PENDAHULUAN
1
insiden penyakit diare pada balita adalah 10,2%. Survei Morbiditas yang
dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010
terlihat kecendrungan insiden naik. Pada tahun 2000 penyakit diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Tahun 2010 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 33 kecamatan dengan
jumlah penderita 4202 dengan kematian 73 orang (CFR 1, 74%).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
LBM 3
MENCRET
3
2.3 Pembahasan LBM 3
2.3.1 Klarifikasi Istilah
a) Turgor kulit adalah derajat elastisitas kulit. Tugor kulit diperiksa dengan
cara mengangkat (mencubit) sebagian kulit kemudian melepaskannya.
Kulit yang normal akan segera kembali pada posisi semula dengan cepat.
b) Mata cowong adalah mata yang cekung atau menjorok ke dalam. Mata
cowongadalah salah satu tanda dehidrasi pd bayi.
4
intraseluler. Kadar. natrium dalam darah pada dehidrasi tipe ini 135-
145 mmol/L dan osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L.
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik). Natrium hilang yang lebih
banyak daripada air. Penderita dehidrasi hipotonik ditandai dengan
rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/L) dan
osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mOsml/L). Karena kadar
natrium rendah, cairan intravaskuler berpindah ke ruang
ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi cairan intravaskuler.
Hiponatremia berat dapat memicu kejang hebat; sedangkan koreksi
cepat hiponatremia kronik (2 mEq/L/jam) terkait dengan kejadian
mielinolisis pontin sentral.
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik). Hilangnya air lebih banyak
daripada natrium. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya
kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/L) dan peningkatan
osmolalitas efektif serum (lebih dari 295 mOsm/L). Karena kadar
natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air dari ruang ekstravaskuler
ke ruang intravaskuler. Untuk mengkompensasi, sel akan
merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik air
kembali ke sel dan mempertahankan volume cairan dalam sel. Saat
terjadi rehidrasi cepat untuk mengoreksi kondisi hipernatremia,
peningkatan aktivitas osmotik sel tersebut akan menyebabkan infl
uks cairan berlebihan yang dapat menyebabkan pembengkakan dan
ruptur sel; edema serebral adalah konsekuensi yang paling fatal.
Rehidrasi secara perlahan dalam lebih dari 48 jam dapat
meminimalkan risiko ini.
5
Table 1. Derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari
berat badan
Derajat dehidrasi Dewasa Bayi dan Anak
Derajat Ringan 4% dari berat badan 5% dari berat badan
Derajat Sedang 6% dari berat badan 10% dari berat badan
Derajat Berat 8% dari berat badan 15% dari berat badan
6
Keadaan umum Sehat Gelisah,cengeng, Mengigau,
apatis, ngantuk koma atau syok
Turgor kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikt cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar
Mulut Normal Kering Kering &
sianosis
Denyut Kuat< 120 Sedang (120- Lemah >140
nadi/menit 140)
Skor: 0-2 : dehidrasi ringan
3-6 : dehidrasi sedang
7-12 : dehidrasi berat
Pasien mengalami BAB cair lebih dari 10x dalam sehari dan juga
kemungkinan ASI yang masuk tidak mencukupi cairan yang dibutuhkan
oleh tubuh pasien, sehingga pasien mengalami kekurangn cairan. Dilihat
dari tanda klinis dan keluhan pasien disekario dan dinilai menggunakan
7
skor, pasien masuk kategori dehidrasi ringan sedang. Warna urin yang
pekat itu disebabkan karena intake cairan pada pasien ini berkurang yang
menyebabkan ginjal mengkompensasi dengan menyerap kembali cairan
pada tubulus ginjal dan membawa kembali keseluruh tubuh, sehingga
osmolaritas cairan yang dikeluarkan oleh ginjal itu tinggi dan
menyebabkan warna urin menjadi pekat dan bau. Dan kalau menangis itu
tidak keluar air mata, hal ini juga berkaitan dengan dehidrasi yang
menyebabkan produksi cairan di kelenjar lakrimalis menjadi sedikit atau
bahkan tidak ada, terkadang dehidrasi juga bisa menyebabkan mata
menjadi cowong
8
campak dalam waktu 4 minggu terakhir diakibatkan dari penurunan
kekebalan tubuh panderita, umur, dan perilaku manusia yang tidak sehat.
