Anda di halaman 1dari 8

Vol.1/No.

2, Desember 2013, hlm 157-164 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 157

Keterbukaan Komunikasi dalam Menciptakan Iklim


Komunikasi yang Kondusif di Perpustakaan
(Studi Kasus Tentang Keterbukaan Komunikasi dalam Menciptakan Iklim
Komunikasi yang Kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng, Singaraja-Bali)
Putu Suparna, Tine Silvana R., dan Yunus Winoto
Perpustakaan Undiknas Bali
Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

climate. The study used the qualitative method and study


Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui case approach. The key informants are ten managers of
keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim Kapusipda Kabupaten Buleleng. Research results showed
komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten as follows: 1) based on manager communication aspects,
Buleleng dari aspek komunikasi atasan; 2) mengetahui it has not been fulfilled yet since it is found that there are
keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim still some managers who do not communicate to
komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten subordinates, such as the results of meetings. Actually,
Buleleng dari aspek komunikasi bawahan ; 3) superiors such as the head of a section should prepare
mengetahui implikasi keterbukaan komunikasi dalam information or act as a bridge between subordinates and
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di managers in the organization; 2) based on subordinate
Kapusipda Kabupaten Buleleng. Metode penelitian communication aspects, it is working effectively meaning
menggunakan metode kualitatif pendekatan studi kasus. there is communication relation between subordinates and
Informan kunci adalah pengelola Kapusipda Kabupaten superiors appropriate to the environmental conditions and
Buleleng, sebanyak sepuluh narasumber. Hasil balanced; 3) implications of communication transparency
penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1) berdasarkan in creating conducive communication climate in
aspek komunikasi atasan belum sepenuhnya Kapusipda Kabupaten Buleleng show there is trust,
dilaksanakan karena masih terdapat beberapa atasan closeness, support, and willingness to listen to problems
yang tidak pernah mengkomunikasikan pada bawahan, and willingness to accept differences.
misalnya hasil rapat. Seyogyanya atasan yakni kepala
seksi harus menyediakan informasi atau dapat Keywords: communication transparency, communication
menjembatani antara bawahan dengan pimpinan yang climate
lebih tinggi lagi kedudukannya dalam organisasi
tersebut; 2) berdasarkan aspek komunikasi bawahan
terlihat sudah berjalan efektif yang berarti adanya PENDAHULUAN
hubungan komunikasi antara bawahan dan atasan yang
efektif sesuai kondisi lingkungan dan seimbang. Adanya Keterbukaan komunikasi atasan dan
kesediaan atasan mendengarkan keluhan atau kesulitan bawahan atau antara sesama rekan kerja sering
pekerjaan dan menerima saran atau gagasan yang
memberikan dorongan semangat kerjasama pada
disampaikan bawahannya dengan cara membuka pintu
lebar-lebar bagi bawahan; 3) implikasi keterbukaan masing-masing individu atau anggota organisasi.
komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang Atasan memberikan dorongan, kepercayaan dan
kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng terlihat penghargaan kepada bawahannya akan dapat
adanya kepercayaan, kedekatan, dukungan, dan meningkatkan semangat kerjasama pada bawahan
bersedia mendengarkan masalah, serta bersedia
dalam bekerja. Demikian pula komunikasi antara
menerima kelebihan dan kekurangan.
sesama rekan kerja yang efektif dan efisien dapat
Kata Kunci : keterbukaan komunikasi, iklim meningkatkan kerjasama dalam bekerja.
komunikasi. Terkadang ada hal-hal yang sulit disampaikan
dalam suatu komunikasi yang menyebabkan
Abstract – This study aimed to find out about 1)
adanya kesalahpahaman, kurangnya keterbukaan,
communication transparency in creating conducive dan hal-hal penghambat lainnya dalam sebuah
communication climate in Kapusipda Kabupaten Buleleng hubungan antar manusia.
from the aspects of managers; 2) communication Adanya sikap terbuka (open-mindedness)
transparency in creating conducive communication merupakan salah satu substansi dalam organisasi
climate in Kapusipda Kabupaten Buleleng from the
aspects of subordinates; 3) implications of communication
yang harus dilaksanakan. Dalam suatu organisasi,
transparency in creating conducive communication pimpinan seyogyanya dapat memfasilitasi kondisi

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP


158 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Suparna, dkk.

munculnya keterbukaan. Suasana keterbukaan Budaya organisasi merupakan sekumpulan nilai


terwujud bila pimpinan maupun karyawan dapat dan kebiasaan yang diyakini, diciptakan,
berinteraksi secara jujur. Maka penting terjadinya dibakukan secara formal maupun informal oleh
komunikasi secara tatap muka untuk mengubah anggota organisasi, yang berfungsi sebagai
sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Agar pedoman dalam bertingkah laku dan pengelolaan
komunikasi berjalan lancar, seorang pemimpin organisasi untuk mencapai apa yang diinginkan
perlu bersikap tanggap terhadap apa yang sebagai tujuan organisasi.
disampaikan oleh karyawan karena syarat Menurut pandangan Joseph A. DeVito
keterbukaan, seorang pemimpin bersedia dalam (2011:259), bahwa salah satu karakteristik
menerima masukan dan kritikan yang komunikasi efektif adalah keterbukaan, kualitas
disampaikan karyawannya. keterbukaan komunikasi setidaknya menunjukkan
Namun, lain halnya individu atau anggota tiga aspek, yaitu: 1) saling terbuka dalam
organisasi yang mempunyai peran di Kantor berkomunikasi sehingga terjadi pertukaran
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten informasi, yakni komunikator bersedia
Buleleng, dirasakan adanya ketidaksesuaian menyampaikan secara lengkap informasi yang
keinginan dan tujuan. Adanya konflik yang seharusnya disampaikan kepada komunikan. 2)
terjadi, Kepala Kapusipdaselaku pimpinan yang berkomunikasi untuk bereaksi secara jujur, yakni
membawahi unit-unit di lingkungan Kantor komunikator mengungkapkan secara spontan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten reaksinya (tidak dibuat-buat) kepada komunikan.
Buleleng, seyogyanya melihat konflik yang terjadi 3) komunikator bertanggung jawab terhadap apa
dan menyelesaikannya secara kekeluargaan. yang diungkapkan. Dengan keterbukaan
Kurangnya sikap terbuka dan kurang perhatian komunikasi dan proses menciptakan suatu
pimpinan terhadap bawahan, antara unit satu organisasi yang kondusif, sangat berpengaruh
dengan unit yang lain tidak bisa menunjukkan terhadap kinerja individu atau anggota organisasi
kebersamaan, alokasi anggaran dan pengelolaan maupun efektivitas organisasi itu sendiri.
dana kegiatan masih belum sepenuhnya terbuka Organisasi berjalan efektif apabila iklim
sehingga menimbulkan prasangka-prasangka/ organisasi tersebut berlangsung dengan kondusif.
kecurigaan yang berujung pada suatu konflik di Suasana kondusif merupakan sebuah keadaan
lingkungan internal. “aman terkendali” yang bisa dikatakan selaras,
Sebagai salah satu bagian dari satuan nyaman, sesuai kondisi yang tercipta dengan baik.
perangkat kerja daerah (SKPD), Kapusipda Komunikasi atasan dan bawahan maupun
Kabupaten Buleleng, yang berorientasi pada pusat sesama rekan kerja berperan penting dalam
layanan informasi dan sumber memori di daerah. memberikan motivasi dan produktivitas kerja
dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya seluruh individu atau anggota organisasi. Tujuan
sesuai visi dan misi yang ditetapkan selain keterbukaan komunikasi untuk terjalinnya
memberikan layanan kepada seluruh lapisan keharmonisan komunikasi atasan dan komunikasi
masyarakat. bawahan, sehingga tercipta iklim komunikasi
Komunikasi antara atasan dan bawahan yang kondusif. Persoalan-persolan terjadi di
maupun antar karyawan yang efektif dapat Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
membantu menentukan iklim dan semangat kerja Buleleng, seperti; kurangnya sikap terbuka antara
sehingga diharapkan mampu memberikan atasaan dan bawahan tentang keluhan dan gagasan
pencerahan dan kemudahan dalam mengelola atau pendapat, kurangnya penghargaan bagi
sebuah organisasi, yakni keterbukaan komunikasi, karyawan yang masa kerjanya sudah cukup lama,
pemahaman yang sama, saling berbagi dan lain kurang adanya kesepahaman dan keselarasan
sebagainya. Sedangkan komunikasi yang kurang antar anggota atau kurang perhatian atasan yang
efektif adanya kepentingan-kepentingan, berujung adanya karyawan/bawahan yang masuk
komunikasi yang terpendam, prasangka atau dan pulang kerja sesuai kehendaknya sendiri. Hal
curiga yang menyebabkan pertentangan. Namun ini yang melatarbelakangi ketertarikan peneliti
demikian selain beberapa faktor yang telah untuk menelaah lebih dalam tentang keterbukaan
dijelaskan mengenai komunikasi dalam organisasi komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi
ada hal lain yang dapat memberikan warna bagi yang kondusif di Kantor Perpustakaan dan Arsip
sebuah organisasi yakni budaya organisasi. Daerah Kabupaten Buleleng.
Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 157-164 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 159

