Anda di halaman 1dari 4

ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI BONE

KOTA GORONTALO

OLEH :

FITRI DIAN SULEMAN

811417080

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2020

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir, hal ini
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 – 138 mm/tahun, bentuk
bentang alamnya yang dominan pedataran, jenis tanah dengan permeabilitas rendah, muka air
tanah dangkal berkisar antara 1 – 2,25 meter dan tata guna lahan yang kurang baik dimana
wilayah hutan dijadikan areal pertambangan rakyat dan perkebunan tanaman semusim.
Daerah yang berpotensi rawan tinggi adalah Kec. Kota Timur (Padebuolo, Kampung Bugis,
Ipilo dan Heledulaa Selatan), Kec. Kota Selatan (Biawu, Tenda dan Dunggala), Kec. Kota
Barat (Tenilo, Buliide, Pilolodaa, Lekobalo dan Buladu), Kec. Hulondalagi (Siendeng), Kec.
Ombulo Raya (Botu dan Talumolo) dan di Kec. Dungingi (Tulatengi dan Huangobotu).
Adapun cara untuk memitigasi bencana banjir di Kota Gorontalo adalah dengan
mengembalikan fungsi lahan sesuai dengan peruntukannya. Hutan dikembalikan sebagai
daerah tangkapan (recharge area), areal persawahan dijadikan wilayah resapan (discharge
area), drainae kota yang saling berhubungan dan menghindari pembangunan dengan
menutup pekarangan dengan semen.
Sejak Kota Gorontalo tumbuh menjadi ibukota propinsi di wilayah perkotaan menimbulkan
permasalahan tersendiri. Hal ini seiring dengan bertambanhnya jumlah penduduk. Jumlah
penduduk selama kurun waktu 5 tahun terakhir memperlihatkan trend pertumbuhan yang
naik (BPS Kota Gorontalo, 2009). Hal ini membawa dampak kepada peningkatan kebutuhan
lahan dan permintaan akan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan prasarana kota yang dapat
berdampak menurunnya kualitas lingkungan seperti degradasi lingkungan dan bencana alam.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi setiap tahunnya adalah bencana alam banjir.
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Faktor-faktor
tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi toporafi, geometri sungai dan
sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya hujan, pasang, arus balik dari sungai
utama, penurunan muka, pembendungan aliran sungai akibat longsor, sedimentasi dan aliran
lahar dingin), dan aktifitas manusia (pembudidayaan daerah dataran banjir, peruntukan tata
ruang di dataran banjir yang tidak sesuai, belum adanya pola pengelolaan dan pengembangan
dataran banjir, permukiman di bantaran sungai, sistem drainase yang tidak memadai,
terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur
sungai, penggundulan hutan di daerah hulu, terbatasnya upaya pemeliharaan bangunan
pengendali banjir).
Mengingat begitu besarnya dampak banjir terhadap pelaksanaan pembangunan di Kota
Gorontalo maka diperlukan survei dan pemetaan untuk menentukan zona tingkat kerawanan
banjir berdasarkan atas faktor curah hujan, geomorfologi, geologi, jenis tanah, muka air
tanah, topografi, dan penggunaan lahan.
Seiring berjalannya waktu pemanfataan lahan di Daerah Aliran Sungai semakin tidak
terkendali. Banyak pengalihan fungsi lahan, kerusakan aliran akibat erosi, aktivitas manusia
maupun bencana alam. Akibatnya terjadi penurunan kapasitas sungai akibat sedimentasi oleh
tanah, tumbuhan, dan lain-lain. Normalisasi sungai adalah menciptakan kondisi sungai
dengan lebar dan kedalaman tertentu sehingga sungai mampu mengalirkan air sehingga tidak
terjadi luapan dari sungai tersebut. Kegiatan ini berupa membersihkan sungai dari endapan
lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat.
Hal ini dilakukan dengan cara mengeruk sungai tersebut di titik-titik rawan. Normalisasi
sungai terutama di lakukan berkaitan dengan pengendalian banjir , yang merupakan usaha
untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung
debit banjir yang terjadi selanjutnya di salurkan ke sungai yang lebih besar atau langsung
menuju muara/laut, sehingga tidak terjadi air limpasan dari air sungai.
Pekerjaan normalisasi sungai mencakup pengerasan dinding sungai, pembangunan sudetan,
pembuatan tanggul dan juga pengerukan. Pengerasan atau penguatan tebing sungai dilakukan
dengan pembetonan dinding atau dengan pemasangan batukali, sudetan dilakukan dengan
membuat sungai baru yang lurus dengan lintasan terpendek. Sedangkan pembuatan tanggul
dilakukan dengan timbunan tanah atau dengan dinding beton yang dipasang memanjang di
lokasi– lokasi bergeografi rendah yang rawan banjir.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya. Landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu usaha
atau kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, serta mencegah semua bentuk
kecelakaan yang mugkin terjadi. Keselamatan kerja mungkin berlaku disegala tempat kerja,
baik didarat maupun di laut, di permukaan air didalam air maupun di udara. Tempat tempat
kerja demikian tersebar pada kegiatan ekonomi pertanian, industry pertambangan,
perhubungan pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran
keselamatan kerja mengingat resiko bahayannya adalah penerapan teknologi, terutama
teknologi canggih dan mutakhir. Hal ini akan memicu pekerja untuk meningkatkan motivasi
dan produktivitas dari tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang berlindung dari segala
macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksankan. Dalam
dunia pekerjaan segala kendala kerja harus di hindari, sementara produktivitas yang optimal
merupakan keinginan setiap pengusaha kontruksi dengan demikian sasaran keuntungan akan
dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah penyakit kerja. Penyakit kerja
membawa dampak kerugian penyakit kerja tersebut. Sehingga bagi pengusaha kontruksi
pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangannya. Dengan melihat
pengertian masing-masing dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja maka keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diartikan sebaai kondisi dan factor-fakor yang berdampak pada
kesehatan karyawan pekerja kontrak personel kontraktor tamu dan oranglain di tempat kerja
(Balandatu, 2017)

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini
yaitu :
1.2.1 Kurangnya penggunaan peralatan keselamatan
1.2.2 Adanya gangguan dari masyarakat sekitar seperti adanya protes dari pemilik tanah
karena tidak ada kesepakatan mengenai ganti rugi tanah dan tanaman
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut: Apakah para pekerja normalisasi sungai di kelurahan tenda menggunakan
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan K3 pada pekerja normalisasi di Kelurahan Tenda
Kota Gorontalo
1.4.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tingkat kecelakaan kerja pada pekerjaan normalisasi sungai,
mengkaji implementasi sistem keselamatan kerja K3 pada perusahaan yang
menangani pekerjaan normalisasi sungai dan menyusun strategi implementasi
keselamatan kerja K3 yang sesuai untuk pekerjaan normalisasi sungai.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Secara umum adalah agar masyarakat bisa memahami normalisasi sungai yang
sekarang ini masih di perbaiki dan mengetahui tentang rambu rambu yang berada
di jalan raya kelurahan tenda kota gorontalo
1.5.2 Manfaat bagi Penilitian
1. Penelitian bagi industri konstruksi
yaitu gambaran mengenai penyebab-penyebab dan penerapan prosedur
kecelakaan kerja di dalam suatu pekerjaan normalisasi sungai. Dengan
mengetahui apa saja penyebab-penyebab dari kecelakaan kerja ini diharapkan
suatu perusahaan kontraktor dapat memenuhi persyaratan dan menjalankannya
pada pelaksanaan pekerjaan normalisasi sungai berikutnya.
2. Penilitian bagi disiplin ilmu manajemen konstruksi
yaitu berupa pengetahuan mengenai keselamatan kerja dalam pekerjaan
normalisasi sungai.

Anda mungkin juga menyukai