Anda di halaman 1dari 2

F1 – Penyuluhan Pengetahuan Demam Berdarah Dengue

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Hal ini menyebabkan potensi peningkatan
kejadian timbulnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, salah satunya demam berdarah
dengue (DBD). Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue ditularkan kepada manusia melaui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus. Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis dengan penyebaran di seluruh
wilayah. Penderita DBD akan mengalami gejala seperti demam mendadak, sakit kepala, nyeri
belakang bola mata, mual, serta manifestasi perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, atau
kemerahan di bagian permukaan tubuh.
Penderita DBD memiliki gejala demam yang khas yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase pertama
penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi selama 1-3 hari. Selanjutnya pada fase
kedua penderita akan memasuki fase kritis yang berlangsung pada hari ke 4-5. Pada fase ini
penderita akan mengalami penurunan suhu tubuh hingga normal, sehingga kemudian
penderita merasa dapat melakukan aktivitas kembali. Jika tidak mendapatkan pengobatan
yang tepat, dapat terjadi komplikasi yang fatal. Pada fase terakhir, yaitu hari ke 6-7, penderita
akan merasakan suhu tubuh kembali naik. Pada fase ini terjadi proses pemulihan.
Demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di Indonesia.
Dampak yang dapat ditimbulkan berupa kerugian sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu,
masyarakat perlu mengetahui bagaimana gejala penyakit DBD serta apa saja bahaya yang
dapat ditimbulkan, sehingga menjadi lebih waspada kedepannya.
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung. Penanganan awal terhadap penyakit DBD sangat
penting sehingga tidak terjadi masalah yang lebih berat kedepannya. Seperti yang kita ketahui
saat ini, masyarakat masih belum mengerti seputar penyakit DBD dan apa saja bahaya yang
dapat timbul kedepannya.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait seputar penyakit DBD.
Intervensi dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kesehatan baik di dalam maupun di luar
gedung. Penyuluhan di dalam gedung dilakukan di Puskesmas dengan sasaran pasien yang
sedang berkunjung. Sementara penyuluhan di luar gedung dapat dilakukan di Posyandu,
sekolah, maupun saat kunjungan rumah. Intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
kesehatan di Posyandu, dikarenakan peserta dapat mencakup semua kalangan.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2019, bertempat di
Posyandu RW 09 Kelurahan Harjamukti, Kota Cirebon. Penyuluhan ini dibawakan oleh
dokter intership, diikuti oleh masyarakat dan kader Posyandu. Disela-sela materi yang
disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung
apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Monitoring dan Evaluasi
Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sekitar 20 orang. Penyuluhan berlangsung
selama 15 menit. Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias.
Penyampaian materi juga dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak
materi yang ingin disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
mengenai DBD. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan
dari kegiatan ini adalah tidak disediakan media penyuluhan seperti leaflet atau powerpoint.
Diharapkan kedepannya penyuluhan mengenai DBD ini bisa disertai dengan persiapan yang
lebih baik dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap
informasi lebih banyak dari materi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai