perut, paha, kaki, dan lengan. Usahakan untuk
Beban yang diberikan pada otot harus dimulai dari berat yang masih mampu
ditoleransi baru meningkat secara gradual untuk mencegah cedera otot (ACSM,
2001).
Latihan selalu dibagi dalam bentuk grup otot, misal grup otot dada, perut
dan pinggang, punggung, kaki dan lengan. Setiap grup otot dilatih dengan 2-4 set
yang terdiri dari 8-12 repetisi dalam setiap set nya. Berikan jeda 2-3menit sebelum
Peningkatan beban dan jumlah repetisi dan set harus secara gradual ketika
tubuh sudah mampu mentoleransi beban terakhir yang digunakan, hal tersebut
Pada kasus dimana kondisi fisik lemah, seperti usia yang tua, latihan
beban dapat dilakukan dengan menggunakan beban yang lebih ringan dengan
jumlah repetisi yang lebih banyak pada tiap set latihan (ACSM, 2001).
sendi. Seperti diketahui, semakin menua manusia, semakin otot dan sendi menjadi
kaku. Selain itu latihan ini memberikan manfaat untuk kestabilan postural
(ACSM, 2001).
satu olah raga yang dapat dilakukan adalah senam yoga (ACSM, 2001).
Peregangan baiknya dilakukan sampai otot terasa tegang atau sedikit tidak
nyaman, bukan terasa sakit. Tiap melakukan peregangan durasi yang disarankan
36
suatu rantai asam lemak medium dengan dua atom sulfur pada akhir cabang dan
berperan sebagai suatu coenzyme untuk berbagai reaksi redoks pada hampir
seluruh jaringan dalam tubuh (Islam, 2009). ALA dapat pula berikatan dan
menonaktifkan logam berat seperti besi, cadmium, magnesium, cobalt, nikel, zinc
berat molekul 206,33 g/mol dan merupakan bahan serbuk mirip kristal yang
berwarna kekuningan yang larut dalam etanol, natrium klorida maupun air.
Apabila dikonsumsi peroral akan diabsorbsi sekitar 30% di dalam usus halus.
Absorbsi ALA akan menurun jika diberikan bersama makanan, hal ini
antioksidan baru dikenal pada tahun 1988. ALA adalah asam lemak belerang,
pada awalnya diduga sebagai vitamin, akan tetapi pada kenyataannya ALA juga
menghasilkan energi, sering dikenal dengan nama lipoamide yang juga disebut
sebagai lipoat dalam siklus energi di mitokondria. ALA akan mengaktifkan enzim
yang berperan pada molekul yang menghasilkan energi, seperti piruvat yang
didapat dari penghancuran produk dari asam amino. ALA juga secara natural
(Hajoway, 2010).
Prekursor Lipoic Acid (LA) adalah asam oktanoat, yang dibuat melalui
biosintesis asam lemak atau β-oksidasi asam lemak rantai panjang. Asam oktanoat
diperoleh dari thioester karier protein acyl menjadi amyda dari domain lipoyl
dan ke-8 dari asam oktanoat melalui mekanisme metionin radikal s-adenocyl, oleh
enzim lipoyl sintase. Alpha-lipoic acid akan terbentuk lagi setiap kali protein
acid bebas (free alpha lipoic acid) dapat melekat ke dalam domain lipoyl oleh
enzim protein lygase lipoate. Lygase lypoate diproduksi melalui ikatan enzim
Struktur biokimia LA terdiri dari dua thiol (sulfur), yang dapat teroksidasi
sedangkan bentuk teroksidasi dikenal sebagai alpha lipoic acid. Alpha-lipoic acid
juga mengandung satu karbon asimetrik, yang berarti ada dua kemungkinan
isomer optik yang identik seperti bayangan cermin satu sama lain (R-LA dan S-
LA). Hanya R-isomer yang di sintesis dalam tubuh dan terikat pada protein.
38
Alpha-lipoic acid yang terikat protein dalam bentuk suplemen mungkin berisi baik
R-LA atau 50/50 (rasemat), campuran R-LA dan S-LA (Higdon, 2006).
(Sumber: Islam,2009)
ALA memiliki pusat chiral yang berarti dapat dijumpai dalam bentuk
imajinasi bayangan cermin (S- dan R-alpha-lipoic acid) yang tidak dapat
ALA akan bersifat sebagai antioksidan apabila ada kelebihan ALA dalam
sirkulasi tubuh dan dalam keadaan tidak terikat protein, akan tetapi pada
dihasilkan dalam jumlah minimal pada tumbuhan maupun binatang kecuali sudah
diproses dalam bentuk suplemen secara oral maupun injeksi (Hajoway, 2010).