Penelitian ini menggunakan pendekatan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah
studi kasus dengan judul “Keterbukaan angka.
Komunikasi dalam Menciptakan Iklim
Komunikasi yang Kondusif di Perpustakaan, Studi Jenis Penelitian
Kasus Mengenai Keterbukaan Komunikasi dalam Jenis penelitian yang digunakan dalam
Menciptakan Iklim Komunikasi yang Kondusif di penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
Kapusipda Kabupaten Buleleng, Singaraja-Bali”. pendekatan studi kasus.
Tujuannya adalah memberi pandangan yang
Tujuan Penelitian lengkap dan mendalam mengenai subjek yang
Penelitian ini bertujuan: diteliti.
1) Mengetahui keterbukaan komunikasi dalam 1) Jenis Kasus
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif Jenis kasus tunggal (single case study),
di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek yaitu suatu penelitian yang arah sasarannya
komunikasi atasan. terpusat pada satu karakteristik saja.
2) Mengetahui keterbukaan komunikasi dalam 2) Sifat Kasus
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif Penelitian ini menggunakan sifat kasus
di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek mendalam (intrinsic case study). Sifat kasus
komunikasi bawahan. intrinsik dalam penelitian kualitatif, yaitu
3) Mengetahui implikasi keterbukaan komunikasi untuk lebih memahami sebuah kasus tertentu.
dalam menciptakan iklim komunikasi yang 3) Jenis Studi Kasus
kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng. Dalam penelitian ini menggunakan jenis
studi kasus eksploratif yang merupakan sebuah
Fokus Penelitian kasus dipakai untuk memperoleh data/
Adapun fokus penelitian dalam penelitian informasi awal bagi penelitian sosial yang akan
ini, yakni dengan merumuskan ”Bagaimana dilakukan.
Keterbukaan Komunikasi dalam Menciptakan Pertimbangan penelitian kualitatif dengan
Iklim Komunikasi yang Kondusif di Kantor pendekatan studi kasus yakni :
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten 1) Kasus yang diteliti memiliki keunikan dan
Buleleng”. menarik untuk dikaji, serta peneliti memiliki
kesempatan untuk melakukan penelitian di
Pertanyaan Penelitian Kapusipda Kabupaten Buleleng, tentang
Untuk lebih memperjelas fokus penelitian, keterbukaan komunikasi dan iklim komunikasi
akan diuraikan secara terperinci pertanyaan yang kondusif.
penelitian sebagai berikut: 2) Mempelajari subyek penelitian sehingga
1) Bagaimana keterbukaan komunikasi dalam informasi yang yang berkaitan dengan subyek
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif penelitian yang diteliti secara menyeluruh
di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek melalui pengamatan, wawancara mendalam
komunikasi atasan? dan studi pustaka.
2) Bagaimana keterbukaan komunikasi dalam 3) Mengungkapkan segala yang terjadi dalam
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif penelitian sehingga dapat dijadikan acuan
di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek maupun referensi metode pembelajaran baru.
komunikasi bawahan?
3) Implikasi keterbukaan komunikasi dalam Sumber dan Jenis Data
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif Subyek informan terkait dengan
di Kapusipda Kabupaten Buleleng? keterbukaan komunikasi dalam menciptakan
iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda
METODOLOGI Kabupaten Buleleng yaitu Kepala Kapusipda,
Paradigma Penelitian Kasubbag Tata Usaha dan Staf serta pihak lain
Penelitian menggunakan paradigma yang berhubungan dengan keterbukaan
konstruktivisme dengan metode kualitatif, yaitu komunikasi di perpustakaan. Sedangkan objek
untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu penelitiannya yaitu keterbukaan komunikasi dan
fenomena secara holistik dengan menggunakan iklim komunikasi. Berdasarkan sumber data,

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP


160 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Suparna, dkk.