Selanjutnya faktor lingkungan (environment) yang merupakan
epidemiologi diare atau penyebaran diare sebagian besar disebabkan
karena faktor lingkungan yaitu sanitasi lingkungan yang buruk dan
lingkungan social ekonomi.
E. Apa saja kandungan ASI dan berapa lama waktu pemberian ASI?
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang ideal untuk
bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI
mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan
9
mikronutrien adalah vitamin & mineral. Volume dan komposisi nutrien
ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan
volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui
(kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan).
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun
berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas.(Hendarto, 2013)
1. Karbohidrat
2. Protein
10
contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya
ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin
diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam
amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak
yang sedang berkembang. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok
berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa
nitrogen, karbohidrat, dan fosfat). Nukleotida ini mempunyai peran
dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang
pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi
dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak
omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi
banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung
banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik
(DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Jumlah lemak total di
dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi
mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi.
4. Karnitin
5. Vitamin K
11
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi
sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempat-
nya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI
berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan
ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin
K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
6. Vitamin D
7. Vitamin E
8. Vitamin A
12
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,
asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi
ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin
B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan
asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena
vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf
maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini.
Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-
hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.
10. Mineral
13
kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium,
yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.
14
b. Suhu axila : 39oC adanya peningkatan suhu (demam).
Peningkatan suhu pada pasien diskenario bisa disebabkan oleh
adanya infeksi dalam tubuh pasien.
c. Berat badan : 11 kg dalam batas normal untuk usia pasien
diskenario.
2. Interpretasi pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun cekung, mata
cowong dan turgor kulit menurun, merupakan tanda-tanda dari
dehidrasi derajat sedang berdasarkan penilaian Maurice-King.
2.3.5 Referensi
A. Artikel IDAI
B. Artikel Kemenkes RI
C. Artikel Kedokteran
1. Gastroenteritis
a. Definisi
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa
saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah. Diare
15
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.(Pujiarto, 2015)
b. Penyebab
Hampir 80% kasus GEA yang terjadi pada anak disebabkan oleh
infeksi virus. Sisanya disebabkan oleh bakteri dan parasit. Umumnya
virus penyebab GEA adalah Rotavirus, Adenovirus enteric, dan virus
Norwalk. Virus penyebab lainnya yang lebih jarang yaitu calicivirus
dan astrovirus. Rotavirus merupakan penyebab pada 1/3 kasus GEA,
termasuk yang rawat inap. Meskipun jauh lebih jarang dari virus,
bakteri penyebab GEA Antara lain Campylobacter jejuni,
Salmonella spp, Shigella spp, Yersinia enterocolica dan spesies
Eschericia coli.(Pujiarto, 2015)
Selain dari karena infeksi, GEA juga dapat disebabkan oleh
faktor makanan yaitu malabsorbsi dan keracunan makanan.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi.
Berdasarkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, mual
(93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%)
adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran
mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, mata cekung, terdapat
pada <10 % pada hasil pemeriksaan.(Amin, 2015)
d. Diagnosa
1) Anamnesa. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan
keluhan khas yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan
tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah
tergantung bakteri yang menyebabkan. Curiga terjadinya
gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-tiba konsistensi
tinja menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi tiba-
tiba.
2) Pemeriksaan fisik, ditemukan:
16
Demam > 38° C
> 6 kali buang air besar dalam waktu 24jam
Gejala memburuk setelah 48 jam
Gejala dehidrasi berat (pusing, haus berat, penurunan
jumlah urin). (Amin, 2015)
2. Disentri
a. Definisi
Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare
berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja.
b. Penyebab
Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba.Infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan
merupakan penyebab tersering disentri pada anak. Shigella
dilaporkan sebagai penyebab tersering disentri basiler pada anak.
Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai
disentri amuba.
Infeksi menyebar melalui tangan, makanan maupun air yang
terkontaminasi, dan biasanya terjadi pada daerah dengan kebersihan
perorangan yang buruk. (Hegar, 2013)
c. Manifestasi klinis
1) Disentri basiler
Onset : berlangsung cepat, sering mendadak, dapat juga perlahan-
lahan
Defeksi sedikit-sedikit dan dapat terus menerus. Sifat:
mulanya sedikit-sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya
pada keadaan ringan masih dapat mengeluarkan cairan,
sedangkan bila keadaan berat tinja berlendir dengan warna
kemerah-merahan (red currant jelly) atau lendir yang bening
dan berdarah, bersifat basa.
