Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapat banyak bantuan oleh berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Akhmad Khusni Mubaroq, S. Pd., M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas makalah dan bantuan dalam penyelesaian
makalah ini.
2. Teman-teman kelas S1 Terapan Kebidanan Semarang yang telah memberikan
motivasi dan saran-saran dalam penyelesaian makalah ini.
3. Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun
pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi literatur guna membantu mahasiswa dalam
belajar mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Peranan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Ilmiah.....................................................2
2.2 Teknik Menulis Ilmiah................................................................................................3
2.3 Bahasa Tulis Ilmiah.....................................................................................................9
2.4 Ciri Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah..........................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................................28
3.2 Saran..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Memperoleh kepuasan intelektual
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi bahasa Indonesia dalam konteks
ilmiah sangatlah penting, karena hasil baik dari penulisan ilmiah tidak lepas dari segi
pnggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3
kanan bawah. Sedangkan, pada setiap halaman di setiap bab, penomoran halaman
ditulis pada bagian kanan atas.
- Penomoran halaman berjarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas atau
tepi bawah
4) Bahasa dan Penggunaan Istilah
Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah bahasa Indonesia
yang sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia mengacu pada Permendikbud No. 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Pedoman ini
mencakup pedoman dalam pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca,
dan penulisan unsur serapan.
Sementara itu, Istilah yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah
istilah dalam bahasa Indonesia atau istilah serapan bahasa asing yang sesuai dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jika istilah asing yang digunakan dalam penulisan
karya tulis tidak memiliki padanan kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, maka istilah asing tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf
miring atau italic dan dijelaskan makna dari istilah yang dimaksud
5) Bentuk Kalimat
Kalimat dalam penulisan karya ilmiah hendaknya disajikan dalam bentuk pasif
dalam artian kalimat dalam karya ilmiah tidak boleh disajikan dalam perspektif orang
pertama seperti saya, aku, dan lain-lain. Pada bagian ucapan terima kasih atau kata
pengantar atau prakata, kata saya diganti dengan kata penulis.
6) Penulisan Kata Pengantar
Setiap karya ilmiah selalu didahului dengan Kata Pengantar atau Prakata atau
Ucapan Terima Kasih. Dalam penulisan karya ilmiah,
- Kata Pengantar ditulis dengan menggunakan spasi 1,5.
- Judul Kata Pengantar ditulis dengan menggunakan huruf besar atau huruf kapital,
ditebalkan, dan ditempatkan di tengah.
- Adapun jarak antara judul dan isi Kata Pengantar adalah 2×2 spasi.
- Ucapan terima kasih ditulis secara berurutan dimulai dengan pihak luar, keluarga,
atau teman
7) Penulisan Abstrak
Abstrak dalam penulisan karya ilmiah sangat penting karena merupakan
intisari dari karya ilmiah yang dibuat. Beberapa ketentuan terkait dengan penulisan
Abstrak adalah sebagai berikut :
4
- Judul Abstrak ditulis dengan menggunakan huruf besar atau kapital, ditebalkan,
dan ditempatkan di tengah.
- Isi Abstrak pada umumnya ditulis dengan spasi tunggal dengan jumlah kata
minimal 75 kata dan maksimal 100 kata dan ditulis dalam satu paragraf.
- Abstrak ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
dengan ketentuan penulisan yang sama.
- Jika memungkinkan, penulisan abstrak bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris
diletakkan dalam satu halaman.
- Pada bagian bawah abstrak ditulis beberapa kata kunci yang penulisannya
disesuaikan dengan bahasa yang digunakan. Dalam artian, pada Abstrak dalam
bahasa Indonesia maka kata kunci ditulis dalam bahasa Indonesia. Begitu pula
dengan Abstrak dalam bahasa Inggris maka kata kunci ditulis dalam bahasa
Inggris.
- Istilah asing yang digunakan dalam Abstrak harus ditulis dengan huruf miring
atau dicetak miring.
8) Penulisan Daftar Isi
Daftar isi ditulis dengan spasi tunggal. Untuk penulisan judul setiap bab
ditebalkan atau di-bold dan menggunakan hurif besar atau huruf kapital. Adapun
jarak antara judul Daftar Isi dengan isi adalah 3 spasi.
9) Penulisan Daftar Gambar, Daftar Tabel, dan Daftar Lampiran
Sebagaimana Daftar Isi, penulisan Daftar Gambar, Daftar Tabel, dan Daftar
Lampiran ditulis dengan spasi tunggal. Adapun judul Daftar Gambar ditulis dengan
menggunakan huruf besar atau huruf kapital dan ditebalkan.
10) Penulisan Judul Bab, Judul Subbab, dan Judul Anak Subbab
Suatu karya ilmiah umumnya terdiri dari beberapa bab, subbab, dan anak
subbab. Berikut beberapa ketentuan dalam penulisan judul bab, judul subbab, dan
judul anak subbab :
- Judul bab ditulis dengan menggunakan huruf kapital atau huruf besar, diletakkan
di tengah-tengah kertas, dan ditebalkan atau di-bold. Adapun jarak penulisan
judul bab disesuaikan dengan formasi ukuran margin atau batas tepi penulisan
yang dianut yakni 4 cm atau 3 cm dari tepi atas kertas tanpa tanda titik.
- Judul subbab ditulis dengan menggunakan huruf kapital atau huruf besar kecuali
kata penghubung dan kata depan, ditebalkan atau di-bold, dimulai dari tepi kiri
dan tanpa tanda titik.
5
- Judul anak subbab ditulis dengan menggunakan gaya kalimat yakni pada awal
kata pertama menggunakan huruf kapital atau huruf besar dan awal kata kedua
dan seterusnya menggunakan huruf kecil dan diikuti dengan tanda titik (.) dan
ditebalkan atau di-bold. Penulisan judul anak kalimat dimulai 1 tab atau 5 ketikan
dari kiri.
11) Penulisan Paragraf
Dalam penulisan karya ilmiah, paragraf baru yang letaknya tepat dibawah
judul bab, judul subbab, atau judul anak subbab ditulis rata kiri. Sedangkan paragraf
baru berikutnya ditulis menjorok ke dalam berjarak 1 tab atau 5 ketikan dari batas
tepi kiri. Jika menggunakan aplikasi, paragraf dapat diatur secara otomatis
12) Penulisan Naskah atau Teks
Penulisan posisi naskah atau teks karya ilmiah diatur dengan ketentuan rata kiri
kanan. Dalam artian, pengetikan naskah atau teks karya ilmiah dimulai dari sisi kiri
hingga sisi kanan. Pengecualian ketika memulai paragraf baru, memasukkan gambar,
memasukkan tabel, memasukkan persamaan, atau hal-hal khusus lainnya. Jika
menggunakan aplikasi, penulisan naskah atau teks karya ilmiah dapat diatur dengan
memilih posisi rata kiri kanan atau justified.
13) Penulisan Permulaan Kalimat
Dalam penulisan karya ilmiah, permulaan kalimat ditulis dengan menggunakan
huruf besar atau huruf kapital pada awal kata dan diakhiri dengan tanda titik (.). Jika
permulaan kalimat mengandung bilangan, angka, atau rumus lainnya maka bilangan
tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf. Misalnya, “Lima buah buku …”.
14) Penulisan Bilangan
Ketentuan lain dalam penulisan karya ilmiah adalah terkait dengan penulisan
bilangan. Ketentuan tersebut adalah :
- Bilangan dalam karya ilmiah ditulis dengan angka kecuali jika bilangan tersebut
terdapat pada awal kalimat maka bilangan ditulis dengan huruf.
- Penulisan bilangan desimal merujuk pada ketentuan bahasa Indonesia yakni
ditulis dengan koma (,) dan bukan dengan titik (.).
- Sementara itu, penulisan satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa disertai
dengan tanda titik (.) di belakangnya.
15) Penulisan Nama Gambar dan Nama Tabel
Penggunaan gambar (grafik, bagan, dan lain-lain) dan tabel dalam penulisan
karya ilmiah bertujuan untuk menampilkan data atau informasi tertentu. Setiap
6
gambar dan tabel yang disajikan dalam karya ilmiah harus diberi nomor dan judul.
Sistem penomoran gambar sama dengan sistem penomoran tabel yakni dengan
menggunakan angka Arab. Judul gambar dan judul tabel ditulis tanpa menggunakan
tanda baca titik (.) dan tidak ditebalkan.
Umumnya judul gambar dan judul tabel ditulis ditengah sebagaimana gambar
dan tabel. Perbedaannya adalah judul gambar ditempatkan di bawah gambar
sedangkan judul tabel ditempatkan di atas table
16) Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan
Penulisan kutipan dan sumber kutipan menjadi salah satu aspek terpenting
dalam penulisan karya ilmiah. Terdapat beberapa ketentuan dalam menulis kutipan
dan sumber kutipan, yaitu :
- Kutipan langsung atau kutipan yang berasal dari penulisnya yang berjumlah
kurang dari 40 kata ditulis dengan menggunakan dua tanda petik.
- Kutipan langsung yang diambil dari kutipan maka penulisannya menggunakan
satu tanda petik.
- Kutipan langsung yang diambil dari bahasa asing maka harus ditulis dengan
menggunakan huruf miring atau italic.
- Kutipan langsung yang mengandung jumlah kata 40 kata atau lebih maka kutipan
tersebut harus ditulis tanpa menggunakan tanda petik dan diketik dengan jarak 1
spasi. Adapun proporsi kutipan langsung dalam satu halaman adalah maksimal ¼
halaman.
- Apabila dalam kutipan langsung ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan
bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan menggunakan tiga buah titik.
- Apabila sumber kutipan merujuk sumber lain, maka yang ditulis adalah sumber
kutipan yang digunakan oleh pengutip dengan menyebut nama yang
mengemukakan pendapat tersebut.
- Jika sumber kutipan ditulis mendahului kutipan langsung, maka penulisannya
adalah nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan nomor halaman yang
dikutip. Tahun dan nomor halaman ditulis dalam tanda kurung.
- Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan langsung maka penulisan nama, tahun
penerbitan, dan nomor halaman diletakkan di dalam kurung.
- Jika kutipan berasal dua orang penulis, maka kedua nama penulis harus
disebutkan.
7
- Jika kutipan berasal lebih dari dua orang maka nama belakang atau nama
keluarga dari semua penulis harus ditulis dengan lengkap. Untuk penyebutan
kedua dan seterusnya yang ditulis hanyalah nama keluarga penulis pertama dan
diikuti oleh dkk disertai titik (.).
- Jika kutipan berasal dari penulis yang berbeda dan sumber berbeda, maka
penulisannya adalah diurutkan berdasarkan alphabet dan bukan berdasarkan
tahun terbit.
- Jika kutipan berasal dari penulis yang sama dengan karya yang berbeda, maka
cara penulisannya dengan menambahkan huruf a, b, c, dan seterusnya pada tahun
penerbitan.
- Jika kutipan berasal dari penulis yang sama dengan sumber yang berbeda maka
penulisannya adalah tahun penerbitan ditulis satu kali dan menambahkan huruf a,
b, c.
- Jika kutipan berasal dari tulisan tanpa diketahui nama penulisnya, maka
penulisannya adalah (Tanpa nama, 2017, hlm. 10).
- Jika kutipan berasal dari penulis tanpa diketahui tahun penerbitan maka
penulisannya adalah (Littlejohn, Tanpa Tahun, hlm. 8).
- Jika yang dikutip adalah pokok pikiran penulis, maka penulisannya tidak
menggunakan tanda petik dan cukup dengan menyebutkan sumbernya.
17) Penulisan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka juga merupakan hal terpenting dari penulisan karya
ilmiah dan dilakukan untuk menghindari dan meminimalisir plagiarisme. Daftar
pustaka pada dasarnya mengandung tiga unsur penting yaitu penulis, judul, dan
fakta-fakta penerbitan yang meliputi tempat atau kota pustaka tersebut diterbitkan,
nama penerbit, dan tahun penerbitan. Terdapat beberapa sistem penulisan daftar
pustaka, namun yang umum digunakan oleh perguruan tinggi di Indonesia adalah
APA style atau American Psychological Association.
Adapun beberapa ketentuan umum penulisan daftar pustaka adalah sebagai
berikut :
- Sumber kutipan yang terdapat dalam naskah atau teks karya ilmiah harus ditulis
secara lengkap dalam daftar pustaka dan begitu pun sebaliknya.
- Nama penulis yang ditulis terlebih dahulu dalam daftar pustaka adalah nama
belakang atau nama keluarga. Pengecualian pada penulisan nama Cina, Jepang,
atau Korea karena nama belakang atau nama keluarga berada di awal.
8
- Dalam penulisan daftar pustaka, gelar akademik atau gelar keagamaan atau gelar
kebangsawanan penulis tidak perlu ditulis.
- Jika nama penulis tidak diketahui, maka judul karya dari penulis yang tidak
bernama tersebut dituliskan sebagai tema utama.
- Huruf kapital digunakan untuk menulis huruf pertama dari judul karya atau judul
tambahan.
- Daftar pustaka ditulis secara berurutan berdasarkan abjad nama belakang atau
nama keluarga penulis dengan jarak 1,5 spasi.
- Dalam penulisan daftar pustaka, baris kedua setiap sumber pustaka ditulis dengan
jarak 5 ketikan dari batas tepi kiri baris pertama dengan jarak antar baris 1,5
spasi.
9
mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)
Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,
yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di
sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya, dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
3. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan
dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan.
2.4 Ciri Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah :
1. Cendekia.
Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang
cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan
yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat
yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku
kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat
digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan
kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam
kalimat yang mewadahinya. Dua contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian di
atas.
1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengayuh budaya barat
10
yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-
nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. ·
2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-
nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk
ke Indonesia.
(3) (4)
pemaparan paparan
pembuatan buatan
pembahasan bahasan
pemerian perian
Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4)
menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, panggunaan kedua
jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara carmat. Kalau paparan itu
mangacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi
kalau paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada
contoh (4).
(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut
para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli
psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
11
Kerancuan pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan
kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu.
Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun
dan namun serta mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu
dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8).
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata
idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata
yang cermat tampak pada contoh (10).
2. Lugas
Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas
dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung
sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas.
Dengan paparan yang lugas kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat
akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari (Basuki, 1994).
Penulisan yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara
langsung (lugas). Perhatikan contoh di bawah ini!
12
(11) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah
sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.
(12) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah
sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat.
Kalimat (11) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena
getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu tidak mampu
mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena
akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (12).
3. Jelas
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada
pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan
perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam
bahasa yang jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang
sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas.
Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu
panjang. Perhatikan contoh berikut!
13
Contoh (13) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain
karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya
hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (14),
kalimat-kalimatnya pendak sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat
kalimat panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam
menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.
Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat
khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu
dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau
dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat,
tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila
sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa
diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (13) berisi gagasan yang tidak dapat
diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (13) perlu dipecah sebagaimana
tertera pada kalimat (14). Contoh (15) berikut merupakan contoh pengungkapan
gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (15) seharusnya diungkap sebagaimana
contoh (16).
(15) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di
dalamnya teknologi mutakhir.
(16) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan
masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya
teknologi mutakhir.
(17) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan
membina anak berbakat sangat penting.
14
(18) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina
anak berbakat sangat penting.
Contoh kalimat (17) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan
kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (18) berorientasi
pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari
hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi
pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu
dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu
dihindari. Perhatikan contoh berikut !
(19) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
pananaman moral Pancasila.
(21) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses
balajar mengajar adalah sistem penilaian.
5. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat
keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan
kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar
terhindar dari pemakaian kata informal. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini
15
(23) Kata Formal (24) Kata Informal
berkata bilang
membuat bikin
hanya cuma
memberi kasih
bagi buat
daripada ketimbang
Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang
digunakan cenderung mengarah pada kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah
teknis digunakan pada kalangan khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat
umum. Untuk itu, dalam memilih kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu
kecermatan agar tidak mengarah pada kata ilmiah populer. Contoh berikut ini
menunjukkan perbedaan kedua jenis kosa kata tersebut.
Anarki kekacauan
Argumen bukti
Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata
yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada
umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses
pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya
mengikuti bahasa lain sebagaimana contoh berikut.
(27) Bentukan Kata Bernada Formal (28) Bentukan Kata Bernada Informal
membaca mbaca
16
menulis nulis
tertabrak ketabrak
mencuci nyuci
mendapat dapat
terbentuk kebentur
legalisasi legalisir
realisasi realisir
Keformalan kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur
wajib (subjek dan predikat), (2) ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas,
(3) kebernalaran isi, dan (4) tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel
ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat. Perhatikan contoh di bawah
ini!
(29) Menurut Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai
tahun 2000.
(30) Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai. tahun
2000.
Contoh (29) tidak jelas subjeknya. Siapa yang menyatakan bahwa milenium
ketiga belum dimulai tahun 2000? Tentu jawabannya bukan menurut Valendika,
tetapi Valendika sebagaimana tertuang dalam contoh (30).
17
(32) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Ciri ketiga penulisan kalimat artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi
kalimat dapat diterima nalar (akal) sehat. Sebuah kalimat dapat dikatakan memiliki
kebernalaran isi apabila gagasan yang disampaikan dapat dinalarkan (dapat ditarima
akal sehat) dan hubungan antargagasan dalam kalimat dapat diterima akal sahat
(Supamo, dkk, 1998). Perhatikan gagasan yang disampaikan pada contoh berikut.
lsi kalimat (33) tidak bisa diterima akal. Siapa yang barhasil dalam kalimat
itu? Menurut kalimat itu, yang berhasil adalah berbagai temuan baru itu tidak masuk
akal. Berbagai temuan baru tentu tidak bisa berhasil. Yang mungkin barhasil adalah
penelitian ini sebagaimana contoh (34). Perhatikan hubungan antargagasan dalam
kalimat berikut!
(35) Kedudukan pengajaran berbicara tidak sama dengan pokok bahasan lain, yaitu
seperti membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan sastra
Indonesia.
Ciri ketiga kalimat artikel ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu
menuntut pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat.
Rincian gagasan atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara
langsung dalam kalimat. Kalimat (37) berikut bukan merupakan tampilan esai
18
formal, sedangkan kalimaf (38) merupakan kalimat yang bertampilan esai formal
yang dianjurkan digunakan dalam artikel ilmiah.
– fabel
– legenda
– mite
– sage
(38) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan atas empat kategori, yakni fabel,
logende, mite, dan sage
6. Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan
menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara
objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan
kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Hadirnya kata
betapa dan kiranya pada contoh (39) berikut menimbulkan sifat subjektif. Berbeda
dengan contoh (40) yang tidak mengandung unsur subjektif.
(39) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua
dalam pembentukan kepribadian anak.
(40) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam
pembemtukan kepribadian anak.
19
(41) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf.
(43) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.
(44) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan
dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga negara Indonesia.
20
Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar. Isu negatif yang selama ini
berkembang tidak benar.
8. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten.
Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan
sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai
contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi
mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian
telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya
digunakan singkatan SMP tersebut. Contoh (48) tidak konsisten dengan kaidah yang
berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (47) (28 Okt 2009:
Yhandra Perdana, yandhajperdana.wordpress.com)
(47) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia.
Bagi mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan.
(48) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan
kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan
semua kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia.
Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan.
21
Mandikbud, Nomor0543a/U/ 87, tanggal 9 September, 1987). Aturan itulah yang
berlaku dalam penulisan hal-hal yang bersifat formal, termasuk di dalamnya adalah
penulisan artikel ilmiah. Pada bagian ini hanya dipaparkan sejumlah prinsip yang
perlu mendapat perhatian dalam menulis artikel ilmiah. Prinsip-prinsip umum
pemakaian ejaan tersebut dikemukakan sebagai berikut (Basuki dan Hasan, 1996).
1) Setiap kata, baik kata dasar maupun kata jadian, ditulis terpisah dengan kata
lainnya, kecuali kata yang tidak dapat berdiri sendiri.(diberi garis bawah)
2) Jarak antarkata dalam paparan hanya satu ketukan. Tidak perlu menambah
jarakantarkata dalam rangka meratakan margin kanan. Margin kanan sebuah
artikel tidak harus lurus.
Contoh salah: Pelatihan ini sangat menyenangkan.
3) Setiap kata ditulis rapat, tidak ada jarak antarhuruf dalam sebuah kata.
Contoh salah: P E M B A H A S A N
PENUTUP
4) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah penafsiran, dapat diberi tanda
hubung untuk menegaskan pertalian antarunsurnya.
6) Tanda tanya (?), titik (,), titik koma (,), titik dua (:), tanda seru (!) ditulis rapat
dengan huruf akhir dari kata yang mendahului.
Apa hasilnya?.
7) Setelah tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua (:), tanda seru (!) harus ada
jarak (tempat kosong) satu ketukan.
22
Contoh: Masalahnya tidakjelas. Simpulannya juga tidak jelas .
8) Tanda petik ganda (“…”), petik tunggal (‘…’), kurung () diketik rapat dengan kata,
frasa, kalimat yang diapit.
9) Tanda hubung (-), tanda pisahi (—), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf
yang mendahului dan yang mengikutinya.
Catatan: dalam penulisan biasa, tanda pisah ditulis dengan tanda hubung dua (–).
10) Tanda perhitungan: sama dengan (=), tambah (+), kurang (—), kali (x), bagi (:),
Iebih keeil (<), dan lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu ketukan (spasi)
dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
Contoh: 2 + 2 = 4
P<Q
11) Tepi kanan teks artikel tidak harus rata. Oleh karena itu, kata pada akhir baris
tidak harus dipotong. Jika terpaksa harus dipotong, tanda hubungnya ditulis
setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan di bawahnya. Tidak
boleh menambahkan spasi antarkata dalam satu baris yang bertujuan meratakan
tepi kanan.
12) Huruf kapital dipakai pada huruf pértama nama bangsa, suku, dan bahasa; tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
23
Bandingkan dengan contoh berikut!
13) Huruf kapital dipakai pada huruf pertama nama khas dalam geografi.
14) Huruf mixing (jika menggunakan mesin ketik diganti garis bawah) digunakan
(1) untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau frasa; dan (2)
untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing/daerah
Dengan demikian, …,
Untuk itu,,…
16) Koma dipakai memisahkan kalimat setara yang didehului tetapi, melainkan,
l7) Koma dipakai memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat
mendahului induk kalimat.
Hal itu dapat terjadi karena kalimat (47) dan (48) tidak memiliki pokok atau
subjek. Jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat dicari jika kalimat tersebut
diubah menjadi kalimat (49) dan (50).
24
(50) Uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa.
Hubungan pokok dan penjelas atau subjek dan predikat pada kalimat (47)
dan (48) tidak jelas sehingga kedua kalimat itu dapat dikategorikan kalimat yang
tidak bernalar. Pada kalimat (47) tidak jelas apa yang dapat meningkatkan
kreativitas mahasiswa. Jawabannya tentu bukan dengan panelitian ini. Demikian
juga pada kalimat (48), apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang
dewasa. Jawabannya tentu bukan berdasarkan uraian di atas.
11. Kerancuan
Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau labih. Kerancuan dapat
dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat. Kerancuan bentukan
25
kata tarjadi apabila dua kaidah bentukan diterapkan dalam sebuah bentukan kata
sebagaimana comtoh berikut.
Kerancuan kalimat terjadi apabila dua kaidah atau lebih digunakan secara bersamaan
dalam sebuah kalimat. Kerancuan itu muncul pada saat penulis kebingungan terhadap
kaidah yang dipakai dalam sebuah kalimat. Perhatikan kalimat berikut!
12. Pemborosan
Pemborosan timbul apabila ada unsur yang tidak berguna dalam penggunaan
bahasa. Pengujiannya dapat dilakukan dengan teknik penghilangan. Apabila sebuah
unsur dihilangkan dan gagasan yang diungkap tidak terganggu, unsur tersebut dapat
dikategorikan unsur yang mubazir. Pemborosan dapat terjadi pada kata atau kata-kata
dan kalimat, bahkan mungkin paragraf. Pemborosan kata-kata (dicetak miring)
terlihat pada contoh berikut .
(58) Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalaham yang ada dalam
penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang.
(59) Data penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data
penunjang.
Pemborosan kalimat dapat terjadi apabila suatu kalimat tidak memiliki fungsi
mengungkap gagasan. Gagasan kalimat itu sudah terwadahi dalam kalimat sebelum
atau sesudahnya.
26
mampu mengendalikan gagasan yang kompleks. Perhatikan kalimat kompleks
berikut yang tidak memiliki kelengkapan kalimat.
(64) Bunga api pada busi yang dipergunakan untuk memulai pembakaran
campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder mesin, yang akhimya untuk
membangkitkan tenaga mekanik.
Pertanyaan yang mudah diajukan adalah siapa yang berhasil. Benarkah yang
berhasil adalah berbagai kesalahan manajer? Kalimat di atas berasal dari kalimat
berikut.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara ringkas simpulan dari pembahasan tentang penulisan karya ilmiah dapat
dipahami bahwa didalamnya bahasa Indonesia berperan penting dalam penulisan ilmiah,
karena hasil baik dari penulisan ilmiah tidak lepas dari segi pnggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Dalam penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa
Indonesia yang dalam konteks ilmiah telah mengikuti aturan EYD yang benar.
Penulisan karya ilmiah memerlukan beberapa teknik yang harus diterapkan dengan baik
untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang memenuhi kaidah penulisan karya ilmiah.
Dalam penulisannya memerlukan pengaturan bahasa tulis ilmiah yang baik. Bahasa tulis
ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa
tulis memiliki ciri meliputi, kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat, pembentukan
kata diiakukan secara sempurna, kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren).
Dalam melakukan penulisan karya ilmiah, bahasa memiliki peranan yang sangat
penting yaitu untuk mengungkapkan gagasan secara tepat agar dapat diserap dengan baik
oleh pembaca.
3.2 Saran
Dengan adanya pembelajaran tentang penulisan karya ilmiah, diharapkan pembaca
dapat memahami kaidah penulisan karya ilimiah yang baik dan benar sehingga pada
penulisan karya ilmiah dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam penulisan karya ilmiah
pada khususnya dalam segi kebahasaan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,Rusmini. 2018. Peranan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Jurnal
Ilmiah Research Sains. 4(1) : 29 – 44.
https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://www.jurnalmudiraindure.com/wp-
content/uploads/2018/05/3.-Dra.-Rusmini-Tarigan-PDF.pdf. Diakses pada : 9 Agustus 2020
29