yaitu data primer berupa kata-kata dan perilaku Penelitian ini dilakukan mulai dari proses
individu atau anggota organisasi. Sedangkan data persiapan, penelitian di lapangan, dan
sekunder berupa dokumen dan data statistik. penyusunan.
Penentuan informan kunci yang peneliti
lakukan dalam penentuan sampel atau pemilihan Teknik Pengumpulan Data
informan adalah dengan menggunakan Teknik pengumpulan data yang peneliti
metodePurposive Sampling. Tujuannya untuk gunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
mendapatkan informasi yang maksimal tentang 1) Wawancara Mendalam (In depth interview)
keterbukaan komunikasi dalam menciptakan 2) Observasi
iklim komunikasi kondusif di Kapusipda 3) Studi Pustaka/Dokumentasi
Kabupaten Buleleng. Informan kunci dalam
penelitian ini sebanyak 10 (sepuluh) informan, Teknik Analisis Data
yakni: Pakar/ahli Bidang Ilmu Komunikasi Teknik analisis yang digunakan dalam
Universitas Padjadjaran Bandung; Kepala penelitian ini adalah analisis kualitatif mengikuti
Kapusipda Kabupaten Buleleng; Kasubag Tata konsep yang dikembangkan Miles and Huberman
Usaha; Kasi Pelayanan dan Referensi; Kasi (1992), yakni analisis data dengan komponen,
Akuisisi dan Pengolahan; Kasi Pengelola Arsip; yaitu data reduction, data display, dan conclusion
Staf Tata Usaha; Staf Pelayanan dan Referensi; drawing/verification(Sugiyono, 2012: 246).
Staf Akuisisi dan Pengolahan; dan Staf Pengelola Selanjutnya, langkah-langkah analisis data
Arsip. tersebut secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Proses Pendekatan (Gaining Access dan 1) Pengumpulan Data (data collection)
Making Rapport) merupakan kegiatan untuk memperoleh
Dalam penelitian ini, proses pendekatan informasi yang berupa kalimat-kalimat yang
yang disebut “gaining access and making dikumpulkan melalui kegiatan observasi,
rapport”, sebagai berikut : wawancara, dan dokumen.
(1) Gaining Access 2) Reduksi Data (data reduction) merupakan
Adapun tahapan peneliti dalam proses merangkum, memilah hal-hal yang
memperoleh akses tentang keterbukan pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan
komunikasi dalam menciptakan iklim mencari tema serta polanya sehingga dapat
komunikasi yang kondusif dari memberikan gambaran yang lebih jelas.
individu/anggota organisasi yang terlibat 3) Penyajian Data (data display) yaitu
dalam suatu peristiwa di Kapusipda mengorganisasi data dan menyusun pola
Kabupaten Buleleng, melalui pendekatan hubungan sehingga data lebih mudah
struktural dan bersifat formal. dipahami.
(2) Making Rapport 4) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (conclusion
Sedangkan dalam memperoleh drawing/verification) yaitu menarik
kedekatan, peneliti melakukan langkah- kesimpulan dari verifikasi atas pola keteraturan
langkah kedekatan dengan tiap individu dan penyimpangan yang ada dalam fenomena
yang menjadi key informan melalui yang timbul pada keterbukaan komunikasi
pendekatan personal dan bersifat informal. dalam menciptakan iklim komunikasi yang
2) Lokasi dan Waktu Penelitian kondusif di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Lokasi penelitian dilangsungkan di Daerah Kabupaten Buleleng.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Buleleng, yang terletak di Jalan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Werkudara No. 1 Singaraja-Bali. Peneliti Pemeriksaan keabsahan data dalam
melakukan proses pra penelitian terlebih penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dahulu melalui observasi dan wawancara tidak teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang
resmi. digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
Proses penelitian dilakukan dari bulan sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan
Pebruari 2013 sampai dengan Januari 2014. cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
Diperkirakan memakan waktu dua belas bulan. beberapa sumber. Obyek yang diteliti dalam
Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 157-164 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 161

penelitian ini adalah mengenai keterbukaan


komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi PEMBAHASAN
yang kondusif. Analisis dan interpretasi data yang disajikan
adalah hasil observasi dan wawancara peneliti
HASIL PENELITIAN pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai Kabupaten Buleleng, yaitu dengan
gambaran umum Kantor Perpustakaan dan Arsip menggambarkan dan mengkaji tentang
Daerah Kabupaten Buleleng mulai dari sejarah keterbukaan komunikasi yang terjalin dalam
singkat, struktur organisasi, bahkan sarana dan menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di
prasarananya. Selain itu dibahas profil informan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
dalam penelitian ini sebagai informasi tambahan Buleleng. Diawali dengan konsep-konsep
dan latar belakang penunjukkan informan komunikasi dalam organisasi, keterbukaan
tersebut. Selanjutnya dibahas mengenai konsep komunikasi dan iklim komunikasi yang telah
keterbukaan komunikasi dalam menciptakan dijelaskan pada kajian literatur sebagai acuan
iklim komunikasi yang kondusif di lembaga ini. dalam mengumpulkan data lapangan yang
Peneliti bahas satu persatu aspek yang ada dalam nantinya akan di analisis dan diinterpretasikan
keterbukaan komunikasi dan iklim komunikasi yang dituangkan dalam pembahasan ini.
diantaranya adalah aspek komunikasi, aspek
komunikasi organisasi dan aspek iklim Keterbukaan Komunikasi dalam Menciptakan
komunikasi. Iklim Komunikasi yang Kondusif dari Aspek
Komunikasi Atasan
Proses Keterbukaan Komunikasi Komunikasi atasan merupakan informasi
Untuk mengetahui proses keterbukaan yang berlangsung ketika orang-orang yang berada
komunikasi yang terjalin di Kantor Perpustakaan pada tataran manajemen atau atasan mengirimkan
dan Arsip Daerah Kabupaten Buleleng, peneliti pesan kepada bawahannya. Kebanyakan informasi
melakukan observasi dan wawancara terhadap dari atasan ke bawahan digunakan untuk
peristiwa komunikasi yang terjalin pada menyampaikan pesan yang berhubungan dengan
organisasi tersebut. Komunikasi dalam organisasi pemberian atau penyampaian instruksi kerja,
merupakan suatu kompetensi awal bagi para penjelasan tentang pelaksanaan tugas,
anggota suatu organisasi informasi dalam hal ini penyampaian informasi mengenai peraturan dan
pada bidang perpustakaan dan arsip dalam pemberian motivasi. Jenis informasi ini di
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di rancang agar para bawahan memahami bagaimana
tempat ia bekerja dalam mewujudkan tujuan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas dalam
perpustakaan dan arsip. Dalam mengelola suatu organisasi, serta mengapa mereka melaksanakan
organisasi dengan komunikasi yang baik akan tugas, untuk kemudian dapat dihayati bagaimana
memepermudah menjalankan tugas atau program pekerjaan mereka membantu upaya organisasi
kerja suatu organiasi. Dengan kata lain mencapai sasaran.
kemampuan berkomunikasi secara naluriah Keterbukaan komunikasi dalam
dimiliki setiap individu dan merupakan aset yang menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di
sangat berharga bagi individu tersebut sebagai Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
modal dalam melakukan aktivitas organisasi. (Kapusipda) Kabupaten Buleleng berdasarkan
Proses komunikasi yang terjalin di Kantor aspek komunikasi dari atasan pada bawahan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten terlihat dari bagaimana menyampaikan pesan
Buleleng berjalan cukup baik, komunikasi terbuka berhubungan dengan penugasan kerja atau
apa adanya dimana komunikasi yang dilakukan instruksi kerja, penjelasan tentang pelaksanaan
mengalir begitu saja antara atasan dan bawahan tugas, dan informasi mengenai peraturan-
ataupun sesama rekan kerja. Hanya saja tidak peraturan.
semua para anggota organisasi dapat Proses keterbukaan komunikasi dari atasan
memanfaatkan waktu dan peluang untuk saling kepada bawahan di Kapusipda Kabupaten
berkomunikasi, berbagi dan lain sebagainya Buleleng yang dilakukan secara formal.
dikarenakan kesibukan rutinitas para karyawan. Komunikasi atasan yang terjadi berdasarkan
struktural melalui kasubag tata usaha, kasi dan

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP


162 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Suparna, dkk.