Sakit perut kolik
Muntah
17
Mikroskopik : sel-sel pus, leukosit/eritrosit, sel makrofag.
Suhu bervariasi dari rendah-tinggi
Nadi cepat
Sakit perut terutama di sebelah kiri, terasa melilit diikuti
pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi
cekung.
2) Disentri amoeba
onset penyakit perlahan-lahan.
perut kembung, kadang nyeri perut ringan
diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk.
Kadang tinja bercampur darah dan lendir.
nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium,
tergantung pada lokasi ulkusnya.
Keadaan umum baik, tanpa atau sedikit demam ringan(subfebris).
Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri
tekan.(Hegar, 2013)
d. Diagnosis
1) Disentri basiler
Keluhan nyeri abdomen bawah, dan diare
Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan adanya eritrosit dan
leukosit PMN.
Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari bahan
tinja segar atau hapus rektal.
Endoskopi : mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi. Kadang
tertutup eksudat. Sebagian besar lesi terdapat di bagian distal
kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal kolon
Px. Enzim immunoassay : mendeteksi toksik di tinja.
2) Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja : tidak banyak mengandung leukosit
tetapi banyak mengandung bakteri.
18
Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan
amoeba (trofozoit).
Tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir.
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi : didapatkan ulkus
yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,
mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.Foto rontgen kolon :
pada kasus amoebiasis kronis, tampak ulkus disertai spasme
otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip
karsinoma. (Hegar, 2013)
3. Kolera
a. Definisi
Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus
bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri
ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi.
b. Penyebab
Penyebab infeksi kolera adalah bakteri bernama Vibrio cholerae.
Bakteri kolera memproduksi CTX atau racun berpotensi kuat di usus
kecil. Dinding usus yang ditempeli CTX akan mengganggu aliran
mineral sodium dan klorida hingga akhirnya menyebabkan tubuh
mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan berakibat kepada
kekurangan elektrolit dan cairan.Sumber-sumber infeksi kolera bisa
dari faktor makanan dan paparan air yang mengandung bakteri.
c. Manifestasi klinis
19
tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
3) Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila
diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4) Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
5) Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi,
penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6) Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang
hebat.
7) Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya
dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti: detak jantung cepat,
mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain
yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan
tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
d. Diagnosis
Kolera didiagnosis dengan ditemukan diare konsistensi encer
berwarna seperti air cucian beras, tanpa didahului nyeri perut. Pada
pemeriksaan feses ditemukan positif Vibrio Cholerae.
1. Hasil anamnesis
Identitas pasien: anak usia 1 tahun
Keluhan utama: BAB cair lebih dari 10x sehari sejak kemarin
Konsistensi BAB: encer, tidak ada ampas, sekali BAB ±¼ gelas
aqua, warna tinja kekuningan, tidak terdapat lendir maupun darah
Keluhan lain: demam, BAK mulai jarang dan berwarna kuning
pekat, bila menangis tidak mengeluarkan air mata
Informasi lain: ibu pasien sudah memberikan ASI, tetapi ASInya
kurang.
2. Pemeriksaan
20
Keadaan Umum: pasien tampak lemah, rewel serta terlihat sangat
kehausan
Nadi: 130x/menit normal untuk usia pasien
Suhu: 39oC demam
Berat badan: 11 kg normal untuk usia pasien
Pemeriksaan fisik: didapatkan ubun-ubun cekung, mata cowong
dan turgor kulit menurun, merupakan tanda-tanda dari dehidrasi
derajat sedang berdasarkan penilaian Maurice-King
3. Pemeriksaan penunjang yang disarankan
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan kimia darah
21
Gambar penilaian derajat dehidrasi pada pasien diare
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Daftar Pustaka
Hannif, Nenny Sri Mulyani, Susy Kuscithawati. 2011. Faktor Risiko Diare Akut
pada Balita. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 27 Nomor 1 Maret
2011.
Hendarto, Aryono dan Keumala Pringgadini. 2013. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/nilai-nutrisi-air-susu-ibuDiakses pada
Tanggal 19 Januari 2018 pukul 12.17 Wita.
Laksana, Eri. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. CDK-224/ volume 42
nomor 1 tahun 2015.
Pujiarto, Purnawati Sujud. 2015. Gastroenteritis Akut (GEA) pada Anak. InHealth
Gazette Desember 2014 – Maret 2015.
24