Apabila suplemen yang berisi free ALA diberikan pada tubuh maka akan
berfungsi sebagai antioksidan. Free ALA segera ditangkap oleh sel, dan di dalam
39
sel akan direduksi menjadi dihydrolipoic acid (DHLA). Hanya DHLA yang secara
ALA adalah anti oksidan yang dapat bekerja baik di dalam sel (watery
part) maupun di luar sel (fatty part), bekerja dengan melindungi mitokondria dari
efek buruk radikal bebas. ALA dapat ditemukan di beberapa jenis makanan
seperti bayam, brokoli, tomat, peas, brewer’s yeast, brussel sprout, rice bran,
kentang, daging ginjal, daging liver, dan daging jantung. Sebenarnya tubuh
memproduksi asam lipoat untuk memenuhi fungsi metabolik dasar dengan cara
mengubah glukosa menjadi energi pada siklus krebs. (Winarsi, 2007). ALA
adalah kofaktor enzim dari beberapa kompleks enzim di dalam mitokondria yang
kompleks enzim Pyruvat dehidrogenase. Sejak empat puluh tahun lalu, ahli
biologi menemukan bahwa ALA adalah antioksidan kuat yang dapat melawan
efek buruk dari radikal bebas pada berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan
reaktif seperti radikal superoksida (O 2 -), radikal hidroksil (-OH), HOCL, radikal
peroksil, dan oksigen singlet. Asam lipoat melindungi membran dengan cara
vitamin E. Di sisi lain, senyawa hidroksi lipoat ini juga menunjukkan aktivitas
Fe3+ DHLA
Fe2+
yang dapat diregenerasi secara langsung dengan cara mereduksinya atau secara
dengan dua cara, yakni melalui peningkatan sistein uptake dari makanan, dan
peroksida dalam reaksi peroksidasi lipid. Glutation dalam sel eritrosit berperan
diaplikasikan ke dalam tubuh, ALA akan menampakkan efek seperti obat yang
berefek pada aktivitas antioksidan, misalnya saja dalam menurunkan kadar gula
darah. Secara in vitro, puncak aktivitas antioksidan ALA ditentukan oleh kadar
dan sifat-sifatnya. Dalam hal ini, ada empat sifat antioksidan ALA, yaitu sebagai
hepar dari kerusakan yang disebabkan oleh alkohol, melindungi paru-paru dari
41
tipe 2, serta menekan neuropati dan katarak (Andreassen, 2001). Beberapa studi
yang dilakukan di Eropa menyatakan bahwa efek anti oksidan ALA dapat dipakai
. ALA sangat penting pada jalur metabolik sel hati (termasuk dalam
menghancurkan zat beracun), bekerja dengan cara mengikat radikal bebas dan
ALA juga dapat mengaktivasi pembentukan Protein Kinase B (PKB) yang dapat
mencegah apoptosis sel hati akibat kerusakan oksidatif (Hagen, 2012). Berbagai
untuk hati. Dosis yang dipakai untuk mengatasi kerusakan hati adalah 200-400
mg/ 70 kgbb, tiga kali per hari, dan dikonsumsi pada saat perut kosong. ALA
sebaiknya dikonsumsi 1-2 jam sebelum makan, sebab jika tercampur dengan
2012).
ALA juga bermanfaat dalam sejumlah model stres oksidatif seperti injury
(Hagen, 2012).
plasma atau sel-sel manusia. Sebaliknya, pemberian suplemen ALA oral dapat
diabsorpsi lebih baik dan cepat, sehingga menyebabkan peningkatan kadar free-
ALA dalam plasma dan sel yang signifikan. Penelitian farmakokinetik pada
manusia menemukan bahwa sekitar 30%-40% dosis oral ALA (campuran 50/50
R-LA dan S-LA) diabsorpsi tubuh. Kadar ALA dalam plasma biasanya
memuncak dalam waktu satu jam atau kurang. ALA serta metabolitnya
memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan berat badan dan mencegah
kenaikan berat badan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Butler et al., pada
tahun 2009, didapatkan korelasi positif antara dosis ALA dengan efek penurunan
berat badan. Penurunan berat badan ini kemungkinan besar disebabkan adanya
efek anoreksia dari terapi ALA. (Seo et al., 2012). Efek penurunan nafsu makan
tersebut terutama dijumpai pada 2 minggu awal pemberian ALA dan akan
diketahui dapat menurunkan berat lemak viseral (Timmers et al., 2010). Wang et
lemak pada otot skeletal. Oksidasi asam lemak akan menyebabkan penggunaan
lemak sebagai energi dalam bentuk ATP, sehingga berat lemak tubuh baik
dan mendapati efek signifikan terhadap penurunan berat badan pada grup yang
dengan kontrol. Penurunan berat badan berkorelasi positif dengan dosis ALA
yang diberikan.
penurunan IMT dan lingkar perut pada penderita overweight yang diberikan ALA
Selain efek terhadap penurunan berat badan, diketahui juga bahwa ALA
Efek penurunan berat badan dari ALA disebabkan oleh hambatan pada
aktivitas AMP kinase pada hypothalamus. (Kim et al., 2004). AMP kinase
(AMPK) adalah pengatur utama pada metabolisme glukosa dan lipid pada sel.
AMPK akan diaktivasi ketika energi seluler habis. Aktivasi AMPK pada otot
AMPK juga akan meningkatkan oksidasi asam lemak bebas melalui hambatan
AMPK yang teraktivasi akan memberikan sinyal rasa lapar, dan membuat
subjek memiliki rasa ingin makan. Pemberian ALA diketahui akan menghambat
aktivasi AMP kinase pada hipotalamus sehingga menghambat rasa lapar (Kola,
2008). ALA dapat menstimulasi transport glukosa dan sintesa ATP pada jaringan
mampu meningkatkan fosforilasi HSL yang akan memecah lemak menjadi energi
dan mengurangi masa lemak subkutan maupun viseral (Watt et al., 2006;
dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan
cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur atau varietas
tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Sprague-dawley yang
berwarna albino putih berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada
badannya dan galur Wistar yang ditandai dengan kepala besar dan ekor
Tikus ( Rattus norvegicus ) galur wistar lebih besar dari famili tikus
umumnya dimana tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai
ujung ekor dan berat 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih
kecil dari tikus jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan
berkembang biak. Jika tikus liar dapat hidup dapat hidup 4-5 tahun, tikus
laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun (Smith and Mangkoewidjojo, 1988).
liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa
rata-rata 200-250 gram, tetapi bervariasi tergantung pada galur. Tikus jantan tua
dapat mencapai 500 gram, tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gram. Tikus
putih (Rattus norvegicus) galur Wistar merupakan salah satu hewan percobaan
yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian. Hewan ini telah banyak
diketahui baik sifat, karakteristik, serta struktur anatominya dan zat gizi yang
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus
tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus
bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Smith
a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan
(satu kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus
tahan gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus
mudah menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus
BB (gram)
IMT = ___________________________________________
Panjang nasoanal (cm) x Panjang nasoanal (cm)
Tikus dinyatakan obesitas jika nilai IMT > 0,68 (Novelli et al., 2007)
- Kriteria Lee
Tikus dinyatakan obesitas jika nilai indeks obesitas Lee > 0,3 (Campos et
al., 2008). Untuk penelitian ini dipakai kriteria obesitas menurut Lee. Dengan
perhitungan menggunakan indeks obesitas Lee, berat badan tikus dewasa usia 4-5
bulan rata-rata yang dinyatakan sebagai obesitas adalah lebih dari 250 gram.
Semua subjek penelitian diinduksi menjadi obesitas dengan diet tinggi kalori
(tinggi karbohidrat dan tinggi lemak) ad libitum selama delapan minggu. Berat
badan tikus diukur dengan timbangan dan untuk panjang naso anal tikus diukur
Menurut Pangkahila (2009), latihan intensitas sedang adalah 30% dari intensitas
berat. Jadi 30% x 60 menit = 18 menit. Sehingga diperlukan sekitar 18 menit (di-
yang tepat dalam menentukan waktu latihan untuk intensitas sedang. Dalam
mengalami kelelahan dan mau tenggelam; dalam waktu 30 menit tikus tampak
mengalami kelelahan; dalam waktu 20 menit tikus masih bisa berenang tapi tidak
mengalami kelelahan.
BAB III
dikonsumsi dengan energi yang dipakai. Energi yang dikonsumsi didapatkan dari
makanan yang masuk ke dalam tubuh, dapat berupa karbohidrat, protein, maupun
untuk fungsi fisiologis dasar, energi untuk memproses makanan dan aktivitas
fisik.
Kelebihan berat badan dan obesitas adalah suatu penyakit yang disebabkan
didapatkan dari makanan maupun minuman, serta kurangnya aktivitas fisik untuk
WHO menyatakan definisi kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25, dan
dinyatakan obesitas jika IMT ≥ 30. Sedangkan pedoman di Asia pasifik, dikatakan
dalam tubuh kita. Olah raga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik. Olah
raga maupun aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur memiliki banyak
manfaat seperti menjaga kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya, namun juga
memiliki dampak yang sangat besar dalam menjaga dan menurunkan berat badan.
49
50
menurunkan berat badan. Alpha lipoic acid atau ALA merupakan senyawa
Efek penurunan berat badan dari ALA disebabkan oleh hambatan pada
aktivitas AMP kinase pada hypothalamus. AMP kinase (AMPK) adalah pengatur
utama pada metabolisme glukosa dan lipid pada sel. AMPK akan diaktivasi ketika
energi seluler habis. Aktivasi AMPK pada otot skeletal akan meningkatkan
AMPK yang teraktivasi akan memberikan sinyal rasa lapar, dan membuat
subjek memiliki rasa ingin makan. Pemberian ALA diketahui akan menghambat
aktivasi AMP kinase pada hipotalamus sehingga menghambat rasa lapar. ALA
dapat menstimulasi transport glukosa dan sintesa ATP pada jaringan perifer, dan
mampu meningkatkan fosforilasi HSL yang akan memecah lemak menjadi energi
dan mengurangi masa lemak subkutan maupun viseral (Watt et al., 2006;
.
52
1. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
2. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan
obesitas.
3. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
rancangan post test only control group design (Federer, 2008). Skema penelitian
P1
P S R O2
P2
O3
Keterangan:
P : Populasi
S : Sampel
R : Randomisasi Sampel
menjadi obesitas
53
54
fisik intensitas sedang dan pemberian ALA setelah tikus menjadi obesitas
Minggu 10 – 13 : perlakuan pada tikus dan pengukuran berat badan tiap minggu
Minggu 14 : satu hari untuk penimbangan berat badan, berat lemak subkutan dan
tikus putih (Rattus Norvegicus) galur Wistar, jantan, dewasa yang sehat, obesitas
1. Kriteria inklusi
Kriterian inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus putih (
Rattus Norvegicus) galur Wistar , jantan, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas
(n –: 1) x (t – 1) ≥15
Keterangan
n = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Perhitungan :
(n – 1) x (3 – 1) ≥15
(n – 1) x 2 ≥15
56
2n – 2 ≥15
2n ≥17
n ≥ 8.5
Untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out maka ditambah 10%,
sehingga jumlah cadangan tikus = 10% x 8.5 = 0.85 ≈ 1 ekor. Jadi sampel yang
diperlukan adalah 10 ekor per kelompok, sehingga jumlah sampel yang diperlukan
2. Variabel tergantung: berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat
3. Variabel kendali : diet tinggi kalori , jenis tikus, umur tikus, galur Wistar, berat
Alpha Lipoic Acid® dari GNC dalam bentuk tereduksinya yakni Dihidro
Lipoic Acid (DHLA) dengan sisi R-Isomer yang dapat mereduksi radikal
yang dilakukan oleh Seo et al. (2012) yaitu 0.5% wt./wt. berat badan. Dengan
perhitungan dari indeks Lee didapatkan berat badan tikus yang obesitas
adalah kira-kira 250 gram. Dengan demikian, dosis yang diberikan adalah
57
0.5% wt./wt. ALA x 250 gram = 15 mg perhari. ALA diberikan per sonde
20 cm.
lama waktunya 60 menit (Jawi, 2002). Untuk latihan intensitas sedang; 30%
pendahuluan untuk mencari waktu yang tepat dalam menentukan waktu latihan
bahwa waktu latihan selama 60 menit tikus tampak mengalami kelelahan dan
dalam waktu 20 menit tikus masih bisa berenang tapi tidak mengalami
4. Berat lemak abdomen adalah berat lemak viseral dan berat lemak subkutan
abdomen.
6. Berat lemak subkutan abdomen adalah lemak yang terdapat di lapisan subkutan
di daerah di antara ruas tulang punggung thoracalis dan ruas tulang punggung
7. Tikus wistar jantan adalah hewan percobaan tikus jenis Rattus norvegicus, galur
wistar, jenis kelamin jantan, yang sehat, berusia 4-5 bulan dengan berat kira-
8. Diet tinggi karbohidrat dan lemak adalah diet yang terdiri dari karbohidrat 55%,
2. Gliserin
3. Diet tinggi karbohidrat dan lemak yang terdiri dari: karbohidrat 55%, lemak
4. Sonde
1. Dari populasi tikus Wistar, dipilih 30 ekor tikus yang sesuai dengan kriteria
inklusi untuk dijadikan sampel. Tikus sampel ini diadaptasikan terlebih dahulu
selama 7 hari.
2. Kandang yang digunakan untuk memelihara tikus percobaan berupa bak plastik
berukuran 50x40x20 cm dan pada bagian atas diberi penutup kawat, di dalam
kandang terdapat tempat makanan dan botol minuman, serta pada dasar bak
diberikan sekam padi untuk menyerap kotoran tikus. Setiap kandang berisi satu
ekor tikus.
makanan tinggi kalori sehari dua kali selama 60 hari, dan diberi minum secara ad
libitum juga.
4. Tikus ditempatkan pada kondisi 12 jam pada pagi hari tanpa lampu, sedangkan
pada 12 jam berikutnya (malam hari) diberi penerangan berupa lampu kuning 10
watt. Suhu kandang dijaga pada kisaran suhu 25°C dan kelembaban 70%,
kebersihan dan kenyamanan kandang harus selalu dijaga dan tikus diperlakukan
5. Selama 8 minggu, ketiga kelompok tikus akan diberikan diet tinggi lemak
tinggi karbohidrat dengan komposisi karbohidrat 55%, lemak 35%, protein 10%
60
Bali.
1. Setelah 8 minggu, akan didapatkan tikus obese dengan berat badan lebih dari
tikus) secara random dan makanan ketiga kelompok tikus tersebut diganti
renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama 4
minggu.
renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari dan
diberikan ALA personde satu kali sehari dengan dosis 15mg setiap hari selama
4 minggu.
ketiga kelompok tikus dibunuh dengan cara dianestesi secara inhalasi dengan
lapisan subkutan di daerah di antara ruas tulang punggung thoracalis dan ruas
61
Tikus Wistar
(Hewan Coba)
Tikus diberi diet Tikus diberi diet standar Tikus diberi diet standar,
standar setiap hari dan latihan fisik intensitas latihan fisik intensitas sedang
selama 28 hari sedang selama 28 hari dan ALA selama 28 hari
Berat badan
Berat Lemak Subkutan Abdominal
Berat Lemak Viseral Abdominal
Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dan diolah dengan
1. Analisis deskriptif
2. Analisis normalitas
(p>0,05).
3. Uji homogenitas
dengan one way Annova test dan dilanjutkan dengan LSD untuk
HASIL PENELITIAN
menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur Wistar, sehat,
umur 4-5 bulan dan obesitas dengan berat badan minimal 250 gram yang terbagi
(P1) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember
berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama 4 minggu, dan kelompok
perlakuan 2 (P2) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di
dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari dan diberikan ALA
personde satu kali sehari dengan dosis 15 mg setiap hari selama 4 minggu. Hasil
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak
berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal
64
65
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif Data
Kelompok Rerata Minimum Maksimum
Variabel N SB
Subjek (gram) (gram) (gram)
P0 10 279,10 5,84 269 286
Berat badan P1 10 257,90 10,31 243 279
P2 10 213,90 8,92 201 231
P0 10 1,99 0,49 1,3 2,9
Berat lemak subkutan
P1 10 1,46 0,31 1,0 2,0
abdominal
P2 10 0,66 0,24 0,3 0,9
P0 10 2,19 0,76 1,1 3,2
Berat lemak viseral
P1 10 1,46 0,49 0,9 2,4
abdominal
P2 10 0,79 0,46 0,3 1,6
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok
Kelompok
Variabel N p Keterangan
Subjek
P0 10 0,309 Normal
Berat badan P1 10 0,429 Normal
P2 10 0,871 Normal
P0 10 0,713 Normal
Berat lemak subkutan
P1 10 0,940 Normal
abdominal
P2 10 0,068 Normal
P0 10 0,464 Normal
Berat lemak viseral
P1 10 0,341 Normal
abdominal
P2 10 0,061 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak
dengan menggunakan uji Lavene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data
hasil penelitian adalah homogen (p>0,05). Data disajikan pada Tabel 5.3.
68
Tabel 5.3
Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Variabel N p Keterangan
badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal
setelah 4 minggu perlakuan (posttest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan uji t-
Tabel 5.4
Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok Rerata
Variabel N SB F p
Subjek (gram)
P0 10 279,10 5,84
Berat badan P1 10 257,90 10,31 150,776 0,000
P2 10 213,90 8,92
P0 10 1,99 0,49
Berat lemak subkutan
P1 10 1,46 0,31 34,029 0,000
abdominal
P2 10 0,66 0,24
P0 10 2,19 0,76
Berat lemak viseral
P1 10 1,46 0,49 14,110 0,000
abdominal
P2 10 0,79 0,46
SB = Simpangan Baku; F = F-test; p = signifikansi
kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 150,776 dan
adalah 1,46±0,31 gram, dan pada kelompok P2 adalah 0,66±0,24 gram. Analisis
kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 34,029 dan
nilai p= 0,000. Rerata berat lemak viseral abdominal sesudah 4 minggu perlakuan
dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 14,110 dan nilai p= 0,000.
Hal ini berarti rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan
(P2) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan
Tabel 5.5
Analisis LSD Perbandingan Rerata Variabel antar Kelompok
kelompok memiliki rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal dan berat
lemak viseral abdominal yang berbeda setelah 4 minggu perlakuan (p<0,05). Hasil
ini menunjukkan bahwa rerata berat badan dan berat lemak viseral abdominal
pada kelompok P0 adalah yang paling tinggi, disusul oleh kelompok P1 dan
kelompok P2 memiliki rerata berat badan dan berat lemak viseral abdominal yang
paling rendah.
BAB VI
PEMBAHASAN
Posttest Only Control Group Design. Data dikumpulkan dari 30 ekor tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan, galur Wistar, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas
Semua tikus yang memenuhi kriteria obesitas sebanyak 30 ekor tikus dibagi
apapun, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang
berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama
4 minggu, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan latihan fisik intensitas
sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari
dan diberikan ALA personde satu kali sehari dengan dosis 15 mg setiap hari
badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal.
hewan yang memiliki banyak persamaan secara biologis terhadap manusia. Tikus
merupakan salah satu hewan coba dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi.
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa
tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
71
72
esofagus yang bermuara ke dalam lambung, serta tidak memiliki kantong empedu.
kecepatannya akan menurun setelah berumur 100 hari. Penggunaan tikus Wistar
tikus Wistar berjenis kelamin jantan dikarenakan tikus jantan tidak terpengaruh
oleh siklus menstruasi seperti pada tikus Wistar betina, dimana pada tikus yang
menstruasi akan terjadi perubahan hormonal yang akan memberi efek pada berat
badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal
signifikan sesudah 4 minggu perlakuan yaitu pada kelompok kontrol (P0) adalah
Selain itu, rerata berat lemak subkutan abdominal juga mengalami penurunan
adalah 1,99±0,49 gram dan pada kelompok P1 adalah 1,46±0,31 gram (p<0,01).
kontrol (P0) adalah 2,19±0,76 gram dan pada kelompok P1 adalah 1,46±0,49
gram (p<0,01).
73
sebelumnya oleh Amalia (2005) yang menunjukkan bahwa latihan fisik secara
teratur yang dilakukan minimal 6 sampai 8 minggu dengan durasi latihan minimal
30 menit akan menyebabkan penurunan berat badan dengan rerata 1,8 kg. Selain
itu, penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa bahwa ada hubungan antara
berat badan sebagai pengaruh dari olahraga bersamaan dengan penurunan massa
lemak, lingkar perut, dan kadar kolesterol (Sudibjo, 2009). Purwanto (2011)
Aktivitas otot merupakan salah satu jalan untuk memindahkan lemak dari
Selain itu disebutkan pula bahwa program olahraga aerob dapat mengurangi risiko
jaringan adipose viseral yang akan menyebabkan penurunan kadar lemak tubuh
karena meningkatnya metabolisme basal pada sel-sel tubuh (Dewi et al., 2015).
Individu yang terlatih memiliki otot yang berkapiler dan bermitokondria lebih
energi pada latihan endurance terjadi selama latihan submaksimal (Gropper et al.,
2009). Faktor lain yang berperan pada oksidasi lemak adalah proliferasi kapiler
dalam otot skelet. Kebanyakan asam lemak yang dioksidasi selama latihan dengan
intensitas rendah (25% VO2 max) berasal dari asam lemak plasma. Seiring
mencapai sekitar setengah total lemak yang teroksidasi. Total lemak yang
teroksidasi selama latihan dengan intensitas tinggi (> 70% VO2 max) lebih rendah
energi selama latihan tersebut tergolong tinggi (Horowitz dan Klein, 2000). Selain
durasi latihan yang dilakukan pada setiap intensitas. Perubahan lemak menjadi
energi meningkat ketika latihan dilakukan pada periode waktu yang lama (Achten
et al., 2002).
Menurut Maughan et al. (2007) kehilangan berat badan dapat berasal dari
oksidasi substrat dalam tubuh, oksidasi air, dan hilangnya air akibat pelepasan
glikogen. Oksidasi substrat dalam tubuh adalah oksidasi bahan bakar metabolik
karbondioksida yang hilang saat bernapas dan menyisakan air yang terhitung
oksidasi air. Air dapat hilang akibat pelepasan glikogen. Glikogen dalam jaringan
berkaitan dengan sejumlah air, ketika glikogen otot banyak berkurang selama
latihan maka beberapa air tidak akan berikatan dengan glikogen dan menyebabkan
Antioksidan Alpha Lipoic Acid (ALA) merupakan asam lemak yang berisi
komponen sulfur yang dijumpai pada setiap sel, merupakan kofaktor pada
ini pemberian ALA pada kelompok P2 terbukti dapat memperkuat efek pelatihan
fisik intensitas sedang dalam menurunkan berat badan, berat lemak subkutan
bahwa sesudah 4 minggu perlakuan rerata berat badan kelompok kontrol (P0)
pada kelompok P2 adalah 213,90±8,92 gram (p<0,01). Selain itu, rerata berat
perlakuan jika dibandingkan pada kelompok kontrol (P0) adalah 1,99±0,49 gram,
76
minggu perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 2,19±0,76 gram, pada kelompok
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Kim et al. (2004), yang
menunjukkan bahwa pemberian alpha lipoic acid kepada tikus dapat menurunkan
berat badan dengan jalan mengurangi nafsu makan dan meningkatkan pemakaian
energi. Selain itu Butler et al. (2009) menemukan korelasi positif antara dosis
ALA dengan efek penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini
kemungkinan besar disebabkan adanya efek anoreksia dari terapi ALA. (Seo et
al., 2012). Efek penurunan nafsu makan tersebut terutama dijumpai pada 2
minggu awal pemberian ALA dan akan menghilang secara gradual (Butler et al.,
2009). Supplementasi ALA juga diketahui dapat menurunkan berat lemak viseral
dan mendapati efek signifikan terhadap penurunan berat badan pada grup yang
dengan kontrol. Penurunan berat badan berkorelasi positif dengan dosis ALA
tubuh, penurunan IMT dan lingkar perut pada penderita overweight yang
Selain efek terhadap penurunan berat badan, diketahui juga bahwa ALA
LDL, dan meningkatkan HDL (Zhang et al., 2011). Pemberian ALA dosis kisaran
kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan HDL (Carrier et al., 2014).
Dosis ALA yang dapat memberikan efek perbaikan lipid darah adalah 300 mg
(Hussein et al, 2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2016)
pemberian ALA dosis 5,8 mg dan 10,8 mg selama 14 hari secara per sonde pada
Efek penurunan berat badan dari ALA disebabkan oleh hambatan pada
aktivitas AMP kinase pada hypothalamus. (Kim et al., 2004). AMP kinase
(AMPK) adalah pengatur utama pada metabolisme glukosa dan lipid pada sel.
AMPK akan diaktivasi ketika energi seluler habis. Aktivasi AMPK pada otot
AMPK juga akan meningkatkan oksidasi asam lemak bebas melalui hambatan
AMPK yang teraktivasi akan memberikan sinyal rasa lapar, dan membuat
subjek memiliki rasa ingin makan. Pemberian ALA diketahui akan menghambat
aktivasi AMP kinase pada hipotalamus sehingga menghambat rasa lapar (Kola,
2008). ALA dapat menstimulasi transport glukosa dan sintesa ATP pada jaringan
mampu meningkatkan fosforilasi HSL yang akan memecah lemak menjadi energi
dan mengurangi masa lemak subkutan maupun viseral (Watt et al., 2006;
Dalam penelitian ini ALA terbukti memiliki efek yang signifikan terhadap
7.1 Simpulan
1. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
menurunkan berat badan lebih banyak daripada latihan fisik intensitas sedang
2. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
3. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat
menurunkan berat lemak viseral abdominal lebih banyak daripada latihan fisik
7.2 Saran
pemberian ALA terhadap berat badan, berat lemak subkutan abdominal dan
2. Perlu dilakukan uji klinik terhadap kombinasi ALA dan latihan fisik intensitas
79
DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P.O. Rodahl, K., Dahl, H.A., Stromme, S.B. 2003. Physiological Bases of
Exercise. Textbook of Work Physiology Fourth Edition.Champaign: Human
Kinetics.
Barassi, M., 2009. At A Glance Ilmu Gizi: EMS. hal: 32-35, 102-104.
Berkson, B.M. 2007. Alpha Lipoic Acid and Liver Disease. Townsend Letter.
Available From: www.townsendletter.com/Dec2007/alphalipo1207.htm.
accessed on 12/11/2015.
Burke, L., Deakin, V. 2002. Clinical Sports Nutrition. NSW, McGraw Hill Book Co,
Australia.
80
81
Byles, J. 2009. Obesity: The New Global Threat to Healthy Ageing and Longevity.
Volume: 18, Issue: 4 Ageing, Anti-ageing and Globalization: Transitions and
limits in the governance of ageing. Available from : http://hsr.e-
contentmanagement.com/archives/vol/18/issue/4/article/3200/obesity. Accessed
on 01/17/2011
Campos, K.E., Volpato GT, Calderon IMP, Rudge MVC, Damasceno DC. 2008.
Effect of Obesity on Rat Reproduction and On The Development Of Their Adult
Offspring. Braz J Med Biol Res. 41(2):122–5.
Carbonelli, M.G., Di Renzo, L., Bigioni, M., Di Daniele, N., De Lorenzo, A., Fusco,
M.A. 2010. Alpha Lipoic Acid Supplementation : A Tool For Obesity
Therapy?.Current Pharmaceutical Design, 16: 840-846.
Carrier B, Wen S, Zigouras S, Browne RW, Li Z, Patel MS, Williamson DL, Rideout
TC. 2014. Alpha-lipoic acid reduces LDL-particle number and PCSK9
concentrations in high-fat fed obese Zucker rats.PLoS One. 2014 Mar
4;9(3):e90863.
Dewi, P.K, Ieva B. A, Yulianti A.B. 2015. Hubungan KebugaranJasmani dan Lemak
Tubuh pada Kelompok Senam dan Kelompok Tidak Senam.Prosiding Penelitian
Sivitas Akademika, Universitas Islam Bandung
Febrina. Hubungan antara asupan makan dan aktivitas fisik dengan penurunan berat
badan wanita obes penerima farmakoterapi di klinik obesitas [Karya Tulis
Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro;2007.
Febrina. Hubungan antara asupan makan dan aktivitas fisik dengan penurunan berat
badan wanita obes penerima farmakoterapi di klinik obesitas [Karya Tulis
Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro;2007.
Federer, W. 2008. Statistic and Society, Data Collection and Interpretation. 2nd
Edition. New York: Marcel Dekker.
Gropper, Sareen S, Jack L. Smith, James L. Groff. 2009. Advance Nutrition and
HumanMetabolism, Fifth Edition. Wadsworth: Cengage Learning
82
Hajoway, M. 2010. Alpha Lipoic Acid, A True Antioksidant. Available from: URL:
http://www.bodybuilding.com/fun/ala2.htm1 12. Accessed on 11/12/2015
Hayashi T. 2000. Metabolic stress and altered glucose transport: activation of AMP-
activated protein kinase as a unifying coupling mechanism. Diabetes 49, 527-
531.
Huffman, D.M and Barzilai, N. 2009. Role of Visceral Adipose Tissue in Aging.
Biochim Biophys Acta1790(10): 1117–1123.
Ikeuchi, M., Koyama, T., Takahashi, J., Yazawa, K. 2007. Effects of Astaxanthin in
Obese Mice Fed a Hight-Fat Diet. Jurnal Biosci, Biotechnol, Biochem. 71(4):
893-899
Irving BA, Davis CK, Brock DW. 2008. Effect of exercise training intensity on
abdominal visceral fat and body composition. Medicine and science in sports and
exercise. 40(11):1863-1872.
Jawi, M. 2002. “ Waktu Pemulihan Tiga Hari setelah Pemberian Beban Aktivitas
Fisik Maksimal Dapat mengembalikan Keadaan Normal dari Gambaran
Histologis Lien dan Limfosit Darah pada Tikus Putih” (Tesis). Denpasar;
Universitas Udayana.
83
Kanazawa, M., Yoshiike, N., Osaka, T., Numba, Y., Zimmet, P., Inoue, S. 2005.
Criteria and Classification Of Obesity In Japan and Asian Oceania. World Rev
Nutr Diet. 94:1-12.
Kim, M. S., Park, J.Y., Namkoong C., Jang, P.G., Ryu, J.W., Song, H.S., Yun,J.Y.,
NAmgoong, I.S., Ha, J., Park, I.S., Lee, I.K., Viollet, B., Youn, J.H., Lee, H.K.,
Lee, K.U. 2004. Antiobesity Effects of Alpha Lipoic Acid Mediated by
Suppresion of Hypothalamic AMP Activated Protein Kinase. Nature,
doi:10.1038./nm1061
Koh, E.H., Lee, W.J., Lee, S.A., Kim, E.H., Cho, E.H., Jeong E., Kim, D.W., Kim,
M.S., Park, J.Y., Park, K.G., Lee, H.J., Lee, I.K., Lim, S., Jang, h.K., Lee, K.H.,
Lee, K.U. 2011. Effects of alpha-lipoic Acid on body weight in obese subjects.
Am J Med. 124: 85.
Levy, Y. 2010. It's not only the Overweight: It's the Visceral Fat. IMAJ Vol 12.
Maki, K.C., Reeves, M.S., Farmer, M., Yasunaga, K., Matsuo, N., Katsuragi, Y.,
Komikado, M., Tokimitsu, I., Wilder, D., Jones, F., Blumberg, J.B., Cartwright,
Y. 2009. Green Tea Catechin Consumption Enhances Exercise-Induced
Abdominal Fat Loss in Overweight and Obese Adults. Journal of Nutrition.
139(2): 264-270.
Nduhirabandi, F., Du Toit, E.F., Blackhurst, D., Marais, D., Lochner, A. 2010.
Chronic melatonin consumption prevents obesity-related metabolic abnormalities
and protect the heart against myocardial ischemia and reperfusion injury in a pre-
diabetic model of diet-induced obesity. J.Pineal Res 50 : 171-182.
Pestacello, L.S., Van Heest, J.L. 2003. Physical activity mediates a healthier body
weight in the present of obesity. Br. J. Sport Med. 34:86-93
Popkin, B.M. 2005. Global Nutrition Dynamics: The World is Shifting Rapidly
Toward a Diet Linked With Noncommunicable Diseases.American Journal of
Clinical Nutrition, 84(2): 289-298.
Purwanto, 2011. Dampak senam aerobik terhadap daya tahan tubuh dan penyakit.
Sport Sci J. 1(1): 1-9
85
Sanchez, A. F. Inflammation, oxidative stress and obesity. Int. J. Mol. Sci. 2011, 12,
3117-3132; doi:10.3390/ijms12053117
Sayburn, A. 2010. Withdrawal of sibutramine leaves European doctors with just one
obesity drug. BMJ; 340:c477.
Seo E.Y., Ha A.W., Kim W.K. 2012. Alpha lipoic acid reduced weight gain and
improved the lipid profile in rats fed with high fat diet. Nutr Res Pract. 2012; 6:
195-200.
Sudrajat J. 2008. Prifil Lemak, Kolesterol Darah, Dan Respon Fisiologi Tikus Wistar
Yang Diberi Ransum Mengandung Gulai Daging Sapi Lean [skripsi]. IPB.
Bogor.
Thierney Jr, L.M., McPhee, S.J., Papadakis, M.A. 2005. Obesity. 2005 Lange Current
Medical Diagnosis and Treatment. 44th Edition. McGraw Hill
Turk, M.W., Yang, K., Hravnak, M., Sereika, S.M., Ewing, L.J., Burke, L.E. 2009.
Randomized Clinical Trials of Weight-Loss Maintenance: A Review. J
Cardiovasc Nurs. 24(1): 58–80.
86
Van Baak, M.A., Saris, V.H.M. 2005. Exercise and Obesity in Clinical Obesity in
Adults and children. Editor: Kopelman, Catrerson, andDietz. Published by
Backwell, N. Pp. 363-379.
Wajchenberg, B.L., 2000. Subcutaneous and Visceral Adipose Tissue: Their Relation
to the Metabolic Syndrome. Endocrine Reviews. 21 (6):697-738.
Wang Y., Li X., Guo Y., Chan L., Guan X. Alpha Lipoic Acid Increases Energy
Expenditure By Enhancing AMPK-PGC-1α Signalling In The Skeletal Muscle
of Aged Mice. Metabolism. 2010 July ; 59(7): 967–976.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta. Hal: 191-196.
Zhang Y., Han P., Wu N., He B., Lu Y., Li S. 2011. Amelioration of lipid
abnormalities by alpha-lipoic acid through antioxidative and anti-inflammatory
effects. Obesity (Silver Spring). 19: 1647-1653.
87
LAMPIRAN
Lampiran I
88
Lampiran II
Hasil analisa Alpha Lipoic Acid 100mg GNC
UNIVERSITAS UDAYANA
Lampiran 1
Alpha Lipoic
No Kode Sampel METODE
Acid (%)
Komposisi
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Pair 1 P0pre - P0post .400 11.683 3.694 -7.957 8.757 .108 9 .916
Pair 2 P1pre - P1post 24.800 11.478 3.630 16.589 33.011 6.833 9 .000
Pair 3 P2pre - P2post 69.800 9.841 3.112 62.760 76.840 22.429 9 .000
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Berat Badan (gram) Kelompok P0 .193 10 .200* .914 10 .309
Kelompok P1 .182 10 .200* .928 10 .429
*
Kelompok P2 .151 10 .200 .968 10 .871
Berat Lemak Subkutan Kelompok P0 .165 10 .200* .954 10 .713
Abdominal (gram) Kelompok P1 .149 10 .200* .976 10 .940
Kelompok P2 .223 10 .173 .856 10 .068
Berat Lemak Visceral Kelompok P0 .156 10 .200* .932 10 .464
Abdominal (gram) Kelompok P1 .227 10 .156 .918 10 .341
Kelompok P2 .277 10 .028 .837 10 .061
94
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
Berat Badan (gram) Between Groups 22121.600 2 11060.800 150.776 .000
Within Groups 1980.700 27 73.359
Total 24102.300 29
Berat Lemak Between Groups 8.966 2 4.483 34.029 .000
Subkutan Abdominal Within Groups 3.557 27 .132
(gram)
Total 12.523 29
Berat Lemak Visceral Between Groups 9.806 2 4.903 14.110 .000
Abdominal (gram) Within Groups 9.382 27 .347
Total 19.188 29
95
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence Interval
Dependent Mean
Variable (I) Kelompok (J) Kelompok Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Kelompok 1
97
Kelompok 2