koordinator jabatan fungsional yang kemudian tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan,
disampaikan kepada para bawahannya. Biasanya tentang persoalan-persoalan pekerjaan atau tugas
penyampaian informasi seperti pemberian atau yang tidak dapat diselesaikan, saran-saran
penyampaian instruksi kerja melalui disposisi, dan perbaikan, keluhan tentang diri sendiri maupun
disiplin kerja yang disampaikan dalam apel pagi tentang pekerjaan. Beberapa fasilitas yang dapat
setiap hari senin. Kemudian keterbukaan dipakai untuk melakukan komunikasi dari
komunikasi secara informal komunikasi atasan bawahan kepada atasan diantaranya melalui
kepada bawahan lebih bersifat kekeluargaan. pertemuan kelompok, kotak saran. Komunikasi
Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip antara bawahan dan atasan sangat tergantung pada
Daerah (Kapusipda) Kabupaten Buleleng situasi atasan, sedangkan menerka situasi
merupakan pejabat baru yang lebih kurang seseorang sangat sulit, apakah atasan pada saat itu
setahun memimpin dan mengelola Kapusipda lagi baik-baik saja atau apakah atasan saat itu lagi
Kabupaten Buleleng, segala sesuatunya diganti punya masalah, sehingga para bawahan merasa
termasuk peraturan-peraturan yang lama. Karena takut, apalagi para bawahan yang biasa saja dan
ada peraturan-peraturan yang berlaku hubungan mereka tidak begitu dekat dan bahkan
dilingkungan Kapusipda Kabupaten Buleleng bukan kerabat atau sanak saudara.
tidak ada dibuat selain mengacu pada peraturan Keterbukaan komunikasi dalam
daerah (Perda) yang sudah ditetapkan, maka para menciptakan iklim komunikasi yang kondusif
staf yang sudah bekerja sejak lama Kapusipda berdasarkan aspek komunikasi bawahan atau
Kabupaten Buleleng mengandalkan kemampuan komunikasi dari bawahan kepada atasan dapat
komunikasinya untuk menafsirkan informasi disimpulkan bahwa komunikasi dari bawahan
dalam lingkungan barunya, yaitu dengan cara kepada atasan sudah berjalan efektif yang artinya
bertanya pada rekan sekerja dan sebagainya. hubungan komunikasi bawahan dan atasan yang
Keterbukaan komunikasi dalam sesuai dengan lingkungan yang ada dan seimbang.
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif Adanya kesediaan atasan dalam mendengarkan
berdasarkan aspek komunikasi dari atasan pada keluhan atau kesulitan dalam pekerjaan dan
bawahan dapat disimpulkan bahwa belum menerima saran atau gagasan yang disampaikan
sepenuhnya dilaksanakan karena masih terdapat bawahannya dengan cara membuka pintu lebar-
beberapa atasan yang tidak pernah lebar bagi bawahan untuk berkomunikasi
mengkomunikasikan pada bawahan, misalnya mengenai pekerjaan kepada atasan.
hasil rapat tidak pernah informasinya sampai pada
bawahan. Seharusnya bawahan juga harus Implikasi Keterbukaan Komunikasi Dalam
mengetahui instruksi-instruksi terbaru dari hasil Menciptakan Iklim Komunikasi yang Kondusif
rapat dan hasil keputusan bersama pada saat rapat Berdasarkan temuan dari hasil wawancara
tersebut. Seyogyanya para atasan di sini yakni mengenai implikasi keterbukaan komunikasi
kepala seksi harus menyediakan informasi atau dalam menciptakan iklim komunikasi yang
dapat menjembatani antara bawahan dengan kondusif di Kantor Perpustakaan dan Arsip
pimpinan yang lebih tinggi lagi kedudukannya Daerah Kabupaten Buleleng yaitu :
dalam organisasi tersebut. 1) adanya kepercayaan,
2) kedekatan,
Keterbukaan Komunikasi dalam Menciptakan 3) dukungan,
Iklim Komunikasi yang Kondusif dari Aspek 4) bersedia mendengarkan masalah,
Komunikasi Bawahan 5) bersedia menerima kelebihan dan kekurangan.
Komunikasi bawahan atau komunikasi dari Menurut Joseph A. Devito, dalam buku
bawahan kepada atasan merupakan komunikasi Komunikasi Antar Manusia mengatakan bahwa
yang berada dalam jenjang hirarki yang lebih salah satu ciri atau karakteristik komunikasi
rendah dalam organisasi. Komunikasi yang efektif antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan.
memerlukan keterbukaan yang sama, baik Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi atasan dirasakan sama dengan keterbukaan komunikasi menurut Rakhmat
keterbukaan pada komunikasi bawahan. (2008:129), yaitu:
Komunikasi dari bawahan kepada atasan 1) percaya (trust),
digunakan untuk menyampaikan informasi 2) sikap suportif dan
Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 157-164 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 163

3) sikap terbuka.
SIMPULAN SARAN
Penelitian mengenai keterbukaan 1) Masalah keterbukaan pada tingkat koordinator
komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi dan bawahan mengenai kemudahan
yang kondusif di lingkungan Kapusipda memperoleh informasi dari atasan, cepat
Kabupaten Buleleng terlihat pada pola diselesaikan hal itu membuat bawahan
keterbukaan komunikasi dan faktor yang kesulitan dalam mengetahui arah tujuan
mempengaruhi keterbukaan komunikasi serta organisasi.
nilai-nilai pembentuk iklim komunikasi. 2) Kedekatan yang terjalin sebisa mungkin
1) Keterbukaan komunikasi dalam menciptakan tercapai pada tingkat bawah dan tidak hanya
iklim komunikasi yang kondusif berdasarkan sebatas pada tingkat koordinator.
aspek komunikasi atasan dapat disimpulkan 3) Dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
bahwa belum sepenuhnya dilaksanakan karena organisasi keterlibatan bawahan harus dapat
masih terdapat beberapa atasan (kepala seksi) dijaga dan dipertahankan, begitu pula dengan
yang tidak pernah mengkomunikasikan pada pemberian kepercayaan antara atasan dengan
bawahan, misalnya hasil rapat tidak pernah bawahan dan rekan sekerja.
informasinya sampai pada bawahan. 4) Memberikan pemahaman yang baik mengenai
Seharusnya bawahan mengetahui instruksi- visi dan misi yang dapat mengarahkan staf
instruksi terbaru dari hasil rapat dan hasil berkinerja tinggi dalam pekerjaan.
keputusan bersama pada saat rapat tersebut.
Seyogyanya para atasan di sini yakni kepala DAFTAR PUSTAKA
seksi harus menyediakan informasi atau dapat DeVito, A. Joseph. 2011. Komunikasi
menjembatani antara bawahan dengan Antarmanusia: Kuliah Dasar ed.5. Alih
pimpinan yang lebih tinggi lagi kedudukannya Bahasa Agus Maulana. Jakarta: Professional
dalam organisasi tersebut. Books.
2) Keterbukaan komunikasi dalam menciptakan Hardjana, Andre. 2007. Iklim Komunikasi
iklim komunikasi yang kondusif berdasarkan Organisasi : Jurnal Ilmu Komunikasi.
aspek komunikasi bawahan dapat disimpulkan Yogyakarta : Fisip Universitas Atma Jaya.
bahwa komunikasi dari bawahan kepada atasan Masmuh, Abdullah. 2010. Komunikasi
sudah berjalan efektif yang artinya hubungan Organisasi: Dalam Perspektif Teori dan
komunikasi bawahan dan atasan yang sesuai Praktek. Malang : UMM Press.
lingkungan yang ada dan seimbang. Adanya Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi.
kesediaan atasan mendengarkan keluhan/ Bogor : Ghalia Indonesia.
kesulitan dalam pekerjaan dan menerima Muhammad, Arni. 2011. Komunikasi Organisasi.
saran/ gagasan yang disampaikan bawahannya Jakarta : Bumi Aksara.
dengan cara membuka pintu lebar-lebar bagi Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik
bawahan berkomunikasi mengenai pekerjaan Kualitatif. Bandung:Tarsito.
kepada atasan. Pace, R. Wayne and Don F. Faules. 2010.
3) Implikasi keterbukaan komunikasi dalam Komunikasi Organisasi: Strategi
menciptakan iklim komunikasi yang kondusif Meningkatkan Kinerja Perusahaan.
di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(Kapusipda) Kabupaten Buleleng terlihat Parwito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif.
dengan adanya kepercayaan, kedekatan, LKiS. Yogyakarta.
dukungan, dan bersedia mendengarkan Rachmawati, Tine Silvana. 2009. Pengembangan
masalah, serta bersedia menerima kelebihan Organisasi dan Anggota Ikatan Pustakawan
dan kekurangan. Indonesia. Bandung: Unpad Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi
Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP


164 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Suparna, dkk.

Sugiarto, Agus dan Wahyono, Teguh. 2005. _______1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Manajemen Kearsipan Modern.
Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan:
Yogjakarta : Gava Media. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung
Seto.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus: Desain dan
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Metode. Jakarta: Rajawali Pers.
Sulistyo Basuki. 1996. Pengantar Kearsipan.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai