Anda di halaman 1dari 11

BAB III.

TAHAP PERSIAPAN

Bahan galian menurut pemanfaatannya dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Bahan galian logam, yaitu bahan galian yang diambil logamnya untuk dimanfaatkan, contoh :
pasir besi, nikel, tembaga, emas, perak, dll.
2. Bahan galian energi, yaitu bahan galian umumnya untuk energi / bahan bakar, contoh
batubara.
3. Bahan galian industri, merupakan bahan galian yang dapat dimanfaatkan untuk industri,
contoh : batugamping, kaolin, bentonit, kuarsa, dolomit, dll.

LOGAM DAN KLASIFIKASI


Logam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia, fisika maupun nilai ekonomisnya.
Klasifikasi yang paling sederhana adalah dengan pengelompokan logam dalam dua kategori,
yaitu logam logam klasik dan logam logam jarang. Pengelompokan ini sifatnya dinamis, artinya
pada suatu saat logam dapat bergeser pindah kelompok. Contoh logam alumunium semula
kelompok jarang bergeser ke kelompok logam klasik, logam titanium pada saat ini sedang
bergeser menjadi logam klasik.
Klasifikasi lain yang lebih rinci adalah sebagai berikut :
1. Logam besi (ferro), yang terdiri dari Fe dan logam paduannya. Besi dikelompokan tersendiri
karena besi termasuk jenis logam yang paling banyak diproduksi (lebih dari 90 % logam
keseluruhan).
2. Logam logam bukan besi (non ferro), yang diklasifkasikan seperti :
a. Logam berat (Pb, Cu, Zn, Ni, Sn, Co, Mn)
b. Logam ringan (Al, Mg, Be, Li, Na, K)
c. Logam mulia (Au, Ag, Pt, Os, Ir, Ru, Rh, Pd)
d. Logam refractory (W, Mo, Ta, Nb, Ti, Zr, V)
e. Logam sekunder (As, Sb, Bi, Cd, Hg, Co)
f. Logam radio aktif (Ra, Ac, Th, U)
g. Logam tanah jarang (Y, La, Ce, Sm, Gd)
h. Logam jarang (Ge, In, Ga, TI, Hf, Re)
Karena pada pengelompokan logam non ferro didasarkan atas berbagai sifat yang berbeda,
ada kemungkinan satu logam dapat masuk ke berbagai kelompok.
Logam sekunder adalah logam yang umumnya merupakan produk samping dari ekstraksi
logam utama.
Disamping pengelompokan di atas dapat juga dikelompokan atas logam dasar, logam paduan
dsb.

PREPARASI KIMIA
Pyrometallurgy adalah proses ekstraksi metal dari bijih ataupun konsentrat dengan jalan melebur
(smelting) dilakukan proses oksida pada temperatur tinggi sampai didapat crude metal maupun
metal murni. Panas yang digunakan adalah berasal dari bahan bakar padat, cair maupun gas.
Pada peleburan dibutuhkan suatu tanur yang dilapisi dengan refractory sehingga mampu
menahan panas, reaksi kimia/korosi selama proses peleburan berlangsung. Pada umumnya
dilakukan preparasi/masa persiapan baik secara fisik maupun kimia.
Preparasi kimia adalah pekerjaan persiapan umpan agar dapat dengan mudah membantu proses
selanjutnya yang berkaitan dengan proses kimia. Misalnya umpan/bijih berupa sulfida yang akan
dilarutkan harus kondisinya oksida, maka bijih tersebut dapat dilakukan pemanggangan oksida.
Beberapa preparasi yang sering dlakukan dalam preparasi kimia :
1. PENGERINGAN
Pengeringan bertujuan menghilangkan kandungan air bebas (moisture) dalam
konsentrat/bijih. Pengeringan dilakukan dengan memanaskan bijih sampai 110 C. Proses
pengeringan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penguapan air dalam jumlah besar
secara mendadak pada waktu peleburan bijih, yang kemungkinan akan membawa sebagian
logam berharga. Disamping itu sebagian kalor yang disediakan untuk peleburan digunakan
untuk penguapan air. Dalam praktek pengeringan dapat dilakukan sebagai pekerjaan
tersendiri maupun bagian dari awal proses pra-olahan. Pengeringan dilakukan dengan
menggunakan gas buang dari suatu proses, sehingga tidak menambah bahan bakar.
Pengubahan air menjadi uap air dibutuhkan panas sebesar 10,5 Kcal, dengan reaksi :

H2O(cair) H2O(uap)
Panas yang diberikan berfungsi untuk : menaikkan temperatur kamar ke temperatur didihnya
dan perubahan fase cair ke fase gas. Alat yang digunakan adalah rotary kiln (tanur putar),
fixed bed, fluidized bed. Agar terjadi penguapan maka tekanan uap air harus lebih besar dari
tekanan parsiel air di atmosfer.
Pengeringan dapat dilakukan :
a. dalam tekanan atmosfer
b. di bawah tekanan atmosfer

Rotary Kiln (Tanur Putar)

2. KALSINASI
Kalsinasi merupakan suatu proses dengan temperatur tinggi tanpa terjadi peleburan dan tanpa
penambahan reagen, dengan tujuan mengubah bentuk senyawa yang terkandung dalam
konsentrat/bijih. Sehingga terjadi penguraian senyawa kimia (karbonat, air kristal,
hidroksida).
a. Penguraian karbonat
Reaksi :
MCO3(p) MO(p) + CO2(g)
CaCO3 CaO + CO2 (900C)
FeCO3 FeO + CO2 (200C)

Secara termodinamika kalsinasi karbonat dapat berlangsung apabila P.CO2 (dissosiasi) >
P.CO2 (atm).
P.CO2 (atm) parsial CO2 dalam atmosfer.
Contoh : dalam proses kalsinasi batugamping
CaCO3 CaO + 3CO2
Anggapan karbonat dan oksidasi logam padatan adalah murni, maka
GT = GTo + RT ln PCO2
GTo = (40.250 – 43,4 T) Kal/mol
Apabila atmosfer tanur mengandung 20 % CO2, kesetimbangan akan dicapai bila :
40.250 34,4 T = - RT ln PCO2 (atm)
= - 4,575 T log 0,2
37,6 T – 40.250 = 0
T = 1.070,5oK (797,5oC)
Kalsinasi CaCO3 berlangsung pada suhu 717,5oC, kenyataannya > 900 C. Sehingga
untuk mengatasinya PCO2(diss) > 1 atm.

Tekanan Penguraian Karbonat


Kurva hubungan tekanan tekanan CO2 (diss) dengan temperatur (oC) untuk berbagai
karbonat

Hal ini disebabkan pertimbangan kinetika, sebagai berikut :


Apabila PCO2(diss) hanya sedikit di atas PCO 2 (atm) maka hasil penguraian yang melalui
lapisan CaO yang terbentuk akan berlangsung lambat karena gas mengisi pori pori.
Akibatnya terjadi akumulasi dan PCO2 pada pori pori akan naik ≥ PCO2 (diss).
Penguraian karbonat akan terhambat bahkan mungkin akan terhenti sama sekali. Untuk
mengatasi hal tersebut PCO2 (diss) harus lebih besar dari 1 atm.

Kalsinasi adalah proses endothermik, sehingga laju proses akan tergantung pada
penyediaan kalor untuk reaksi penguraian. Berdasarkan atas beberapa penelitian, laju
reaksi penguraian batugamping pada 900C. Laju reaksi berbanding terbalik dengan
ukuran butir, sedangkan waktu kalsinasi akan sebanding dengan diameter ukuran butir.
Temperatur yang terlalu tinggi juga tidak menguntungkan karena lapisan luar akan
mengalami pemanasan yang berlebihan. Sehingga akan menurunkan kualitas kapur bakar
yang dihasilkan.

Kalsinasi karbonat dapat dilakukan tersendiri atau bergabung bersama dengan dengan
proses yang lain. Misalnya dalam peleburan besi yang ditambahkan batugamping, maka
sewaktu batugamping dimasukkan lewat bagian atas tanur dan pada zona tertentu yang
mempunyai temperatur sesuai akan terjadi proses kalsinasi karbonat.

Kalsinasi terhadap kalamin (ZnCO3) harus dilakukan secara terpisah, hal ini disebabkan :
a. kalamin tidak membutuhkan panas yang tinggi sehingga dengan menggunakan
panas buangan saja suda dapat dilakukan kalsinasi (menghemat bahan bakar.
b. perlu penghilangan sebagian besar CO2, sebab akan mengganggu proses reduksi.
Reaksi : ZnCO3 ZnO + CO2
ZnO + CO Zn + CO2

Kondisi kalsinasi adalah :


- Tekanan gas > tekanan material
- Temperatur yang digunakan > temperatur penguapan
- Reaksi endotermis
- Pemanasan dilakukan pada shaft furnace, terbagi tiga zone :
- pre-heating zone (800C) dengan menggunakan gas hasil peleburan secara counter
current. Pada temperatur ini belum terjadi kalsinasi maupun pembakaran coke.
- reaction zone (1000C) merupakan zone dekomposisi limestone dan zone
pembakaran coke. Temperaturnya lebih tinggi dari temperatur dekomposisi
dimaksud gas CO2 tidak bereaksi kembali dengan CaO.
- cooling zone (100 C) lime yang sudah mengalami dekomposisi didinginkan

Gambaran perjalanan panas terhadap udara maupun material :


Diagram pemanasan pada shaft furnace

b. Penghilangan air kristal dan penguraian hidroksida


Air kristal adalah molekul H2O terikat secara kimia dengan senyawa oksida tertentu.
Mineral dalam suatu bijih biasanya juga mengandung air bebas dalam jumlah tertentu.
Sedangkan pada mineral lempung dan hidroksida besi alluminium biasanya terkandung
air terabsorbsi yang penghilangannya membutuhkan temperatur yang lebih tinggi.
Reaksi penghilangan air kristal sangat endotermik :
Me(OH) 2 Me + H2O
Mg(OH) 2 MgO + H2O (200 C)
2Al(OH) 2 Al2O3 + 3H2O
Temperatur operasi antara 1000C - 1100 C

3. PEMANGGANGAN (Roasting)
Proses pemanasan terhadap bijih tanpa terjadi pelelehan yang disertai dengan penambahan
reagen (gas), tujuannya mengubah senyawa yang terkandung dalam bijih (sulfida) menjadi
senyawa lain yang memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya. Bijih yang umumnya
dilakukan pemanggangan adalah Pb, Fe, Cu, dan Zn dengan temperatur sekitar 500 oC –
1000oC.
Meskipun pemanggangan digolongkan sebagai proses pra-olahan, akan tetapi dapat pula
khusus dapat pula berfungsi sebagai proses ekstraksi, bahkan dapat juga berfungsi sebagai
proses pemurnian.

a. Macam pemanggangan
Didasarkan tujuannya ada 4 :
1. Pemanggangan Oksida
Untuk mengubah mineral sulfida menjadi oksida agar mudah direduksi oleh karbon pada
temperatur relatif rendah, atau menghasilkan sulfat gunanya mudah dilarutkan oleh air
dalam proses hydrometallurgy.
Reaksi pemanggangan :
2ZnS + 3O2 2 ZnO + 2SO2
2FeO + 5,5 O2 Fe2O3 + 4SO2
Didasarkan untuk produk yang dihasilkan : pemanggangan menghasilkan oksida,
temperatur pemanggangan  temperatur penguraian sulfat.
Pemanggangan oksida ada 2 :
- Pemanggangan oksida sempurna
Menghilangkan semua kandungan belerang pada bijih sulfida, umumnya bertujuan :
- bijih / konsentrat yang logam berharganya kaya akan sulfida, dimana hasilnya akan di
ekstraksi dengan cara reduksi (contoh : ZnS dan PbS)
- bijih / konsentrat yang logam berharganya jika membentuk oksida bersifat mudah
menguap, sehingga dapat dipisahkan dari mineral pengotornya (contoh : Sb2O2 dan
As2O3). Namun harus dijaga jangan sampai membentuk oksida yang lebih tinggi
sebab akan stabil dan wujudnya dalam keadaan padat.

- Pemanggangan oksida sebagian


Pada pemanggangan ini diusahakan agar logam utamanya tetap dalam keadaan sulfida,
sedangkan pengotornya diubah menjadi oksida sehingga proses oksidasi bersifat selektif.
Contoh : proses pengolahan tembaga Cu2S tetap dipertahankan, sedangkan FeS diubah
menjadi FeO (terak/slag). Hal ini dilakukan agar terbentuk matte (Cu2S FeS). Kalau
semua FeS diubah menjadi FeO kemungkinannya ada tembaga ikut lari ke slag.
Temperatur operasi pemanggangan < temperatur penguraian sulfat, jika temperatur 
temperatur sulfat maka akan terbentuk oksida.

Temperatur penguraian sulfat berbagai logam :


FeSO4 = 550ºC; CuSO4 = 700ºC; ZnSO4 = 750ºC dan PbSO4 = > 1000 ºC.
Tujuan pemanggangan sulfaisasi agar logam berubah dalam senyawa sulfat mudah larut
dalam air, selanjutnya akan diproses secara hydrometallurgy.

- Pemanggangan Metalisasi
Pemanggangan terhadap sulfida agar didapat logam dengan cara oksida pada suhu
tinggi.
Syarat pemanggangan metalisasi :
- Logam yang akan dipanggang harus lebih stabil daripada logam oksida maupun sulfat.
HgS + O2 Hg + SO2
Hg lebih stabil dari HgO maupun HgSO4
- Tekanan uap logam harus cukup tinggi
Hg pada temperatur 500ºC – 800ºC berupa uap. Pemisahan uap Hg dari gas dengan
cara kondensasi.
2. Pemanggangan Reduksi
Pemanggangan dengan penambahan reduktor (C, H2, CH4) dengan tujuan menurunkan
derajat oksidasi atau menurunkan oksida dengan logam.
Reaksi besi spon dengan proses HYL dengan reduktor gas alam CH4
CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Fe2O3 + 3H2 2Fe + 3H2O
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2

3. Pemanggangan Klorifikasi atau Kloridisasi


Pemanggangan bijih atau konsentrat bersama sama senyawa klor seperti NaCl, CaCl 2,
sehingga senyawa logam berubah menjadi senyawa klorida.
Tujuan pemanggangan kloridisasi :
- menghasilkan senyawa klorida logam yang larut dalam air kemudian di ekstraksi secara
hidrometallurgy.
- menghasilkan senyawa klorida logam yang mudah menguap agar dapat dipisahkan dari
mineral pengotornya.
MeS + 2NaCl + 2O2 Na2SO4 + MeCl2
Reaksi pemanggangan kloridisasi yang menghasilkan gas :
MeO + CaCl2 MeCl2 + CaO
(reaksi tahap I)
MeS + CaCl2 + ½O2 MeCl2 + CaO + SO2
(reaksi tahap II)
MeS + Cl2 MeCL2 + ½O2
MeS + Cl2 + O2 MeCl2 + SO2

4. Pemanggangan Khusus
Penerapan pada proses pemanggangan nikel dengan cara “Mond Process” pada
temperatur menghasilkan gas CO pada temperatur 43ºC membentuk uap nikel karbonil.
Ni + 4CO Ni(CO)4
Reaksinya bersifat eksotermis.

b. Faktor faktor yang mempengaruhi pemanggangan


- ukuran partikel cukup halus
- selama pemanggangan diperlukan pengadukan
- penambahan gas
- pengeluaran gas yang cepat

Yang perlu diperhatikan sebelum pemanggangan :


- porositas dari produk (sifat fisik) yang diinginkan
- sifat kimia yang diharapkan
- kegunaan gas gas yang timbul pada proses pemanggangan
- sifat bijih / konsentrat sebelum proses pemanggangan
- panas yang dibutuhkan

c. Peralatan Roasting
Multiple hearth roasting furnace, suspension roaster, dwihgt lloyd sintering machine,
fluidized bed reaktor for roasting.

Multiple Hearth Roasting Furnace

Fluidized Bed Roasted


PREPARASI FISIK
Agar preparasi fisik memenuhi persyaratan proses maka umpan untuk blast furnace harus
berbutir kasar dan porous. Jika butirannya halus akan terjadi penggumpalan dan akan
berhamburan, maka itu perlu dilakukan agglomerasi (penggumpalan).

Macam macam agglomersi :


a. Sinterisasi (sintering)
Untuk memproduksi “spongy coke” : campuran antara besi dengan coke.
Prinsip kerja :
Material, bahan bakar dan air dicampur menjadi satu kemudian dipanaskan sampai dibawah
titik lelehnya (hanya permukaan saja yang leleh), apabila didinginkan akan saling mengikat.
Alat yang digunakan :
Sintering grate, baik stationary maupun travelling grate sintering machine.
Pada sintering grate material ditambah coke ± 5% dan air sebanyak 5 – 10%, kemudian
dipanaskan. Pemanasan dilakukan dibagian atas karena adanya pompa hisap maka zona
pemanasan akan bergerak dari atas ke bawah, sehingga semua material yang ada dalam
sintering grate akan terpanaskan semua. Karena sintering grate berjalan maka lama kelamaan
produk tersebut menjadi dingin dan menggumpal. Jika produk ini tidak sesuai dengan ukuran
yang didinginkan, maka dapat dilakukan peremukan dan pengayakan.

Grate Sintering

Yang perlu diperhatikan dalam sintering grate adalah :


- ukuran butir material
- ukuran butir coke
- kandungan air
- daya isap
Sintering Plant

b. Pembriketan (briquetting)
Pembriketan adalah material halus yang tercampur dengan bahan pengikat (binder) yang
berupa : oil, ter, dan coke (organik). Bahan anorganik : lime, clay, dan semen.
Binder organik digunakan untuk memproduksi metal oksida.
Contoh :
2ZnS + C + 4O2 2ZnO + CO2 + 2SO2

c. Peletisasi (pelletizing)
Proses penggumpalan material halus berukuran 200 # (mesh) menjadi ukuran 10 – 30 mm atau
paling kecil 3 mm.
Proses peletisasi ada 2 tahap :
- rolling, tahap ini material ditambah air dan perekat (biasanya dipakai clay mineral), alat
digerakkan “rotary disc” atau “pan pelletize”
- pembakaran, dilakukan pada temperatur 1200 – 1300 C, agar uap air keluar dan menjadi
porous.
Gerakan pada Pan Pelletizer

d. Nodulasi (nodulizing)
Pengerjaannya seperti pembuatan klinker semen, dengan cara pemanasan didalam tanur putar.
2Zn(OH)2 ZnO + H2O
halus kasar
ZnO dipanaskan agar kulitnya meleleh sehingga terjadi penggumpalan yang porous.

Anda mungkin juga menyukai